Makalah SSG Bee
Makalah SSG Bee
SUSUNAN ANGGOTA
No Jabatan Nama NPK Unit Kerja
1 Fasilitator Agus Yunanto 8200797 Dept. Har. L-I
2 Ketua Sonaji 8200798 Dept. Har. L-I
3 Sekretaris Adang P. 0803743 Dept. Har. L-I
4 Anggota Pramono R.M. 8502483 Dept. Har. L-I
5 Anggota Sarozi 9903459 Dept. Operasi K4
6 Anggota Syauqi Malik 0803808 Dept. Har. L-I
STRUKTUR ORGANISASI
Direktur Produksi
SSG “BEE”
JADWAL KEGIATAN
1|S S G “ B E E ”
Tabel 1
Time Table Kegiatan
ABSTRAKSI
Bagian utility Kaltim-4 mengoperasikan unit Desalinasi yang dirancang memiliki Kapasitas
(84) M3/Jam tiap unitnya untuk mensuplai air keperluan proses. Dalam operasionalnya,
desalinasi Kaltim-4 dilengkapi sistem pengukur variabel berupa transmitter(1) elektronik
yang terintegrasi dengan Programmable Logic Controller (PLC) sebagai basis kontrolnya.
Sebagai bagian dari system pengaman, konfigurasi software dalam PLC dilengkapi dengan
sistem wirebreak(2) yang akan bekerja pada saat terjadi kerusakan pada transmitter.
Sistem ini mutlak harus ada, akan tetapi keberadaan sistem ini mengakibatkan kegiatan
pemeliharaan instrumentasi khususnya transmitter tidak bisa dilakukan secara online.
Selain itu konfigurasi sistem instrumentasi unit desalinasi yang bertingkat mengakibatkan
biaya pemeliharaan (maintenance) menjadi lebih besar dilihat dari segi manpower dan
stok spare part instrumentasi yang ada.
Untuk itu SSG ini mendapatkan tugas untuk memperbaiki masalah tersebut guna
meningkatkan kinerja unit desalinasi Kaltim-4.
b. Data Pemeliharaan
Didapatkan data pemeliharaan instrumentasi sebagai berikut :
Tabel 2
1
Peralatan instrumentasi yang berfungsi sebagai pengukur variable fisis yang kemudian mengirimkan sinyal ke kontroller
2
Sistem pengaman untuk mematikan plant jika ada kerusakan (kehilangan sinyal) pada instrumentasi
2|S S G “ B E E ”
Data Pemeliharaan Sistem Instrumentasi Unit Desal Kaltim-4
Lembar Data : Lampiran 1
Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Periode : Juli 2008 s/d Juni 2009
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4
Gambar 1
Diagram Pareto Akses Pemeliharaan Sistem Instrumentasi Unit Desal Kaltim-4
3
Probabilitas suatu alat atau system untuk beroperasi tanpa kegagalan dalam kurun waktu dan kondisi tertentu.
4
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problem dari mulai masalah ditemukan hingga sistem normal
kembali
3|S S G “ B E E ”
(Maintainability) (5) suatu alat. Untuk itu efisiensi waktu repair akan dapat dicapai
dengan menurunkan jumlah akumulasi dari komponen waktu MTTR berikut :
Waktu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa kesalahan (kerusakan)
Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan suku cadang
Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh akses pemeliharaan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan
Waktu yang dibutuhkan untuk verifikasi bahwa sistem telah bekerja sesuai
harapan
Waktu yang dibutuhkan untuk menormalkan sistem
(Sumber : Reliasoft Corporation)
Alasan :
a. Keterpeliharaan (Maintainability) memiliki korelasi yang kuat dengan kesiapan
operasional (availability) sistem, dimana peningkatan maintainability akan
meningkatkan availability sistem yang bersangkutan, dan peningkatan
availability pada akhirnya akan berimbas positif dalam menekan downtime.
b. Keterpeliharaan yang tinggi diharapkan mampu Mendukung sasaran mutu
Dep. Operasi K-4 mengenai operasional unit Desalinasi.
c. Keterpeliharaan yang tinggi diharapkan mampu mengurangi biaya
pemeliharaan dan meningktkan efektifitas pemeliharaan Instrumentasi.
2. Menentukan judul
Dengan disepakatinya Tema makalah dari beberapa analisa data dan
pertimbangan pustaka dengan menitikberatkan pada peningkatan Maintainability
Instrumentasi, maka langkah selanjutnya adalah mempertajam permasalahan
sehingga diharapkan akan mempermudah penyelesaian masalah. Untuk
kepentingan tersebut, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
a. Inventarisasi Masalah
Langkah pertama yang dilakukan adalah inventarisasi masalah berdasarkan
data maintenance system instrumentasi di unit Desalinasi. Berdasarkan data
inventarisasi tersebut akan didapatkan data instrumentasi yang memiliki potensi
5
Probabilitas suatu system yang mengalami kegagalan dapat dikembalikan sesuai fungsinya dalam interval tertentu.
4|S S G “ B E E ”
paling tinggi terhadap rendahnya maintenance akses pada unit tersebut. Hasil dari
Inventarisasi masalah tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Gambar 2
Diagram Pareto Inventarisasi Pemeliharaan Instrumentasi
b. Frekuensi Perbaikan
Berdasarkan data operasional dan data pemeliharaan periode Juli 2008 – Juni
2009, dimana diketahui bahwa persentase pemeliharaan instrumentasi tertinggi
selama periode pengamatan adalah pemeliharaan transmitter, maka Anggota
Tim sepakat untuk memperbaiki masalah konfigurasi sistem instrumentasi
terutama yang berhubungan dengan transmitter untuk mencapai tujuan awal yaitu
peningkatan maintainability instrumentasi pada unit desalinasi secara umum.
Transmitter di unit Desalinasi memiliki beberapa konfigurasi original seperti
beberapa poin berikut :
- Proteksi Internal Kontrol Lokal PLC berupa wirebreak yang mendeteksi adanya
signal break pada transmitter. Signal break dapat berupa kabel putus atau
Signal Dip akibat perbaruan data Transmitter dengan Handheld HART
Communicator pada saat pemeliharaan.
- Sistem Instrumentasi Bertingkat pada Input Kontrol Lokal
5|S S G “ B E E ”
- Sistem Instrumentasi Bertingkat pada Output Kontrol Lokal
d. Kerugian
Apabila kegiatan pemeliharaan instrumentasi terpaksa harus dilakukan, itu berarti
unit desalinasi akan shutdown (trip) untuk sementara waktu selama kegiatan
perbaikan berlangsung. Akibat kegiatan pemeliharaan yang mengharuskan unit
Desal Shutdown tersebut maka akan ada konsekuensi kerugian seperti beberapa
poin berikut :
Kesempatan produksi 84 M3/Jam
Man power operasional untuk Shutdown dan Startup
Energi yang terbuang pada saat start-up hingga Desal berproduksi normal
Dalam kasus dimana water balance kurang baik, shutdown Desal akan sangat
berpotensi mempengaruhi operasional unit lain mengingat Desal adalah
penyedia air umpan boiler yang paling utama dalam pembangkitan Steam.
e. Kesimpulan
Dengan pertimbangan untuk mempertajam Tema mengenai peningkatan
Maintainability, dan dari inventarisasi masalah, frekuensi perbaikan, tinjauan
terhadap usaha yang telah dilakukan serta analisa kerugian masalah tersebut,
Anggota Tim sepakat untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan
mengangkat judul :
Tanggapan atasan :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_________________________________________________________
Persetujuan :
Mengetahui
ALAT
ALAT MANUSIA
MANUSIA
MAINTAINABILITY
MAINTAINABILITY
TRANSMITTER
TRANSMITTER RENDAH
RENDAH
Konfigurasi software yang kurang menguntungkan
METODE
METODE 7|S S G “ B E E ”
Gambar 3
Diagram Ishikawa Brainstorming Anggota
Dari diagram Ishikwa tersebut dilakukan analisis Nominal Group Technique (NGT)
dengan kriteria sebagai berikut :
Sangat Signifikan =5
Signifikan =4
Cukup Signifikan =3
Kurang signifikan =2
Tidak Signifikan =1
Dari kriteria tersebut, didapatkan pendapat anggota dalam table NGT seperti
dibwah ini:
Tabel 4
Data Nominal Group Technique (NGT)
No Calon Penyebab AD PR SN SR SM JML
Masalah
1 Tidak ada bypass system
5 5 5 4 5 24
untuk maintenance
2 Konfigurasi bertingkat
4 5 4 3 4 20
pada Flow Computing
3 Flush water filter control 1 1 1 2 1 6
4 Kesalahan Force PLC 2 2 1 2 2 9
SM
Gambar 4
Representasi Nominal Group Technique dalam Software AHP (CDP 3.0)
7
Nilai acuan dalam penentuan decision score
8
Nilai hasil (output) metode Analytic Hierarchy Process yang menunjukkan tingkat rekomendasi suatu keputusan
8|S S G “ B E E ”
Gambar 5
Decision Score AHP untuk calon penyebab masalah
2. Kesimpulan
Dari hasil NGT anggota, didapat ranking calon penyebab yang dominan sebagai
berikut :
a. Tidak ada bypass system untuk maintenance transmitter
Decision score = 0,932
Kesimpulan = Parameter ini termasuk calon penyebab dominan.
b. Konfigurasi bertingkat pada Flow Computing
Decision score = 0,75
Kesimpulan = Parameter ini termasuk calon penyebab dominan.
c. Flush Water Filter Control
Decision Score = 0,068
Kesimpulan = Parameter ini dapat diabaikan.
d. Kesalahan Force PLC
Decision Score = 0,188
Kesimpulan = Parameter ini dapat diabaikan.
Gambar 6
Decision Network metode AHP untuk faktor penyebab 1
Gambar 7
Weighting untuk faktor penyebab 1
Gambar 8
Decision Score untuk faktor penyebab 1
Nilai decision score sebesar 0,936 dengan nilai ideal alternative sebesar 1
berarti signifikansi dari parameter tersebut sebesar 93,6%. Dengan score
sedemikian tersebut disimpulkan bahwa parameter tersebut merupakan faktor
penyebab dominan yang perlu dicari penyelesaiannya.
Gambar 9
Decision Network metode AHP untuk faktor penyebab 2
12 | S S G “ B E E ”
Gambar 10
Weighting untuk faktor penyebab 2
Gambar 11
Decision Score untuk Faktor penyebab 2
Dari pengujian dengan metode AHP tersebut, didapatkan nilai decision score
sebesar 0,814 dengan nilai ideal alternative sebesar 1 berarti signifikansi dari
parameter tersebut sebesar 81,4%. Dengan score sedemikian tersebut
disimpulkan bahwa parameter tersebut merupakan faktor penyebab dominan
yang perlu dicari penyelesaiannya.
2. Kesimpulan
Dari hasil uji antar calon penyebab dominan seperti diatas, yang mana kedua
faktor calon penyebab tersebut memiliki nilai signifikansi yang cukup kuat, maka
disimpulkan bahwa Penyebab Rendahnya Maintainability Instrumentasi pada Unit
Desalinasi dipengaruhi oleh :
13 | S S G “ B E E ”
a. Tidak ada bypass system untuk maintenance transmitter
b. Konfigurasi bertingkat pada Flow Computing
KEUNTUNGAN
KEUNTUNGAN PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
(( KONDISI
KONDISI OPERASIONAL
OPERASIONAL DESAL)
DESAL)
Maintainability
Maintainability yang
yang tinggi
tinggi akan
akan
meningkatkan
meningkatkan availability.
availability.
Maintenance
Maintenance Cost
Cost menurun
menurun
SUBJEK
SUBJEK OBJEK METODE
- Modifikasi computing
- Har Instrumen-4 Transmitter, equipment
Computing, PLC - Modifikasi wirebreak
Desal program (PLC)
UPAYA PERBAIKAN
/INNOVASI
Gambar 12
Landasan Berfikir pada perencanaan perbaikan
2. Perencanaan strategi
Untuk mendukung keberhasilan rencana tersebut, diperlukan strategi yang tepat
agar rencana yang akan dijalankan tepat sasaran, efektif dan efisien. Sebagai
langkah penentuan strategi guna mendukung landasan berfikir diatas, dengan
tujuan akhir untuk meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan semua
14 | S S G “ B E E ”
aspek yang terkait, maka digunakan analisa SWOT sebagai instrumennya. Berikut
SWOT dari permasalahan tersebut :
Tabel 5
Analisa SWOT
Tabel 6
Alternatif perbaikan
No Penyebab Alternatif Solusi Keterangan
Proyek
1 Tidak ada Membuat Dipilih alternative tersebut Perbaikan akan
bypass bypass karena satu-satunya cara dilakukan pada
system untuk untuk memudahkan saat Unit Desal
system pemeliharaan dalam shutdown pada
untuk
wirebreak. keadaan online. Turn Around
maintenance 2009.
Perbaikan
dilakukan pada
Unit Desal 1 & 2.
2 Konfigurasi 1. Membuat Dipilih alternative 2 karena Perbaikan akan
bertingkat kalkulasi : dilakukan pada
pada Flow langsung - Kondisi PLC belum optimal saat Unit Desal
pada sehingga sering terjadi shutdown pada
Computing
PLC. kerusakan I/O card. Turn Around
2. Membuat - Proses kalkulasi dan 2009.
kalkulasi modifikasi di DCS jauh Perbaikan
di DCS lebih mudah dilakukan dilakukan pada
15 | S S G “ B E E ”
No Penyebab Alternatif Solusi Keterangan
Proyek
pada saat Desal On-line. Unit Desal 1 & 2.
Prosedur Modifikasi :
a. Kondisi plant harus dalam keadaan shutdown.
b. Turn on computer downloader.
c. Koneksikan kabel komunikasi DH+ PLC dengan
port serial computer downloader.
d. Buka aplikasi Allen Bradley RSLink500.
e. Lakukan koneksi komputer downloader dengan
PLC yang online.
f. Cek Koneksi computer dengan PLC melalui page
RS Link bahwa hardware PLC Allen Bradley dan
Panel View telah terindikasi pada komputer.
g. Setelah yakin bahwa computer telah terhubung
dengan PLC, buka aplikasi Allen Bardley
RSLogic500.
h. Upload current data yang ada di PLC kedalam
komputer (melalui Upload Button pada Tab
Control) untuk mengantisipasi kegagalan
modifikasi.
i. Buka file baru yang telah dimodifikasi.
j. Cek ulang I/O yang akan digunakan sebagai
16 | S S G “ B E E ”
Permasalahan No 1
port bypass dengan simulasi open-close.
k. Posisikan Hard Key PLC dalam download State
sebagai langkah persiapan Download.
l. Download data (hasil modifikasi) dari computer
ke PLC.
m. Upload kembali data yang ada di PLC untuk
memverifkasi apakah data modifikasi telah
terdownload dengan benar.
n. Onlinekan software dalam komputer untuk
melakukan verifikasi akhir.
o. Lakukan simulasi dan amati fungsi kerja
software tersebut dengan melakukan jumper
pada PLC.
p. Setelah yakin semuanya berjalan sesuai
rencana, offlinekan software dalam computer.
q. Diconnect PLC dengan computer.
r. Posisikan PLC dalam state RUN
s. Lakukan pemasangan Hardware berupa bypass
switch dan pengkabelan pada I/O port yang
telah ditentukan sebelumnya.
t. Lakukan testing pada transmitter yang telah
terkoneksi dengan bypass wirebreak.
8 How Much Target 100%
Permasalahan No 2
1 Penyebab Masalah Konfigurasi bertingkat pada Flow Computing
17 | S S G “ B E E ”
Permasalahan No 2
Prosedur Modifikasi :
a. Tarik cabling untuk Flow Transmitter FT001,
Pressure Transmitter PT001,Temperatur
Transmitter TT001 dari Desal 1&2 field
instrument menuju junction Box yang telah
ditentukan melewati tray instrumentasi yang
sudah ada di lapangan.
b. Koneksikan kabel yang telah disiapkan pada
field instrument dan pada junction box.
c. Lakukan Loop test pada tiap kabel yang telah
terpasang dari field instrument hingga DCS
Marshalling Room, agar tidak terjadi kesalahan
koneksi.
d. Konfigurasi point baru tersebut pada Integrated
Control Configurator (ICC) untuk dapat
berkomunikasi dengan field instrument.
(Lampiran 6)
e. Konfigurasi computing sebagai pengganti Field
Computing Elemen sesuai dengan data desain.
(Lampiran 6)
f. Simulasi dengan field instrument actual.
8 How Much Target 100%
Gambar 13
18 | S S G “ B E E ”
Target Capaian Hasil Modifikasi Wirebreak
Gambar 14
Target Capaian Hasil Modifikasi Simplifikasi Sistem Bertingkat
Persentase optimalisasi konfigurasi system bertingkat sebelum modifikasi
menunjukkan angka 12,25% yang berarti kurang optimal. Target yang ingin
dicapai adalah meningkatkan optimalisasi hingga 81,25% dari nilai idealnya.
Dengan mengeliminir beberapa system instrumentasi yang secara teknis tidak
mengganggu system keseluruhan maka diharapkan akan menurunkan
pemakaian spare part untuk beberapa item instrument, serta mendukung
peningkatan maintainability system.
Tanggapan atasan :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_________________________________________________________
Persetujuan :
19 | S S G “ B E E ”
Disusun Oleh Disetujui Oleh
Sistem Saran Group “BEE” Bagian Instrument K3/K4
Mengetahui
20 | S S G “ B E E ”
From
Bypass
Bypass FromFrom Transmitter Switch
Switch
Switch
From Transmitter Switch
Konfigurasi :
Konfigurasi :
Digi
Digi
Ana
DigiAna
Digi tal
tal
Ana
Ana log
tal log
tal Inp
Inp
log Inp
Wirebreak Alarm log
Wirebreak Alarm InpInp
Inp
Inp
Inp ut
ut
ut
ut ut
ut
ut
ut
Wirebreak System
Wirebreak System
Wirebreak System
Wirebreak System
BP 2
BP 1
BP 5
BP 4
BP-n
BP 3
WB 2
WB 1
WB-n
2
WB 1
WB 5
WB 4
WB 3
WB-n
WBGambar 15
1. Penyebab Pertama : Tidak ada bypass system untuk maintenance transmitter
PLC PLC
System
System
PLC Control
System
Protection
Control
PLC Protection
Bus
Ana
Ana Digi
Digi
RS-232 &
Ana
Ana Digi
DH+ Comm
log
Digi log tal
tal
log
log tal out
tal out out
out
out
out out put
out put put
put
put
put put
put To Final Control / To Final Control /
To Final Control / To
Control Control
Final Valve /
/ DCS Solenoid
Control Valve / DCS Solenoid
(Alarm
Display)
Panel View
21 | S S G
“ B E E ”
Gambar 16
Konfigurasi PLC secara umum setelah modifikasi
22 | S S G “ B E E ”
2. Penyebab Kedua : Konfigurasi indirect pada Flow Computing
a. Kondisi sebelum modifikasi
Konfigurasi :
AIT201
FIT001 (Computing)
CIT201 Distributed Control System
(Software ICC)
LIT201 Programmable
INPUT BLOCK
Logic Controller
LIT301
FT003
INDICATOR BLOCK
…………. Final Control Elemen FI001
(17.a)
(17.b)
Gambar 17.a & 17.b
Konfigurasi Hardware bertingkat sebelum modifikasi
Penjelasan Gambar :
- Sebagian besar transmitter terhubung langsung dengan Panel Lokal PLC,
antara lain AIT201, CIT201, LIT201, LIT301, FT003 dan beberapa
transmitter lainnya.
- Akan tetapi ada beberapa transmitter yang memiliki konfigurasi bertingkat
yaitu FT001, PT001, TT001, dimana dengan konfigurasi ini transmitter
tidak langsung terhubung dengan PLC, tetapi harus melewati 1
instrumentasi computing terlebih dulu FIT001.
- Hasil perhitungan pada FIT 001 dikirim menuju PLC dan diindikasikan di
Panel View.
- PLC kemudian mengeluarkan output yang sama dengan FIT001 menuju
DCS untuk dapat diindikasikan secara remote.
23 | S S G “ B E E ”
b. Kondisi sesudah modifikasi
Konfigurasi :
AIT201
CIT201 REMOVED
LIT201 Programmable
Logic Controller
LIT301
FT003
CALCULATION
CALCULATION (COMPUTING
(COMPUTING BLOCK)
BLOCK)
INDICATOR
INDICATOR BLOCK
BLOCK
(18.a)
24 | S S G “ B E E ”
(18.b)
Ta Pb 1,033
Qc Qm x
Pa Tb 273
(Lihat Lampiran 6)
Sinyal yang semula digunakan untuk mengirim sinyal FI001 dari PLC ke DCS,
mengalami pembalikan, sehingga DCS mengeluarkan sinyal yang akan diterima
oleh PLC untuk kepentingan sequence-nya.
LANGKAH 6 MENELITI HASIL
1. Data Hasil Modifikasi
Setelah dilakukan modifikasi, kemudian dilakukan pengamatan dalam durasi
kurang lebih 1 tahun. Didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 8
Data akses Pemeliharaan Transmitter Online
Lembar Data : Lampiran 2
Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Periode : Agustus 2009 s/d Juli 2010
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4
No Masalah Rata2 per tahun % Total
1 Online Total Maintenance Access 9 100
Tabel 9
Data perbandingan akses Pemeliharaan Transmitter Online
25 | S S G “ B E E ”
Lembar Data : Lampiran 1&2
Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Periode : Agustus 2009 s/d Juli 2010
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4
No Masalah Rata2 per Total/Th %
tahun
1 Online Maintenance 1 14 7,14
Access Sebelum
2 Online Maintenance 9 9 100
Access Sesudah
Gambar 19
Grafik perbandingan akses Pemeliharaan Transmitter Online
Gambar 20
26 | S S G “ B E E ”
Grafik perbandingan persentase akses Pemeliharaan Transmitter Online sebelum
dan sesudah modifikasi
2. Perhitungan Biaya
a. Biaya Perbaikan atau Modifikasi
- Penambahan toggle switch wirebreak Rp 117.117,-
- Sepatu Kabel 1 Box Rp 90.000,-
- Kabel Kontrol 16 AWG 300 meter Rp 1.112.000,-
Total Biaya Rp 1.327.117,-
b. Potensi Penghematan
- Kehilangan kesempatan produksi Rp 56.232.792,-
(8295 Ton/ Tahun – Lihat Lampiran 1)
- Biaya Man Power Pemeliharaan Rp 1.266.366,-
- Biaya pembelian Sparepart Flow Computing Rp 59.211.340,-
Total Penghematan Rp 116.710.498,-
3. Manfaat Potensial
Manfaat potensial yang didapat jika ditinjau dari segi Panca Mutu
(Q/C/D/Sc/S(E)/M) :
Tabel 10
Manfaat potensial dari segi panca mutu
ASPEK MANFAAT POTENSIAL
QUALITY Meningkatnya akses pemeliharaan berpengaruh secara
langsung pada keandalan sistem instrumentasi dan
pemeliharaan plant lebih terjamin.
COST Penghematan biaya karena pengurangan item instrumentasi,
sehingga tidak perlu melakukan pembelian spare part flow
computing.
DELIVERY Menunjang kebutuhan utilitas ke Pabrik Ammonia dan Urea
secara kontinyu, sehingga menunjang pencapaian sasaran
mutu departemen Operasi K-4.
SAFETY & ENV. Pengamanan sistem sebelum maintenance dapat
dimaksimalkan, sehingga personil lebih aman dalam
melaksanakan pekerjaan dan alat dapat terhindar dari
kerusakan.
MORAL Operator dan pihak maintenance lebih percaya diri dalam
kegiatan operasional dan pemeliharaan.
LANGKAH 7 STANDARISASI
1. Standar Prosedur Pemeliharaan Transmitter
Setelah dilakukan modifikasi, maka untuk mempertahankan hasil, diperlukan
prosedur standar yang sesuai dengan modifikasi yang dilakukan. Untuk itu
selanjutnya untuk pemeliharaan transmitter dalam kondisi online perlu mengikuti
prosedur seperti dibawah ini:
27 | S S G “ B E E ”
a. Prosedur pemeliharaan transmitter
Persiapan
- Identifikasi masalah pada transmitter.
- Identifikasi fungsi dan peran transmitter dalam loop pengendalian.
- Jika transmitter berfungsi hanya sebagai indikasi, maka bias langsung
menuju pada prosedur berikutnya.
- Jika transmitter berfungsi sebagai control, maka operator perlu melakukan
switch control ke mode manual.
- Safety Permit
Pelaksanaan
- Lakukan langkah bypass wirebreak dengan mengaktifkan bypass switch
wirebreak.
- Lakukan maintenance sesuai dengan permasalahan yang ada.
- Setelah semua maintenance dilakukan, kembalikan transmitter pada
kondisi normal.
- Pastikan bahwa transmitter telah berfungsi dengan benar pada indikasi
local maupun indikasi local panel.
- Setelah kondisinya normal, lepas bypass dengan menonaktifkan bypass
wirebreak.
- Auto-kan kembali control yang sebelumnya dimanualkan.
2. Standar Hasil
a. Akses online yang cukup luas untuk Pemeliharaan Transmitter ≈ 94% dari
total jenis pemeliharaan.
b. Downtime akibat pemeliharaan transmitter dapat dieliminir.
28 | S S G “ B E E ”
c. Potensi kehilangan kesempatan produksi pada unit Desal akibat pemeliharaan
transmitter dapat ditiadakan sehingga tidak mempengaruhi unit yang lain
(Ammonia, Urea).
d. Free maintenance pada flow computing.
Tanggapan atasan :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_________________________________________________________
Persetujuan :
Mengetahui
29 | S S G “ B E E ”
LAMPIRAN 1
LAPORAN BULANAN BAGIAN UTILITY K-4
Periode 07/ 08/ 09/ 10/ 11/ 12/ 01/ 02/ 03/ 04/ 05/ 06/ TOTAL
08 08 08 08 08 08 09 09 09 09 09 09
Maintenance 1 1 1 2 4 8 1 7 9 1 5 5 45
Instrumentasi
Offline
Maintenance 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5
Instrumentasi
Online
Dengan Harga Distilate sebesar 1.8 USD dan Kurs Dollar rata-rata tahun 2008-2009 sebesar
Rp 9800,- untuk , maka secara ekonomis, total kehilangan kesempatan produksi sebesar:
Total kehilangan produksi akibat maintenance transmitter diatas merupakan acuan Potensi
kehilangan kesempatan produksi setiap tahunnya.
Sumber : Laporan Bulanan Bagian Utility K4 periode Juli 2008 s/d Juni 2009
LAMPIRAN 2
LAPORAN BULANAN BAGIAN UTILITY K-4
Periode 08/09 09/09 10/09 11/09 12/09 01/10 02/10 03/10 04/10 05/10 06/10 07/10 TOTAL
Maintenance 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Transmitter
Dengan S/D
Maintenance 0 0 0 0 3 0 0 3 2 1 0 0 9
Transmitter Tanpa
S/D
Sumber : Laporan Bulanan Bagian Utility K4 periode Agustus 2009 s/d Juli 2010
LAMPIRAN 3
PENGUJIAN WIREBREAK
NO AIT201 CIT201 FIT001 FIT003 LIT201 LIT301 PT101 PT104 PT501 PT504 TT103 TT502 FQIT20 WIREBREA TRIP
1 K ACTIO
N
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
JENI Analog/ Analog/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Analog/ Analog/ Analog/
S 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
- Dengan hasil bahwa seluruh transmitter memiliki pengaruh absolute terhadap wirebreak dan trip action, maka disimpulkan bahwa nilai pengujian
parameter “Time To Repair” untuk faktor “Tidak Ada Bypass Sistem” memiliki angka Sangat Signifikan.
- Untuk parameter kedua untuk menguji Tingkat Kerumitan Prosedur Kalibrasi, jenis transmitter sangat berpengaruh. Transmitter analog memiliki
prosedur yang lebih rumit, sedangkan prosedur kalibrasi untuk Transmitter Smart sangat sederhana. Untuk itu dari penilaian didapatkan 5 transmitter
analog dan 8 Transmitter Smart, ini akan memberikan penilaian Signifikan.
LAMPIRAN 4
PENGUJIAN FLOW COMPUTING
NO FT001 PT001 TT001 FIT001 TRIP
ACTION
1 1 0 0 0 1
2 0 1 0 0 1
3 0 0 1 0 1
4 0 0 0 1 1
- Dengan hasil bahwa seluruh transmitter memiliki pengaruh absolute terhadap trip action, maka disimpulkan bahwa nilai pengujian parameter “Time
To Repair” untuk faktor “Tidak Ada Bypass Sistem” memiliki angka Sangat Signifikan.
- Untuk parameter kedua untuk menguji Tingkat Kerumitan Prosedur Kalibrasi, dapat dievaluasi dari prosedur kalibrasi yang cukup panjang, ini
mengindikasikan bahwa parameter ini mendapat penilaian Sangat Signifikan. Prosedur dapat dilihat pada lembar berikut.
LAMPIRAN 5
LADDER DIAGRAM PLC SOFTWARE PADA SEKSI WIREBREAK PROTECTION
Ta Pb 1,033
Qc Qm x
Pa Tb 273
LAMPIRAN 7
DATA PERSENTASE TARGET MODIFIKASI
LAMPIRAN 8
DATA PERSENTASE TARGET MODIFIKASI
SEBELUM MODIFIKASI TARGET MODIFIKASI
NO PARAMETER BASIS
Skor Keterangan Skor Keterangan
1 Minimalisir Instrumentasi yang 0 Belum ada 25% 1 dari 4 instrumentasi di-remove
dipakai
2 Keterawasan (Monitoring) 25% Hanya 1 dari 4 Instrumentasi yang 100% semua Instrumentasi dapat dimonitor
parameter termonitor
3 Analisis melalui trending variabel 25% Hanya 1 dari 4 Instrumentasi yang 100% semua Instrumentasi dapat
memiliki history trend ditrendingkan
4 Akses Pemeliharaan Online 0 Tidak ada akses online. Probabilitas 100% Akses pemeliharaan penuh
Trip 100%
Presentase Total 12,25% 81,25%