The Prospect of Bioethanol Production from Agricultural Waste and Organic Waste
Yuana Susmiati*
Department of Renewable Energy Engineering, State Polytechnic of Jember
Jl. Mastrip, Jember 68121, Indonesia
*
yuanasusmiati@gmail.com
Received: 08th February, 2018; 1st Revision: 14th April 2018; 2nd Revision: 26th April, 2018; Accepted: 27th April, 2018
Abstrak
Bioetanol merupakan salah satu bioenergi yang digunakan sebagai substitusi bensin dan bersifat ramah
lingkungan. Bahan baku bioetanol yang bersumber dari tanaman budidaya membutuhkan biaya tinggi dan bersaing
dengan penyediaan pangan. Limbah pertanian dan sampah organik mempunyai kandungan kimia yang potensial
digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol. Tujuan dari kajian ini adalah menentukan potensi
limbah pertanian dan sampah organik sebagai bahan baku bioetanol di Indonesia, mengidentifikasi jenis teknologi
proses produksi bioetanol yang dapat dikembangkan, serta menentukan dampak pengembangan produksi bioetanol
tersebut terhadap lingkungan, sosial ekonomi dan keberlanjutannya. Metode penelitian yang dilakukan meliputi
pengumpulan data jumlah limbah pertanian dan sampah organik, penghitungan potensi bietanol yang dapat
diproduksi dan analisis sesuai hasil kajian pustaka. Potensi limbah pertanian dan sampah organik di Indonesia pada
tahun 2015 cukup tinggi yaitu 156.892.752,7 ton dan 1.035.889,2 ton serta dapat dikonversi menjadi bioetanol
sebanyak 11.880.641,29 kiloliter dan 72.511,2 kiloliter. Teknologi proses pengolahan limbah pertanian dan sampah
organik menjadi bioetanol dapat dilakukan secara Separate Hydrolysis and Fermentation (SHF), Simultaneous
Saccharification Fermentation (SSF) dan Consolidated BioProcessing (CBP). Konsep keberlanjutan pengem-
bangan bioetanol dari limbah pertanian dan sampah organik dituangkan dalam causal loop diagram dan memberikan
dampak positif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
Kata kunci: bioetanol, limbah pertanian, sampah organik
Abstract
Bioethanol is environmentally friendly bioenergy used as a gasoline substitute. Bioethanol raw materials
sourced from cultivated plants require high cost and compete with the provision of food. Agricultural waste and
organic waste have potential chemical content used as alternative feedstock for bioethanol production. The
objective of this study is to determine the potential of agricultural and organic waste as a raw material for
bioethanol in Indonesia, to identify the types of bioethanol production process technologies that can be developed,
and to determine the impact of bioethanol production development on the environment, socio-economic and
sustainability. The research methods include collecting data on the amount of agricultural and organic waste,
calculating bioethanol producing potential and analysis according to the results of a literature review. The potential
of agricultural waste and organic waste in Indonesia in 2015 is quite high at 156,892,752,7 tons and 1,035,889.2
tons and can be converted into bioethanol as much as 11,880,641.29 kiloliters and 72,511.2 kiloliters. Separate
Hydrolysis and Fermentation (SHF), Simultaneous Saccharification Fermentation (SSF) and Consolidated
BioProcessing (CBP) are some of the technology that turns waste and organic waste into bioethanol. The concept
of sustainable development of bio-ethanol from agricultural waste and organic waste is poured into causal loop
diagrams and has a positive impact on the environment, social and economic.
Keywords: agricultural waste, bioethanol, organic waste
Artikel ini ditulis berdasarkan hasil kajian Potensi Limbah Pertanian dan Sampah Orga-
atau studi pustaka yang terkait dengan bioetanol nik sebagai Bahan Baku Bioetanol
dari sampah dan limbah pertanian. Metode pene- Sektor pertanian merupakan salah satu usaha
litian meliputi pengambilan data sekunder dari yang telah berkembang dalam rangka memenuhi
Badan Pusat Statistik berupa situs resmi dan buku kebutuhan pokok misalnya pangan, dan kebutuh-
yang diakses secara online, review jurnal terkait an-kebutuhan lain yang merupakan kebutuhan
dengan konversi bioetanol dari limbah pertanian tambahan. Pengolahan hasil pertanian mulai dari
dan sampah organik, pengolahan data (penghi- lahan pertanian sampai menjadi bahan atau ba-
tungan potensi bioetanol yang dapat dihasilkan) rang yang siap dikonsumsi akan menyisakan ba-
dan analisis serta pembahasan. Data produksi gian-bagian yang tidak dimanfaatkan berupa lim-
pertanian diperoleh dari situs resmi Badan Pusat bah. Limbah pertanian memerlukan penanganan
Statistik, sedangkan data jumlah sampah yang dan pemanfaatan secara serius agar tidak mem-
dicantumkan dalam tabel merupakan data dari berikan dampak buruk terhadap lingkungan (ke-
Badan Pusat Statistik 2016 dalam buku Statistik sehatan/sanitasi serta estetika/keindahan). Sam-
Lingkungan Hidup Indonesia, katalog nomor pah sayuran dan buah-buahan di pasar, sampah
3305001. kulit buah-buahan seperti kulit nanas, kulit pisang,
Komoditi pertanian yang dipilih merupakan tempurung dan ampas kelapa sisa pengolahan
komoditi utama, yaitu komoditi yang paling ba- buah kelapa, jerami, tongkol jagung, merupakan
nyak dikembangkan di Indonesia sebagai sumber limbah pertanian yang kurang bermanfaat
pangan ataupun bahan baku industri. Komoditi (Khaidir, 2016).
bahan pangan pokok yang dipilih diantaranya Limbah pertanian dan sampah rumah tangga
adalah padi, jagung, dan singkong. Komoditi ta- termasuk limbah padat, yang jumlahnya mening-
naman perkebunan meliputi kelapa sawit, kelapa, kat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk,
kopi, kakao, tebu, sedangkan untuk komoditi ta- urbanisasi, modernisasi dan perkembangan indus-
naman buah-buahan meliputi nanas, pisang dan tri. Hal tersebut menyebabkan peningkatan per-
durian. Nilai potensi limbah dan potensi bioeta- mintaan terhadap makanan dan kebutuhan lain-
nol yang dapat diproduksi pada setiap komoditi nya, sehingga sampah semakin meningkat. Pada
ditentukan berdasarkan jurnal-jurnal yang dijadi- penelitian ini, limbah pertanian dikategorikan se-
kan referensi. bagai sisa-sisa dari proses penanaman, pemanen-
Nilai limbah pertanian dari setiap komoditi an, hingga penanganan pasca panen di industri.
dihitung berdasarkan rumus: Limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan seba-
Jumlah limbah pada komoditi = Tingkat produksi gai bahan baku bioetanol adalah limbah pertanian
komoditi x % Nilai potensi limbah organik, yang di dalamnya terdapat kandungan
Nilai bioetanol yang dapat dihasilkan dari gula, pati, selulosa dan hemiselulosa. Beberapa
limbah pertanian yang ada pada setiap komoditi: contoh dari limbah pertanian adalah tetes tebu,
Jumlah bioetanol setiap komoditi = % Potensi onggok ubi kayu, kulit pisang, dan kulit kentang.
bioetanol x Jumlah limbah pada komoditi Tetes tebu merupakan limbah pengolahan tebu
Data banyaknya sampah organik yang ada di menjadi gula yang kandungan gulanya masih
Indonesia diambil contoh pada lima kota besar tinggi. Onggok ubi kayu merupakan sisa atau am-
yang menghasilkan sampah paling banyak. Pada pas pada proses pembuatan pati yang masih
tahun 2015, data yang tersedia ada lima kota be- mempunyai kadar pati yang tinggi serta selulosa
sar penghasil sampah yaitu Semarang, Surabaya, yang bisa dikonversi menjadi gula. Kulit pisang,
Medan, Makasar dan Denpasar. Pada kota Jakarta
Tabel 1. Potensi limbah pertanian dan produksi bioetanol di Indonesia pada tahun 2015
Produksi
Potensi limbah Potensi Bioetanol
Komo- (ton)
diti Data BPS Nilai Jumlah
Nilai Jumlah
Tahun Jenis Pustaka % Pustaka Bioetanol
(%) Limbah (ton)
2015 (v/b) (kiloliter)
Padi 75.397.84 150 113.096.761,5 Jerami (Jannah, 2010) 8,96 (Hayuningtyas et al., 10.133.469,83
1 2014)
Jagung 19.612.43 30 5.883.730,5 Tongkol (Fachry et al., 1,3 (Fachry et al., 76.488,4965
5 jagung 2013) 2013)
Ubi 21.801.41 12 2.616.169,8 Kulit (Erna et al., 2017) 6 (Erna et al., 2017) 156.970,188
kayu 5 11,4 2.485.361,31 Onggok 7,3 (Nisa, 2014) 181.431,3756
Tebu 2.498.000 32 799.360 Bagas (Irvan et al., 2015) 4,76 (Trisakti, Silitonga, 38.049,536
& Irvan, 2015)
4,5 112.410 Tetes 8,79 (Wardani & 9.880,839
Pertiwi, 2013)
Kelapa 31.070.00 22 6.835.400 TKKS (Fuadi & Pranoto, 4,37 (Kristina et al., 298.706,98
sawit 0 2016) 2012)
13 4.039.100 Serat 2,86 (Ni’mah, 115.518,26
Ardiyanto, &
Zainuddin, 2015)
5,5 1.708.850 Cang- 1,23 (Fuadi & Pranoto, 21.018,855
kang biji 2016)
Kelapa 2.920.700 33,33 973.469,31 Sabut (Anggorowati & 0,013 (Anggorowati & 126,5510103
kelapa Dewi, 2013) Dewi, 2013)
Kopi 639.400 35 223.790 Kulit (Siswati et al., 8 (Saisa & 17.903,2
kopi 2010) Syabriana, 2018)
Kakao 593.300 74 439.042 Kulit (Listyati, 2015) 10,9 (Pratiwi, Eka, 47.855,578
kakao Yatim, &
Edahwati, 2010)
Nanas 1.729.603 77,5 1340.442,325 Sampah (Seguí Gil & Fito 5,4 (Seguí Gil & Fito 72.383,88555
padatan Maupoey, 2018) Maupoey, 2018)
Pisang 7.299.275 213 15.547.455,75 Batang, (Bey-Ould Si Said 4,4 (Guerrero & 684.088,053
tongkol, et al., 2016) Muñoz, 2018)
daun (Guerrero &
Muñoz, 2018)
Durian 995.735 79,48 791410,178 Kulit (Anggorowati, 3,38 (Anggorowati et 26.749,66402
dan biji Pampang, & al., 2015)
Yunita, 2015)
Jumlah 156.892.752,7 Jumlah 11.880.641,29
Tabel 3. Banyaknya sampah dan potensi bioetanol yang dapat dihasilkan di beberapa kota besar di Indonesia per
hari tahun 2015
Jumlah etanol
Kota Jumlah Sampah (m3) Jumlah Sampah Organik (ton) Potensi Etanol (%)
(kiloliter)
Semarang 4.998,67 422,39 7 29,57
Surabaya 9.475,21 800,66 7 56,05
Medan 4.936,86 417,16 7 29,20
Makasar 4.183,41 353,50 7 24,74
Denpasar 3.710,61 313,55 7 21,95
Jakarta 6.748,03 570,21 7 39,91
Jumlah 2.877,47 201,42
Sumber: Nikmah & Astuti (2010)
moditi tersebut menjadi bioetanol. Berdasarkan penambahan mikroorganisme EM4, kemudian di-
hasil kajian yang telah dilakukan diketahui bahwa fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevi-
di Indonesia pada tahun 2015 tersedia limbah siae 8% dapat menghasilkan bioetanol 68,17%
sebanyak 156.892.752,7 ton. Ketersediaan limbah (Anisah et al., 2014).
pertanian itu dapat dikonvsersi menjadi bioetanol Sampah kota saat ini menjadi masalah yang
sebanyak 11.880.641,29 kiloliter. harus segera dipecahkan mengingat produksi
Sampah organik adalah semua sisa-sisa dari sampah yang terus meningkat setiap harinya. Pada
rumah tangga, baik makanan ataupun bagian ti- tahun 2011 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dak dapat dimakan dari buah dan sayuran yang Daerah Jakarta menyatakan bahwa produksi
bersifat alami, serta mudah terurai oleh mikroor- sampah DKI Jakarta dalam sehari berjumlah 7.500
ganisme. Sampah dapur meningkat seiring de- ton. Lebih dari 54% dari jumlah tersebut adalah
ngan peningkatan laju pertumbuhan penduduk dan sampah makanan baik sisa makanan maupun sam-
urbanisasi yang akan meningkatkan rata-rata pah produksi makanan. Penyumbang sampah ter-
konsumsi. Sampah dapur dapat berasal dari ru- besar adalah rumah tangga. Tingkat pencemaran
mah tangga, restoran dan industri pengolahan lingkungan sangat memprihatinkan, data Kemen-
makanan yang menghasilkan bahan makanan ti- terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menye-
dak terpakai seperti sisa nasi, daging, buah-buah- butkan bahwa total sampah di Indonesia mencapai
an dan sayuran, roti dan produk lainnya. Sampah 187,2 juta ton per tahun. Meningkatnya angka ke-
dapur biasanya mengandung 60% karbohidrat, padatan penduduk serta keterbatasan lahan untuk
20% protein dan 10% lemak. Komposisi dari kar- menampung sisa konsumsi menjadi salah satu
bohidrat tersebut terdiri dari pati, selulosa dan faktor penyebab volume sampah yang terus meng-
hemiselosa (Hafid, Rahman, Shah, Baharuddin, & gunung (Kresna, 2017).
Ariff, 2017). Menurut Jaspi, Yenie, dan Elystia (2015)
Sampah kota utamanya terdiri dari sampah sampah organik mempunyai berat jenis 0,13 kg/l,
organik sebanyak 65%. Kandungan berat kering atau 130 kg/m3, sehingga banyaknya sampah da-
biomassa yang terdapat pada sampah organik lam berat (kg atau ton) yang bisa dikonversi men-
tersebut adalah 75%. Pada sampah organik terda- jadi bioetanol dapat ditentukan. Berdasarkan pro-
pat kandungan pati, hemiselulosa, selulosa dan ses penghitungan maka banyaknya sampah orga-
terdiri atas sayur-sayuran, buah-buahan, dedaun- nik per hari di tahun 2015 tampak pada Tabel 3.
an, kulit buah, bambu, ranting kayu dan juga sisa- Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap hari
sisa makanan. Sampah sayur yang dihidrolisis dari 6 kota besar di Indonesia menghasilkan sam-
menggunakan asam sulfat encer 1% dan dengan pah organik sebanyak 2.877,47 ton sehingga da-
Tabel 4. Proses pengolahan limbah pertanian dan sampah organik menjadi bioetanol
Jenis Limbah
Pertanian / Sampah Proses Pengolahan Pustaka
Organik
Sampah organik, buah- Pretreatment (pengecilan ukuran), hidrolisis, (Anisah et al., 2014)
buahan dan sayuran fermentasi, distilasi (Sugiarta et al., 2017)
(Hasanah et al., 2015)
Sampah makanan rumah Hidrolisis, fermentasi, distilasi (Nikmah & Astuti, 2010)
makan
Jerami padi Pretreatment, SSF dan distilasi (Baharuddin, Sappewali, Karisma, & Fitriyani, 2016)
Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Baharuddin et al., 2016)
distilasi (Said et al., 2014)
(Jannah, 2010)
(Hayuningtyas et al., 2014)
Tandan kosong kelapa Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Fuadi & Pranoto, 2016)
sawit (TKKS) distilasi (Fathimah, Idiawati, Adhityawarman, & Arianie,
2014)
(Ni’mah et al., 2015)
Pretreatment dan SSF dan distilasi (Nadia et al., 2017)
(Kristina et al., 2012)
Tongkol jagung Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Mushlihah & Trihadiningrum, 2013)
distilasi (Fitriani et al., 2013)
Delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan
distilasi
Kulit singkong/ubi kayu Delignifikasi, hidrolisis, fermentasi, distilasi (Erna et al., 2017)
Onggok ubi kayu Sakarifikasi, fermentasi dan distilasi (Nisa, 2014)
Ampas tebu Pretreatment, hidrolisis dan fermentasi dan (Irvan et al., 2015)
distilasi (Trisakti et al., 2015)
Tetes tebu, molases Fermentasi dan distilasi (Wardani & Pertiwi, 2013)
Sabut kelapa Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Anggorowati & Dewi, 2013)
distilasi
Ampas kelapa Sakarifikasi, fermentasi dan distilasi (Widyatmoko & Duhita, 2012)
Air kelapa Fermentasi dan distilasi (Malle, Kapelle, & Lopulalan, 2014)
(Wulandari & Utami, 2015)
(Andari, Mulyadi, & Puspawiningtyas, 2015)
Kulit pisang Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Wusnah, Bahri, & Hartono, 2016)
distilasi (Sukowati et al., 2014)
(Retno & Nuri, 2011)
Pretreatment, SSF (Guerrero, Ballesteros, & Ballesteros, 2018)
Limbah padat sagu Pretreatment, SSF dan distilasi (Nuryanti, Muria, & Chairul, 2014)
Ampas tahu Hidrolisis, fermentasi dan distilasi (Wijayanti & Sunardi, 2011)
Kulit buah cokelat/pod Pengecilan ukuran, Hidrolisis, fermentasi dan (Pratiwi et al., 2010)
kakao distilasi
Pulp kakao Pemisahan cairan pulp dan kulitnya, (Purwati & Nurhatika, 2016)
fermentasi dan distilasi
Kulit kopi Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Murni et al., 2015)
distilasi (Saisa & Syabriana, 2018)
(Siswati et al., 2010)
Kulit mangga Pretreatment, fermentasi dan distilasi (Widyaningrum, 2017)
Kulit nanas Pretretment, hidrolisis, fermentasi dan distilasi (Setyawati & Rahman, 2011)
(Susanti, Prakoso, & Prabawa, 2013)
Pretreatment, SSF (Seguí Gil & Fito Maupoey, 2018)
Daun nanas
Kulit ari kedelai Hidrolisis, fermentasi dan distilasi (Wachid, 2011)
Kulit durian Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan (Anggorowati et al., 2015)
distilasi
Biji alpukat Hidrolisis, fermentasi dan distilasi (Muin, Lestari, & Sari, 2014)
Kulit kentang Hidrolisis, detoksifikasi, fermentasi dan (Purba, Suprihatin, & Laksmiwati, 2016)
distilasi
akan tetapi sampai 96 jam mikroba ma-sih Limbah pertanian dan sampah organik me-
menghasilkan etanol. Proses fermentasi yang rupakan bahan yang berlimpah dan murah jika
terlalu lama akan mengakibatkan kera-cunan digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Kan-
proses yang dapat membunuh mikro-ba. dungan kimia dari limbah pertanian dan sampah
d. Konsentrasi substrat: konsentrasi substrat organik menunjukkan bahwa bahan ini cocok di-
yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuh- gunakan sebagai bahan baku bioetanol. Keterse-
an mikroba fermentasi. Konsentrasi substrat diaan dari limbah pertanian dan sampah organik
pada waktu proses berkisar antara 12%– 8%. sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya lahan
Semakin tinggi konsentrasi substrat dibutuh- pertanian, produksi pertanian, industri pengolah-
kan waktu yang semakin lama, karena gula an hasil pertanian dan ketersedian pangan. Sema-
yang ada meningkatkan pertumbuhan mikro- kin luas lahan pertanian akan meningkatkan pro-
ba untuk pembentukan sel dan memperlama duksi pertanian yang juga meningkatkan aktivitas
proses penghasilan etanol, sehingga mening- industri pertanian dalam pengolahan bahan hasil
katkan biaya recovery selanjutnya. pertanian untuk menghasilkan makanan. Pada
e. Beban mikroba dan akumulasi byproduct: masing-masing proses tersebut akan menyisakan
selama proses fermentasi tidak menutup ke- limbah ataupun sampah organik. Semakin banyak
mungkinan akan terjadi pertumbuhan bakteri makanan yang diproduksi akan semakin banyak
kontaminan dan terbentuk produk samping juga sampah yang dihasilkan.
seperti asam laktat, asam asetat dan gliserol Ketersediaan pangan terkait juga dengan
sebagai hasil dari aktivitas metabolik pada jumlah penduduk, dimana semakin tinggi jumlah
yeast dan bakteri kontaminan tersebut. penduduk maka kecukupan pangan akan menu-
Proses konversi limbah pertanian dan sam- run, meskipun sampah yang dihasilkan untuk pe-
pah organik menjadi bioetanol tidak semuanya nyediaan pangannya meningkat. Ketersediaan pa-
sama. Masing-masing jenis limbah ataupun sam- ngan yang tinggi meningkatkan taraf hidup. Jum-
pah organik diproses melalui tahapan yang ber- lah penduduk yang tinggi juga menyebabkan
beda-beda, tergantung pada kandungan utama dan ketahanan ekonomi menurun. Supaya terjadi sis-
jenis proses yang diinginkan. Tabel 4 adalah tem yang baik maka jumlah penduduk harus
proses pembuatan bioetanol dari limbah pertanian dikendalikan. Banyaknya limbah dan sampah
dan sampah organik yang telah dilakukan oleh organik yang diolah menjadi bioetanol akan
beberapa peneliti. memberikan dampak positif bagi lingkungan, yai-
tu menekan adanya emisi CO2, sehingga kesehatan
Dampak Pengembangan Bioetanol dari Lim- juga meningkat. Selain berdampak bagi lingkung-
bah Pertanian dan Sampah Organik an dan kesehatan, industri bioetanol dari limbah
Pengembangan industri bioetanol yang dan sampah juga dapat menambah pendapatan
menggunakan bahan baku limbah pertanian dan masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan
sampah organik mempunyai beberapa keuntung- sehingga kehidupan sosial dan ekonomi masya-
an dan dampak terhadap lingkungan, ekonomi dan rakat meningkat. Pengembangan industri bioeta-
sosial. Keberlanjutan industri bioenergi dia- nol ini juga tidak mengganggu ketahanan pangan
sumsikan terdiri dari empat dimensi yaitu sehingga tidak ada persaingan antara pangan dan
lingkungan, sosial, ekonomi dan institusional energi (Hafid et al., 2017).
(Rimppi, Uusitalo, Väisänen, & Soukka, 2016). Dampak pengembangan bioetanol dari lim-
Usaha pengolahan sampah organik menjadi bio- bah pertanian dan sampah pertanian terhadap
etanol merupakan suatu sistem yang berlanjut lingkungan hidup dapat dianalisis dengan meng-
(sustainable) dan dinamis. Tahapan pertama da- gunakan Life Cycle Assessment (LCA). LCA ada-
lam membangun suatu konsep dinamis adalah lah metode pengukuran dampak suatu produk ter-
dengan membuat Causal Loop Diagram (CLD). hadap ekosistem yang dilakukan dengan cara me-
Pada CLD ini akan ditunjukkan keterkaitan/ ngidentifikasi, mengukur, menganalisis dan mena-
hubungan antar elemen yang berbeda dalam sua- kar besarnya konsumsi energi dan bahan baku,
tu sistem. Penambahan notasi positif (+) dan emisi serta faktor-faktor lainnya yang berkaitan
negatif (-) pada diagram memberi arti bagaimana dengan produk sepanjang siklus hidupnya. Ana-
hubungan sebab akibat antar elemen tersebut (Jin lisis efek penggunaan bioetanol sebagai bahan
& Sutherland, 2016). Konsep pengembangan bio- bakar alternatif terhadap lingkungan, salah satu-
etanol dari sampah organik ditunjukkan pada nya dilakukan oleh Guerrero dan Muñoz (2018)
Gambar 2. yaitu LCA pada penggunaan campuran bensin dan
bioetanol dari limbah pisang sebagai bahan bakar
+
+
Industri Jumlah
Pertanian Penduduk
-
Ketersediaan
Produksi + Pangan -
Pertanian
+
+ +
Limbah
+ pertanian & Sosial
+
Sampah Ekonomi
Organik
+
Kesehatan
Lahan + +
Pertanian Bioenergi
(Bioetanol)
+ +
+ Lingkungan
Emisi CO2
Gambar 2. Causal Loop Diagram produksi bioetanol dari limbah pertanian dan sampah organik
dibandingkan dengan bensin murni. Dalam kate- menemukan bahwa kategori perubahan iklim
gori dampak Climate Change (CC), penggunaan 1 memiliki dampak 0,084 kg CO2 eq / MJ (Wang,
MJ bioetanol menghasilkan 0,031 kg CO2 eq, di- Littlewood, & Murphy, 2013), yang lebih tinggi
bandingkan dengan 1 MJ bensin reguler meng- daripada penelitian lain. Akhirnya Handler,
hasilkan 0,072 kg CO2 eq (EPA, 2014). Hasil ana- Shonnard, Griffing, Lai, dan Palou-Rivera (2016)
lisisnya menyatakan bahwa penggunaan bioetanol mengkuantifikasi potensi pemanasan global kar-
dapat mengurangi perubahan iklim (climate bon yang mengandung bahan baku, seperti residu
change, CC), pembentukan oksidan fotokimia hutan (0,015 kg CO2 eq / MJ) dan brangkasan
(photochemical oxidant formation, PO), pemben- jagung (0,036 kg CO2 eq / MJ). Pada LCA per-
tukan partikel-partikel (particulate matter forma- bedaan bahan baku dan teknologi yang digunakan
tion, PM) dan penipisan fosil (fossil depletions, dalam proses produksi bioetanol, memberikan
FD) tetapi menyebabkan peningkatan pengasaman dampak yang berbeda.
terestrial (terrestrial acidifycation, TA), eutro-
fikasi air tawar (freshwater eutrophication, FE). KESIMPULAN
Keseimbangan energi hasil analisis positif yaitu
dengan nilai energi ratio (ER) sebesar 2,68MJ/MJ. Ketersediaan limbah pertanian pada bebera-
Hasil LCA dari produksi bioetanol sangat pa komoditi utama di Indonesia pada tahun 2015
dipengaruhi oleh proporsi bioetanol dalam cam- adalah 156.892.752,7 ton, dan dapat dikonversi
puran bensin-bioetanol dan oleh sumber bahan menjadi bioetanol sebanyak 11.880.641,29 kilo-
baku: pengurangan emisi gas rumah kaca kurang liter. Ketersediaan sampah organik di beberapa
dari 10% untuk campuran E10 dan lebih tinggi kota besar di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak
dari 40% untuk E85 dan campuran atas. Ketika 1.035.889,2 ton dan dapat dikonversi menjadi
membandingkan bahan baku untuk campuran bioetanol sebanyak 72.511,2 kiloliter. Teknologi
E100, pengurangan GHG tertinggi per jarak yang pengolahan bioetanol dari limbah pertanian dan
ditempuh diperoleh untuk residu pertanian, sampah organik tersebut dipilih berdasarkan jenis
dengan pengurangan antara 82 dan 91%. Dalam bahannya (bergula, berpati atau berlignoselulosa),
kasus switchgrass dan kayu, masing-masing nilai sedangkan untuk efisiensi prosesnya bisa dilaku-
reduksi adalah antara 53-93% dan 50-62% kan secara hidrolisis dan fermentasi terpisah/Se-
(Morales, Quintero, Conejeros, & Aroca, 2015). parate hydrolysis and fermentation (SHF), hidro-
Woods dan Bauen (2003) menetapkan bahwa lisis dan fermentasi dalam satu reaktor/Simulta-
produksi etanol generasi kedua dari jerami neous saccharification and fermentation (SSF)
gandum bervariasi dari 0,023-0,072 kg CO2 eq / dan hidrolisis dan fermentasi dalam satu reaktor
MJ, tergantung pada teknologi. Sementara itu, disertai dengan penumbuhan mikroba dalam reak-
studi tentang bahan yang sama menggunakan uap tor tersebut/Consolidated Bioprocessing (CPB).
asam sulfat yang dikatalisis sebagai pretreatment Dampak pengembangan bioetanol dari limbah
Badan Pusat Statistik. (2015). Tabel Dinamis Fitriani, Bahri, S., & Nurhaeni. (2013). Produksi
Holtikultura, Perkebunan dan Tanaman Pangan. bioetanol jagung (Zea mays) dari hasil proses
Jakarta. Retrieved from https://www.bps.go.id/ delignifikasi. Natural Science: Journal of
site/pilihdata.html Science and Technology, 2(3), 66–74.
Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik Lingkungan Fuadi, A. M., & Pranoto, H. (2016). Pemanfaatan
Hidup Indonesia 2016. Jakarta: Badan Pusat limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan
Statistik Indonesia. baku pembuatan glukosa. CHEMICA: Jurnal
Teknik Kimia, 3(1), 1–5.
Baharuddin, M., Sappewali, S., Karisma, K., &
Fitriyani, J. (2016). Produksi bioetanol dari Guerrero, A. B., Ballesteros, I., & Ballesteros, M.
jerami padi (Oryza sativa L) dan kulit pohon dao (2018). The potential of agricultural banana
(Dracontamelon) melalui proses sakarifikasi dan waste for bioethanol production. Fuel, 213, 176–
fermentasi serentak (SFS). Chimica et Natura 185. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2017.10. 105
Acta, 4(1), 1. https://doi.org/10.24198/cna.v4.n1.
10441 Guerrero, A. B., & Muñoz, E. (2018). Life cycle
assessment of second generation ethanol derived
Banerjee, R., Chintagunta, A. D., & Ray, S. (2017). A from banana agricultural waste: Environmental
cleaner and eco-friendly bioprocess for impacts and energy balance. Journal of Cleaner
enhancing reducing sugar production from Production, 174, 710–717. https://doi.org/10.
pineapple leaf waste. Journal of Cleaner 1016/j.jclepro.2017.10.298
Production, 149, 387–395. https://doi.org/10.
1016/j.jclepro.2017.02.088 Hafid, H. S., Rahman, N. A. A., Shah, U. K. M.,
Baharuddin, A. S., & Ariff, A. B. (2017).
Bey-Ould Si Said, Z., Haddadi-Guemghar, H., Feasibility of using kitchen waste as future
Boulekbache-Makhlouf, L., Rigou, P., Remini, substrate for bioethanol production: A review.
H., Adjaoud, A., … Madani, K. (2016). Essential Renewable and Sustainable Energy Reviews, 74,
oils composition, antibacterial and antioxidant 671–686. https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.02.
activities of hydrodistillated extract of 071
Eucalyptus globulus fruits. Industrial Crops and
Products, 89, 167–175. https://doi.org/10. 1016/ Handler, R. M., Shonnard, D. R., Griffing, E. M., Lai,
j.indcrop.2016.05.018 A., & Palou-Rivera, I. (2016). Life cycle
Jannah, A. M. (2010). Proses fermentasi hidrolisat Muin, R., Lestari, D., & Sari, T. W. (2014). Pengaruh
jerami padi untuk menghasilkan bioetanol. konsentrasi asam sulfat dan waktu fermentasi
Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, 17(1), terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan dari biji
44–52. alpukat. Jurnal Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya, 20(4), 1–7.
Jaspi, K., Yenie, E., & Elystia, S. (2015). Studi
timbulan komposisi dan karakteristik sampah Murni, Arifan, F., & Abidin, Z. (2015). Optimasi
domestik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. proses bioetanol dari kulit kopi dengan
JOM FT Universitas Riau, 2(1), 1–6. menggunakan proses hidrolisis vibrous bed
bioreaktor. Traksi : Majalah Ilmiah Teknik Mesin,
Jin, E., & Sutherland, J. W. (2016). A Proposed 15(1), 1–9.
Integrated Sustainability Model for a Bioenergy
System. Procedia CIRP, 48, 358–363. Mushlihah, S., & Trihadiningrum, Y. (2013). Produksi
https://doi.org/10.1016/j.procir.2016.03.159 Bioetanol dari Limbah Tongkol Jagung sebagai
Energi Alternatif Terbarukan. In Prosiding
Khaidir. (2016). Pengolahan limbah pertanian sebagai Seminar Nasional Manajemen Teknologi VXIII
bahan bakar alternatif. Jurnal Agrium, 13(2), 63– (pp. D–15–1 – D–15–8). Surabaya: Program
68. Studi Magister Manajemen Teknologi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Khawla, B. J., Sameh, M., Imen, G., Donyes, F.,
Dhouha, G., Raoudha, E. G., & Oumèma, N.-E. Nadia, A., Fauziah, A., Mayori, E., & Sunardi. (2017).
(2014). Potato peel as feedstock for bioethanol Potensi limbah lignoselulosa kelapa sawit di
production: A comparison of acidic and Kalimantan Selatan untuk produksi bioetanol dan
enzymatic hydrolysis. Industrial Crops and xylitol. Quantum : Jurnal Inovasi Pendidikan
Products, 52, 144–149. https://doi.org/10.1016 Sains, 8(2), 41–51.
/j.indcrop.2013.10.025
Ni’mah, L., Ardiyanto, A., & Zainuddin, M. (2015).
Kresna, M. (2017). DKI Hasilkan 4 Ribuan Ton Pembuatan bioetanol dari limbah serat kelapa
Sampah Makanan Per Hari. Retrieved March 28, sawit melalui proses pretreatment, hidrolisis
Said, M., Diah, A. W. M., & Sabang, S. M. (2014). Wachid, M. (2011). Potensi bioethanol dari limbah
Sintesis bioetanol dari jerami padi (Oryza sativa kulit ari kedelai limbah produksi tempe. Gamma,
L) melalui fermentasi. Jurnal Akademika Kimia, 6(2), 113–122.
3(4), 178–182.