Copd 26 Paru
Copd 26 Paru
A. DEFINISI
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
b. Etiologi
influenzae.
2) Alergi
c. Manifestasi klinis
infeksi pulmonary.
dan CHF
2. Emfisema
a. Definisi
Suddarth, 2002).
b. Etiologi
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
paru
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
b. Etiologi
3) Stress
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
berat),
3) wheezing,
5) takikardi
6) takipnea
C. ETIOLOGI
partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas
ini termasuk :
1. asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. polusi udara
D. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam
paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada
ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara
pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi
E. MANIFESTASI KLINIS
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum
yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang
hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah
eksaserbasi akut.
7) Penurunan kesadaran
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer.
dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih
jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II,
III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio
G. KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
3. Infeksi Respiratory
4. Gagal jantung
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering
kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
H. PENATALAKSANAAN
lebih awal.
pengobatan empirik.
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat
yang kuat.
tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.
c. Fisioterapi
bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (7,3Pa (55
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari
depresi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Gejala :
latihan
Tanda :
· Keletihan
· Gelisah, insomnia
2. Sirkulasi
Tanda :
diameterAPdada)
· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh
dansianosis perifer
3. Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
4. Makanan/ cairan
Gejala :
· Mual/muntah
Tanda :
· Edema dependen
· Berkeringat
5. Hyegene
Gejala :
melakukan aktivitassehari-hari
Tanda :
6. Pernafasan
Gejala :
Tanda :
· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi
melebarkan hidung.
cairan, mukosa)
7. Keamanan
Gejala :
· Kemerahan/berkeringat (asma)
8. Seksualitas
Gejala :
· penurunan libido
9. Interaksi Sosial
Gejala :
Tanda :
distress pernafasan
perfusi
KEPERAWATAN
segera: peningkatan
sputum, kekentalan
sputum, peningkatan
didada, keletihan.
7. Berikan antibiotik
8. Berikan dorongan
melakukan imunisasi
streptococcus
pneumoniae.
v Mendemonstrasikan istirahat.
nafas abnormal)
110-130mmHg dan
diastole 70-90mmHg),
nad (60-100x/menit)i,
pernafasan (18-
24x/menit))
v Itmia hipoksia.
mengencerkan sekresi
sehingga ventilasi paru
mengalami perbaikan.
5. Pantau pemberian
oksigen
menggunakan treadmill
perlahan.
kembangkan rencana
5. Sarankan konsultasi
untuk menentukan
terhadap kemampuan
pasien.
6. Sediakan oksigen
sebagaiman diperlukan
menjalankan aktivitas
untuk berjaga-jaga.
7. Tingkatkan
8. Tingkatkan
toleransi terhadap
aktivitas dengan
mendorong klien
banyak bantuan.
9. Secara bertahap
tingkatkan toleransi
latihan dengan
meningkatkan waktu
6. Hindari makanan
menghasilkan gas.
7. Timbang berat
indikasi.
menghindari keletihan
Bahas tindakan
penghematan energi.
3. Ajarkan tentang
memungkinkan.
Pathway
faktor predisposisi
KEPERAWATAN
efektif b.d bronkokontriksi, v Respiratory status : Ventilation cairan/hari kecuali terdapat kor
dan suara nafas yang bersih, tidak ada nebuliser, inhaler dosis terukur
mengeluarkan sputum, mampu perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan
bernafas dengan mudah, tidak ada malam hari sesuai yang diharuskan.
paten (klien tidak merasa tercekik, aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.
dalam rentang normal, tidak ada infeksi yang harus dilaporkan pada
diharuskan.
pneumoniae.
dan suara nafas yang bersih, tidak ada berdasarkan tingkat toleransi pasien.
pursed lips)
pernafasan (18-24x/menit))
ketidaksamaan ventilasi v Frkuensi nafas normal (16- 2. Pantau klien terhadap dispnea dan
berjalan perlahan.
dasar.
pasien.
jaga.
banyak bantuan.
kebutuhan tubuhberhubungan v Nutritional Status : food and Fluid makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
dengan dispnea, kelamahan, Intake makan. Evaluasi berat badan dan ukuran
sputum dan anoreksia, mual v Adanya peningkatan berat badan 2. Auskultasi bunyi usus
v Tidak ada tanda tanda malnutrisi sering, tidak perlu dikunyah lama.
sesuai indikasi.
diriberhubungan dengan v Self care : Activity of Daily Living pernapasan diafragmatik dengan
dan insufisiensi ventilasi dan v Klien terbebas dari bau badan 2. Dorong klien untuk mandi,
bila memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta,
EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,