Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
a b
Gambar 1. Data spasial (a) Foto Udara; (b) Citra Satelit Landsat TM (Sumber: USGS)
Foto udara merupakan hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu, dalam ruang
lingkup atmosfer menggunakan kamera, misalnya pemotretan menggunakan pesawat terbang,
helikopter, balon udara, drone/ Unmanned Aerial Vehicle (UAV), dan wahana lainnnya. Sementara
citra satelit merupakan pemotretan suatu daerah menggunakan wahana satelit yang dioperasikan dari
ruang angkasa. Hasil foto citra satelit tidak sedetail hasil foto udara. Foto udara memiliki kedetailan
yang lebih tinggi dengan ketelitian horisontal di bawah 1 meter (Susetyo dkk, 2017).
Keunggulan yang dimiliki oleh foto udara ialah menghasilkan gambar yang lebih detail sehingga
membantu dalam pemetaan skala detail, tidak terkendala awan, serta lebih mudah dan efisien dari segi
waktu. Foto udara juga menghasilkan resolusi spasial yang tinggi sehingga kesalahan dalam
identifikasi atau pengukuran suatu obyek dapat diminimalisir. Kelemahan dari foto udara adalah
keterbatasannya dalam pemetaan untuk skala kecil. Jika pemotretan dilakukan dengan area yang luas
maka diperlukan kumpulan scene yang banyak. Selain itu, pengoperasian foto udara juga sangat
tergantung dari faktor cuaca, seperti angin.
Hasil foto citra satelit tidak sedetail foto udara, namun citra satelit memiliki keunggulan dalam
pemotretan untuk area yang luas. Citra satelit juga memiliki tingkat akurasi geometrik yang lebih baik
meskipun tanpa menggunakan titik ikat di lapangan Ground Check Point (GCP). Selain itu band yang
dihasilkan citra satelit juga lebih bervariasi sehingga memudahkan untuk interpretasi lebih lanjut.
Kekurangan dari citra satelit adalah penggunaannya sangat tergantung cuaca karena dioperasikan dari
luar angkasa sehingga untuk daerah yang intensitas hujannya tinggi, atau selalu diliputi kabut, akan
susah untuk mendapatkan data citra satelitnya.
Citra penginderaan jauh menjadi salah satu sumber dalam identifikasi geomorfologi. Identifikasi
geomorfologi dilakukan dengan metode interpretasi. Interpretasi citra atau foto udara memerlukan
prosedur/tahapan yang kompleks. Hasil interpretasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan citra, alat
dan metode interpretasi yang digunakan, dan yang terpenting adalah kemampuan interpreter. Tujuan
interpretasi sangat menentukan tahapan-tahapan dari proses interpretasi yang akan dilakukan. Untuk
mencapai hasil seperti yang diharapkan, interpretasi tidak hanya melewati tahap deteksi semata
namun juga tahapan penting lainnya yaitu deduksi, eksplorasi, dan generalisasi. Terlebih lagi bagi ahli
fotogrametri yang memang memiliki perhatian khusus terhadap “pembacaan” citra untuk tujuan
pembuatan peta topografi. Dalam proses interpretasi selalu diupayakan untuk memberikan penjelasan
terhadap setiap kenampakan yang ada secara detil. Tahapan interpretasi citra adalah sebagai berikut:
1. Deteksi
Deteksi dapat dijelaskan sebagai proses memilih atau menyeleksi objek yang dipercaya ada pada
citra tersebut, di mana objek tersebut berhubungan dengan tujuan utama interpretasi. Suatu objek
dapat diinterpretasi atau tidak tergantung dari ukuran objek dalam kaitannya dengan resolusi
spasial dan juga karakteristik panjang gelombang saluran yang digunakan.
2. Rekognisi (Pengenalan) dan Identifikasi
Pada tahap ini objek diidentifikasi dan diklasifikasikan berdasarkan kategori yang telah
ditentukan. proses ini sangat tergantung dari kemampuan dan pengetahuan interpreter untuk
mengidentifikasi objek secara general. Regional (pemahaman interpreter terhadap daerah yang
dikaji), dan spesifik(memiliki pengetahuan mendalam terkait dengan tujuan interpretasi). Hal ini
sangat penting untuk dapat menjelaskan kenampakan objek yang sederhana sekalipun dengan
cukup detil baik secara verbal, piktorial, maupun matematik.
3. Analisis
Analisis merupakan tahapan untuk menganalisa objek sesuai dengan bentuk dan polanya. Pada
tahap ini objek dapat dikategorikan menggunakan parameter tertentu, misalnya pola aliran dapat
dikategorikan sebagai pola radial, sentripetal, sentrifugal, dan lain-lain.
4. Klasifikasi
Merupakan tahap terakhir dari proses interpretasi citra. Pada tahap ini biasanya dilakukan pross
induksi dan deduksi untuk dapat mencapai hasil akhir, dan untuk mencapai hasil yang diharapkan
pengecekan di lapangan sangat diperlukan. Proses klasifikasi lebih mudah dilakukan pada
kenampakan objek tunggal jika dibanding dengan objek yang mengelompok atau memiliki pola
tertentu.
Karakteristik penting dari kenampakan obyek pada citra yang digunakan dalam interpretasi
geomorfologis/geologis adalah rona/warna, pola, bentuk, bayangan, serta letak topografi dan situasi
geografis.
1. Rona / Warna
Rona merupakan tingkat kegelapan/kecerahan obyek pada foto pankromatik. Warna dalam citra
dapat berupa warna asli atau warna semu. Rona/warna dipengaruhi oleh karakteristik obyek,
cuaca, maupun posisi matahari.
2. Pola
Pola merupakan susunan keruangan suatu obyek/kenampakan yang terdapat pada citra/foto udara.
Pola juga dapat digunakan untuk menandai bahwa suatu obyek merupakan bentukan alamiah atau
hasil dari aktivitas manusia. Sebagai contoh, pola garis yang berkelok-kelok dapat diidentifikasi
sebagai sungai.
3. Bentuk
Bentuk dapat didefinisikan sebagai ekspresi topografi yang terlihat dua dimensi/atribut yang jelas
pada citra atau foto udara. Beberapa bentuklahan dapat diidentifikasi secara langsung hanya
berdasarkan bentuknya. Hal tersebut dikarenakan, beberapa bentuklahan mempunyai kenampakan
geomorfik yang khas. Sebagai contoh, kipas aluvial mempunyai bentuk seperti kipas.
4. Bayangan
Rona/warna gelap yang disebabkan oleh terhalangnya cahaya oleh suatu obyek/kenampakan
disebut dengan bayangan. Kesan topografi biasanya didapatkan dengan mengidentifikasi bayangan
pada suatu obyek/kenampakan. Kesan topografi menjadi penting dalam geomorfologi karena
merupakan cerminan dari litologi, struktur, maupun proses geomorfologi yang bekerja.
5. Letak Topografi
Letak topografi dapat diartikan sebagai posisi suatu obyek dalam kaitannya dengan kondisi lokal
(ketinggian, kemiringan lereng terhadap matahari, atau kondisi hidrologi). Perbedaan letak
topografi berpengaruh pada intensitas proses geomorfologi, misalnya daerah di kaki lereng
didominasi oleh proses sedimentasi, di lereng tengah akan didominasi oleh proses sedimentasi, di
lereng tengah akan didominasi oleh proses erosi dan gerak masa batuan.
6. Situasi (Letak Geografis)
Posisi suatu obyek terkait dengan kondisi regional (iklim, geologi regional) merupakan definisi
dari situasi (letak geografis). Interpretasi geomorfologis maupun geologis sangan memerlukan
pengetahuan kondisi regional yang dalam hal ini didapat dari studi pustaka. Sebagai contoh Pulau
Jawa secara regional dibagi menjadi tiga zone, yaitu zone utara yang beruapa batuan sedimen yang
terlipat, zona tengah berupa depresi yang ditumbuhi gunungapi, dan zone selatan yang berupa
plato yang didominasi oleh batuan karbonat. Apabila seseorang menginterpretasi citra yang
meliput zona tengah, maka perhatian dapat langsung dikonsentrasikan pada proses-proses volkanik
dan batuan volkanik.
B. Peta Topografi
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur
alam dan buatan manusia (Gambar 2). Kenampakan alamiah yang dimaksud misalnya sungai, bukit,
lembah, laut, danau, dan lain-lain. Sedangkan kenampakan buatan manusia misalnya jalan, kampung,
pemukiman, kantor, pasar, dan lain-lain. Peta RBI juga sering disebut sebagai peta dasar yang
digunakan sebagai dasar pembuatan peta tematik.
Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
1. Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman dan sebagainya
2. Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan sebagainya
3. Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur
4. Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan budaya lainnya
5. Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan
6. Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan desa
7. Toponim: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama gunung dan sebagainya.
(BIG)
Peta Rupabumi Indonesia dapat diperoleh dari beberapa situs yang disediakan pemerintah
meliputi Bakosurtanal, info-geospasial.com; Ina-Geoportal (http://tanahair.indonesia.go.id/). Peta RBI
dapat menyajikan beberapa informasi khusus meliputi Peta penggunaan lahan, Peta jaringan jalan,
Peta persebaran penduduk, Peta jaringan sungai. Peta RBI terbagi ke dalam beberapa jenis
berdasarkan skalanya, yaitu skala 1:1.000.000, skala 1:500.000, skala 1:250.000, skala 1:100.000,
skala 1 :50.000, skala 1:25.000, dan skala 1:10.000 (Bakosurtanal, 2004). Beberapa kelebihan dan
kelemahan Peta RBI disajikan dalam Tabel 1.
D. Peta Geologi
Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/kawasan
dengan tingkat kualitas berdasarkan skala. Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis
serta sifat batuan, umur, stratigrafi, stuktur, tektonika, fisiografi dan sumberdaya mineral. Peta geologi
disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya.
Adapun informasi utama yang dimuat dalam peta geologi adalah
1. Satuan litostratigrafi
Satuan litostratigrafi dasar dalam peta geologi adalah formasi. Selain formasi, satuan
litostratigrafi yang kadang digunakan adalah anggota dan kelompok.
Formasi adalah satuan litosrtatigrafi yang memiliki keseragaman gejala litologi yang
nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih.
Formasi dapat tersingkap di permukaan, berkelanjutan ke bawah permukaan atau seluruhnya
terdapat di bawah permukaan. Formasi harus meliputi daerah yang luas, pada umunya dapat
dipetakan pada skala 1:25.000. Tebal suatu formasi berkisar antara satu meter hingga ribuan
meter, sehingga ketebalan bukanlah syarat pembatasan formasi.
Anggota adalah bagian dari formasi yang secara litologi berbeda dengan ciri umum
formasi yang bersangkutan, serta memiliki penyebaran lateral yang cukup luas, tetapi tidak
boleh lebih luas dari formasi. Kelompok adalah satuan litostratigrafi yang setingkat lebih
tinggi daripada formasi, sehingga kelompok terdiri dari dua formasi atau lebih yang
menunjukkan kesamaan ciri-ciri litologi.
2. Struktur geologi
Struktur geologi adalah sikap perlapisan batuan yang dinyatakan dalam dip dan strike.
Dip merupakan kemiringan lapisan batuan yang dinyatakan dalam derajad. Strike merupakan
arah jurus dari lapisan batuan yang dinyatakan dengan arah atau orientasi dari kontur
ketinggian perlapisan batuan.
3. Korelasi antar satuan litostratigrafi
Korelasi antar satuan stratigrafi menginformasikan hubungan suatu satuan litostratigrafi
dengan satuan strafigrafi di atasnya atau di bawahnya. Hubungan tersebut dapat selaras, tidak
selaras, menjari, atau membaji.
4. Penampang geologi.
Penampang geologi merupakan penampang topografi yang diberi informasi satuan
litostratigrafi dan struktur. Pembesaran vertikal penampang geologi harus sama dengan skala
horisontal.
5. Simbolisasi
Satuan litostratigrafi digambarkan dengan simbol area yang diberi warna atau shading.
Selain warna atau shading satuan stratigrafi juga diberi nama dengan dua atau empat huruf
yang tertera pada setiap satuan.
Warna Satuan Litostratigafi
Breksi dan Konglomerat Jingga
Batupasir, Arkose, Graywacke Kuning
Batulanau, Batulempung Hijau muda
Batugamping Biru tua
Aluvium Biru Muda
Tuf, Breksi Volkanik, Aglomerat, Lahar Coklat
Andesit, Granit Merah Tua
Diabas, Basalt Hijau Tua
Argilik, Pilit, Skiss Merah Muda
Simbol struktur
E. Peta Geomorfologi
Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan disajikan dalam bentuk simbol
huruf dan angka, warna, pola garis, dan hal itu bergantung pada tingkat kepentingan masing-masing
aspek. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei analitik
(diantaranya, morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya proses geomorfologi, tanah/soil,
tutupan lahan). Unit utama geomorfologi (geomorphological main unit) adalah kelompok bentuk
lahan didasarkan atas bentukan asalnya (genesis).
Informasi utama yang dimuat peta geomorfologi versi ITC (Verstappen dan Zuidam, 1975)
adalah unit bentuklahan genetik utama, litologi, dan bentuklahangenetik minor serta proses. Informasi
lain sebagai informasi tambahan adalah topografi, morfometri, dan kronologi.
Unit bentuklahan genetik utama ditunjukkan dengan warna, atau diberi batas garis tebal dengan
ditandai satu huruf kapital. Unit bentuklahan genetik utama dibedakan menjadi delapan kategori
dengan simbol sebagai berikut :
Unit BL Genetik Utama Simbol warna Simbol HP
Asal proses struktural Ungu S
Asal proses volkanik Merah V
Asal proses denudasional Coklat D
Asal proses fluvial Biru tua F
Asal proses marin Hijau M
Asal proses glacial Biru muda G
Asal proses aeolin Kuning A
Asal proses pelarutan Oranye K
Litologi ditunjukkan dengan arsiran, dengan warna yang tidak menonjol. Simbol arsiran sama
dengan peta geologi. Bentuklahan genetik minor dan proses ditunjukkan dengan simbol garis. Simbol
garis untuk bentuklahan genetik minor dan proses dilengkapi ditunjukkan dengan huruf yang
menunjukkan kronologi jika umurnya diketahui. Proses-proses yang masih aktif dan yang tidak aktif
kadang dibedakan dengan warna sama tetapi dengan hue yang berbeda.
Morfometri dan topografi merfomotri digambarkan dengan simbol garis dan titik. Simbol garis
digunakan untuk kontur, lembah, igir dan tebing, sedangkan simbol titik digunakan untuk ketinggian.
Kronologi dinyatakan dengan huruf awal dari zaman atau kala.
2. Tabel perbedaan kenampakan pada peta skala 1:50.000 dan skala 1:25.000
No Nama Kenampakan Skala 1:50.000 Skala 1:25.000 Keterangan
1. ... ... ... ...
2.