PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Saja Yang merupakan Emerging Issues?
2. Bagaimana Double Burden Keamanan Pangan Di Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan Nutrigenomic di Indonesia ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada tulisan ini akan disajikan beberapa saja beberapa isu mutakhir terkait dengan
bahan kimia kontaminan dan kontaminan pengolahan tersebut.
4
senyawa ini ditemukan pula pada berbgai produk pangan olahan lainnya;
seperti produk pastries, salami, keju. Dalam perkembangannya diketahui
bahwaa beberapa factor yang diduga berkaitan dengan proses pembentukannya
adalah suhu, pH dan aw; tetapi sampai sekarang belum diketahui lintasan
umum pembentukannya. Untuk itu, berbagai peraturan telah dibuat untuk
mengendalikan resiko keamanan pangan dari 3-MCPD. Peraturan tersebut –
misalnya- membatas penggunaan HVP sebagai ingredient flavor.
4. Food Contact Materials
Food contact materials adalah semua bahan dan komponen yang “dengan
segaja/intended” akan mengalami kontak dengan bahan pangan, tidak hanya
yang berkaitan dengan bahan pengemas, tetapi juga pisau, wadah, dan alat-alat
pengolahan lainnya. Bahkan, istilah ini juga mencakup bahan dan komponen
yang mengalami kontak dengan air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Secara umum “food contact materials” harus aman dan tidak
menyebabkan terjadinya transfer atau migrasi ke dalam bahan pangan melebihi
jumlah yang bisa diterima secara keamanan pangan. Dalam kaitannya dengan
keamaman pangan, dikenal ada dua batas migrasi telah ditetapkan; yaitu
Overall Migration Limit (OML) dan Specific Migration Limit (SML) . Dalam
upaya memastikan perlindungan kesehatan konsumen dan menghindari adanya
kontaminasi pada bahan pangan; maka perlu ditetapkan batas migrasi; baik
OML maupun SML.
5. Allergen
Alergen pangan adalah komponen dalam bahan pangan yang bisa
menyebabkan reaksi alergi. Alergen pangan diyakini menjadi penyebab
masalah alergi bagi sekitar 11 juta manusia dewasa dan anak-anak di
Amerika. Di Inggris, masalah alergi ini dialami oleh sekitar 1-2% populasi
penduduk dewasa dan sekitar 5-7% populasi anak-anak, atau sekitar 1,5 juta
penduduk Inggris. Angka populasi yang mengalami masalah alergi ini di
Indonesia belum diketahui. Tetapi jelas, walaupun masalah alergi ini
sepertinya hanya mempengaruhi populasi dalam proporsi yang relatif kecil,
namun implikasi kesehatannya bisa sangat serius. Bahkan, menurut laporan
5
Journal of Allergy and Clinical Immunology, di Amerika Serikat saja, setiap
tahun sekitar lebih dari 29.000 orang harus dirawat di rumah sakit dan 150
sampai 200 orang meninggal karena reaksi alergi yang disebabkan
mengkonsumsi produk pangan yang mengandung alergen.
Sebenarnya lebih dari 170 jenis pangan telah diketahui mengandung
komponen yang bisa memicu reaksi alergi. Namun demikian, menurut laporan
kasus alergi, terdapat delapan (8) jenis bahan pangan penyebab terjadinya
sekitar 90% kasus-kasus reaksi alergi karena pangan. Delapan jenis bahan
pangan tersebut adalah susu, ikan, udang dan kerang-kerangan, kacang tanah,
kacang pohon (tree nuts), gandum, dan kedele serta produk-produk turunannya.
Untuk melindungi konsumen dari ketidaksengajaan (atau ketidaktahuan)
mengkonsumsi produk pangan yang mengandung alergen pangan, maka
pemerintah perlu mengembangkan regulasi yang mengenai allergen
ini. Sebagai ilustrasi, telah sejak Agustus tahun 2004,di AS diterbitkan
Undang-Undang Pelabelan Alergen dan Perlindungan Konsumen (Food
Allergen Labeling and Consumer Protection Act). Bagaimana di Indonesia?
1. Bioteknologi.
Perkembangan bioteknologi pangan dengan memunculkan aneka bahan
dan produk pangan yang dimodofikasi secara genetik (genetically modified
foods) telah memunculkan kontroversi keamanan pangan yang cukup
berkepanjangan. Hal ini antara lain disebabkan kerana adanya unsur social,
budaya dan politik yang juga mewarnai perdebatan keamanan pangan produk
GMF ini. Lebih dari itu, perkembangan ini juga melahirkan “anti-trend” yang
6
dominan; yaitu munculnya produk-produk pangan organik. Dalam kaitannya
dengan perlindungan konsumen; tidak hanya dalam kaitannya dengan
keamanan pangan tetapi juga hak konsumen atas informasi yang benar, maka
pengaturan klaim dan sertifikasi perlu mendapatkan perhatian pemerintah.
2. Teknologi Non-Thermal
Perkembangan teknologi non-thermal –seperti misalnya teknologi High
Pressure Processing, pulsed-electric fields dan pulsed light untuk keperluan
pengolahan dan pengaetan pangan. Pengaruh pengawetan teknologi non-
thermal ini diperoleh karena kemampuannya membunuh sel-sel
mikroorganisme. Pemastian mengenai tingkat inaktivasi mikroorganizme
pathogen –khususnya mengenai kinetika inaktiviasi dan penentuan kecukupan
inaktiviasi dalam lkaitannya dengan keamanan pangan- perlu dirumuskan
dengan baik.
Termasuk dalam kelompok teknologi non thermal ini adalah teknologi
lama, yaitu irradiasi pangan. Teknologi irradiasi ini berpotensi untuk
diaplikasikan untuk aneka proses pengawetan pangan; namun aplikasinya
terkendala dengan persepsi masyarakat atas keamanan pangan produk yang
diirradiasi dan keselamatan kerja yang kaitannya dengan instalasi peralatan
irradiasi. Demikian juga dengan membrane separation technology- yang
mulai banyak dikembangkan; khususnya untuk pengawetan produk
cair. Untuk memberikan peluang aplikasi teknologi dan sekaligus memberikan
kepastian keamanan pangan pada konsumen, maka perlu dilakukan kajian
mendalam mengenai berbagai teknologi baru ini.
3. Teknologi Nano
Perkembangan teknologi nano telah sedemikian pesat; sehingga produk
pangan dengan ukuran nano telah mulai dipasarkan. Kata “nano” itu sendiri
merupakan awalan pada sistem satuan internasional (System of International
Unit) yang merupakan faktor dari 10-9. Nano teknologi adalah teknologi yang
mampu memanipulasi dan menghasilkan bahan atau partikel dengan ukuran
kecil; yaitu lebih kecil dari 100 nano meter (nm). Perlu ada upaya kajian risiko
keamanan pangan mengingat dengan ukuran partikel yang lebih kecil
7
(nano). Dengan ukuran yang lebih kecil; maka tingkah laku pindah massa nya
(difusi, adsorpsi dan penyerapannya) akan berbeda dengan ingridien dalam
ukuran biasa; sehingga perlu ada kajian untuk memastikan bahwa produk hasil
teknologi ini mempunyai tingkat keamanan yang baik.
2.2.2 Bioterorisme
Isu terkait dengan bioterorsime ini mengemuka terutama di Negara-negara
maju; khususnya dipicu dengan peristiwa 9/11 di Amerika. Jika permasalahan
8
keamanan pangan yang telah dibahas didepan masuk dalam kategori unintended
contamination; maka permasalahan keamanan pangan yang terkait dengan
bioterorisme ini lebih focus pada kontaminasi yang memang disengaja dilakukan
oleh orang-orang yang berniat menyebarkan terror. Walaupun permasalahan ini
belum mencuat di Indonesia; tetapi bagi Industri yang harus melakukan ekspor ke
beberapa Negara maju (ke Amreika, Australia dan Eropa –misalnya) harus
mengikuti ketentuan-ketentuan tambahan yang berkaitan dengan mengurangi
kemungkinan terjadinya bioterorisme ini.
1. Beban Pertama
Beban pertama ini biasanya berkaitan dengan Industri pangan skala kecil
dan rumah tangga yang produknya didistribusikan pada psar domestik. Data
kasus keracunan yang mengindikasikan bahwa pengolahan makanan di industri
pangan masih belum memenuhi standar keamanan pangan. Untuk itu perlu
didorong penerapan Good Manufacturing Practices (GMP). Disamping itu,
masih ditemukannya cemaran bahan kimiawi, yang terutama berasal dari BTP
yang tidak memenuhi syaratmenunjukkan masih kurangnya kesadaran dan
pemahaman masyarakat umum mengenai magnitude permasalahan riil dunia
dan permasalahan keamanan pangan. Untuk itu perlu dilakukan program
komunikasi keamanan pangan yang strategis untuk dapat menurunkan
9
terjadinya kasus keracunan makanan, yaitu melalui kampanye cuci tangan yang
baik dan benar bagi para pekerja pengolah pangan, terutama pada pekerja jasa
boga.
2. Beban Kedua
Beban kedua umumnya berkaitan dengan industri skala menengah dan
besar yang memasarkan produknya pada pasar internasional. Data kinerja
keamanan pangan produk pangan ekspor; terlihat bahwa selain permasalahan
mengenai penerapan GMP yang masih tetap harus ditingkatkan; pemahaman
dan pemenuhan standar keamanan pangan internasional perlu selalu
diikuti. Khsususnya untuk meningkatkan kinerja ekspor; maka penyediaan
informasi mengenai keamanan pangan serta sarana dan prasarana (termasuk
keperluan laboratorium analisis dan sertifikasi) perlu diupayakan.
2.4 Nutrigenomik
Nutrigenomik merupakan ilmu yang mempelajari efek dari zat gizi atau
komponen-komponen makanan terhadap transkriptome. Transkriptome adalah
himpunan semua molekul RNA termasuk didalamnya mRNA, rRNA, tRNA, dan
RNA non-coding yang diproduksi dari sel ataupun jaringan. Ruang lingkup
nutrigenomik sangatlah, melibatkan efek dari zat-zat gizi terhadap struktur,
integritas, dan fungsi dari genom. Perlu diketahui bahwa genom merupakan
keseluruhan bahan genetik yang membawa semua informasi pendukung kehidupan
suatu makhluk baik merupakan gen maupun bukan. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa nutrigenomik termasuk salah satu cabang ilmu genomik atau suatu ilmu
yang mempelajari genom organisme.
Istilah nutrigenomik merupakan gabungan dari istilah gizi (nutrition) dan
genomik. Nutrigenomik muncul karena adanya perkembangan yang pesat dan
saling inetraksi antar berbagai bidang ilmu; terutama ilmu gizi, biologi molekuler,
genetika molekuler, imunologi, patologi, toksikologi, fisiologi, dan bioinformatika.
Secara khusus; nutrigenomik mempelajari interaksi antara komponen gizi dan
komponen bioaktif pangan dan pengaruhnya pada pola- pola ekspresi gen.
10
Saat ini sekitar 30.000 genom manusia telah dikodekan, dan bertanggung
jawab secara fungsional terhadap 100.000 peran protein dalam tubuh. Komponen
bioaktif dari suatu makanan dapat mempengaruhi genom manusia, dengan
mengubah transkriptome ataupun profil dari ekspresi gen. Sederhananya dapat
diartikan bahwa semua zat-zat gizi memiliki peran masing-masing dan
mempengaruhi ekspresi dari gen. Oleh karena itu ekspresi gen dari masing-masing
orang akan berbeda karena kebutuhan akan zat-zat gizi dari masing-masing orang
juga bervariasi.
Nutrigenomik melihat bagaimana zat-zat gizi mempengaruhi ekspresi dari
genom manusia, sedangkan nutrigenetik melihat bagaimana genetik individu
menggambarkan kondisi kerentanan asupan zat gizi. Nutrigenetik mnggambarkan
variasi genetik menimbulkan perbedaan dalam menanggapi kebutuhan zat-zat gizi
spesifik dan akhirnya menimbulkan status kesehatan dan penyakit yang berbeda.
Oleh karena itu kebutuhan zat-zat gizi orang berbeda karena ekspresi gen masing-
masing orang juga bervariasi. Nutrigenomik dan nutrigenetik sifatnya reversible.
Banyak masalah kesehatan yang dapat diturunkan melalui genetik, salah
satunya adalah perkembangan obesitas. Meskipun demikian bukan berarti
kegemukan badan sudah pasti akan diturunkan. Hal tersebut masih dapat di
intervensi dengan pengelolaan gizi yang baik. Sehingga beberapa para ahli
diseluruh dunia bersepakat bahwa gizi merupakan hal terpenting sepanjang hidup
manusia dalam mempengaruhi derajat kesehatan. Meskipun kedua orang tua
obesitas, belum tentu anak tersebut mengalami hal yang sama asalkan pengelolaan
gizi yang baik diberikan kepada anak walaupun risiko menjadi obesitas tetap ada.
Seseorang yang memiliki risiko menjadi obesitas yang lebih besar ditemui jika
kedua orang tua mereka obesitas, karena suatu gen yang disebut thrifty gene.
Namun thrifty gene ini hanya akan menyebabkan obesitas jika orang yang
memilikinya mengonsumsi kalori yang berlebihan melalui makan berlebihan
ataupun kurang aktif secara fisik yang menghasilkan energi ekspenditur yang
sedikit akibatnya energi tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak yang lama
kelamaan akan menyebabkan kenaikan berat badan. Thrifty gene merupakan salah
11
satu gen yang menjadi penyebab obesitas, selain itu diperkirakan terdapat lebih dari
120 tipe mutasi gen yang berhubungan dengan obesitas.
Menurut etiologinya, obesitas yang dipengaruhi oleh hereditas hanya sekitar
30% sedangkan yang dipengaruhi oleh lingkungan sebesar 70% seperti gaya hidup
(aktivitas fisik dan pola makan). Kurang aktif secara fisik tidak hanya menurunkan
keluaran energi (energy expenditure) tetapi juga mengubah metabolisme fisik
akibatnya metabolisme basal menurun, jika hal itu terjadi maka energi cenderung
disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak (trigliserida). Pengaruh gizi juga
termasuk bagian dari lingkungan, jika asupan lemak dan kalori berlebihan disertai
aktivitas fisik yang kurang juga akan menyebabkan penumpukan didalam tubuh.
Karena itu, pengelolaan gizi yang baik dari individu yang memiliki gen-gen
obesitas akan mampu mengalahkan dampak gen-gen tersebut untuk menyebabkan
obesitas. Jika dilihat dari sisi nutrigenetiknya, pada orang obes kemungkinan telah
terjadi perubahan kebutuhan zat-zat gizi atau bisa jadi ekspresi gen obesitas terjadi
akibat defisiensi mikronutrient.
Dengan semakin dipahaminya karakter genetik manusia; serta interkasi
antara komponen gizi atau komponen lainnya dengan ekspresi gen, maka akan
muncul jenis-jenis produk pangan khusus yang didisain untuk populasi dengan
karakteristik genetik tertentu. Perkembangan ini melahirkan istilah prercribed
nutrition; atau semacam specialized functional foods untuk fungsi dan target
konsumen tertentu. Lagi-lagi; perkembangan ini perlu diantisipasi dari sisi
regulasinya; sehingga aplikasi teknologi ini bisa memberikan manfaat bagi
kesehatan publik.
Gen adalah cetak biru kehidupan pada semua mahluk hidup. Gen-gen dapat
diidentifikasi sebagai gen yang berperan dalam berbagai mekanisme dalam sel,
menelaah inti pesan gen-gen tersebut dan meneliti metabolisme dalam jaringan
tubuh yang berkaitan dengan ekspresi gen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan. Penelitian yang sedang dikembangkan oleh beliau adalah dalam bidang
gizi dan obat-obatan dan fokus kepada nutrigenomic yang menganalisis interaksi
genom dengan nutrisi alami terkait dengan pemanfaatan potensi sumber daya lokal
untuk pengembangan terapi suatu penyakit dengan bahan alami nabati dan hewani.
12
Untuk mempelajari suatu fungsi gen atau mengetahui apa yang gen lakukan
dalam sel kita adalah dengan melihat apa yang terjadi pada organisme ketika gen
tersebut dihilangkan dengan menyisipkan gen lain atau menghilangkan susunan
nukleotidanya. Pada berbagai studi dari laboratorium, diketahui bahwa hewan coba
yang telah dihilangkan gen-gennya akan menyebabkan meningkatnya kematian
embrio pada hewan coba. Hal ini dikarenakan karena ketiadaan produksi
mineralkortikoid dan glukokortikoid sebagai sumber nutrisi untuk tumbuh
kembang individu yang baru lahir.
Masyarakat sekarang ini semakin meyakini bahwa makanan yang
dikonsumsi mereka bisa memelihara kesehatan dan menghindarkan diri dari resiko
menderita penyakit. Bagi keluarga yang memiliki bakat atau resiko yang tinggi
terhadap suatu penyakit tertentu, yang mana penyakit ini dapat timbul akibat
mengkonsumsi makanan dengan kandungan tertentu, maka tindakan yang baik
adalah memilih diet yang dikonsultasikan dengan dokter ahli nutrisi. Mereka yang
berusaha untuk mengendalikan kadar kolesterol darahnya, maka berusaha
menghindari makanan lemak hewani. Nutrisi yang baik bagi kesehatan untuk
pertumbuhan dan perkembangan, adalah nutrisi yang optimum, tidak kurang dan
tidak berlebih. Tetapi pada kondisi cukup dan optimum pemanfaatannya bagi
tubuh.
Nutrigenomik meliputi pembelajaran yang luas dengan dua tujuan utama.
Tujuan yang pertama adalah untuk menganalisis karakter dari masing-masing
individu. Tujuan yang kedua adalah untuk menggunakan informasi tersebut dalam
pencegahan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup dengan efektifitas dari
konsumsi dan komponen makanan. Nutrisi berbasis genomik dapat meningkatkan
pengetahuan untuk melakukan diet dan pemilihan gaya hidup yang mungkin dapat
mengubah kerentanan terhadap penyakit dan meningkatkan potensi kesehatan.
Kajian nutrigenomik memberitahu makanan apa yang kita butuhkan dan
makanan apa yang kita hindari, apabila dikaji berdasarkan database gen yang
berasosiasi dengan suatu penyakit. Makanan yang kita makan tersusun atas molekul
kimia dan mampu menginduksi ekspresi gen. komposisi kebutuhan gizi berbasis
13
profil genotip akan memberikan tentang jenis-jenis pangan apa saja yang sesuai
untuk dikonsumsi.
Nutrisi berbasis genomik individu dapat berkontribusi untuk studi tentang
nutrisi manusia pada berbagai level dari bayi, anak-anak dewasa dan manula.
Nutrigenomik juga dapat memberikan beberapa indikasi dari suatu gen yang
polimorfisme dengan mengidentifikasi gen kunci yang mempengaruhi dietary
responses. Nutrigenomik dan nutrigenetik merupakan bagian strategi kesehatan
masyarakat untuk mengurangi ternyadinya insiden suatu penyakit terkait dengan
diet. Penelitian nutrigenomik dan nutrigenetik masih terbuka lebar untuk dikaji
lebih dalam, meliputi interaksi antara profil genomik dan atau polimorfisme gen
dengan diet nutrisi yang tepat dan secara langsung tidak dapat mengontrol gen-gen
target penyebab suatu penyakit. Rekomendasi diet yang tepat pada pasien maupun
orang sehat sebaiknya berbasis pada profil genetik individu epidimiologi dan status
klinis serta hasil analisis laboratorium pada berbagai populasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan keamanan pangan semakin hari semakin dinamis dan terus
berubah; antara lain disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut (i) perubahan
praktek pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), (ii) meningkatnya
perdagangan internasional, (iii) perubahan teknologi pengolahan, (iv) perubahan
proporsi populasi (perubahan proporsi populasi yang rentan), (v) meningkatnya
perjalanan (baik nasional maupun internasional), (vi) perubahan gaya hidup, dan
(vii) munculnya ancaman bioterrorisme.
Perkembangan ilmu dan teknologi pangan selalu membawa berbagai
konsekuensi baru; termasuk dalam hal keamanan pangan. Berbagai perkembangan
baru di bidang ilmu dan teknologi pangan yang perlu diperhatikan antara lain adalah
(i) bioteknologi, (ii) teknologi pengolahan non-thermal, (iii) teknologi nano, (iv)
nutrigenomik dan (v) culinologi (Hariyadi, 2006).
Nutrigenomik merupakan ilmu yang mempelajari efek dari zat gizi atau
komponen-komponen makanan terhadap transkriptome. Transkriptome adalah
himpunan semua molekul RNA termasuk didalamnya mRNA, rRNA, tRNA, dan
RNA non-coding yang diproduksi dari sel ataupun jaringan.
Secara khusus; nutrigenomik mempelajari interaksi antara komponen gizi
dan komponen bioaktif pangan dan pengaruhnya pada pola- pola ekspresi gen.
3.2 Saran
Perkembangan dibidang gizi juga diikuti dengan masalah dan temuan
terbaru, seperti masalah keamanan pangan dan nutrigenomik. Dengan mengetahui
hal tersebut diharapkan agar bisa mengedukasi pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. http://adriyanpramono.blogspot.co.id/2013/05/perkembangan-gizi-di-
indonesia.html
2. http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/448
3. https://jempols.wordpress.com/2015/11/19/pengantar-nutrigenomics-and-
nutrigenetics/
4. http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?u=blog-single&p=380&lang=id
5. http://www.majalahinfovet.com/2016/04/nutrigenomik-jembatan-antara-
ilmu.html
6. https://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/11/09/nutrigenomik-
nutrigenetik-dan-obesitas/
7. https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/apa-itu-nutrigenomik-makanan-
sesuai-gen/
8. http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/04/zat-zat-gizi-yang-dibutuhkan-
tubuh.html/6 April 2014
9. http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/04/fungsi-zat-gizi-dan-
sumbernya-dalam.html/6 April 2014
16