Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Teknologi semakin maju seiring berkembangnya zaman. Demikian juga dengan
pemikiran setiap manusia untuk menanggapi persoalan yang ada. Para penulispun memiliki
pemikiran yang berbeda-beda pada suatu kasus yang dituangkan dalam tulisan mereka
maing-masing. Sehingga , terdapat banyak buku yang diterbitkan dengan pembahasan topik
yang sama namun pemaparannya berbeda-beda.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap manusia memiliki pemikiran
yang berbeda-beda tentang topik permasalahan yang ada, sehingga pada buku-buku yang
sudah diterbitkan dengan topik yang sama tentulah kitaakan menjumpai kelebihan dan
kelemahan dari isi buku.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

1. Mengetahui kelemahan dam kelebihan sub bagian buku yang diulas

1.3 Manfaat Makalah


Penulisan laporan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dalam hal untuk memilih
buku dengan jeli untuk digunakan. Sedangkan untuk penulis diharapkan dalam semakin
terlatih dalam mengkritisi tulisan.
BAB II

PEMBAHASAN

I. IDENTITAS BUKU
1. BUKU UTAMA
2. BUKU PEMBANDING I
3. BUKU PEMBANDING II
Judul : Kiat Mendidik Sebagai Landasan Profesional Tindkan Konselor
Penulis : Sunaryo Kartadinata
ISBN :
Penerbit : UPI PRESS
Kota terbit : Bandung
Tahun terbit :
Dimensi buku :
Tebal buku : 67 halaman

II RINGKASAN BUKU

1. RINGKASAN BUKU UTAMA


2. RINGKASAN BUKU PEMBANDING I
3. RINGKASAN BUKU PEMBANDING II

Artikel 1
Hakikat Manusia dan Pendidikan

Pendidikan adalah upaya normatif yang membawa manusia dari kondisi apa adanya
kepada kondisi bagaimana seharusnya. Kemana manusia mau dibawa melalui upaya
pendidikan? Jawabannya harus ditemukan melalui dan bermuara kepada pemahaman tentang
hakikat manusia. Berbicara tentang hakikat manusia tidak akan terlepas dari pertanyaan-
pertanyaan antropomorfik karena pandangan manusia terhadap dunia dan dirinya tidak bisa
lepas dari sudut pandang eksistensial manusia itu sendiri. Pertanyaan yang berkenaan dengan
‘Siapa saya?”, “Apa dunia ini?", "Apa yang harus saya perbuat?”, "Apa yang dapat saya
harapkan?”, merupakan pertanyaan di sekitar upaya memahami hakikat manusia.

Kehidupan manusia yang penuh dengan serba kemungkinan telah menuntut manusia
untuk melakukan pilihan dengan baik dan benar. Proses memilih bukanlah suatu proses
mekanistik dan naluriah tetapi suatu proses moralitas yang melibatkan kemampuan nalar
secara motekar (kreatif). Kemampuan nalar yang motekar ini dalam arti mampu berbuat lebih
baik. " Berbuat kebaikan adalah melestarikan dan menyempurnakan nilai-nilai esensial,.”
(K.A. Hamid, 1986: 171). Terkandung makna di sini bahwa pendidikan tidak hanya bertugas
melestarikan nilai-nilai kehidupan, tetapi juga menumbuhkan keberanian motekar(“creative
courage”) (Rollo May, 1980) untuk mengembangkan dan bahkan mungkin mengubah
referensi nilai kehidupan ke arah yang lebih baik dan benar, atas dasar “keberanian Imani”.
(A. Sanusi, 1984). Soepardjo Adikusumo (1986) menegaskan bahwa pendidikan itu
merupakan proses transmisi pengetahuan, pengembangan budaya, terapi budaya, dan sebagai
community.

Artikel 2
Pendidikan Sebagai Ilmu

Tujuan utama ilmu adalah untuk memperoleh pengetahuan yang reliabel tentang
perilaku alam dan perilaku manusia ( George F. Kneller. 1971: 334). Untuk tujuan dimaksud
metode inkuiri digunakan sebagai metode khusus dalam ilmu, yang menggantikan metode
intuisi, doktrin, dan akal lumrah (common sense), yang menghasilkan generalisasi dan teori
yang bisa diuji berulang-ulang secara empirik. Inilah yang disebut dengan pendekatan ilmiah
di dalam mencari kebenaran. Fakta-fakta yang dihimpun melalui metode inkuiri (observasi,
pengujian hipotesis, deduksi dan validasi) akan menghasilkan generalisasi. Generalisasi yang
teruji berulang-ulang secara konsisten akan membangun sebuah teori, yang selanjutnya teori
akan digunakan sebagai landasan untuk memahami dan menguji berbagai fenomena atau
fakta. Demikianlah berpikir keilmuan sebagai sebuah dialektika, yang akan selalu melahirkan
tesis, hipotesis, dan antitesis.

Kondisi maksimum dimaksud tidak mungkin dikembangkan hanya menggunakan


teknik-teknik psikologi atau teknik-teknik ilmiah semata tentang perilaku manusia tanpa diuji
dan dilumatkan secara koheren dengan filsafat pendidikan. "Proses membawa" adalah situasi.
Agama sebagai sumber kebaikan dan kebenaran dari segala sumber kebaikan dan
kebenaran. Tapi mengapa masih harus berfilsafat? Agama adalah ajaran hidup yang
bersumber dari wahyu Tuhan yang harus difahami dan diinternalisasi dengan atas nama
Tuhan, atas dasar keimanan dengan menggunakan rujukan nilai-nilai ke-Tuhan-an; namun
demikian agama tidak bersifat dogmatis. Internalisasi dan asimilasi nilai-nilai ajaran agama
perlu lumat dengan kecerdasan dan hati yang akan membangun filsafat hidup. Filsafat hidup
ini akan menjadi, antara lain, sumber filsafat pendidikan.
Sampailah kepada pertanyaan: "Apakah pendidikan itu ilmu?". Setelah melakukan
penjelajahan singkat untuk memahami makna pendidikan dan keilmuan pendidikan, ilmu-
ilmu terkait yang digunakan dalam pendidikan, serta telaahan falsafah yang relevan, dapatlah
dirumuskan kaidah-kaidah dasar berikut.
1. Pendidikan adalah upaya normatif yang membawa manusia untuk merealisasikan diri.
2. Proses membawa adalah tindakan pendidikan, perbuatan mendidik, relasi dan transaksi
pendidikan, dalam menciptakan situasi pendidikan sebagai kondisi maksimum untuk
memfasilitasi manusia merealisasikan diri.
3. Situasi pendidikan adalah kondisi maksimum untuk memfasilitasi realisasi diri yang
dikembangkan dengan melumatkan pendekatan ilmiah (scientific bases) tentang perilaku
manusia secara koheren dengan filsafat pendidikan.
4. Situasi pendidikan, dengan demikian, menjadi keunikan wilayah kajian pendidikan yang
akan membedakan pendidikan dari ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu bantu pendidikan di
dalam memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan perilaku manusia.
Dari kaidah-kaidah yang disebutkan dapat ditegaskan bahwa Pendidikan adalah Ilmu.
Pendidikan adalah ilmu normatif yang mengkaji situasi pendidikan. Pendidikan bukanlah
ilmu fisik atau kealaman, bukan pula ilmu perilaku manusia dan biologi, sebagaimana
penggolongan ilmu dibuat, melainkan sebagai ilmu normatif. Memang benar ilmu pendidikan
bersifat hibrida karena dibangun dari ilmu-ilmu dasar, yang berkaitan dengan perilaku
manusia, namun semua itu diuji koherensinya dengan filsafat, bersifat normatif dan
melahirkan kajian unik wilayah pendidikan.

METODOLOGI ILU PENDIDIKAN: RISET KUANTITATIF

2.1 Dasar Filosofis Dan Karakteristik

Riset Kualitatif merupakan sekumpulan metode-metode pemecahan masalah yang


terencana dan cermat dengan desain yang cukup longgar, pengumpulan data lunak, dan
tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan melalui induktif langsung. Pengumpulan
data dilaksanakan secara lentur dimana peneliti sebagai instrument pengumpulan data yang
utama, untuk mendapatkan data utama dan untuk mendapatkan data lunak. Penelitian
kualitatif adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu sosiologi dan antropologi
dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran
induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.
Berdasarkan pengolahan data dilakukan dengan menggunkan prosedur statistik informasi
yang tertuju pada pemuktian hipotesis. Berdasarkan penjelasan diatas, mak dapat kita kenali
ciri-ciri riset kuantiatif sebgai berikut:

a. Riset kuantitatif menghendaki adanya perekayasan siuasi yang akan diteliti dengan
terencana memberikan suau perlakuan tertentu, untuk mengetahui sebab akibat
b. Riset kuantiatif adalah eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana
dalam bentuk fungsional maupun desain faktorial
c. Riset kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil daripada proses
d. Riset kuantitatif cendrung merupakan data elalui observasi untuk perbaikan hipotesis
e. Riset kuantitaif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan.

Pelaksanaan riset kuantitatif dilakukan dalam bentuk pengukran terprogram atau sistematis.
Hopotesis memunyai peranan sangat pentin dala riset kuantitatif. Hipotesis sebagai
pernyataan deklaratif sementara tetang huungan antara dua variabel atau lebih, berfungs
sebagai pendahulu eksperimen dan sebuah metode yang memberi keteranga bilamana
verifikasi akual tidak mungkin dilakukan. Syarat hipotesis 1. Relevan, 2. Kesetabilitas, 3.
Kompatibilitas, 4. Prediktif, 5. Sederhana.

2.2 Bentuk-bentuk Riset Eksperimen

Metode-metode riset kualitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu Pendidikan,


antara lain mencakup (1) metode fenomenologi; (2) metode komparatif; (3) metode historis,
(4) metode interaksi simbolik, (5) metode etnografis, dan (6) etnometodologi. Metode
komparatif dalam pendidikan tertuju pada menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan diantara sistem-sistem pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal ini, Bareday
dalam Comparative Method in Education (1964) mengemukakan bahwa metode komparatif
dalam pendidikan terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) deskripsi, atau pengumpulan secara
sistematik tentang informasi pendidikan di beberapa Negara; (2) Interpretasi, atau analisi latar
belakang sosio-kultural pendidikan dari setiap negara yang akan dibandingkan; (3)
Penjajaran, atau pengkajian secara serempak beberapa sistem pendidikan untuk menentukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan secara linier; dan (4) pembandingan secara
keseluruhan anatar sistem-sistem pendidikan yang dibandingkan. Metode historis dalam
pendidikan berkenaan dengan penggambaran apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan
selama kurun waktu tertentu.
Metode interaksi simbolik dalam pendidikan merupakan metode riset yang bertujuan
memahami makna tingkah laku interaktif dalam pendidikan, dengan jalan memahami
definisi-definisi dan proses interaksi yang terjadi dalam penyusunan definisi-definisi tersebut.
Sehubungan dengan tujuan tersebut, peneliti harus masuk dalam proses pendefinisian makna
yang berlangsung dalam proses pendefinisian makna yang berlangsung dalam proses
interaksi dengan menggunakan metode observasi partisipan.
Metode etnografis pendidikan bertujuan menyusun sebuah deskripsi penuh arti (thick
description) tentang jaringan hubungan, kegiatan-kegiatan dan keyakinan pihak-pihak yang
terlibat dalam lingkungan-lingkungan pendidikan. Seperti riset lainnya, proses
penyelenggaraan riset etnografis terdiri atas: (1) Penyusunan desain; (2) Pengumpulan data;
(3) Analisis dan interpretasi data, dan (4) Penyajian data bentuk sebuah deskripsi penuh arti
atau thick description.
Etnometodologi tidak berkenaan dengan metode-metode yang digunakan dalam
penyelidikan untuk mengumpulkan data, tetapi lebih berkenaan dengan pokok masalah yang
menjadi penyelidikan. Etnometodologi berkenaan dengan studi bagaimana individu-individu
menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari, atau metode mereka memenuhi
kehidupan sehari-hari. Pokok persoalan dalam etnometodologi adalah orang-orang dalam
berbagai situasi yang terjadi dalam masyarakat mereka sendiri.
Riset kuantitatif dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental. Riset
eksperimen merupakan penyelidikan yang penelitiannya mengontrol kondisi-kondisi
perlakuan dan pengaruh dari luar. Metode eksperimental berkenaan dengan gejala tentang
sebab dan akibat. Kita menilai dinamika sebab dan akibat dalam sebuah sistem tertutup dari
kondisi-kondisi yang terawasi.
Apabila ditinjau dari desainnya, metode-metode eksperimental dapat dibedakan dalam
empat kelompok yaitu: (1) Desain-desain Pra eksperimental (Pre Eksperimental Designs); (2)
desain-desain Eksperimental yang sesungguhnya (True Eksperimental Designs); (3) desain-
desain Eksperimental Rekaan (Quasi Eksperimental Designs); dan (4) Desain-desain
Korelasional Dan Sebab Terbalik (Corelational and Ex Post Facto Designs).
Desain-desain Pra-Eksperimental dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu:
(1) One-Shot Case Study; (2) One Group Pre-test-Posttest Design; dan (3) Static Group
Comparison . Desain-desain Eksperimental yang sesungguhnya dapat dibedakan dalam tiga
macam bentuk, yaitu (1) Pretest-Posttest Control Group Design (Desain Kelompok Kontrol
Tes Awal-Tes Akhir); (2) Solomon Four-Group Design (Desain Empat Kelompok dari
Solomon); dan (3) Posttest only Control Design (Desain Kelompok Kontrol Terakhir).

Pola pengumpulan data yang dipergunakan dalam riset kuantitatif merupakan cara
kerja dalam bentuk pengukuran sistematis. Pengukuran sistematik adalah pengumpulan data
kuantitatif secara sistematik dan terencana melalui suatu eksperimentasi. S.S. Steven
membedakan pengukuran dalam empat macam tingkatan, yaitu pengukuran nominal,
pengukuran ordinal, pengukuran interval, dan pengukuran ratio. Secara tersirat telah
dinyatakan bahwa pengukuran sistematis adalah pengukuran terencana. Hal lain yang penting
dalam pengukuran sistematis adalah alat pengumpul data yang digunakan. Apabila alat
pengumpul data dapat mengukur hal-hal yang menjadi isi yang diselidiki, maka alat tersebut
mempunyai validitas isi (content validity)
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pola pengamatan riset kuantitatif adalah
berkenaan dengan sumber data dan teknik pengumpulan data. Apabila alat pengumpul data
dan sampel sudah ditetapkan, maka hal lain yang masih perlu diperhatikan oleh peneliti
dalam riset kuantitatif adalah teknik memperoleh data. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa riset kuantitatif menuntut adanya pola pengamatan yang mempunyai karakteristik: (1)
desain riset berstruktur; (2) adanya instrumentalisasi; (3) randomisasi dalam pengambilan
sampel, dan ; (4) pembakuan dalam teknik pengumpulan data. Pengolahan data kuantitatif
yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang baku, dilakukan dengan menggunakan
analisis statistik. Analisis statistik sebagai sekelompok teknik kerja mengolah data kuantitatif
dapat berfungsi deskriptif dan inferensi. Analisis statistik deskriptif berfungsi menyajikan
gambaran singkat tentang hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang diselidiki. Sedangkan analisis
statistic inferensi berfungsi menyimpulkan sifat-sifat populasi berdasarkan hasil-hasil
pengumpulan data pada sampel

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Tips untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
Penelitian dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.
Penelitian kuantitatif berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural,
realisme, positivisme, behaviorisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal
yang bersifat konkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
Sedangkan, penelitian kualitatif adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin
ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif
menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak
perspektif yang akan dapat diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial
dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini
berangkat dari pengetahuan, berdasarkan pengalaman sosial adalah suatu proses ilmiah yang
sah.

3.2 SARAN

Sebaiknya dalam penulisan buku kedepan haruslah di tinjau lebih kritislagi agar tidak
ada kesalahan dalam penulisan huruf, penggunaan tanda baca atau pemilihan kata yang tepat
dan
mudah dimengerti. Penyajian yang lebih menarik akan menambah minat baca para pembaca
buku.

KELEBIHAN : Pada bab 8 ini penulis menyusun dengan menggunakan gaya bahasa yang
mudah dipahami oleh pembaca. Penulis juga menggunakan banyak teori yang memuat
pembaca banyak mengetahui teori-teori tentang pengertian SIM

KELEMAHAN : Pada bab 8 ini penulis tidak membuat ranggkuman tentang inti bab 1.

Anda mungkin juga menyukai