Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa bukan lagi suatu penyakit yang langka. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2013), gangguan jiwa
berat di tandai dengan terganggunya kemampuan menilai realitas (Insight) yang
buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini, antara lain berupa halusinasi, ilusi,
waham, gangguan proses berpikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh,
misalnya agresivitas atau katatonik. Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan
psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia (Fadilla et al., 2016).
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan otak parah yang mana orang
menginterprestasikan realita secara abnormal. Skizofrenia merupakan gangguan
pikiran berupa kombinasi dari halusinasi, delusi, berpikir, dan berperilaku tidak
teratur. Kemampuan orang dengan skizofrenia untuk berfungsi normal dan
merawat diri mereka sendiri cenderung menurun dari waktu ke waktu. Penyakit
ini merupakan kondisi kronis, yang memerlukan pengobatan seumur hidup
(Ikawati, 2014).
Prevalensi penderita skizofrenia hampir mirip pada satu negara dengan
negara lain, yaitu sekitar 0,2-2% populasi. Onset terjadinya skizofrenia biasanya
pada masa akhir remaja atau awal remaja, jarang terjadi sebelum remaja atau
setelah umur 40 tahun. Angka kejadian wanita sama dengan pria, tetapi onset pada
pria umumnya lebih awal (pria 15-24 tahun; wanita 25-35 tahun), dengan
implikasi lebih banyaknya gangguan kognitif dan outcome yang lebih jelek pada
pria daripada wanita. Risiko skizofrenia seumur hidup adalah sebesar 13% untuk
anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia dan 35-40% untuk anak
yang kedua orang tuanya menderita skizofrenia (Ikawati, 2014).
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6%
mengalami gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari
18% antara tahun 2005 dan 2015. Berdasarkan hasil penelitian Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2018), prevalensi skizofrenia tertinggi di Indonesia adalah
provinsi Bali 11,1 permil dan terendah adalah Kepulauan Riau 2,8 permil.
Prevalensi untuk Nusa Tenggara Timur sendiri sebesar 3,6 permil.
Penanganan skizofrenia dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan
terapi non farmakologi. Ada tiga tahap terapi farmakologi, yaitu terapi fase akut,
terapi stabilisasi, dan terapi tahap pemeliharaan. Terapi non farmakologi pada
skizofrenia dapat dilakukan dengan pendekatan psikososial dan Electro
Convulsive Therapy (ECT). Ada beberapa pendekatan psikososial untuk
skizofrenia, yaitu adalah Program for Assertive Community Treatment (PACT),
intervensi keluarga, terapi perilaku kognitif/Cognitive Beharvioural Therapy
(CBT), dan pelatihan keterapilan social (Ikawati, 2014).
Pengobatan dengan antipsikotik diindikasikan untuk hampir semua
gangguan psikosis akut pada pasien skizofrenia. Penggolongan antipsikotik ada
dua, yaitu antipsikotik tipikal (generasi pertama) dan antipsikotik atipikal
(generasi kedua). Ketepatan penggunaan antipsikotik sangat penting untuk
mempertahankan terapi pengobatan serta dapat mempengaruhi kesiapan pasien
untuk menerima dan melanjutkan pengobatan farmakologis (Lehman, et al.,
2010). Penggunaan obat yang tidak rasional, seperti tidak tepat indikasi, tidak
tepat dosis, tidak tepat obat, dan tidak tepat pasien, seringkali ditemukan dalam
terapi pengobatan, baik di pusat kesehatan primer (Puskesmas), rumah sakit,
maupun praktek swasta. Ketidaktepatan tersebut menjadi penyebab kegagalan
terapi pengobatan skizofrenia (Rusdi, et al ., 2015).
Rumah Sakit Jiwa Naimata merupakan Rumah Sakit Jiwa pertama di kota
Kupang. Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Naimata dimulai pada tahun 2007 di
bawah pengawasan Dinas Kesehatan Provinsi. Tanggal 23 April 2018 Rumah
Sakit Jiwa Naimata mulai melayani pasien. Pada tanggal 18 Juni 2018 pelayanan
rawat inap mulai dibuka. Rumah Sakit Jiwa Naimata belum pernah melakukan
analisis mengenai antipsikotik yang rasional pada semua pasien rawat inapnya
sejak pelayanan pasien dimulai. Berdasarkan pemaparan di atas perlu dilakukan
penelitian mengenai rasionalitas penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September 2018
rasional?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui rasionalitas penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September 2018.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui ketepatan indikasi dalam penggunaan antipsikotik pada pasien
skizofrenia di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-
September 2018.
2. Mengetahui ketepatan pemilihan antipsikotik pada pasien skizofrenia di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September
2018.
3. Mengetahui ketepatan pasien dalam penggunaan antipsikotik pada pasien
skizofrenia di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-
September 2018.
4. Mengetahui ketepatan dosis penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September
2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Pendidikan
Memberikan informasi mengenai rasionalitas penggunaan antipsikotik
pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata
periode Juli-September 2018.
2. Pelayanan
Sebagai acuan tenaga medis untuk penggunaan antipsikotik pada pasien
skizofrenia dan pasien jiwa pada umumnya.
3. Penelitian
a. Menjadi acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan rasionalitas
penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia rawat inap.
b. Menjadi acuan untuk penelitian lanjutan, misalnya pada gangguan
jiwa lain dan analisis Drug Related Problems.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non eksperimental


observasional yang pengumpulan datanya secara retrospektif dan hasil penelitian
disajikan secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli-
September 2018 dengan menggunakan data yang tercantum pada rekam medis,
buku rawat inap, dan resep pasien rawat inap rumah sakit jiwa Naimata.

B. Populasi Sampel

1. Populasi

Pada penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh catatan rekam medis
pasien skizofrenia yang dirawat di instalasi rawat inap dan mendapat pengobatan
di Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September 2018 yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Sampel

Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling yang memenuhi


kriteria inklusi dan eksklusi.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Kendali

1. Kriteria inklusi

a. Semua pasien rawat inap dengan diagnosa skizofrenia.

2. Kriteria eksklusi
Dalam penelitian ini kriteria eksklusi sebagai berikut :
a. Pasien yang tidak terdiagnosa skizofrenia.
b. Pasien skizofrenia dengan penyakit penyerta gangguan ginjal kronis
dan liver.
Pengambilan data dilakukan di bagian Rekam medis rumah sakit jiwa
Naimata. Pengumpulan data dimulai dari penelusuran data dari laporan unit rekam
medis dan buku rawat inap untuk pasien dengan diagnosis Skizofrenia di instalasi
rawat inap pada bulan Juli-September 2018.

D. Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan adalah data-data rekam medis, buku rawat inap
pasien dengan diagnosis skizofrenia dan mendapat terapi antipsikotik di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Jiwa Naimata periode Juli-September 2018. Data yang
dicatat pada buku rawat inap yang meliputi : identitas pasien (usia, jenis kelamin
dan alamat pasien), diagnosis utama, antipsikotik untuk terapi Skizofrenia yang
diberikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal keluar rumah sakit, dan lama rawat
inap.
E. Jalannya Penelitian

Studi Pustaka

Administrasi Perijinan Penelitian

(STIKES CITRA HUSADA MANDIRI)

Pengajuan izin ke Rumah Sakit Jiwa


Naimata

Skrining data berdasarkan kriteria


inklusi dan eksklusi

Bagian Pelayanan Instalasi Instalasi Rekam Medik

Pencatatan data penggunaan Pencatatan pasien skizofrenia


antipsikotik pada pasien skizofrenia.

Pencatatan data sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Menganalisis data rasionalitas penggunaan antipsikotik dianalisis berdasarkan 4T dilihat


menggunakan Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition.

Pembahasan dan Kesimpulan.

Gambar. Skema Jalannya Penelitian.


F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu analisis rasionalitas
dilakukan dengan melihat penggunaan antipsikotik tiap kasus, kemudian
dibandingkan dengan pedoman atau standar terapi yang digunakan sebagai acuan
pengobatan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antipsikotik pada pasien
rawat inap dengan diagnosa skizofrenia di rawat inap RSJ Naimata Kupang
periode Juli-September 2018. Hasil analisis dievaluasi rasionalitasnya dengan
metode purposive sampling sehingga presentase rasionalitas penggunaan
antipsikotik pada pasien rawat inap dengan diagnosa skizofrenia di rawat inap RSJ
Naimata Kupang periode Juli-September 2018 dapat diketahui.

Anda mungkin juga menyukai