TINJAUAN PUSTAKA
prosesnya sebelum umur 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau
viabilitas janin, yaitu yang berakhir sebelum berat badan janin 500 gram. Bila berat
badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu
dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan maupun disengaja sebelum
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil
yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan
di bawah 500 gram bertahan hidup, maka abortus ditentukan sebagai berakhirnya
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
Abortus yang terjadi tanpa disengaja atau tanpa didahului tindakan apapun.
8
Universitas Sumatera Utara
9
menyelamatkan jiwa ibu hamil. Misalnya jika ibu tersebut mengalami penyakit
Abortus yang ditegakkan jika muncul rabas vagina mengalami perdarahan selama
Perdarahan per vagina yang hebat karena area plasenta yang luas terlepas dari
hilang.
Kondisi dimana seluruh hasil konsepsi dari uterus dikeluarkan dari rahim.
Kehamilan dengan janin yang sudah mati tetapi jaringan janin dan plasenta
f. Abortus septik
peredaran darah.
g. Abortus infektious
Abortus yang berulang 3 kali berturut-turut atau lebih. Wanita yang mengalami
1. Perdarahan
kecoklatan.
2. Nyeri
Rasa nyeri seperti pada waktu haid di daerah suprasimfiser, pinggang dan
tulang belakang yang bersifat ritmis. Hal ini disebabkan karena rahim berkontraksi
3. Febris
Pada umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti
hasil konsepsi dari tempat implantasinya, dan berakhir dengan perdarahan per
sebagai benda asing, sehingga uterus mulai berkontraksi untuk mendorong benda
Sebelum minggu ke-10 seluruh hasil konsepsi biasanya dapat keluar dengan
lengkap karena vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua.
Pada kehamilan 10- 12 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan antara vili
korialis dengan desidua makin erat sehingga abortus pada fase ini sering menyisakan
plasenta (Krisnadi, Annwar, 2013). Pengeluaran hasil konsepsi terdiri dari 4 tahap
yaitu:
desidua.
desidua.
3. Pecah amnion disertai putusnya tali pusat dan pendorongan janin keluar
1. Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera
organ panggul maupun usus. Kematian akibat perdarahan umumnya disebabkan oleh
tidak tersedianya darah atau fasilitas transfusi darah di rumah sakit (Royston,
Amstrong, 1994).
Komplikasi dini yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh aborsi
yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tertahan di
dalam rahim. Jika tidak diatasi dapat terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga
menyebabkan abortus septik. Jika abortus septik dibiarkan dan tidak diobati , pasien
mekanisme pembekuan darah yang berat yang disebabkan oleh infeksi yang berat,
4. Hematometra
Kondisi ketika darah terperangkap di dalam uterus yang ditandai dengan rasa
mencakup evakuasi ulang pada uterus secara cepat namun dengan hati-hati.
Kejadian abortus tidak dapat diketahui secara pasti seberapa sering terjadi
karena:
1. Abortus yang terjadi hanya beberapa hari terlambat haid tidak dirasakan sebagai
keguguran oleh wanita tersebut dan tidak ada yang mengetahui wanita tersebut
mengalami keguguran.
2. Karena aborsi ilegal kecuali dengan alasan medis, banyak wanita yang terlanjur
a. Berdasarkan Orang
(1986), yang terdapat dalam William’s Obstetri frekuensi abortus meningkat dua kali
lipat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada
mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, namun belum diketahui apakah keguguran
Bou dan Boue (1978) melaporkan insidens rata-rata abortus spontan pada
akan berakhir dengan abortus spontan adalah 15 persen tidak peduli bagaimana
mengalami lebih dua kali keguguran. Data ini mencakup 8208 wanita dan 7834 pria,
dan kelainan kromosom terdeteksi pada 2,9 persen insiden yang lima kali lebih besar
Pada tahun 2005, total 1,22 juta abortus legal dilaporkan ke Center for
Disease Control and prevention (Gambel,dkk 2005). Jumlah total ini telah berkurang
setiap tahun sejak tahun 2002, tapi hal ini paling sedikit disebabkan oleh klinik-klinik
b. Berdasarkan Tempat
Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1.000
wanita usia reproduktif baik aborsi legal maupun ilegal. Seperlima dan sepertiga dari
semua kehamilan diakhiri dengan aborsi (Chalik, 1994). Di Negara berkembang dari
210 juta kehamilan yang terjadi tiap tahun, sekitar 40-50 juta diakhiri dengan
abortus. Berdasarkan data Riskesdas 2010 angka kejadian abortus secara nasional di
Indonesia adalah 4%, dimana dari semua kejadian abortus 6,54% diantaranya abortus
yang disengaja.
c. Berdasarkan Waktu
Angka absolute abortus mengalami penurunan tahun 1995 hingga 2003, dari
sekitar 45,5 juta tahun 1995 menjadi 41,6 juta pada tahun 2003 atau dari 35 kasus
abortus per 1.000 wanita usia 15-44 tahun 1995 menjadi 29 per 1.000 wanita usia 15-
44 tahun pada 2003. Penurunan yang terbesar terjadi di Eropa Timur yang
mengalami penurunan sebesar 51%. Dari 90 per 1.000 wanita usia 15-44 tahun
menjadi 44 per 1.000 pada tahun 2003. Begitu juga di Amerika Latin, dan Karibia,
mengalami penurunan dari 37 menjadi 31 per 1.000 wanita usia reproduksi, Di Asia
dan Afrika juga mengalami penurunan dari 33 menjadi 29 per 1.000 perempuan usia
kadang plasenta menjadi salah satu faktor yang meinyebabkan dilakukannya abortus.
Tiga perempat dari aborsi aneuploidi terjadi sebelum 8 minggu. Pada abortus spontan
50- 60% penyebab utama adalah kelainan kromosom pada janin ( Cunningham dkk,
2013)
pada ibu. Selain itu terdapat bukti yang mendukung peran Myccoplasma hominis dan
aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE.
Akan tetapi wanita dengan Hipotiroidime subklinis dan dengan autoantibodi tiroid
kongenital mayor meningkat pada wanita diabetes tergantung insulin, dan risiko ini
c) Faktor Sperma
zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang memiliki material
kromosom yang tidak normal yang bisa menyebabkan keguguran. Jika pada analisis
sperma terdapat lebih dari 50% spermatozoa yang berkepala abnormal, keguguran
d) Faktor Lingkungan
Dalam dosis memadai radiasi adalah suatu abortifasien, bukti bukti yang ada
sekarang menyatakan bahwa tidak ada peningkatan risiko abortus dari dosis radiasi
kurang dari 5 rad. Diperkirakan 1-10% malforasi janin diakibatkan karena paparan
obat, bahan kimia, dan radiasi dan berakhir dengan abortus. Contohnya adalah
paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau,begitu juga dengan paparan
rokok yang mengandung banyak zat kimia yang mempunyai efek vasoaktif yang
e) Umur
Usia mempengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia 20 tahun dan
diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran
dapat terjadi pada usia muda, karena pada usia muda/remaja, alat reproduksi belum
matang dan belum siap untuk hamil. Separuh dari abortus terjadi karena kelainan
sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Trisomi timbul karena
bertambahnya usia.
f) Laparotomi
Pada umumnya makin dekat tempat operasi dengan organ pelvis, makin
(Macdonald dkk,1991).
g) Pendidikan
kehamilan juga pelayanan keluarga berencana yang dapat menekan jumlah anak
maka wanita akan terpaksa mengakhiri kehamilan yang yang tidak diinginkan
dengan abortus (Bensondkk, 2008). Menurut studi analisis di 3 klinik oleh Jakarta
19,1% perguruan tinggi, 10,2% SLTP, 8,2% SD, dan 0,4% buta huruf.
telah dilakukan terbukti bahwa sebagian besar perempuan yanng melakukan aborsi
atau induksi haid di klinik atau rumah sakit memiliki profil khusus; mereka
h) Sosial Ekonomi
ekonomi yang rendah sehingga wanita mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan
sehingga wanita mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan aborsi yang
tidak aman yaitu dengan usaha sendiri, misalnya minum jamu, memijat perut,
(Koblinksy,1997).
i) Paritas
Paritas 2-3 merupakan paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi
pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan. Penelitian yang dilakukan Viel di
Amerika Latin (1997), bahwa risiko abortus provokatus 2,5 kali lebih tinggi pada
wanita yang memiliki >5 orang anak dibandingkan dengan wanita yang memiliki 1
j) Faktor Psikososial
aborsi adalah faktor psikososial (57,5%) yaitu hasil hubungan seksual di luar nikah,
perkosaan, dan cacat janin. Perkosaan merupakan kejadian yang amat traumatis
tersebut dapat menjadi gila. Dalam kasus ini indikasi medis dapat dipertimbangkan,
merusak kesehatannya.
(incest).
Aborsi pada saat ini memang pro dan kontra di tengah masyarakat, ada yang
pro aborsi yaitu masyarakat yang ingin melegalkan aborsi dan ada yang kontra
terhadap aborsi yaitu golongan yang menentang tindakan aborsi. Sering kali
perdepatan itu terpusat pada dua kutub. Kutub pertama berargumentasi bahwa aborsi
merupakan hak, maka aborsi yang aman menjadi hak pula. Kutub kedua
Indonesia tidak berada pada kedua-duanya. Pelayanan aborsi tidak ada, tetapi aborsi
LH, 2006). Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk
dialami saat dan setelah abortus dapat berupa kematian mendadak karena perdarahan
hebat, ataupun pembiusan yang gagal. Kerusakan leher rahim dan rahim yang sobek
mata, otak, pernapasan serta pencernaan. Pada wanita juga bias terjadi infeksi rongga
panggul, dan infeksi lapisan rahim. Abortus yang terjadi berulang kali juga dapat
Selain memiliki resiko tinggi bagi kesehatan dan keselamatan fisik, aborsi
alcohol dan obat. Reardon (2002) juga menyatakan bahwa secara psikologis aborsi
menyebabkan perasaan malu, takut dan depresi. Wanita yang mengalami aborsi
sering mengalami gejala PASS (Post-Traumatic Stress Disorder) gejala PASS antara
dalam terjadinya abortus, agar wanita terhindar dari abortus dan tidak melakukan
abortus ilegal. Pencegahan primer yang lebih diutamakan adalah promosi dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah
diperlukan promosi kepada pasangan maupun individu tentang pilihan luas metode
tentang status abortu legal, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan
akibat abortus dan metode keluarga berencana pasca abortus (WHO, 2008).
a. Diagnosis
perdarahan dari jalan lahir serta nyeri perut. Pemeriksaan dalam didasarkan pada
ditemukannya fluksus, ostium uteri tertutup, dan ukuran uterus sesuai usia
b. Penanganan abortus
hasil konsepsi sudah keluar tapi masih ada yang tertinggal dalam uterus, maka harus
dikeluarkan.
Secara umum ada dua tindakan yang dilakukan oleh tenaga media suntuk
1. Bedah
Tindakan bedah yang sering dilakukan oleh tenaga medis dilakukan dengan
cara kuretasi, dilatasi dan evakuasi. Pada beberapa kasus yang langka penderita
abortus juga ditangani dengan cara laparotomi. Pengeluaran hasil konsepsi dilakukan
2. Konservatif
efektif dan aman yang biasanya dilakukan pada masa kehamilan dini. Pengobatan
memberikan asuhan pasca aborsi, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengatasi situasi segera akibat abortus seperti perdarahan dan syok. Setelah kondisi
wanita ini stabil, hal selanjutnya dilakukan yang sama pentingnya adalah
konseling pasca aborsi, dan pemeriksaan lebih lanjut yang mungkin diperlukan.
abortus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2013, sebagai berikut:
1. Sosiodemografi
Umur
Suku
Agama
Pekerjaan
Tempat tinggal
2. Mediko Obstetri
Keluhan
Umur kehamilan
Paritas
Frekuensi abortus
Komplikasi
Riwayat penyakit
3. Status Rawatan
Penatalaksanaan medis
Sumber pembiayaan
Keadaan sewaktu pulang