Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA

“LIPBALM”

Disusun oleh:

Iria Yuli Nur Karimah 1016088


Jihan Adilah 1016089
Khoirunnisa Kurniah 1016090
Lidya Indriyani 1016091
Lucky Fazriyani 1016092

Tingkat IIIB
Program Studi Diploma III

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON


2018
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membuat lipbalm, bahan
apasaja yang dapat digunakan untuk memformulasikan sediaan lupbalm.

II. MANFAAT
a. Dapat mengetahui mutu fisik sediaan lipstik dari madu yang baik
sesuai dengan kriteria.
b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang lipbalm
yang dapat digunakan untuk melembabkan kulit bibir.

III. DASAR TEORI


1. Pengertian Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan/ paduan bahan yang siap digunakan pada
bagian luar badan, untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
atau menyembuhkan penyakit. (SK. MENKES No. 140/ 1991).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik.
2. Pengertian Lipstik
Lipstik adalah bagian dari kosmetik yang digunakan untuk rias
bibir agar terlihat lebih menarik dan juga disertai bahan yang dapat
melindungi bibir dari lingkungan yang merusak misalnya sinar
ultraviolet. (Wasitaatmadja, 1997).
3. Persyaratan Lipstik
Persyaratan dalam pembuatan lipstik adalah:
1. Melapisi bibir secara mencukupi.
2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin.
3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
6. Memberikan warna yang merata pada bibir.
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
8. Tidak meneteskan minyak, permukaan halus, tidak bopeng atau
berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak
menarik.
4. Bentuk-bentuk Lipstik
Bantuk- bentuk lipstik dapat berupa:
1. Krim
2. Cair
3. Crayon
5. Macam-macam Lipstik
a. Liquid
Berbentuk cair, mengkilap, dan pekat. Lipstik dalam bentuk cair
sudah dilengkapi dengan spoon atau kuas sehingga mudah dioles.
Biasanya, lipstik cair juga berfungsi sebagai pengkilap/pengilap
dan pelembab.
b. Palette
Dalam satu wadah palette terdapat beberapa warna. Bentuknya bisa
krim padat atau balm yang berfungsi melembabkan bibir. Gunakan
lipstik palette dengan kuas.
c. Pen lip polish
Lipstik jenis ini berbentuk cair dalam kemasan seperti pena dengan
ujung yang dilengkapi kuas. Lipstik dapat memberikan efek
mengkilap di bibir dengan cara aplikasi yang sama dengan lipstik
biasa. Berbentuk gel padat dan dikemas dalam bentuk tube, jenis
ini aplikasinya sama dengan lipstik pen polish atau liquid.

d. Gloss
Bentuk cair dan mengkilap. Bisa mengandung glitter untuk
memberikan efek berkilau keperakan atau bening untuk kesan
natural. Lip gloss mengkilat bisa memberi efek bibir lebih
menonjol, jadi tidak disarankan untuk bibir tebal.
e. Stick
Jenis ini biasanya tidak mengilap dan sedikit lembab. Agar tahan
lama, oleskan seperti biasa lalu hapus dengan tisu. Setelah itu,
oleskan kembali.
f. Mate
Dikenal memiliki ribuan warna indah, lipstik matte ini menyerupai
warna alami bibir. Dinamakan matte karena memang bahan
penyusunnya tidak mengandung banyak moisturizer, dan minyak,
sehingga tidak mengkilat dan memberikan kesan doff alami.
Warnanya cenderung warna yang terang dan berani.
g. Krim
Lipstik jenis ini memiliki kandungan wax lebih banyak dari jenis
lipstik lainnya, melindungi bibir dari sinar matahari, udara dan
debu, namun sama seperti matte, menyebabkan bibir kering.
Karena ada kandungan wax, lipstik jenis ini memberikan sedikit
kesan basah. Lipstik krim ini juga cocok digunakan oleh mereka
yang memiliki bibir tipis dan tampil penuh secara sempurna.
h. Fros/ pearly
Lipstik ini pas digunakan pada malam hari, karena akan
memberikan kesan menyala dan mewah. Efek glitternya membuat
bibir tampak berkilau. Pas jika digunakan pada pesta atau sekedar
hang out dengan sahabat di malam hari.
i. Long lasting
Senada dengan lipstik lainnya, lipstik jenis ini sebenarnya
merupakan hasil dari pengembangan lipstik matte, hanya saja ia
dapat bertahan beberapa jam lebih lama. Sayangnya, lipstik jenis
ini juga mengancam kekeringan pada bibir. Dan tentunya pelembab
sangat dibutuhkan untuk menjaga bibir dari kekeringan dan pecah-
pecah.
6. Bahan Utama Lipstik
Bahan bahan utama lipstik adalah:
1. Lilin
Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, beeswax, candellila
wax, spermaceti, ceresine.Semuanya berperan pada kekerasan
lipstik.
2. Minyak
Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan
kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya,
minyak castor, tetrahydrofurfuryl alcohol, fatty acid
alkylolmides, dihydric alcohol beserta monoethers dan
monofatty acid esternya, isopropyl myrsitate, isopropyl
palmitate, butyl stearate, paraffin oil.
3. Lemak
Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah
dihidrogenasi (misalnnya hydrogenatet castor oil), cetyl
alcohol, oleyl alcohol, lanolin
4. Acetoglycerides
Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang
lipstik sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan
lipstik konstan.
5. Zat-zat pewarna (coloring agents)
Zat pewarna yang digunakan secara universal dalam lipstik
adalah zat warna eosin yang memenuhi 2 persyaratan sebagai
zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pad kulit dan
kelarutannya pada minyak.Pelarut terbaik untuk eosin adalah
castor oil.Tetapi furfuryl alcohol beserta ester-esternya,
terutama stearad dan ricinolead, memiliki daya melarutkan
eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylomides, jika dipakai
sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna intensif pada
bibir.
6. Surfaktan
Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan
lipstik untuk memudahkan pembasahan dan dispersi partikel-
partikel pigmen warna yang padat.
7. Antioksidan
8. Bahan pengawet
9. Bahan pewangi (fragance)
Atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus
menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam
lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang
menyenangkan.

IV. PRA FORMULASI


1. Coconut oil
Pemerian : Cairan jernih: tidak berwarna atau kuning pucat: bau
khas,tidak tengik
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol(95%) P pada suhu 60 o; sangat
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
2. Cocoa butter
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan; bau khas aromatik; rasa
khas lemah; agak rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyaktanah P.
3. Castor oil (Minyak Jarak / Oleum Ricini)
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper tidak
berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas,
umumnya memualkan.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P; mudah larut
dalam etanol mutlak P dan asam asetat glasial.
4. Carnauba wax
Pemerian : Berwarna cokelat muda sampai kuning pucat, dapat
berbentuk bubuk, berupa serpihan atau tidak teratur;
memiliki bau yang khas ringan, hampir hambar, dan tidak
berasa; tidak mudah berubah menjadi tengik
Kelarutan : Hampir tidak larut dalam air; sedikit larut dalam etanol
mendidih (95%); serta dapat dilarutkan dalam kloroform
hangat dan toluena. Titik lebur :80-88℃ (Rowe et al, 2009).

V. FORMULASI
No Nama Bahan Jumkah (%) b/v

1 Coconut Oil 45
2 Cocoa butter 20
3 Castor oil 25
4 Carnauba wax 10

Catatan: Pembuatan dalam 150 gram

VI. CARA PERHITUNGAN


1. Coconut oil = 45/100 x 150 gram = 67,5 gram.
2. Cocoa butter = 20/100 x 150 gram = 30 gram.
3. Castor oil = 25/100 x 150 gram = 37,5 gram.
4. Carnauba wax = 10/100 x 150 gram = 15 gram.

VII. PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang masing-masing bahan.
3. Memasukkan cocoa butter dan carnauba wax ke dalam slow cooker
hingga meleleh.
4. Memasukkan coconut oil ke dalam slow cooker sambal di aduk sampai
homogen.
5. Memasukkan castor oil ke dalam slow cooker sambal di aduk sampai
homogen.
6. Memasukkan sediaan ke dalam wadah yang telah disediakan.

VIII. PEMBAHASAN
Lipbalm termasuk kosmetika dekoratif. Tujuan awal penggunaan
kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya
Tarik agar lebih disukai orang lain. Kosmetika dekoratif semata-mata
hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk
diserap ke dalam kulit serta tidak mengubah secara permanent kekurangan
(cacat) yang ada.
Carnauba merupakan wax yang berfungs untuk membentuk lapisan
berkilat dan pembuat bentuk pada lipbalm. Yang juga berfungsi
melindungi kulit dari kekeringan dan membuat warna lebih lama
menempel pada kulit
Castor oil (oleum ricini) dan coconut oil merupakan minyak
tumbuhan. Minyak tumbuhan ditambahkan sebagai pelumas, untuk
mengurangi efek pengeringan dan untuk menurunkan titik lebur. Oleum
ricini merupakan minyak yang diambil dari biji jarak, pada suhu ruang
berbentuk cair dan stabil pada suhu rendah atau sangat tinggi pelumas atau
bisa melembabkan bila menempel pada bibir. Sedangkan coconut oil atau
minyak kelapa minyak yang diperoleh dari pemerasan buah kelapa.
Disamping itu, minyak tumbuhan merupakan pelarut yang baik dalam
melarutkan zat warna dan pengawet yang larut dalam minyak.
Cocoa butter merupakan basis lemak yang berfungsi untuk
membentuk lapian film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstick, dan dapat mengurangi efek berkeringat
dan pecah terhadap lipstick. Selain tu, cocoa butter juga berfungsi sebagai
pengikat antara basis fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan
pendispersi untuk pigmen.
Lipbalm yang dihasilkan berwarna putih pucat yang terdispersi
merata dalam basis. Lipbalm tidak meneteskan minyak serta memiliki
permukaan yang halus dan rata, tidak ada rongga-rongga yang disebabkan
gelembung gas. Lipbalm yang dihasilkan memiliki bau khas dari cocoa
butter. Lipbalm yang dihasilkan konsistensinya cukup lembut sehingga
mudah untuk diaplikasikan pada bibir. Lipbalm akan melembabkan bibir
tanpa memberikan perbahan warna pada bibir sehingga bibir menjadi
terlihat lembap alami.
Tidak ada permasalahan yang mendasar pada pembuatan lipbalm
ini, karena pembuatannya relatif mudah.

IX. KESIMPULAN
Lipbalm yang dihasilkan berwarna putih pucat yang terdispersi
merata dalam basis. Lipbalm tidak meneteskan minyak serta memiliki
permukaan yang halus dan rata, tidak ada rongga-rongga yang disebabkan
gelembung gas. Lipbalm yang dihasilkan memiliki bau khas dari cocoa
butter. Lipbalm yang dihasilkan konsistensinya cukup lembut sehingga
mudah untuk diaplikasikan pada bibir. Lipbalm akan melembabkan bibir
tanpa memberikan perbahan warna pada bibir sehingga bibir menjadi
terlihat lembap alami.

LAMPIRAN

Proses peleburan ( alat Slow Cooker ) Proses pengadukan


Pengujian PH indikator Hasil PH indikator ( 5 )

Wadah Lip balm Proses sebelum pemadatan


Hasil dari pewarnaan Hasil Lip balm

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1985. Formulasi kosmetika Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

https://www.scribd.com/doc/284396013/Laporan-Resmi-Lip-Balm.
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA
“ALCOHOL HANDSANITIZER GEL”

Disusun oleh:

Iria Yuli Nur Karimah 1016088


Jihan Adilah 1016089
Khoirunnisa Kurniah 1016090
Lidya Indriyani 1016091
Lucky Fazriyani 1016092

Tingkat IIIB
Program Studi Diploma III

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON


2018

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membuat handsanitizer
gel, bahan apa saja yang dapat digunakan untuk memformulasikan
sediaannya.

II. MANFAAT
1. Dapat memahami langkah-langkahbdalam pembuatan sediaan gel
2. Untuk mengetahui kriteria gel yang baik.
3. Sederhana dan singkat. Menggunakan handsanitizer lebih cepat.
dan lebih mudah untuk membersihkan tangan dari pada mencuci
tangan.
4. Dalam perjalanan handsanitizer sangat membantu.

III. DASAR TEORI


1. Definisi Gel
Gel atau jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terdispersi oleh suatu cairan. Gel
dapat digunakan sebagai obat yang diberikan secara topikal atau
dimasukan kedalam lubang tubuh (DepKes, 1995)
2. Kekurangan dan kelebihan
Kekurangan dan kelebihan sediaan gel menurut Lachman L, et
al. (1994), adalah sebagi berikut :
a. Keuntungan sediaan gel
1) Memberikan efek dingin pada kulit saat digunakan.
2) Penampilan sediaan yang jernih dan elegan.
3) Pada pemakaian dikulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernafasan pori tidak terganggu.
4) Mudah dicuci dengan air.
5) Pelepasan obatnya baik.
6) Kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
b. Kekurangan sediaan gel
1) Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut
dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat
kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada
berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat
mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebakan iritasi dan harga
lebih mahal.
2) Penggunaan emolen golongan ester harus diminimalkan
atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
3) Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang
tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata,
penampilan yang buruk pada kulit bila terkena paparan
cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga
tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
3. Klasifikasi Gel
Berdasarkan sistem fase yang membentuk gel digolongkan
menjadi 2 macam :
a. Gel sistem fase tunggal
Gel sistem fase tunggal terdiri dari makromolekul yang
terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa sehingga
tidak menurunkan batas antara makromolekul yang terdispersi
dengan cairannya (DepKes, 1978).
b. Gel sistem dua fase
Gel sistem dua fase yaitu jika massa gel terdiri dari
gumpalan zarah kecil, massanya bersifat tiksotropik, artinya
massa akan mengental jika dibiarkan dan akan mencair kembali
jika dikocok. Gel demikian disebut magma (DepKes, 1978).

4. Dasar Gel
Berdasarkan komposisinya basis gel dapat dibedakan
menjadi :
a. Basis gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik. Apabila ditambahkan kedalam fase pendispersi,
bilamana ada, hanya ada sedikit sekali interaksi antara kedua
fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofilik tidak
secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan
prosedur yang khusus (Ansel dalam Wardani, 2009).
b. Basis gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul
organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan
molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka
pada pelarut. Pada umumnya karena daya tarik menarik pada
pelarut dari bahan-bahan hidrofilik balikan dari tidak adanya
daya tarik menarik dari bahan hidrofobik, sistem koloid
hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki
stabilitas yang besar (Ansel dalam Wardani, 2009).
5. Sifat dan karakteristik Gel menurut Wardiyah (2015)
a. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel
dapat mengabsorsi larutan sehingga terjadi pertambahan
volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar primer didalam
matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen jel
berkurang.
b. Syneresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam
massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas
permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan
yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.
Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase
relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya
gel. Adanya perubahan pada ketegarangel akan mengakibatkan
jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan. Syneresis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organgel.
c. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk
melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti
MC, HPMC, terlarut hanya air yang dingin membentuk larutan
yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan
fase yang di sebabkan karena terjadinya pengendapan parsial
dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
d. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh
pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif
dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (Melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan
mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian
tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan
adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan
karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai
kalsium alginat yang tidak larut.
e. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan
nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel
terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi
pembentuk gel, bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan
atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel
dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk
gel.
f. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling gel) dan dispersi padatan
yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang
khas, dan menunjukan jalan aliran non-Newton yang di
karakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju
aliran.
6. Senyawa pembentuk gel
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentuk struktur
berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel.
Termasuk dalam kelompok ini adalah : gom alam, turunan selulosa,
dan karbomer.
a. Gom alam
Gom yang digunakan sebagai pembentuk gel dapat mencapai
sasaran yang diinginkan dengan cara dispersi sederhana dalam
air atau melalui cara interaksi kimia.
Beberapa gom alam yang digunakan sebagai pembentuk gel
antara lain : alginat, karagen, tragakan, pektin, gom xantan, dan
gelatin (Agoes & Darijanto, 1993).
b. Carbomer
Carbomer membentuk gel pada konsentrasi 0,5%. Dalam media
air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam, pertama-tama
didispersikan terlebih dahulu. Sesudah udara terperangkap
keluar sempurna, gel akan terbentuk dengan cara
netralisasindengan basa yang sesuai. Pemasukan muatan negatif
sepanjang rantai polimer menyebabkan kumparan lepas dan
berekspansi (Agoes & Darijanto, 1993).
c. Turunan Selulosa
Turunan selulosa mudah terurai karena reaksi enzimmatik dan
karena itu harus terlindung dari kontak dengan enzim.
Turunan selulosa yang dapat digunakan untuk membentuk gel
adalah metilselulosa, Na CMC, hindroksietilselulosa, dan
hidroksipropil selulosa (larut dalam cairan polar organik)
(Agoes & Darijanto, 1993).

IV. PRA FORMULASI


Pada praktikum pembuatan handsanitizer gel dapat digunakan bahan
bahan sebagai berikut :
1. Aethanolum (FI III, hal 65)
 Etanol adalah campuran etilalkohol dan air, mengandung
tidak kurang dari 94,7% v/v atau 92,0% dan tidak lebih
dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O .
 Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak: bau khas; rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
 Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
pdan dalam eter p .
 Khasiat : Zat tambahan

2. Glycerolum (FI III, hal 271)


 Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih. Tidak berwarna;
tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopis. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 .
 Kelarutan : Dapat campur dngan air, dan dengan etanol
(95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter
P dan dalam minyak lemak.
 Khasiat : Za
3. Propylenglycolum (FI III, hal 534)
 Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; rasa agak manis; higroskopik.
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
(95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter
P; tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak.
 Khasiat : Zat tambahan : Pelarut .
4. Triaethanolaminum (FI III, hal 612)
 Trietanolamina adalah campuran dari trietanolamina,
dietanolamina dan monoetanolamina. Mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung
terhadap zat anhidrat saebagai trietanolamina, N
(C2H4OH)3.
 Pemerian : Cairan kental; Tidak berwarna hingga kuning
pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik.
 Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P; larut dalam kloroform P .
 Khasiat : Zat tambahan.
V. FORMULA HANDSANITIZER GEL

No Nama Bahan Jumlah (%) Keterangan


1 Carbopol 0,2 Geliing agend
2 Propilenglicolum 0,25 Humectant
3 Etanol 96% 40 Sanitizer
4 Glicerin 0,15 Humectant
5 TEA 1,5 Neutralizer
6 Pewarna Qs
7 Pengaroma Qs
8 Aquadest Ad 100

INTRUKSI : buat dalam 500 gram, etanol dan aquadest dalam


satuan ml.

VI. CARA PERHITUNGAN


1. Carbopol = 0,2/100 X 500 = 1 gram
2. Propilenglikol = 0,25/100 X 500 = 1,25 gram
3. Etanol 96% = 40/100 X 500 = 200 ml
4. Gliserin = 0,15/100 X 500 = 0,75 gram
5. TEA = 1,5/100 X 500 = 7,5 gram
6. Pewarna = qs
7. Pengaroma = qs
8. Aquadest untuk Carbopol = 100 ml
9. Aquadest = 500 – (1 + 1,25 + 200ml + 0,75 + 7,5 + 100)
500 – 310,5 = 189, 5 ml ~ 190 ml

VII. PROSEDUR KERJA


a. Dispersikan carbopol pada 100 ml aquadest panas. Biarkan selama
30 menit. Setelah itu kocok lambat dengan homogenizer kecepatan
50 rpm selama 30 menit .

b. Tambahkan semua propilenglikolum.


c. Tambahkan semua gliserin.
d. Tambahkan semua trietanolamin dengan kecepatan 100 rpm
e. Tambahkan etanol sedikit demi sedikit.
f. Tambhakan pewarna dan pengaroma qs
g. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit
h. Masukan kedalam kemasan.

VIII. PEMBAHASAN
Dari praktikum kali ini formula kosmetika pada pembuatan
Alcohol Handsanitizer Gel yang dibuatkan sebanyak 500 gram.
Langkah pertama pembuatan yaitu membuat gelling agent, yaitu
dengan melarutkan carbopol pada 100 ml aquadest panas dan
dikembangkan selama 30 menit. Setelah itu diaduk lambat
menggunakan homogenizer dengan kecepatan 50 rpm. Selanjutnya
penambahan propilenglikolum, gliserin, dan trietanolamin lalu
menambah kecepatan menjadi 100 rpm. Setelah homogeny tambahkan
etanol sedikit demi sedikit sambil diaduk, agar gel yang terbentuk tetap
stabil. Selanjutnya penambahan pewarna dan pengaroma secukupnya,
kemudian tambahkan aquadest sedikit demi sedikit. Hasil yang didapat
yaitu sediaan yang sempurna membentuk gel dengan pH 8. Dan
kemudian kita menguji daya sebar dengan beban 78,5 gram , didapat
nilai Horizontal 8,83 cm, vertikal 9,71 cm, diagonal 1 = 9,96 cm , dan
diagonal 2 = 10,39 cm . jadi angka daya sebar dari praktikum sediaan
handsanitizer kelompok kami adalah 9,7225 cm .

IX. KESIMPULAN
Hasil sediaan Alcohol Handsanitizer Gel yang dapat memenuhi
persyaratan, karena sediaan terurai sempurna dan membentuk massa
gel. Dengan pH 8 dan daya sebar 9,7225 cm .
LAMPIRAN

Bahan- bahan Alcohol Handsanitizer Gel


Proses pembuatan Handsanitizer Gel
Alat-alat pengujian daya sebar & organoleptis Hasil PH ( 8 )

Hasil Handsanitizer Gel


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1985. Formulasi kosmetika Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Baeti, Nur. 2017. Formulasi Dan Uji Stabilitas Gel Sanitizer Ekstrak Etanol Teh

Hijau Dengan Gelling Agent Carbopol 940 konsentrasi 0,75 % dan 1 %.

Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon.

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA


“LOTION”
Disusun oleh:

Iria Yuli Nur Karimah 1016088


Jihan Adilah 1016089
Khoirunnisa Kurniah 1016090
Lidya Indriyani 1016091
Lucky Fazriyani 1016092

Tingkat IIIB
Program Studi Diploma III

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON


2018

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan Lotion, dan bahan


apa saja yang digunakan untuk memformulasikannya sediaannya

II. MANFAAT

1. Menjaga Kelembaban Kulit. Fungsi utama dari pelembab,


khususnya hand & body lotion adalah menjaga kelembaban kulit.
2. Mencegah Kulit Bersisik dan Kusam
3. Melembutkan Kulit dan Membuatnya Bersinar.
4. Memberi Perlindungan Kulit.
5. Aromanya Membuat Tenang

III. DASAR TEORI


Definisi Lotion
Lotion menurut FI III adalah sediaan cair berupa suspensi
atau disperse digunakan obat luar. Dalam bentuk suspensi zat padat
dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok
atau emulsi tipe minyak air (o/w atau m/a) dengan surfaktan yang
cocok. Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau obat karena sifat bahan-bahannya. Hand and body
lotion (losion tangan dan badan) merupakansebutan umum bagi
sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan
dengan medium air yangdigunakan pada kulit tanpa digosokkan.
Biasanya mengandung substansi tidak larut yangtersuspensi, dapat
pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air.
Biasanyaditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan,
sebaliknya diberi alkohol untuk cepatkering pada waktu dipakai
dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984).
Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik
yang umumnya berupa emulsi, terdiri darisedikitnya dua cairan
yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta
dapatmengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk
pemakaian pada kulit yangsehat.Jadi, lotion adalah emulsi cair yang
terdiri dari fase minyak dan fase air yangdistabilkan oleh
emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya.
Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai
pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan
pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga
mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta
meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al.,
1994).
IV. PRA FORMULASI
1. Acidum Stearicun
Pemerian : Zat padat keras mengilat menunjukkan susunan
hablur, putih, atau kuning pucat mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian
Etanol 95%, dalam 2 bagian Kloroform,
dan dalam 3 bagian Eter
Khasiat : Emulsifying agent, solubilizing agent
Konsentrasi : 1-20%
2. Cetil Alkohol
Pemerian : Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau
khas lemah, rasa lemah
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter,
kelarutan bertambah dengan naiknya suhu
Khasiat : Emulsifying Agent
Konsentrasi : 2-5%

3. Paraffin Liquidum
Pemerian : Cairan kental transparan tidak berflouresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%,
larut dalam kloroform dan dalam eter
Khasiat : Emolient
Konsentrasi : 1-20%
4. Glycerolum
Pemerian : Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol 95%,
praktis tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Emolient, humektan.
Konsentrasi : Hingga 30%
5. Triethanolaminum
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lebih mirip amoniak dan higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut
dalam kloroform
Khasiat : Alkalizing agent, emulsifying agent
Konsentrasi : 0,5-4%
6. Minyak Sereh
Pemerian : Cairan warna kuning pucat sampai kuning tua, bau
khas enak
Khasiat : Penghalau serangga
7. Aquadest
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Khasiat : Pelarut
V. FORMULASI

No. Nama Bahan Jumlah %


1. Acidum Stearicum 2,5%
2. Cetyl Alkohol 0,5%
3. Paraffin Liquidum 7%
4. Glycerolum 5%
5. Triethanolaminum 1%
6. aquadest Ad 100
7. Minyak sereh 0,5%
8. pengaroma qs
9. pewarna qs

VI. CARA PERHITUNGAN


 Acidum Stearicum = 2,5/100 x 250 = 6,25
 Cetyl Alkohol = 0,5/100 x 250 = 1,25
 Paraffinum Liquidum = 7/100 x 250 = 17,5
 Glycerolum = 5/100 x 250 = 12,5
 Trietanolaminum = 1/100 x 250 = 2,5
 Minyak Sereh = 0,5/100 x 250 = 1,25
 Aquadest

= 250 - (6,25+1,25+17,5+12,5+2,5+1,25)
= 250 - 40,25
= 209,75~210 ml

VII. PROSEDUR KERJA


1. Fase air dipanaskan pada suhu 70oC-80oC di waterbath dengan sekali
pengadukan hingga larut sempurna(Aquadest panas)
2. Fase minyak dipanaskan pada suhu 70oC-80oC di waterbath dengan
sekali pengadukan hingga larut sempurna. Panaskan selama 40 menit
3. Masukan fase minyak dan fase air kedalam wadah plastic, aduk dengan
mixer kecepatan 1 hingga terbentuk lotion
4. Tambahkan Minyak Sereh, aduk sampai larut
5. Tambahkan pewarna dan pengaroma secukupnya, kocok sampai larut
6. Masukan kedalam kemasan botol

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kelompok kami membuat sediaann lotion
Sediaan Hand Body Lotion sendiri memiliki karakteristik yaitu
penggunaan yang praktis dan merata pada kulit sehingga mudah menyebar
dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan
tipis yang tidak lengket pada kulit dan kemudahan menyebar pada seluruh
tubuh. Hasil yang diinginkan pada sediaan Hand Body Lotion ini yaitu
aman, memiliki efektivitas sebagai mostiraizing dan dapat memberi nutrisi
pada kulit, memiliki daya sebar yang luas sehingga viskositas diharapkan
rendah dan mudah mengalir serta memiliki aroma yang wangi dan stabil
selama penyimpanan.
Parameter evaluasi yang seharusnya dilakukan adalah organoleptis,
pH, viskositas, tipe emulsi, homogenitas, daya sebar, tercucikan air, daya
lekat, ukuran partikel, uji iritasi, uji aseptabilitas dan uji efektivitas.
Namun daya lekat, tipe emulsi, ukuran partikel, tercucikan air dan uji
aseptabilitas tidak dilakukan karena keterbatasan waktu, sedangkan
viskositas tidak dilakukan karena keterbatasan jumlah sediaan.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan, terdapat beberapa
uji yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Untuk uji
organoleptis, bentuk dari sediaan sudah memenuuhi spesifikasi. Namun,
warna dari sediaan yang kami buat terlihat lebih pucat dan kurang menarik
Untuk uji pH, sediaan memiliki pH 7 kami juga menghitung suhu pada
fase air 75 OC dan suhu pada fase minyak 78 OC Pada saat melakukan uji
sebar hasil yang kami dapatkan yaitu keatas : 8,21 cm kebawah ; 8,64cm,
ke kanan : 8,85cm, dan ke kiri : 8,77 cm.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Lotion yang baik yaitu mempunyai nilai stabilitas emulsi tinggi, nilai
viskositas tinggi, dan pH 8
b. lotion termasuk sediaan emulsi
c. Pada saat melakukan uji sebar hasil yang kami dapatkan yaitu keatas :
8,21 cm kebawah ; 8,64cm, ke kanan : 8,85cm, dan ke kiri : 8,77 cm
LAMPIRAN

Bahan-bahan pembuatan Lotion

Alat pembuatan Lotion


Proses pembuatan Lotion Proses pengadukan Lotion
Hasil Uji PH Indikator ( 8 ) Uji Organoleptis

Uji Daya Sebar


Hasil Lotion

DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi V


http://www.academia.edu/9872991/TUGAS sedian kosmetik krim dan

lotion emolien.

https://shofipunya.wordpress.com/2011/12/08/sediaan-hand-and-body-

lotion-dengan-bahan-aktif-ekstrak-teh-hijau-dan-apel-yang-berfungsi-

sebagai-antioksidan/
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA
“SABUN TRANSPARAN”

Disusun oleh:

Iria Yuli Nur Karimah 1016088


Jihan Adilah 1016089
Khoirunnisa Kurniah 1016090
Lidya Indriyani 1016091
Lucky Fazriyani 1016092

Tingkat IIIB
Program Studi Diploma III

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON


2018
LAMPIRAN

Bahan- bahan Pembuatan sabun Transparan

Cetakan Sabun
Hasil pengujian PH indikator ( 13 ) Proses pencetakan sabun

Hasil dari proses pencetakan sabun transparan


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1985. Formulasi kosmetika Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

https://www.scribd.com/document/361805953/Laporan-Resmi-Sabun-

Transparan

https://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-sabun.html

Anda mungkin juga menyukai