UKM/UKP
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
PERMASALAHAN Kesehatan gigi dan mulut sangat penting dan perlu diperhatikan sejak
dini, karena masih banyaknya pengetahuan yang kurang mengenai
penyakit gigi dan mulut. Masalah utama yang terhadi adalah karena cara
menggosok dan merawat gigi yang kurang tepat, sehingga
mengakibatkan kerusakan gigi yang terus-menerus.
PERENCANAAN Melakukan intervensi secara pasif dan aktif secara bersamaan yakni
DAN PEMILIHAN dengan melakukan edukasi kesehatan dan pelatihan ketrampilan cara
INTERVENSI
menggosok gigi yang baik dan enar kepada murid-murid di TK kemiri
sewu.
Topik : Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik untuk Pencegahan Demam Berdarah
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
PERMASALAHAN Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal terpenting
dalam pencegahan demam berdarah adalah memperhatikan kesehatan
lingkungan sekitar yang ada, misalnya dengan mengendalikan
pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.
PERENCANAAN Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas jentik
DAN PEMILIHAN adalah evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan mengajarkan
INTERVENSI
masyarakat cara untuk menghitung jentik.
Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
PERMASALAHAN Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal terpenting
dalam pencegahan demam berdarah adalah memperhatikan kesehatan
lingkungan sekitar yang ada, misalnya dengan mengendalikan
pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.
PERENCANAAN Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas jentik
DAN PEMILIHAN adalah evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan mengajarkan
INTERVENSI
masyarakat cara untuk menghitung jentik.
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
Tujuan Posyandu sangat mulia yakni fokus melayani ibu dan anak
serta mensejahterakan kesehatan masyarakat dengan program dan
pelayanan terpadu.
Topik : Peran Posyandu Lansia dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam
Program Posbindu PTM
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
LATAR Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu
BELAKANG virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri
hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-
5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun
dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Anamnesis :
Keluhan Utama : Timbul melenting diatas mata kiri.
RPS : Mulai Timbul sejak 2 hari yang lalu semakin banyak dan hanya
pada bagian atas mata kiri, terasa sangat nyeri. Badan tidak
panas.
RPD : -
R. Sosial : Penderita merupakan seorang pekerja pabrik.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi normal
Status Generalis :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 23 x / menit
Temp. : 36,3 oC
Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu (-),
Bull Neck (-)
Thorax
Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : dalam batas normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I: bentuk dada simetris, sela iga normal, retraksi (-)
P : pergerakan nafas simetris
P : Timpani
A : Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen
I : Flat simetris
A: Bising Usus Normal
P: Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, massa (-)
P: Timpani di seluruh lapangan abdomen
1. Istirahat dirumah
2. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan virus herpes ini
terhadap mata pasien.
Terapi Farmakologis :
DOKUMENTASI PEMERIKSAAN
LAPORAN KEGIATAN INTERNSHIP
F.7 Mini Project
OLEH:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
PEMBIMBING:
dr. Andri Suharyono, M.KP
WAHANA:
Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
Diajukan guna melengkapi tugas dokter internship periode Oktober 2018-Februari 2019
dipuskesmas bareng kecamatan bareng kabupaten jombang
Disusun oleh:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
Dokter Internship Puskesmas Bareng, Jombang
Pendamping:
dr. Andri Suharyono, M.KP
NIP. 1966. 1205. 2001. 12.1.001
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah kerja
Puskesmas Kassi Kassi mengenai penyakit DM
Untuk mengetahui apakah dengan program penyuluhan tentang DM dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kassi Kassi
1.4 Manfaat
Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kassi Kassi. Sebagai
upaya pencegahan komplikasi pada pasien DM sehingga meningkatkan kualitas dan harapan
hidup pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kassi Kassi. Program ini diharapkan dapat
menjadi masukan untuk program selanjutnya, khususnya dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami
kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin.
Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta
pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti
virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes, dan lain-lain. Hal ini
mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin,
sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui
suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat.
Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari semua
penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula pada saat
kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM Tipe 1 mempunyai
berat badan yang kurus (PERKENI, 2011).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin”
dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi
kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan
glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak
memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat
yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu dengan
DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2 biasanya
terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 %
kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang
tidak sehat (PERKENI, 2011).
2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,
pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena
ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria
diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan
pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler (PERKENI, 2011).
1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini.
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
- Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara.
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
>200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis DM.
Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif
dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki
keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan.
2. Kriteria diabetes mellitus
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada table di bawah ini.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan
ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh.
TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus
2. Pengaturan Diet
Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan pengaturan
diet adalah
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
- Mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat menyebabkan pingsan
- Mengurangi/ mencegah komplikasi
Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:
- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolism
basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan
keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi dan adanya komplikasi.
- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak jenuh, 10%
dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal).
- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah terkendali
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari kebutuhan energi total.
- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus
tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM
dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan
(PERKENI, 2011).
4. Terapi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
- Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid
- Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
- Penghambat glukoneogenesis (metformin)
- Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
- Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
- Insulin kerja pendek (short acting insulin)
- Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
- Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan
pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi,
harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda.
Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO
dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang
disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih
terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-
2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi
OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan
pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat
diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis
awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja (PERKENI,
2011).
3.3 Sasaran
Sasaran pada program ini adalah pasien diabetes di wilayah kerja Puskesmas Kassi
Kassi Kota Makassar dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien prolanis yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Kassi Kassi
2. Pasien Prolanis yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang diabetes
melitus
Jumlah sasaran ditentukan sebanyak 10 pasien yang merupakan pasien prolanis
yang melakukan kunjungan. Pasien DM tersebut kemudian d minta pencatatan
identitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
2011
Ndraha S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. MEDICINUS, Vol. 27, No.2,
Hal. 9 – 16
Hastuti, R. 2008. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus (Studi
Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Naskah Publikasi Tesis S-2 Magister
Epidemiologi.
Hiswani. 2006. Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Flora et al. 2012. Pelatihan Senam Kaki pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal Pengabdian Sriwijaya,
Vol.6, Hal. 7 – 15
LAMPIRAN
Komentar / Umpan Balik :