Oleh : KELOMPOK 2
Mengetahui
Kepala Puskesma Jambon
Andi Muhadi,S,ST.,M.,Si
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Aplikasi Program
Stunting di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Jambon.
ii
Penulis menyadari bahwa menyelesaikan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adannya kritikan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.7. Data Kesehatan Lingkungan .................................................................................. 28
2.8. DATA KHUSUS ..................................................................................................... 31
2.8.1. Data kunjungan rawat Jalan .............................................................................. 31
2.8.2. Data Kunjungan Rawat Inap ............................................................................. 32
2.8.3. Data Kunjungan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan UPT Puskesmas Jambon
2018 .................................................................................................................... 33
2.8.4. Data Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta ...................................................... 35
2.8.5. Data Target Sasaran ........................................................................................... 37
BAB 3 TINJAUAN PELAKSAAN PROGRAM PUSKESMAS............................... 54
3.1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat .................................................................... 54
3.1.1. Pengertian ............................................................................................................ 54
3.1.2. Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan .................................... 55
3.1.3. Strategi SKPD ..................................................................................................... 56
3.1.4. Rencana Kerja ..................................................................................................... 58
3.1.5. Indikator .............................................................................................................. 58
3.2. Pelaksanaan Program di Puskesmas ..................................................................... 59
3.2.1. Perencanaan ........................................................................................................ 59
3.2.2. Evaluasi ............................................................................................................... 59
3.3. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program ......................................... 61
3.4. Kegiatan yang dilaksanakan puskesmas dan solusi untuk memecahkan
masalah ..................................................................................................................... 61
BAB 4 KESIMPILAN DAN SARAN ........................................................................ 63
4.1 Kesimpulan............................................................................................................... 63
4.2 Saran .......................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 64
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
data dari puskesmas Jambon terdapat 383 anak yang mengalami stunting yang
tersebar di 13 desa.
Status gizi masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan
tidak langsung. Faktor yang mepengaruhi status gizi adalah penyakit dan asupan
makanan. Sedangkan faktor tidak langsung yang memepengaruhi status gizi
adalah pendidikan, pengetahuan, ketrampilan keluarga dan ketahanan pangan yang
berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuan pangan
seluru anggota keluarga dalam jumlah yang cukup. Baik jumlah maupun
gizinyaserta pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan dengan
penyebab dasar struktur atau ekonomi (Adisasmito, 2008).
Gizi kurang dan gizi buruk salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan pada seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sehingga
diperlukan adanya promosi kesehatan tentang gizi. Promosi ini bertujuan untuk
menambah wawasan masyarakat tentang kebutuan gizi seimbang bagi tubuh.
Setelah meningkatkan wawasan masyarakat tentang gizi di harapkan masyarakat
dapat mengurangi gejala kurang gizi dan gizi buruk.
Laporan keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa melalui
Praktik Klinik Keperawatan II di UPT Puskesmas Jambon berlangsung mulai
tanggal 21 januari 2019 melaksanakan praktik keperawatan komunitas ini
kelompok mendapat praktik di UPT Puskesmas Jambon Desa Blembem
Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.
Berdasarkan fenomena diatas, kelompok kami tertarik untuk membuat laporan
dengan judul “gizi stunting di Kecamatan Jambon”.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui informasi mengenai pelaksanaan penangan gizi stuntting di
wilayah Puskesmas Jambon Dalam Kabupaten Ponorogo Tahun 2019.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui informasi tentang masukan (input) pelaksanaan penangan
gizi stuntting di Puskesmas Jambon Dalam Kabupaten Ponorogo Tahun
2019 yang meliputi kebijakan, tenaga pelaksana, dana dan sarana
prasarana.
2. Mengetahui informasi tentang proses (process) pelaksanaan penangan
gizi stuntting di Puskesmas Jambon Dalam Kabupaten Ponorogo Tahun
2019 yang meliputi pra pemicuan, pemicuan dan pasca pemicuan.
3. Mengetahui informasi tentang keluaran (output) pelaksanaan penangan
gizi stuntting di Puskesmas Jambon Dalam Kabupaten Ponorogo Tahun
2
3
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stunting
2.1.1. Definisi Stunting
Menurut data yang dilansir WHO, 178 juta anak di bawah lima tahun
mengalami stunted. Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat
pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak
lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak (Dinkes
Sumsel). Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak,
hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted).
Stunting adalah perawakan pendek yang timbul akibat malnutrisi yang lama
(Candra, 2013).
Menurut Millennium Challenge Account-Indonesia, stunting adalah
masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru
nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif
para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi
jangka panjang bagi Indonesia.
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhanbaik
motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up
4
5
stunted (sangat pendek) (Nailis, 2016). Berikut klasifikasi status gizi stunting
berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U).
II. Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara 2,0 s/d 2,0
rendah dan biaya yang digunakan untuk pengeluaran pangan yang lebih
rendah 10 merupakan beberapa ciri rumah tangga dengan anak pendek.
Penelitian di Semarang Timur juga menyatakan bahwa pendapatan
perkapita yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting
(Nasikhah dan Margawati, 2012).
Selain itu penelitian yang dilakukan di Maluku Utara dan di Nepal
menyatakan bahwa stunting dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya
adalah faktor social ekonomi yaitu defisit pangan dalam keluarga (Ramli
et all, 2009; Paudel et all, 2012).
2) Status Gizi Ibu saat Hamil
Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor
tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan.
Beberapa indikator pengukuran seperti
a) Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar Hb
dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak. Pemeriksaan darah
dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui kadar Hb ibu sehingga
dapat diketahui status anemia yang dialami ibu saat hamil. Anemia
pada saat kehamilan merupakan suatu kondisi terjadinya kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin (Hb) pada saat kehamilan. Ada
banyak factor predisposisi dari anemia tersebut yaitu diet rendah zat
besi, vitamin B12, dan asam folat, adanya penyakit gastrointestinal,
serta adanya penyakit kronis ataupun adanya riwayat dari keluarga
sendiri. Ibu hamil dengan anemia sering dijumpai karena pada saat
kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dan terjadi 12
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Nilai cutoff
anemia ibu hamil adalah bila hasil pemeriksaan Hb<11,0 g/dl
(Kemenkes R.I, 2013).
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah karena gangguan
penyerapan pada pencern an, kurangnya asupan zat besi dan protein
dari makanan, perdarahan akut maupun kronis, meningkatkan
kebutuhan zat besi, kekurangan asam folat dan vitamin, menjalankan
diet miskin zat besi pola makan yang kurang baik maupun karena
kelainan pada sumsum tulang belakang. Akibat anemia bagi janin
adalah hambatan pada pertumbuhan janin, bayi lahir prematur, bayi
lahir dengan BBLR, serta lahir dengan cadangan zat besi kurang
10
f) ASI Eksklusif
ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan
dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang
diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan
(Kemenkes R.I, 2012). Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah
dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga
penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu
dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus 15 selain itu
pengeluaran sisa pembakaran makanan belum bias dilakukan dengan
baik karena ginjal belum sempurna (Kemenkes R.I, 2013).
Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai dari
peningkatan kekebalan tubuh, pemenuhan kebutuhan gizi, murah,
mudah, bersih, higienis serta dapat meningkatkan jalinan atau ikatan
batin antara ibu dan anak. Penelitian yang dilakukan di Kota Banda
Aceh menyatakan bahwa kejadian stunting disebabkan oleh
rendahnya pendapatan keluarga, pemberian ASI yang tidak eksklusif,
pemberian MP-ASI yang kurang baik, imunisasi yang tidak lengkap
dengan faktor yang paling dominan pengaruhnya adalah pemberian
ASI yang tidak eksklusif. Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin pada
tahun 2012 dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kejadian
stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, asupan gizi balita,
pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu balita,
pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran namun factor yang paling
dominan adalah pemberian ASI (Arifin dkk, 2013).
Berarti dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi dapat
menurunkan kemungkinan kejadian stunting pada balita, hal ini juga
tertuang pada gerakan 1000 HPK yang dicanangkan oleh pemerintah
Republik Indonesia.
g) MP-ASI Kebutuhan anak balita akan pemenuhan nutrisi bertambah
seiring pertambahan umurnya.
ASI eksklusif hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi balita
sampai usia 6 bulan, selanjutnya ASI hanya mampu memenuhi
kebutuhan energi sekitar 60-70% dan sangat sedikit mengandung
14
infeksi bakteri kronis. Infeksi tersebut, disebabkan oleh praktik sanitasi dan
kebersihan yang kurang baik, membuat gizi sulit diserap oleh tubuh.
Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan pun memicu gangguan
saluran pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan
kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi. Sebuah riset menemukan
bahwa semakin sering seorang anak menderita diare, maka semakin besar
pula ancaman stunting untuknya.
Selain itu, saat anak sakit, lazimnya selera makan mereka pun
berkurang, sehingga asupan gizi makin rendah. Maka, pertumbuhan sel
otak yang seharusnya sangat pesat dalam dua tahun pertama seorang anak
menjadi terhambat. Dampaknya, anak tersebut terancam menderita
stunting, yang mengakibatkan pertumbuhan mental dan fsiknya terganggu,
sehingga potensinya tak dapat berkembang dengan maksimal. Penelitian
lain menunjukkan potensi stunting berkurang jika ada intervensi yang
terfokus pada perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan.
Adapun akses terhadap sanitasi yang baik berkontribusi dalam
penurunan stunting sebesar 27%. Untuk memotong rantai buruknya
sanitasi dan kebersihan serta kaitannya dengan stunting, ibu hamil dan anak
perlu hidup dalam 19 lingkungan yang bersih. Dua cara utama adalah
dengan tidak buang air besar sembarangan, serta mencuci tangan dengan
sabun.
masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan dua pendekatan
yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan
sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan,
imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita
dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin
A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI.
Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti
penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja,
perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dan lain-lain. Kegiatan
perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study
(MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan
internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial
ekonomi,
2.2. Puskesmas
2.2.1. Konsep Puskesmas
A. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang
tinggal di wilayah kerja. Kunjungan masyarakat pada suatu unit tidak saja
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya: sumberdaya
manusia, motivasi pasien, ketersediaan bahan dan alat, tarif dan lokasi.
Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang sangat penting di indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes, 2011).
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah Unit peyelenggara
upaya kesehatan masyarakat dengan tingkat yang pertama dengan
mengupayakan cara promotif dan prefentif, dalam mencapai tingkat kesehatan
yang tinggi di suatu wilayah kerja (PERMENKES No 75,2014).
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan Puskesmas atau Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
meyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
18
4. Prinsip Pemerataan
D. Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan yang sehat.
22
2.3.4. DATA LAPORAN BULANAN GIZI ( BGM & 2T ) DI PUSKESMAS TAHUN 2018
1 PUSKESMAS JAMBON
NO DESA D 2T BGM-BADUTA BGM-BALITA
0-
23 0-59 n % L % P % JML % L % P % JML %
1 SRANDIL 19 45 4 7,9 0 0 0 0 0 0
1 Srandil 1 Ada 1 - - 1 5 - - 5 5 -
2 Menang 1 Ada 1 - - 1 - 5 - - 5 5 -
3 Blembem 1 Ada 6 - - 5 1 30 - - 30 30 -
4 Pulosari 1 Ada 3 - - 3 - 15 - - 15 15 -
5 Jambon 1 Ada 3 - 1 2 - 15 - - 15 15 -
18
6 Krebet 1 Ada 6 - - 6 - 30 - - 30 30 -
7 Sidoharjo 1 Ada 7 - 5 2 35 - - 35 35 -
10 Sendang 1 Ada 4 - - 1 3 20 - - 20 20 -
11 Bringinan 1 Ada 1 - - 1 - 5 - - 5 5 -
1
2 Poko 1 Ada 3 3 15 15 15 -
1
3 Jonggol 1 Ada 4 4 20 20 20 -
4 TK 15 - - - - 0 0 0 0 0 -
20
680 633 975 928 1067 954 1230 1051 571 543 781 742 1017
JUMLAH
23
KARANGLO
9 KIDUL 123 112 300 167 272 294 216 240 407 36 35
10 SENDANG 187 345 675 265 240 259 190 214 358 33 31
11 BRINGINAN 67 78 156 156 134 123 784 89 623 8 8
12 POKO 56 76 34 56 87 167 43 56 267 9 8
13 JONGGOL 141 127 345 304 315 330 244 270 460 40 39
1874 1798 4379 3713 3591 3785 3571 3028 6657 1874 1798
JUMLAH
25
20 SD Blembem 3 18 16 21 25 29 28 137
21 SD Pulosari 12 8 18 22 15 15 90
22 SD Srandil 3 4 5 3 8 7 30
23 SD Menang 2 11 16 24 22 15 90
24 MI Sendang Drajat 8 8 5 0 0 0 21
25 MI Domas 7 7 7 9 6 0 36
26 MI Bulu Lor 32 24 17 13 14 11 111
27 MI Jonggol 22 22 28 25 10 14 121
28 MI Pulosari 31 22 15 18 12 20 118
29 MI Pakis 57 77 30 42 28 34 268
30 MI Krebet 24 25 32 21 18 23 143
TOTAL 3268
Tabel 1.2 Data murid SMP/ MTs Sekolah diwilayah UPT Puskesmas Jambon tahun 2018
Tabel 1.3 Data murid SMA/MA Sekolah diwilayah UPT Puskesmas Jambon tahun 2018
DATA JUMLAH MURID DI SMA/MA/SMK/MAK/ SETARA SMA KECAMATAN JAMBON
No NAMA SMA/MA/MAK/SMK Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Total
1 MA Mubbaul 12 6 8 26
2 MA Al-Hidayah 8 12 17 37
3 SMK Al - Madina 0 4 1 5
4 SMA 1 Badegan 312 303 355 970
5 Ponpes Raden Wijaya 98 0 0 98
6 MA Sendang Drajat 18 17 20 55
1165
28
1 Srandil 5 3
2 Menang 8 3
30
3 Blembem 2 3
4 Pulosari 2 2
5 Jambon 3 1
6 Krebet 2 2
7 Sidoharjo 1 -
8 Bulu Lor 3 2
9 Karanglo Kidul 4 -
10 Sendang 1 -
11 Bringinan 3 1
12 Poko 2 4
13 Jonggol 3 5
JUMLAH 34 17
31
20
15
10
0
JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES
BPJS UMUM
Sumber Data : Buku register pasien rawat inap di UPT Puskesmas Jambon Tahun 2018
33
2.8.3. Data Kunjungan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan UPT Puskesmas Jambon 2018
No Jenis Penyakit Jan Feb Mart Apr May Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah
Penyakit infeksi lain pd pernapasan
1 bagian atas 160 273 146 181 539 354 189 257 357 237 249 219 3161
2 Penyakit pada sistem otot 303 387 325 366 362 280 245 168 227 250 443 236 2663
Penyakit infekssi akut lain pada
3 pernapasan bg atas 223 303 361 256 174 90 110 130 280 90 205 125 1927
4 Penyakit tukak lambung gastritis 124 116 123 134 105 83 80 68 90 97 135 67 1222
penyakit hipertensi / tekanan darah
5 tinggi 117 124 74 124 88 86 49 48 105 82 119 42 1058
6 Penyakit gusi dan jaringan perodental 84 76 50 63 112 60 44 91 66 77 59 51 833
7 Penyakit kulit karena alergi 48 67 61 98 119 23 54 50 108 56 67 45 796
8 Penyakir kulit karena infeksi 64 51 48 78 67 94 99 36 64 76 72 29 778
9 Penyakit diare mencret 61 35 47 42 61 67 72 70 78 41 39 52 665
10 Penyakit kelainan dento fasial 45 39 20 62 45 36 33 21 51 33 13 21 419
11 Penyakit conjungtivitis kelainan sklera 27 33 19 45 11 35 30 24 52 32 41 24 373
12 Penyakit asma / sesak nafas 31 39 23 37 11 29 16 18 32 45 34 21 336
13 Penyakit kencing manis 28 43 21 26 38 19 31 26 32 35 15 22 336
34
Jumlah Total 1315 1586 1318 1512 1732 1256 1052 1007 1542 1151 1491 954 14567
1 Jumlah Kunjungan Baru 1385 1900 1529 1837 1999 1509 1150 1143 1689 1323 1628 1066 18158
2 Jumlah Kunjungan Lama 2017 2850 2436 2937 1723 2127 1895 1602 2814 2006 1208 1723 25338
3 Jumlah Kunjungan Kasus Lama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Total 3402 4750 3965 4774 3722 3636 3045 27454 4503 3329 2836 2789 43496
Sumber Data : Buku register pasien rawat inap di UPT Puskesmas Jambon
35
8 Bd.Yeni - - - - - - 1 - - 1 - - -
9 Bd.Nurul - - - - - - 1 - - 1 - - -
10 Bd.Suharti - - - - - - 1 - - 1 - - -
Bd.Aning Sri
11 - - - - - - 1 - - 1 - - -
Lestari
12 Bd.Eva Yolanda - - - - - - 1 - - 1 - - -
13 Bd.Muji Lestari - - - - - - 1 - - 1 - - -
14 Bd.Misini - - - - - - 1 - - 1 - - -
Bd.Atik
15 - - - - - - 1 - - 1 - - -
Alifiatin
Bd.Anita
16 - - - - - - 1 - - 1 - - -
Rahmawati
17 Bd.Emy Soejiati - - - - - - 1 - - 1 - - -
Bd.Vivin
18 - - - - - - 1 - - 1 - - -
Sulistyawati
19 Bd.Samroatul - - - - - - 1 - - 1 - - -
20 Bd.Sri Susanti 1 1
37
TARGET
DATA
N (T)
JENIS KEGIATAN DASAR
O
SASARAN %
1 2 3 4
I PROMOSI KESEHATAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
B
DALAM PHBS
PENGEMBANGAN UPAYA
C KESEHATAN BERSUMBERDAYA
MASYARAKAT (UKBM)
II KESEHATAN LIGKUNGAN
A Penyehatan Air
E Klinik Sanitasi
A Kesehatan Ibu
B Kesehatan Bayi
A Diare
B ISPA
C KUSTA
D TB PARU
100%
3 Cakupan PE 41
G MALARIA
H Pelayanan Imunisasi*)
VI UPAYA PENGOBATAN
A Pengobatan
B Pemeriksaan Laboratorium*)
UPAYA KESEHATAN
PENGEMBANGAN
2 Pelayanan PONED
V Kesehatan Jiwa
VI
Perawatan Kesehatan masyarakat
II
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
XI
DALAM PHBS
XI
PENGEMBANGAN UKBM
I
XI
PROGRAM GIZI
II
3.1.1. Pengertian
54
55
A. RT/Dusun/Kampung
1. Mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi pemenuhan gizi
2. Memonitor status gizi di masyarakat
3. Menyelesaikan permasalahan/konflik gizi masyarakat
4. Mendukung/memotivasi masyarakat lainnya, setelah mencapai keberhasilan dalam
pemenuhan gizi
5. Membangun kesadaran dan meningkatkan kebutuhan
6. Memperkenalkan opsi-opsi teknologi
7. Mempunyai strategi pelaksanaan dan exit strategi yang jelas
B. Pemerintah Desa
1. Membentuk tim fasilitator desa yang anggotanya berasal dari kader-kader
desa, Para Guru, dsb untuk memantau status gizi masyarakat. Tim ini
mengembangkan rencana desa, mengawasi pekerjaan mereka dan menghubungkan
dengan perangkat desa.
2. Memonitor kerja kader pemicu status gizi dan memberikan bimbingan yang
diperlukan.
3. Memastikan keberadilan di semua lapisan masyarakat, khususnya kelompok yang
peka.
C. Pemerintah Kecamatan
1. Berkoordinasi dengan berbagai lapisan Badan Pemerintah dan memberi
dukungan bagi kader pemantau gizi.
2. Mengembangkan pengusaha lokal untuk produksi dan suplai bahan serta
memonitor kualitas bahan tersebut.
3. Mengevaluasi dan memonitor status gizi.
4. Memelihara database status kesehatan yang efektif dan tetap ter-updatesecara
berkala.
56
D. Pemerintah Kabupaten
1. Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi yang baru.
2. Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi tingkat
kabupaten mengenai pendekatan yang baru.
3. Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi status Gizi.
4. Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten.
5. Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada semua institusi
di kabupaten.
E. Pemerintah Provinsi
1. Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat Provinsi
dan mengembangkan program terpadu untuk semua kegiatan pemenuhan Gizi.
2. Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait dengan Gizi.
3. Memonitor perkembangan strategi nasional Status Gizi dan memberikan
bimbingan yang diperlukan kepada tim Kabupaten.
4. Mengintegerasikan kegiatan hygiene dan sanitasi yang telah ada dalam
strategi Status Gizi.
5. Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalamanan antarka bupaten.
F. Pemerintah Pusat
1. Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat Pusat
dan mengembangkan program terpadu untuk semua kegiatan pemenuhan Gizi
2. Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait dengan status Gizi.
3. Memonitor perkembangan status Gizi dan memberikan bimbingan
yang diperlukan kepada tim Provinsi.
4. Mengintegerasikan kegiatan pemenuhan Gizi yang telah ada dalam strategi.
5. Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalamanantarkabupatendan/atau
provinsi serta antar negara
2. Pokok Kegiatan
a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
b. Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah.
c. Meningkatkan kemitraan antara petugas yang bertanggung jawab dengan
masyarakat.
d. Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta.
B. Peningkatan Kebutuhan
1. Prinsip
Menciptakan perilaku yang dapat memenuhi perngetahuan masyarakat terhadap
pentingnya gizi.
2. Pokok kegiatan
a. Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam pemenuhan gizi
bagi masyarakat.
b. Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ketubutuhan gizi.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih makanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
d. Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk
menfasilitasi masyarakat dalam pemenuhan gizi.
C. Peningkatan Penyediaan
1. Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana status Gizi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Pokok kegiatan
a. Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana status
Gizi.
b. Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga
keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana status Gizi.
D. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)
1. Prinsip
Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam pemenuhan Gizi.
2. Pokok kegiatan
a. Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi.
58
Setiap pelaku pembangunan mengembangkan rencana aksi serta pembiayaan nya untuk
pencapaian pemenuhan Gizi yang disampaikan kepada pemerintah daerah.
3.1.5. Indikator
A. Output
1. Setiap individu dan masyarakat sudah memehami pentingnya pemenuhan gizi.
2. Setiap rumah tangga telah tercapai pemenuhan gizi.
3. Setiap rumah tangga memehami betul kebutuhan pemenuhan gizi.
4. Setiap rumah tangga mengelola kebutuhan gizi.
59
3.2.1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ditetapkan tujuan dari program Gizi, sasaran program Gizi,
target dan strategi yang akan dilakukan untuk memenuhi target tersebut. Program Gizi
tersebut harus dijalankan oleh puskesmas sesuai dengan program yang dibuat oleh
Kementrian Kesehatan.
a. Informasi
Informasi merupakan upaya penyebaran informasi yang bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya Gizi dan dampak negative dari
kekurangan Gizi. Tujuan dari edukasi tersebut adalah untuk menambah pengetahuan
masyarakat yang diharapkan akan memicu peningkatan kesadaran dan perubahan
pada pengetahuan tentang Gizi.
b. Inovasi
Inovasi adalah peningkatan fasilitas gizi dengan pemberdayaan masyarakat local
yang dibantu oleh Dinas Kesehatan.
3.2.2. Evaluasi
1. Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan
penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait perlu
memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga
sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada
perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target yang
ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor
terkait.
2. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan
peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan
kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat, sehingga
hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
3. Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif
dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik tetapi
membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya pemberian Yodium
pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat mencegah cacat
permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang dilahirkan. Pada
keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui pembiayaan publik.
4. Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat
dan evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem
informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan
monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui kaidah-
kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB 4
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, D.Z., Irdasari, S.Y., & Sukandar, H. (2012) Analisis sebaran dan faktor risiko stunting
pada balita di Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi Komunitas FKUP Bandung.
Candra, A. (2013). Hubungan underlying factors dengan kejadian stunting pada anak 1-2 tahun.
Journal of Nutrition and Health, Vol.1, No.1. Diakses dari
http://www.ejournal.undip.ac.id
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2011) Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi 6.
Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun
2013. Jakarta: Balitbangkes.
Friska, Meilyasari Muflihah Isnawati, (2014). Faktor Resiko Stunting Pada Balita Usia 12
Bulan Di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Artikel Kimiah,
Universitas Diponegoro.
Kementerian Kesehatan RI. (2013) Naskah Akademik Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Jakarta:
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi
Nasikhah, R & Margawati, A. (2012) Faktor kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan di
Kecamatan Semarang Timur. Journal of Nutrition College, 1(1): 715-730.
. Ramli, A., Inder, K.J., Bowe, S.J., Jacobs, J & Dibley, M. (2009) Prevalance and risk factors
for stunting and severe stunting among under-fives in North Maluku province of
Indonesia. BMC Pediatrics, 9:64.
64
65