Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK

2.1 Pengertian Umum Saluran Transmisi

Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari tempat-tempat

dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang dibangkitkan

disalurkan melaui penghantar-penghantar dari pusat pembangkit tenaga listrik ke

pusat-pusat beban, baik langsung maupun melalui saluran penghubung, yaitu GI.

Saluran transimi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : saluran udara

(overhead line) dan saluran bawah tanah (underground). Sistem saluran udara

menyalurkan tenaga listrik melalui penghantar-penghantar yang digantung pada

tiang-tiang transmisi dengan perantaraan isolator-isolator, sedangkan sistem

saluran bawah tanah meyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel bawah tanah.

Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal.

Berdasarkan dokumen IEC (International Electrotechnical Commission) 60038,

tegangan transmisi dapat dikelompokkan menjadi : tegangan menengah (1kV-

35kV), tegangan tinggi (35kV – 230 kV) dan tegangan ekstra tinggi (230kV –

800kV) dan tegangan ultra tinggi (di atas 800kV).

Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan

menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sistem arus bolak-balik (A.C./alternating current)

dan sistem arus searah (D.C./direct current). Di dalam sistem A.C. penaikan dan

penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan transforma-

tor. Pada sistem ini terdapat A.C. satu fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu fasa karena daya yang

disalurkan lebih besar, nilai sesaatnya konstan dan medan magnet putarnya mudah

6
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diabaikan. Berhubungan dengan keuntungan-keuntugannya, sistem A.C. paling

banyak digunakan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus

seaorah mulai dikembangkan karena, isolasinya lebih sederhana, daya-guna yang

tinggi serta tidak ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran jarak

jauh. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem D.C. baru dianggap ekonomis bila

jarak saluran udara lebih dari 640 km atau saluran bawah tanah lebih panjang dari

50 km [1].

2.2 Karakteristik Listrik dari Saluran Transmisi

Saluran transmisi listrik mempunyai empat parameter yang mempengaruhi

kemampuannya untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga, yaitu

resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi [2]. Parameter-parameter ini

merupakan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan saluran transmisi.

Impedansi seri dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang terbagi rata

disepanjang saluran. Sedangkan konduktansi dan kapasitansi yang terdapat

diantara penghantar-penghantar dari suatu saluran fasa-tunggal atau di antara

sebuah penghantar dan netral dari suatu saluran tiga-fasa membentuk admitansi

paralel. Dalam perhitungan, rangkaian saluran ekivalen yang dibentuk dari

parameter-parameter dijadikan satu meskipun resistansi, induktansi dan

kapasitansi tersebut terbagi merata di sepanjang saluran.

2.2.1 Resistansi

Resistansi efektif ( R ) dari suatu penghantar adalah [2]

7
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
P
R 2
( ) (2.1)
I

dimana P = rugi daya pada penghantar (Watt)

I = arus yang mengalir (Ampere)

Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat distribusi

arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi arus yang merata di

seluruh penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus searah, sedangkan

tidak pada arus bolak-balik (ac).

Resistansi dc dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini

l
R0  ( ) (2.2)
A

dimana  = resistivitas penghantar (Ω.m)

l = panjang penghantar (m)

A = luas penampang (m2)

Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus makin

tidak merata (nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga mengakibatkan tidak

meratanya kerapatan arus (current density), disebut juga efek kulit (skin effect).

Untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar ada kemungkinan

terjadi kerapatan arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik-tengah

penampang penghantar. Fluks bolak-balik mengimbaskan tegangan yang lebih

tinggi pada serat-serat di bagian dalam daripada di sekitar permukaan penghantar,

karena fluks yang meliputi serat dekat permukaan penghantar lebih sedikit

daripada fluks yang meliputi serat di bagian dalam penghantar. Berdasarkan

hukum Lenz, tegangan yang diimbaskan akan melawan perubahan arus yang

menyebabkannya, dan meningkatnya tegangan imbas pada serat-serat di bagian

8
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dalam menyebabkan meningkatnya kerapatan arus pada serat-serat yang lebih

dekat ke permukaan penghantar dan karena itu resistansi efektifnya meningkat.

Sehingga dapat dikatakan pada arus bolak-balik arus cenderung mengalir melalui

permukaan penghantar.

Perhitungan resistansi total suatu saluran transmisi ditentukan oleh jenis

penghantar pabrikan, biasanya pabrikan akan memberikan tabel karakteristik

listrik dari penghantar yang dibuatnya, termasuk diantaranya nilai resistansi ac

penghantar dalam satuan Ω/km (Standar Internasional) atau Ω/mi (American

Standart).

Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh suhu, ditunjukkan oleh persamaan

berikut [1]

R2  R1 [1   (T2  T1 )] (2.3)

dimana R1 dan R2 adalah resistansi pada suhu T1 dan T2 , dan  adalah koefisien

suhu dari resistansi, yang nilainya tergantung dari bahan konduktor.

2.2.2 Induktansi

Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang

diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus [2].

Persamaan awal yang dapat menjelaskan induktansi adalah menghubungkan

tegangan imbas dengan kecepatan perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian.

Tegangan imbas adalah

d
e (2.4)
dt

Dimana e = tegangan imbas (volt)

9
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
 = banyaknya fluks gandeng rangkaian (weber-turns)

Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber dari

fluks dan jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya.

Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang

ditimbulkannya akan turut berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di mana

medan magnet ditimbulkan mempunyai permeabilitas yang konstan, banyaknya

fluks gandeng berbanding lurus dengan arus, dan karena itu tegangan imbasnya

sebanding dengan kecepatan perubahan arus [2],

di
eL (2.5)
dt

Dimana L = konstanta kesebandingan

= induktansi (H)

di
= kecepatan perubahan arus (A/s)
dt

Dari Persamaan 2.3 dan 2.4 maka didapat persamaan umum induktansi

saluran dalam satuan Henry, yaitu [2]


L (2.6)
i

dengan i adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam satuan

ampere (A).

Induktansi timbal-balik antara dua rangkaian didefenisikan sebagai fluks

gandeng pada rangkaian pertama yang disebabkan oleh arus pada rangkaian kedua

per ampere arus yang mengalir di rangkaian kedua. Jika arus I 2 menghasilkan

fluks gandeng dengan rangkaian 1 sebanyak  12 , maka induktansi timbal-

baliknya adalah

10
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
 12
M 12  (H ) (2.7)
I2

Dimana  12 = fluks gandeng yang dihasilkan I2 terhadap rangkaian 1 (Wbt)

I2 = arus yang mengalir pada rangkaian kedua.

Pada saluran tiga fasa induktansi rata-rata satu penghantar pada suatu

saluran ditentukan dengan persamaan [2]

Deq
La  2  10 7 ln ( H / m) untuk penghantar tunggal,
Ds

Deq
La  2  10 7 ln ( H / m) untuk penghantar berkas.
Dsb

dengan Deq  3 D12 D23 D31 dan Ds adalah GMR penghantar tunggal dan D sb

adalah GMR penghantar berkas. Nilai D sb akan berubah sesuai dengan jumlah

lilitan dalam suatu berkas .

Untuk suatu berkas dua-lilitan

Dsb c  4 (r  d ) 2  r  d

Untuk suatu berkas tiga-lilitan

Dsb c  9 (r  d  d ) 3  3 rd 2

Untuk suatu berkas empat-lilitan

1
Dsb c  16 (r  d  d  d  2 2 ) 4  1,094 rd 3

Persamaan di atas merupakan persamaan untuk saluran yang telah

ditransposisikan, yaitu suatu metode pengembalian keseimbangan ketiga fasa

dengan mempertukarkan posisi-posisi penghantar pada selang jarak yang teratur

11
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
di sepanjang saluran sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan menduduki

posisi semula penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama, lihat Gambar 2.1

Posisi 1 a c b

D12

D31 b a c
Posisi 2

D23

c b a
Posisi 3

Gambar 2.1 Siklus Transposisi

Persamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan

jarak pemisah tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa-fasanya adalah

kecil saja sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi [2].

2.2.3 Kapasitansi

Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara

penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-tanah.

Kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang terjadi

pada pelat kapasitor bila terjadi beda potensial di antaranya. Untuk menentukan

nilai kapasitansi antara penghantar-penghantar ditentukan dengan persamaan [2]

k
C ab  ( F / m). (2.8)
D
ln( )
r

Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan

tengah yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan

12
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kapasitansi ke tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per

satuan beda potensial antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral

untuk saluran dan kawat adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar

[2].

2k
C an  ( F / m). (2.9)
D
ln( )
r

Dimana C ab = kapasitansi antara penghantar a-b (F/m)

C an = kapasitansi antara penghantar-tanah (F/m)

k = permeabilitan bahan dielektrik

D = jarak antara penghantar (m)

r = jari-jari antara penghantar (m)

Persamaan (2.9) juga dapat digunakan untuk menentukakan kapasitansi

saluran tiga-fasa dengan jarak pemisah yang sama. Jika penghantar pada saluran

tiga-fasa tidak terpisah dengan jarak yang sama, kapasitansi masing-masing fasa

ke netral tidak sama. Namun untuk susunan penghantar yang biasa,

ketidaksimetrisan saluran yang tidak ditrasnposisikan adalah sangat kecil,

sehingga perhitungan kapasitansi dapat dilakukakan seakan-akan semua saluran

itu ditransposisikan. Untuk saluran tiga fasa yang ditransposisikan, nilai

kapasitansi fasa ke netral ditentukan dengan persamaan [2]

2k
Cn  ( F / m) untuk penghantar tunggal,
Deq
ln( )
r

2k
Cn  ( F / m) untuk penghantar berkas.
Deq
ln( b )
Ds c

13
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dengan Deq adalah GMR penghantar, r adalah jari-jari penghantar dan

Dsb c adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dsb c akan berubah sesuai dengan

jumlah lilitan dalam suatu berkas .

Untuk suatu berkas dua-lilitan

Dsb c  4 (r  d ) 2  r  d

Untuk suatu berkas tiga-lilitan

Dsb c  9 (r  d  d ) 3  3 rd 2

Untuk suatu berkas empat-lilitan

1
Dsb c  16 (r  d  d  d  2 2 ) 4  1,094 rd 3

Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah perlu menggunakan

metode muatan bayangan, lihat Gambar 2.1. Pada metode ini bumi dapat

diumpamakan dengan suatu penghantar khayal yang bermuatan di bawah

permukaan bumi pada jarak yang sama dengan penghantar asli di atas bumi.

Penghantar semacam itu mempunyai muatan yang sama tetapi berlawanan tanda

dengan penghantar aslinya dan disebut penghantar bayangan. Jika ditempatkan

satu penghantar bayangan untuk setiap penghantar atas-tiang, fluks antara

penghantar asli dengan bayangannya adalah tegak lurus pada bidang yang

menggantikan bumi, dan bidang itu adalah suatu permukaan ekipotensial. Fluks di

atas bidang itu adalah sama seperti bila bumi ada tanpa adanya penghantar

bayangan. Persamaan untuk menentukan kapasitansi saluran kabel ke tanah adalah

[2] :

2k
Cn  (2.10)
Deq 3 H 12' H 23' H 31'
ln( )  ln( )
Dsb c 3 H1 H 2 H 3

14
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dimana C n = kapasitansi saluran kabel ke tanah (F/m)

H 12' = jarak antara penghantar 1 dengan penghantar bayangan 2 (m)

H 23' = jarak antara penghantar 2 dengan penghantar bayangan 3 (m)

H 31' = jarak antara penghantar 3 dengan penghantar bayangan 1 (m)

H 1 = jarak antara penghantar 1 dengan permukaan bumi (m)

H 2 = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi (m)

H 3 = jarak antara penghantar 3 dengan permukaan bumi (m)

1 2 3
H1

H2

H3
H3

Permukaan bumi
H12

H23
1'
'

'

1' 2' 3'

Gambar 2.2 Metode Muatan Bayangan

15
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3 Karakteristik Penyaluran Daya

Dalam mempelajari karakteristik penyaluran daya dalam keadaan normal,

lazim diandaikan saluran transmisi dengan rangkaian yang konstantanya

didistribusikan atau rangkaian yang konstantanya dikonsentrasikan, yaitu bila

salurannya pendek.

2.3.1 Saluran Transmisi Jarak Pendek

Oleh karena pengaruh kapasitansi dan konduktansi bocor dapat diabaikan

pada saluran transmisi pendek (kurang dari 80 km), maka saluran tersebut dapat

dianggap sebagai rangkaian impedansi yang terdiri dari tahanan dan induktansi,

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Dengan demikian maka impedansi Z

dan admitansinya Y dinyatakan oleh [1] :

Z  zl  (r  jx )  R  jX
(2.11)
Y  yl  ( g  jb )  G  jB

Dimana r  tahanan kawat (Ω/km)

x  reaktansi kawat = 2fL (Ω/km)

g  konduktansi kawat (mho/km)

b  suseptansi kawat = 2fC (mho/km)

R X

ES ER

Ujung Pengiriman Ujung Penerimaan

Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak Pendek

16
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Bila kondisi pada ujung penerima diketahui, maka hubungan antara

tegangan dan arus dinyatakan oleh persamaan berikut [1] :

ES  Er  I R cos  r  IX r (2.12)

Dengan regulasi tegangan

ES  Er I
 R ( R cos  r  X sin  r ) (2.13)
Er Er

Sebaliknya bila kondisi pada titik pengirim diketahui maka

Er  ES  ( I R cos  r  IX sin  r ) (2.14)

Dimana E S  tegangan pada ujung pengirim

E r  tegangan pada ujung penerima

I R  arus pada ujung penerima

R  jumlah tahanan saluran (Ω)

X  jumlah reaktansi saluran (Ω)

cos  r  faktor daya pada ujung penerima

sin  r  faktor daya-buta pada ujung penerima

2.3.2 Saluran Transmisi Jarak Mengengah

Saluran transmisi jarak-menengah dapat dianggap sebagai rangkaian

T atau rangkaian  [1], perhatikan Gambar 2.4.

Dengan I S merupakan arus yang mengalir pada ujung pengirim, untuk rangkaian

T persamaannya adalah [1] :

17
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ZY ZY
E S  E r (1  )  Ir Z (1  )
2 4 (2.15)
ZY
IS  Ir (1  )  E r Y
2

dan rangkaian  persamaannya adalah :

ZY
E S  E r (1  )  Ir Z
2
ZY ZY
IS  Ir (1  )  E r Y (1  )
2 4

R X X R
IS 2 2 2
2

ES Y ER Beban

Ujung Pengiriman Ujung Penerimaan


(a)

IS R X

ES Y Y
ER Beban
2 2

Ujung Pengiriman Ujung Penerimaan


(b)

Gambar 2.4 Rangkaian Ekivalen untuk Saluran Transmisi Jarak-Menengah,


Rangkaian T , (b) Rangkaian 

18
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Saluran Transmisi Jarak Jauh

Untuk saluran transmisi jarak jauh, konstantanya didistribusikan sehingga

persamaannya menjadi [1] :

E S  Ir cosh l  Ir Z 0 sinh l


E (2.16)
IS  Ir cosh l  S sinh l
Z 0

y
Dimana Z 0  impedansi karakteristik =
z

 = konstanta rambatan = zy

2.4 Studi Aliran Daya Sistem Tenaga

Aliran daya pada setiap titik di sepanjang saluran transmisi dapat diturunkan

dengan persamaan konstanta ABCD saluran transmisi berikut [2].

VS  AVR  BI R (2.17)

VS  AVR
IR  (2.18)
B

Dengan membuat

A  A   VR  A 00   B  B   VS  A  (2.19)

Didapatkan

VS A .VR
IR  (   )  (   ) (2.20)
B B

Maka daya kompleks VR I R * pada ujung penerima adalah

2
VS .VR A .VR
PR  jQR  (    )  (    ) (2.21)
B B

Dan daya nyata dan reaktif pada ujung penerima adalah

19
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
VS .VR A .VR
PR  cos(    )  cos(    ) (2.22)
B B

2
VS .VR A .VR
QR  sin(    )  sin(    ) (2.23)
B B

Rumusan untuk daya kompleks PR  jQ R merupakan hasil gabungan dua fasor

yang dinyatakan dalam bentuk polar dan dapat direpresentasikan dalam bidang

kompleks yang kordinat-kordinat mendatar dan tegaknya adalah dalam satuan

daya. Gambar 2.5 menunjukkan kedua besaran kompleks tersebut dan selisihnya.

var
P  jQ
R

2
A .V R
B VS . V R
B

(   )

( )
watt

Gambar 2.5 Fasor-fasor Persamaan (2.20) dilukis dalam bidang kompleks

Gambar 2.6 menunjukkan fasor-fasor yang sama dengan titik asal sumbu-

sumbu koordinat yang telah digeser. Gambar ini merupakan suatu diagram daya

dengan hasil yang besarnya adalah PR  jQ R atau V R . I R dengan sudut  R

terhadap sumbu mendatar . Komponen-komponen nyata dan khayal dari

PR  jQ R adalah [2]

20
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PR  VR I R cos  R (2.24)

QR  VR I R sin  R (2.25)

Dimana  R adalah sudut fasa dengan mana V R mendahului I R .

Pada Gambar 2.6 posisi n tidak tergantung pada arus I R dan tidak akan

berubah selama V R konstan. Kemudian jarak antara n dan k adalah konstan untuk

nilai V S dan V R yang tetap. Karena itu, dengan berubahnya jarak antara O dan k

dengan perubahan beban, titik k yang harus tetap berada pada jarak yang konstan

dari titik n yang tetap, dibatasi geraknya di sekeliling lingkaran yang berpusat

pada n. Setiap perubahan pada PR akan memerlukan suatu perubahan pula pada

Q R untuk menjaga k tetap pada lingkaran. Jika suatu nilai V S lain dibuat konstan

untuk nilai V R yang sama, letak titik n tidak berubah tetapi akan didapatkan suatu

lingkaran baru dengan jari-jari nk.

Dengan menganalisis Gambar 2.6, terlihat bahwa ada suatu limit bagi daya

yang dapat dikirimkan ke ujung penerima saluran untuk tegangan ujung pengirim

dan ujung penerima yang sudah ditentukan besarnya. Suatu penambahan dari daya

yang dikirim berarti bahwa titik k akan bergeser sepanjang lingkaran sehingga

sudut    sama dengan nol; yang berarti, lebih banyak daya yang akan

dikirimkan sehingga  sama dengan  .

21
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
var

k
IR
VR .
O R
watt
( )

2
VS .V R
A .V R
B
B

(   )

Gambar 2.6 Diagram daya yang diperoleh dengan menggeser titik-asal sumbu
koordinat pada Gambar 2.5

Peningkatan  yang lebih lanjut akan berakibat berkurangnya daya yang

diterima. Daya maksimum yang dapat ditransmisikan dapat ditentukan dengan

persamaan [2] :

2
VS VR A VR
PR , max   cos(    ) (2.26)
B B

Jika tegangan ujung penerima dipertahankan konstan dan lingkaran ujung

penerima digambar untuk berbagai nilai tegangan ujung pengirim, lingkaran yang

dihasilkan akan konsentris karena letak pusat lingkaran daya ujung penerima tidak

tergantung pada tegangan ujung pengirim.

22
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.5 Profil Arus dan Tegangan Saluran Transmisi pada Saat Beban Nol

Apabila suatu saluran transmisi diasumsikan telah ditransposisi, maka

parameter saluran dapat ditunjukkan persamaan berikut

z  R  jL (2.27)

y  G  jC (2.28)

Dimana z merupakan impedansi seri per unit panjang/fasa dan y merupakan

adimitansi paralel per unit panjang/fasa.

Pada saluran tranmisi yang memperhitungkan efek kapasitansi dan

induktansi pada saluran, nilai arus dan tegangan pada sisi penerima ditentukan

dengan persamaan berikut, untuk x merupakan jarak dari ujung penerima [1]:

VR  Z C I R x VR  Z C I R x
V  e  e (2.29)
2 2

VR / Z C  I R x VR / Z C  I R x
I e  e (2.30)
2 2

dimana

ZC  z / y (2.31)

  zy    j (2.32)

Konstanta Z C disebut dengan karakteristik impedansi dan  disebut dengan

konstanta perambatan (propagation constant). Bilangan real pada konstanta

perambatan disebut dengan koefisien pelemahan (attenuation constant)  , dan

bilangan imajiner disebut konstanta fasa (phase constant)  .

Ketika ujung sisi penerima terbuka, I R  0 , maka

23
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
VR x VR x
V  e  e (2.33)
2 2

VR x VR x
I e  e (2.34)
2ZC 2ZC

Dengan mengabaikan rugi-rugi saluran,   j  j LC , Persamaan (2.32) dan

(2.33) dapat disederhanakan menjadi [1]

V  VR cos(x) (2.35)

VR
I  j( ) sin( x) (2.36)
ZC

Arus dan tegangan pada ujung pengirim diperoleh dengan mensubsitusi panjang l

untuk x .

E S  VR cos( l )
(2.37)
E S  VR cos 

dan

VR
I S  j( ) sin 
ZC
(2.38)
E
I S  j ( S ) tan 
ZC

Dimana   l . Sudut  disebut dengan panjang elektrik (electric length) atau

sudut saluran. sudut saluran yang dinyatakan dalam satuan radian. Berdasarkan

persamaan di atas, arus dan tegangan saluran dapat dinyatakan dalam bentuk

tegangan pengirim E S ,

cos x
V  ES (2.39)
cos 

E S sin x
I j (2.40)
Z C cos 

24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Persamaan (2.39) dan (2.40) nilai V dan I berbanding lurus

dengan nilai x dan  . Semakin besar nilai nilai x dan  maka semakin besar pula

tengangan pada ujung sisi penerima. Kenaikaan tegangan pada ujung sisi

penerima ini disebabkan karena adanya arus pengisian yang mengalir melalui

saluran induktansi. Fenomena ini disebut dengan efek feranti. Fenomena ini

pertama kali diketahui oleh Ferranti pada saluran udara yang menyuplai

konsumen berbedan rendah.

2.6 Hubungan Daya Reaktif dengan Profil Tegangan

Persamaan yang menunjukkan hubungan antara daya reaktif dan tegangan

pada suatu saluran transmisi adalah [3],

ES cos   E R cos   Z C (QC / ER ) sin  (2.41)

Dengan demikian, maka

E R ( E s cos   E R sin  )
QR  (2.42)
Z C sin 

Daya reaktif pada ujung sisi pengirim ditentukan dengan persamaan :

 E S ( E sR cos   E RS sin  )
QS  (2.43)
Z C sin 

Jika tegangan pada ujung sisi pengirim dan penerima adalah sama, maka

E (cos   cos  )
2

QR  QS  S (2.44)
Z C sin 

Dimana  = sudut beban

QS = daya reaktif sisi pengirim

QR = daya reaktif sisi penerima

25
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.7 Tegangan Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik

Adakalanya suatu sistem tenaga listrik mengalami tegangan lebih impuls

karena adanya operasi hubung-buka (switching operation) atau karena transmisi

sistem tenaga listrik disambar petir [4] . Tegangan lebih impuls yang diakibatkan

oleh adanya operasi hubung-buka disebut tegangan impuls hubung-buka,

sedangkan tegangan lebih impuls yang diakibatkan oleh sambaran petir pada

transmisi sistem tenaga listrik disebut tegangan lebih impuls petir.

2.7.1 Analisi Transien : Gelombang Berjalan

Gejala tegangan lebih transien pada saluran transmisi dapat diselesaikan

dengan membuat rangkaian ekivalen satu fase, sehingga tiga fase saluran

transmisi diasumsikan sebagai satu fasa tunggal. Studi tentang surja hubung pada

saluran transmisi adalah sangat kompleks, sehingga pada penelitian ini hanya

mempelajari kasus suatu saluran yang tanpa rugi-rugi. Suatu saluran tranpa rugi-

rugi adalah representasi yang baik dari saluran-saluran frekuensi tinggi di mana

L dan C menjadi sangat besar dibandingkan dengan R dan G. Pendekatan

yang dipilih untuk persoalan ini sama seperti yang telah digunakan untuk

menurunkan hubungan-hubungan tegangan dan arus dalam keadaan steady state

untuk yang saluran panjang dengan konstanta-konstanta yang tersebear merata

[5].

Tegangan V dan I adalah fungsi-fungsi x dan t bersama-sama, sehingga perlu

menggunakan turunan sabagaian. Persamaan jatuh tegangan seri di sepanjang

elemen saluran adalah :

V i
x  ( Ri  L )x (2.45)
x t

26
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula halnya :

V V
x  (Gv  C )x (2.46)
x t

Persamaan di atas dapat dibagi dengan x , dan karena hanya membahas

suatu saluran tanpa rugi-rugi, maka R dan G akan sama dengan nol sehingga

didapatkan :

V i
L (2.47)
x t

Dan

i V
C (2.48)
x t

Sekarang variable I dapat dihilangkan dengan menghitung turunan sebagian

kedua suku dalam persamaan 3 terhadap x dan turunan sebagian kedua suku

dalam persamaan 4 terhadap t. Prosedur ini menghasilkan  2 i / xt pada kedua

persamaan yang dihasilkan, dan dengan mengeliminir turunan sebagian kedua dari

variable i dari kedua persamaan tersebut, didapatkan :

1  2V  2V
  2 (2.49)
LC x 2 t

Persamaan 5 ini adalah yang dinamakan persamaan gelombang berjalan

suatu saluran tanpa rugi-rugi. Penyelesaian persamaan ini adalah fungsi dari (x-vt)

dan tegangannya dinyatakan dengan :

V  f1 ( x  vt)  f 2 ( x  vt) (2.50)

Yang merupakan suatu penyelesaian untuk terjadinya komponen-komponen

ke depan dan kebelakang sebuah gelombang berjalan secara bersamaan pada

sebuah saluran tanpa rugi-rugi. Variabel v yang menyatakan kecepatan gelombang

berjalan dapat dinyatakan dengan :

27
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
v (2.51)
LC

Dengan :

v  kecepatan rambat gelombang (m/s)

L  induktansi saluran (H/m)

C  kapasitansi saluran (F/m)

Jika gelombang yang berjalan ke depan yang disebut juga dengan

gelombang datang, dinyatakan dengan :

V   f1 ( x  vt) (2.52)

Maka gelombang arus akan ditimbulkan oleh muatan-muatan yang bergerak

dapat dinyatakan dengan :

1
i  f1 ( x  vt) (2.53)
LC

Dari Persamaan (2.37) dan Persamaan (2.38) didapatkan bahwa :

V L

 (2.54)
i C

Perbandingan antara V dan I dinamakan impedansi karakteristik atau

impedansi surja (Zc) dari saluran tanpa rugi-rugi.

Pada saaat suatu tegangan v(t) diterapkan pada salah satu ujung saluran

transmisi tanpa rugi-rugi, maka unit kapasitansi C pertama dimuati pada tegangan

v(t). Kapasitansi ini kemudian meluah kedalam unit kapasitansi berikutnya

melalui induktansi L. Proses bermuatan-peluahan ini berlajut hingga ujung saluran

dan energi gelombang dialihkan dari bentuk elektronik (dalam kapasitansi) ke

bentuk magnetic (dalam induktansi). Jadi, gelombang tegangan bergerak maju

secara gradual ke ujung suatu saluran dengan menimbulkna gelombang arus

28
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ekivalen juga. Propagasi gelombang tegangan dan arus ini disebut gelombang

berjalan (travelling wave) dan gelombang ini kelihatan seolah-olah tegangan dan

arus berjalan sepanjang saluran dengan kecepatan yang diberikan oleh persamaan

7.

Saat gelombang yang berjalan pada suatu saluran transmisi mencapai titik

transisi, seperti suatu rangkaian terbuka, rangkaian hubungan singkat, suatu

sambungan dengan saluran lain atau kabel, belitan mesin dan lain-lain, maka pada

titik itu terjadi perubahan parameter saluran. Akibatnya sebagian dari gelombang

berjalan bergerak melewati bagian lain dari rangkaian. Pada titik transisi,

tegangan atau arus dapat berharga nol sampai dua kali harga semula tergantung

pada karakteristik terminalnya. Gelombang berjalan asal (impinging wave) disebut

gelombang datang (incident wave) dan dua macama gelombang lain yang muncul

pada titik transmisi dissebut dengan gelombang pantul (reflected wave) dan

gelombang maju (transmitted wave).

2.7.2 Analisis Transien : Gelombang Pantul

Jika tegangan dihubungkan pada ujung pengirim suatu saluran transmisi

yang ditutup dengan suatu impedansi Z R . Pada saat saklar ditutup dan suatu

tegangan terhubung pada suatu saluran, maka suatu gelombang tegangan V 

mulai berjalan sepanjang saluran diikuti oleh suatu gelombang arus i  .

Perbandingan antara V R dan i R di ujung saluran pada setiap saat harus sama

dengan resistansi penutup Z R

Oleh karena itu kedatangan V  dan i  di ujung penerima di mana nilai-nilainya

adalah V R  dan i R  harus menimbulkan gelombang-gelombang yang berjalan ke

29
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
belakang atau gelombang-gelombang pantulan V  dan i  yang nilai-nilainya di

ujung adalah V R  dan i R  sedemikian sehingga [5],

 
VR VR  VR
  
(2.55)
iR iR  iR

Dengan V R  dan i R  adalah gelombang-gelombang V  dan i  yang diukur pada

ujung penerima.

Jika dibuat Z C  L / C didapat :


 VR
iR  (2.56)
ZC


 V
dan iR  R (2.57)
ZC

Kemudian dengan memasukkan nilai i R  dan i R  ke dalam Persamaan (2.55)

dihasilkan persamaan :

 Z R  ZC 
VR   VR (2.58)
Z R  ZC

Koefisien pantulan  R untuk tegangan pada ujung penerima saluran didefenisikan

sebagai VR  / VR  , jadi [5]:

Z R  ZC
R  (2.59)
Z R  ZC

dengan :

R = koefisien pantulan pada ujung penerima

ZR = impedansi ujung penerima

ZC = impedanis karakteristik (impedansi surja)

30
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada saluran yang ditutup dengan impedansi karakteristik Z C , terlihat

bahwa koefisien pantulan sama dengan nol, sehingga tidak ada gelombang

pantulan dan saluran berlaku seakan-akan panjangnya tidak terhingga. Pada saat

ujung saluran yang merupakan suatu rangkaian terbuka Z R adalah tak terhingga

akan didapatkan harga  R sama dengan 1 (satu). Dengan demikian tegangan yang

terjadi pada ujung penerima menjadi 2 kalinya tegangan sumber (ujung pengirim).

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa besar tegangan lebih transien

sangat tergantung pada impedansi karakteristik ( Z C  L / C ), dimana impedansi

karakteristik tersenut sangat berpengaruh terhadap koefisien panrulan  R .

Gelombang-gelombang yang berjalan kembali kea rah ujung pengirim akan

menyebabkan pantulan-pantulan baru yang ditentukan oleh koefisien pantulan

pada ujung pengirim  S dan impedansi ujung pengirim Z R .

ZS  ZC
S  (2.60)
ZS  ZC

Dengan :

S = koefisien pantulan pada ujung pengirim

ZS = impedansi ujung pengirim

ZC = impedansi karakteristik

2.8 Efek Feranti pada Saluran Transmisi

Efek feranti adalah gejala yang timbul akibat dari keadaan pembebanan

pada ujung penerima, yang mengakibatkan tegangan pada titik atau lokasi yang

jauh dari ujung pengirim menjadi lebih besar pada tegangan ujung kirimnya [3].

31
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara tegangan dan arus pada saluran transmisi panjang telah

dirumuskan pada persamaan terdahulu yaitu [3] :

VS  VR cosh l  I R Z C sinh l
VR (2.61)
IS  sinh l  I R cosh l
ZC

Dimana :

Z
ZC   impedansi karakteristik
Y

    j  ZY  konstanta propagasi

  konstanta redaman

  konstanta pergeseran fasa

Apabila rugi-rugi daya diabaikan (   0 ) maka l  jl , sehingga

hubungan tegangan dan arus dapat ditulis [3]:

VS   VR cos l  jI R  R sin l (2.62)

VR
I S   j sin l  I R  R cos l (2.63)
ZC

Dimana :

l  sudut karakteristik

  power angle, sudut antara VS dan V R

 = sudut antara arus I S dan V R

 R = sudut power factor pada ujung V R

Karena rugi-rugi diabaikan maka l  jl

j  j XY
2f (2.64)
  2f LC 
v

32
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
Dengan v  kecepatan propagasi
LC

Untuk sistem dengan frekuensi 50 Hz dan v  300.000 Km/s, maka :

2 .50 o
 ( / Km)  0,06 o / Km  6 o / 100 Km
300.000

Jadi secara umum harga  l didapat 6 o / 100 Km, sehingga dalam menghitung

tegangan efek Ferranti cukup menggunakan harga  l tersebut.

2.9 Arus Pengisian

Pada saluran transmisi admitansi shuntnya terdiri dari konduktansi (G) dan

reaktansi kapasitif (C). Konduktansinya sering diabaikan karena pengaruhnya

pada admitansi shunt sangat kecil [6].

Kapasitansi saluran transmisi merupakan akibata beda potensial antar

penghantar. Kapasitansi antara penghantar-penghantar sejajar besarnta konstan

tergantung pada ukuran dan jarak pemisiah antar penghantar.

Suatu tegangan bolak-balik yang dipasang pada saluran transmisi akan

menyebabkan muatan pada penghantar di suatu titik berubah sesuai dengan

perubahan nilai tegangan sesaat antar penghantar pada titik itu. Perbedaan ini

menyebabkan muatan mengalir. Arus yang disebabkan oleh aliran muatan karena

tegangan bolak-balik disebut arus pengisian (charging current). Arus ini mengalir

dalam saluran transmisi meskipun saluran ini dalam keadaan terbuka.

33
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai