Anda di halaman 1dari 9

KISTEKTOMI

1. Definisi
Kistektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kista (kantung
berisi cairan) dapat tumbuh di bagian tubuh manapun.Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus menstruasi. Sistektomi indung telur adalah prosedur untuk mengangkat
kista dari indung telur. Kista adalah kantong yang berisi cairan, kista seperti balon
berisi air. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.

Tumor dari ovarium yang bersifat neoplastik dan dalam pertumbuhannya


bersifat jinak (tidak mengadakan metastase baik lokal ataupun jauh) tindakan
operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa
serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo,
2001).

2. Tujuan
Kistektomi ovarium meliputi penanganan lembut jaringan untuk membatasi
pembentukan adhesi pascaoperasi dan rekonstruksi anatomi ovarium normal
untuk membantu transfer ovum ke tuba faloppi

3. Indikasi Dan Kontraindikasi


1. Indikasi
a. Massa ovarium > 6 cm
b. Massa adnexa > 10 cm
c. Semua massa yang muncul setelah menopause
d. Sulit mengetahui asal massa (mis. Leiomyoma) dengan radiologi atau USG

2. Kontraindikasi

1
a. Kistektomi : bila masih ada jaringan ovarium yang sehat
b. Salpyngoovorectomi Unilateral / SOU
c. SOB : bila ditemukan pada kedua ovarium, pada usia muda uterus dapat
ditinggalkan dengan rencana substitusi hormonal.

4. Penatalaksanaan
1. Operasi
2. Wanita premenopause dengan ukuran tumor < 10 cm dan tidak ada keluhan
observasi, karena 70 % dapat hilang sendiri
3. Dapat dicoba diberikan kontrasepsi monofasik, supresi kista fungsional,
observasi 4-6 mgg, jika ukuran tetap, laparotomi

5. Pemeriksaan Penunjang
Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan kistektomi. Prosedur operatif
ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka masing-masing. Namun jenis-
jenis dari kistektomi ini dibicarakan pada setiap pertemuan mengenai teknik apa
yang dilakukan dengan pertimbangan situasi yang bagaimana. Namun keputusan
terakhir dilakukan dengan diskusi secara individu antara pasien dengan dokter-
dokter yang mengerti keadaan pasien tersebut.

Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium


berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker
ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar
maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya
akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.
Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy)
untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan
laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan
dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.

6. Pathway

2
3
7. Gambar

4
8. Diagnosa Keperawatan, Intervensi Dan Rasional
1. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.
2) Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ
ruang abdomen
3) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
intake yang tidak adekuat.
4) Gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai
anak, perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual.

5
5) Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan pola respon
seksual
6) Eliminasi urinarius, perubahan / retensi b.d adanya edema pada jaringan
lokal
7) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.

b. Post operasi
1) Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
2) Risiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
3) Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah kulit.( jaringan,
perubahan sirkulasi).
4) Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri /
ketidaknyamanan, pembentukan edema.
5) Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih.
6) Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang mengubah
gambaran tubuh, psikososial, masalah tentang ketertarikan social.

2. Intervensi dan Rasional


a. Pre Operasi

Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.

Intervensi;

1) Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan, intervensi


pembedahan dan terapi yang akan datang.
2) Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic
3) Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan penerimaan juga privasi
untuk pasien / orang terdekat.
4) Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
5) Kaji tersedianya dukungan pada pasien.
6) Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan prases penyakit (penekanan/kompresi)


jaringan pada organ ruang abdomen
Intervensi
1) Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri

6
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan
dan lingkungan.
3) Ajarkan teknik relaksasi
4) Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter
5) Berikan analgesic sesuai resep.

b. Post Operasi
Dx 1 : Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
Intervensi:
1) Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10),
perhatikan petunjuk verbal dan nonverbal
2) Bantu pasien menemukan posisi nyaman
3) Berikan tindakan kenyamanan dasar
4) Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir
5) Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi

Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV


2) Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
3) Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan
sebelum mendekati pasien
4) Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5) Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter

Dx 3 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit / jaringan,


perubahan sirkulasi.

Intervensi:

1) Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada


insisi dan lengan.
2) Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang tidak sakit
dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
3) Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat / memasukan
IV pada lengan yang sakit.

7
4) Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap warna,
pembentukan lepuh perhatikan drinase dan sisi donor
5) Kosongkan drain luka, secara periodic( catat jumlah dan karakeristik
drainase)
6) Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat.
7) Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Aron M, et al. Laparoscopic/robotic-assisted radical cystectomy.


http://www.uptodate.com/home.

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta :


EGC.

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta :


EGC.

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition.


Philadelphia : Mosby.

Shariat SF, et al. Urinary diversion and reconstruction following cystectomy.


http://www.uptodate.com/home.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
EGC.

8
Wein AJ, ed., et al. Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia, Pa.: Saunders
Elsevier; 2012. http://wwwclinicalkey.com.

Anda mungkin juga menyukai