Anda di halaman 1dari 43

MENINGKATKAN MAINTAINABILITY SISTEM INSTRUMENTASI

UNIT DESALINASI KALTIM-4

MENURUNKAN TOTAL WAKTU PERBAIKAN DAN DISTILATE LOST PADA SAAT


PERBAIKAN INSTRUMENTASI DENGAN CARA MODIFIKASI KONFIGURASI TRANSMITTER UNIT
DESALINASI PABRIK KALTIM-4

SISTEM SARAN GROUP “BEE”

PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR


2010

RISALAH SISTEM SARAN GROUP 0|S S G “ B E E ”


GUGUS
Nama Gugus : SSG “BEE”
Unit Kerja : Dep. Har Listrik-Instrument
Risalah : Pertama
Dibentuk : Juni 2009
Kegiatan : Juni 2009 – Agustus 2010
Tema : Meningkatkan Maintainability Sistem Instrumentasi Unit Desalinasi
Kaltim-4
Judul : Menurunkan Total Waktu Perbaikan Dan Distilate Lost Pada Saat
Perbaikan Instrumentasi Dengan Cara Modifikasi Konfigurasi
Transmitter Unit Desalinasi Pabrik Kaltim-4

SUSUNAN ANGGOTA
No Jabatan Nama NPK Unit Kerja
1 Fasilitator Agus Yunanto 8200797 Dept. Har. L-I
2 Ketua Sonaji 8200798 Dept. Har. L-I
3 Sekretaris Adang P. 0803743 Dept. Har. L-I
4 Anggota Pramono R.M. 8502483 Dept. Har. L-I
5 Anggota Sarozi 9903459 Dept. Operasi K4
6 Anggota Syauqi Malik 0803808 Dept. Har. L-I

STRUKTUR ORGANISASI

Direktur Produksi

Kakom Operasi Kakom Pemeliharaan

Dep. Operasi K-4 Dep. Har. Instrument


Listrik

SSG “BEE”

JADWAL KEGIATAN

1|S S G “ B E E ”
Tabel 1
Time Table Kegiatan

ABSTRAKSI
Bagian utility Kaltim-4 mengoperasikan unit Desalinasi yang dirancang memiliki Kapasitas
(84) M3/Jam tiap unitnya untuk mensuplai air keperluan proses. Dalam operasionalnya,
desalinasi Kaltim-4 dilengkapi sistem pengukur variabel berupa transmitter(1) elektronik
yang terintegrasi dengan Programmable Logic Controller (PLC) sebagai basis kontrolnya.
Sebagai bagian dari system pengaman, konfigurasi software dalam PLC dilengkapi dengan
sistem wirebreak(2) yang akan bekerja pada saat terjadi kerusakan pada transmitter.
Sistem ini mutlak harus ada, akan tetapi keberadaan sistem ini mengakibatkan kegiatan
pemeliharaan instrumentasi khususnya transmitter tidak bisa dilakukan secara online.
Selain itu konfigurasi sistem instrumentasi unit desalinasi yang bertingkat mengakibatkan
biaya pemeliharaan (maintenance) menjadi lebih besar dilihat dari segi manpower dan
stok spare part instrumentasi yang ada.
Untuk itu SSG ini mendapatkan tugas untuk memperbaiki masalah tersebut guna
meningkatkan kinerja unit desalinasi Kaltim-4.

LANGKAH 1 MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL


1. Menentukan tema
a. Alasan Formal
 Berdasarkan Notulen rapat intern Turn Around Instrument mengenai Turn
Around K-4 2009 untuk meminimalisir shutdown desal akibat kegiatan
pemeliharaan instrumentasi.
 Berdasarkan surat kepala bagian kepada penanggung jawab DCS PLC pada
TA 2009 mengenai modifikasi Desal.
 Inventarisasi permasalahan instrumentasi pada unit desalinasi Kaltim-4
Periode : Juli 2008 s/d Juni 2009
No. Item : Sistem Instrumentasi Unit Desalinasi
Sumber data dari Laporan Harian Instrument K-4 dan Laporan Bulanan
Operasi Bag. Utility

b. Data Pemeliharaan
Didapatkan data pemeliharaan instrumentasi sebagai berikut :

Tabel 2
1
Peralatan instrumentasi yang berfungsi sebagai pengukur variable fisis yang kemudian mengirimkan sinyal ke kontroller
2
Sistem pengaman untuk mematikan plant jika ada kerusakan (kehilangan sinyal) pada instrumentasi
2|S S G “ B E E ”
Data Pemeliharaan Sistem Instrumentasi Unit Desal Kaltim-4
Lembar Data : Lampiran 1
Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Periode : Juli 2008 s/d Juni 2009
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4

No Masalah Rata2 per % Total % Kumulatif


tahun
1 Offline Total 45 90 90
Maintenance Access
2 Online Total 5 10 100
Maintenance Access

Didapatkan Diagram Pareto dari data tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 1
Diagram Pareto Akses Pemeliharaan Sistem Instrumentasi Unit Desal Kaltim-4

Data dan diagram pareto diatas menunjukkan bahwa akses pemeliharaan


instrumentasi pada kondisi normal operasi (online) sangat minim, artinya sebagian
besar pemeliharaan instrumentasi hanya bisa dilakukan pada saat shutdown.
Sehingga jika dikaitkan dengan model pemeliharaan saat ini yang berbasis
Keandalan (Reliability)(3), yang mana sangat berkaitan dengan akses
pemeliharaan, maka akan membawa permasalahan ini pada kesimpulan bahwa
harus ada perbaikan mengenai akses pemeliharaan Sistem Instrumentasi secara
keseluruhan.
c. Kesimpulan :
Berdasarkan kajian pustaka bahwa elemen penting dalam optimalisasi
kegiatan pemeliharaan adalah Time Rate Maintenance (Mean Time To Repair) (4)
yang rendah, dimana MTTR yang rendah akan menaikkan nilai Keterpeliharaan

3
Probabilitas suatu alat atau system untuk beroperasi tanpa kegagalan dalam kurun waktu dan kondisi tertentu.

4
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problem dari mulai masalah ditemukan hingga sistem normal
kembali
3|S S G “ B E E ”
(Maintainability) (5) suatu alat. Untuk itu efisiensi waktu repair akan dapat dicapai
dengan menurunkan jumlah akumulasi dari komponen waktu MTTR berikut :
 Waktu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa kesalahan (kerusakan)
 Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan suku cadang
 Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh akses pemeliharaan
 Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan
 Waktu yang dibutuhkan untuk verifikasi bahwa sistem telah bekerja sesuai
harapan
 Waktu yang dibutuhkan untuk menormalkan sistem
(Sumber : Reliasoft Corporation)

Dengan demikian, kondisi sebelum modifikasi adalah nilai komponen “Waktu


yang dibutuhkan untuk memperoleh akses pemeliharaan” bisa menjadi
sangat besar karena harus menunggu unit Desalinasi Shutdown terlebih dahulu.
Untuk itu diperlukan strategi untuk menurunkan nilai komponen tersebut untuk
mendapatkan MTTR yang sekecil mungkin, pada akhirnya strategi ini akan
meningkatkan nilai Maintainability Sistem Instrumentasi.
Berdasarkan data yang telah didapatkan dan diagram pareto diatas serta
beberapa pertimbangan analisa keandalan instrumentasi pada unit desal seperti
diatas, maka disepakati tema sebagai berikut :

“Meningkatkan Maintainability Sistem Instrumentasi


Unit Desalinasi Kaltim-4”

Alasan :
a. Keterpeliharaan (Maintainability) memiliki korelasi yang kuat dengan kesiapan
operasional (availability) sistem, dimana peningkatan maintainability akan
meningkatkan availability sistem yang bersangkutan, dan peningkatan
availability pada akhirnya akan berimbas positif dalam menekan downtime.
b. Keterpeliharaan yang tinggi diharapkan mampu Mendukung sasaran mutu
Dep. Operasi K-4 mengenai operasional unit Desalinasi.
c. Keterpeliharaan yang tinggi diharapkan mampu mengurangi biaya
pemeliharaan dan meningktkan efektifitas pemeliharaan Instrumentasi.

2. Menentukan judul
Dengan disepakatinya Tema makalah dari beberapa analisa data dan
pertimbangan pustaka dengan menitikberatkan pada peningkatan Maintainability
Instrumentasi, maka langkah selanjutnya adalah mempertajam permasalahan
sehingga diharapkan akan mempermudah penyelesaian masalah. Untuk
kepentingan tersebut, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

a. Inventarisasi Masalah
Langkah pertama yang dilakukan adalah inventarisasi masalah berdasarkan
data maintenance system instrumentasi di unit Desalinasi. Berdasarkan data
inventarisasi tersebut akan didapatkan data instrumentasi yang memiliki potensi

5
Probabilitas suatu system yang mengalami kegagalan dapat dikembalikan sesuai fungsinya dalam interval tertentu.
4|S S G “ B E E ”
paling tinggi terhadap rendahnya maintenance akses pada unit tersebut. Hasil dari
Inventarisasi masalah tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Lembar Data : Lampiran 2


Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4
Periode :

No Masalah Frekuensi % % Kumulatif


1 Transmitter 21 46.66 46.66
2 Supporting 11 24.44 71.11
3 Control Valve 9 20 91.11
4 PLC 4 8.88 100
Total 45
Data Inventarisasi Pemeliharaan Sistem Instrumentasi

Didapatkan Diagram Pareto berdasar data diatas sebagai berikut :

Gambar 2
Diagram Pareto Inventarisasi Pemeliharaan Instrumentasi
b. Frekuensi Perbaikan
Berdasarkan data operasional dan data pemeliharaan periode Juli 2008 – Juni
2009, dimana diketahui bahwa persentase pemeliharaan instrumentasi tertinggi
selama periode pengamatan adalah pemeliharaan transmitter, maka Anggota
Tim sepakat untuk memperbaiki masalah konfigurasi sistem instrumentasi
terutama yang berhubungan dengan transmitter untuk mencapai tujuan awal yaitu
peningkatan maintainability instrumentasi pada unit desalinasi secara umum.
Transmitter di unit Desalinasi memiliki beberapa konfigurasi original seperti
beberapa poin berikut :
- Proteksi Internal Kontrol Lokal PLC berupa wirebreak yang mendeteksi adanya
signal break pada transmitter. Signal break dapat berupa kabel putus atau
Signal Dip akibat perbaruan data Transmitter dengan Handheld HART
Communicator pada saat pemeliharaan.
- Sistem Instrumentasi Bertingkat pada Input Kontrol Lokal
5|S S G “ B E E ”
- Sistem Instrumentasi Bertingkat pada Output Kontrol Lokal

c. Usaha yang telah dilakukan


Sebelumnya, telah dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan maintainability
sistem instrumentasi transmitter tanpa harus melakukan perubahan pada sistem
dengan cara melakukan force (6) pada I/O modul PLC untuk menjaga agar proteksi
wirebreak tidak bekerja, sehingga unit dapat dipertahankan untuk tetap
beroperasi normal. Usaha ini kurang efektif dengan beberapa alasan berikut :
 Proses yang terlalu rumit yang akan berimbas pada aksi yang lambat,
sehingga waktu yang dibutuhkan akan menjadi berlipat.
 Proses yang rumit juga meningkatkan potensi kesalahan dalam melakukan
force yang berarti tidak akan bisa menyelam atkan unit operasi tersebut dari
kondisi Shutdown.

d. Kerugian
Apabila kegiatan pemeliharaan instrumentasi terpaksa harus dilakukan, itu berarti
unit desalinasi akan shutdown (trip) untuk sementara waktu selama kegiatan
perbaikan berlangsung. Akibat kegiatan pemeliharaan yang mengharuskan unit
Desal Shutdown tersebut maka akan ada konsekuensi kerugian seperti beberapa
poin berikut :
 Kesempatan produksi 84 M3/Jam
 Man power operasional untuk Shutdown dan Startup
 Energi yang terbuang pada saat start-up hingga Desal berproduksi normal
 Dalam kasus dimana water balance kurang baik, shutdown Desal akan sangat
berpotensi mempengaruhi operasional unit lain mengingat Desal adalah
penyedia air umpan boiler yang paling utama dalam pembangkitan Steam.

e. Kesimpulan
Dengan pertimbangan untuk mempertajam Tema mengenai peningkatan
Maintainability, dan dari inventarisasi masalah, frekuensi perbaikan, tinjauan
terhadap usaha yang telah dilakukan serta analisa kerugian masalah tersebut,
Anggota Tim sepakat untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan
mengangkat judul :

“Menurunkan Total Waktu Perbaikan Dan Distilate Lost Pada Saat


Perbaikan Instrumentasi Dengan Cara Modifikasi Konfigurasi
Transmitter Unit Desalinasi Pabrik Kaltim-4“

Alasan pemilihan Judul


a. Instrumentasi desal memiliki desain konfigurasi original yang memiliki proteksi
tertentu sehingga tidak dimungkinkan adanya pemeliharaan total terhadap
transmitter pada kondisi online, dimana plant akan shutdown/trip secara
otomatis jika dilakukan pemeliharaan total pada suatu transmitter.
b. Konfigurasi sistem instrumentasi yang kurang optimal akibat adanya beberapa
konfigurasi yang undirect.
Masalah tersebut diatas menimbulkan efek negatif pada :
6
Pengkondisian Input Logic pada suatu logic solver (aktif-nonaktif)
6|S S G “ B E E ”
- Maintainability yang rendah yang berpotensi menurunkan kesempatan
produksi akibat downtime yang tinggi disebabkan oleh kegiatan pemeliharaan
instrumentasi.
- Sistem yang belum optimal justru menambah beban biaya pemeliharaan akibat
pembelian suku cadang yang sebenarnya dapat dieliminir.

Tanggapan atasan :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_________________________________________________________

Persetujuan :

Disusun Oleh Disetujui Oleh


Sistem Saran Group “BEE” Bagian Instrument K3/K4

Sonaji H. Agus Yunanto


Ketua Kepala (Fasilitator)

Mengetahui

Departemen Operasi K4 Departemen Har. List

Ir. Jaka Kirwanto H. Mujiarto,BE


Kepala Kepala

LANGKAH 2 MENENTUKAN PENYEBAB MASALAH


1. Mencari Penyebab Masalah
Untuk menentukan calon penyebab masalah, dilakukan Brainstorming dari
anggota dan didapatkan beberapa pemikiran yang dituangkan dalam diagram
Ishikawa sebagai berikut:

ALAT
ALAT MANUSIA
MANUSIA

Kesalahan Force PLC


Flush water filter Hardware Flow Computing
control
Hardware tambahan Kesalahan Prosedur
sebagai pendukung
Konfigurasi hardware yang Bertingkat

MAINTAINABILITY
MAINTAINABILITY
TRANSMITTER
TRANSMITTER RENDAH
RENDAH
Konfigurasi software yang kurang menguntungkan

Sistem Proteksi Wirebreak menyebabkan tidak adanya akses online maintenance

Tidak ada by pass system untuk maintenance transmitter

METODE
METODE 7|S S G “ B E E ”
Gambar 3
Diagram Ishikawa Brainstorming Anggota

Dari diagram Ishikwa tersebut dilakukan analisis Nominal Group Technique (NGT)
dengan kriteria sebagai berikut :
 Sangat Signifikan =5
 Signifikan =4
 Cukup Signifikan =3
 Kurang signifikan =2
 Tidak Signifikan =1
Dari kriteria tersebut, didapatkan pendapat anggota dalam table NGT seperti
dibwah ini:
Tabel 4
Data Nominal Group Technique (NGT)
No Calon Penyebab AD PR SN SR SM JML
Masalah
1 Tidak ada bypass system
5 5 5 4 5 24
untuk maintenance
2 Konfigurasi bertingkat
4 5 4 3 4 20
pada Flow Computing
3 Flush water filter control 1 1 1 2 1 6
4 Kesalahan Force PLC 2 2 1 2 2 9

Data NGT tersebut kemudian dianalisa kembali menggunakan metode Analytic


Hierarchy Process (AHP) dengan sebagai berikut:

SM

Gambar 4
Representasi Nominal Group Technique dalam Software AHP (CDP 3.0)

Pembobotan (weighting) dilakukan sesuai nominal scoring criteria(7) yang didapat


dari table NGT sebelumnya.Sehingga didapatkan nilai decision score(8) seperti
berikut:

7
Nilai acuan dalam penentuan decision score
8
Nilai hasil (output) metode Analytic Hierarchy Process yang menunjukkan tingkat rekomendasi suatu keputusan
8|S S G “ B E E ”
Gambar 5
Decision Score AHP untuk calon penyebab masalah
2. Kesimpulan
Dari hasil NGT anggota, didapat ranking calon penyebab yang dominan sebagai
berikut :
a. Tidak ada bypass system untuk maintenance transmitter
Decision score = 0,932
Kesimpulan = Parameter ini termasuk calon penyebab dominan.
b. Konfigurasi bertingkat pada Flow Computing
Decision score = 0,75
Kesimpulan = Parameter ini termasuk calon penyebab dominan.
c. Flush Water Filter Control
Decision Score = 0,068
Kesimpulan = Parameter ini dapat diabaikan.
d. Kesalahan Force PLC
Decision Score = 0,188
Kesimpulan = Parameter ini dapat diabaikan.

LANGKAH 3 MENENTUKAN MASALAH YANG DOMINAN


1. Menentukan Penyebab yang Dominan
Dari hasil Nominal Group Technique pada langkah sebelumnya, didapatkan 2 calon
penyebab masalah yang dapat diperhitungkan sebagai calon penyebab dominan,
untuk itu selanjutnya dilanjutkan dengan pengujian untuk menentukan apakah
masalah tersebut termasuk penyebab yang dominan.
Untuk kepentingan pengujian, digunakan beberapa parameter sebagai basisnya.
Antara lain sebagai berikut :
- Time To Repair
- Pengaruh langsung pada PLC System
- Tingkat kerumitan prosedur kalibrasi

Mengingat evaluasi penentuan masalah dominan ini menggunakan metode AHP,


maka kriteria Linguistik (verbal) yang akan dipakai adalah :
 Sangat Signifikan =5
 Signifikan =4
 Cukup Signifikan =3
 Kurang signifikan =2
 Tidak Signifikan =1
9|S S G “ B E E ”
a. Faktor Penyebab : Tidak ada system bay-pass untuk maintenance
Instrumen : Sofware Analytical Hierarchy Process (AHP)

Berdasarkan parameter basis pengujian seperti penjelasan sebelumnya,


disusunlah jaringan sebab akibat dalam software Criterium Decision Plus (CDP)
Versi 3.0 seperti gambar berikut:

Gambar 6
Decision Network metode AHP untuk faktor penyebab 1

Faktor yang diuji adalah :


1. Time To Repair
Faktor ini diuji dengan keterhubungannya dengan akses maintenance
secara online. Setiap transmitter yang mengakibatkan aktifnya wirebreak
pada saat pengujian disimpulkan memiliki Time To Repair yang cukup
tinggi. Pengujian dilakukan dengan mensimulasikan PLC dengan masukan
dari logic-logic transmitter yang terkonfigurasi dengan system wirebreak,
dimana nilai aktivasi logic absolute diberi score 100 dan logic yang tidak
berpengaruh sama sekali diberi score 0. Hasil yang didapatkan dari
pengujian parameter ini adalah SANGAT SIGNIFIKAN. (Lampiran 3)
2. Pengaruh langsung tak langsung terhadap PLC
Untuk faktor ini, dilihat keterkaitan konfigurasi instrumentasinya.
Berdasarkan konfigurasi dalam software PLC, transmitter terhubung
langsung dengan PLC tanpa melalui instrumentasi yang lain, kondisi ini
memberikan penilaian SANGAT SIGNIFIKAN. (Lampiran 3)
3. Tingkat Kerumitan Kalibrasi
Faktor ini dinilai dari prosedur yang harus dilakukan saat kalibrasi.
Prosedur untuk transmitter pada umumnya sangat sederhana untuk jenis
Smart Transmitter dan cukup rumit untuk transmitter analog. Dari
penilaian pada Lampiran 3 didapatkan penilaian SIGNIFIKAN untuk
parameter ini.
Dari penilaian diatas didapatkan skor untuk AHP sebagai berikut :
- Time To Repair =5
- Pengaruh langsung pada PLC =5
10 | S S G “ B E E ”
- Tingkat kerumitan prosedur kalibrasi = 4
Angka ini digunakan untuk weighting pada metode AHP dalam software
CDP 3.0.

Gambar 7
Weighting untuk faktor penyebab 1

Dari pengujian dengan metode AHP tersebut, didapatkan hasil sebagai


berikut :

Gambar 8
Decision Score untuk faktor penyebab 1

Nilai decision score sebesar 0,936 dengan nilai ideal alternative sebesar 1
berarti signifikansi dari parameter tersebut sebesar 93,6%. Dengan score
sedemikian tersebut disimpulkan bahwa parameter tersebut merupakan faktor
penyebab dominan yang perlu dicari penyelesaiannya.

b. Faktor penyebab : Konfigurasi bertingkat pada flow computing


11 | S S G “ B E E ”
Instrumen : Sofware Analytical Hierarchy Process (AHP)

Gambar 9
Decision Network metode AHP untuk faktor penyebab 2

Faktor yang diuji adalah :


1. Time To Repair
Faktor ini diuji dengan keterhubungannya dengan akses maintenance
secara online. Setiap transmitter yang mengakibatkan aktifnya wirebreak
pada saat pengujian disimpulkan memiliki Time To Repair yang cukup
tinggi. Pengujian dilakukan dengan mensimulasikan output transmitter dari
Flow Computing FIT001 dan transmitter yang terhubung dengan FIT001,
yang akan dimonitor Trip Action pada PLC, dimana nilai aktivasi logic
absolute diberi score 100 dan logic yang tidak berpengaruh sama sekali
diberi score 0. Hasil yang didapatkan dari pengujian parameter ini adalah
SANGAT SIGNIFIKAN. (Lampiran 4)
2. Pengaruh langsung tak langsung terhadap PLC
Untuk faktor ini, dilihat keterkaitan konfigurasi instrumentasinya.
Berdasarkan konfigurasi dalam software PLC, keterhubungan dengan PLC
secara langsung hanya 25% artinya hanya 1 dari 4 instrumentasi yang
terhubung secara langsung, kondisi ini memberikan penilaian KURANG
SIGNIFIKAN. (Lampiran 4)
3. Tingkat Kerumitan Kalibrasi
Faktor ini dinilai dari prosedur yang harus dilakukan saat kalibrasi.
Prosedur untuk FIT001 cukup rumit dengan resiko kesalahan yang cukup
tinggi akibat keterbatasan display. Prosedur kalibrasi untuk FIT001
terdapat pada Lampiran 4, didapatkan penilaian SANGAT SIGNIFIKAN
untuk parameter ini.
Dari penilaian diatas didapatkan skor untuk AHP sebagai berikut :
- Time To Repair =5
- Pengaruh langsung pada PLC =2
- Tingkat kerumitan prosedur kalibrasi = 5
Angka ini digunakan untuk weighting pada metode AHP dalam software
CDP 3.0.

12 | S S G “ B E E ”
Gambar 10
Weighting untuk faktor penyebab 2

Dari pengujian dengan metode AHP tersebut, didapatkan hasil sebagai


berikut :

Gambar 11
Decision Score untuk Faktor penyebab 2

Dari pengujian dengan metode AHP tersebut, didapatkan nilai decision score
sebesar 0,814 dengan nilai ideal alternative sebesar 1 berarti signifikansi dari
parameter tersebut sebesar 81,4%. Dengan score sedemikian tersebut
disimpulkan bahwa parameter tersebut merupakan faktor penyebab dominan
yang perlu dicari penyelesaiannya.

2. Kesimpulan
Dari hasil uji antar calon penyebab dominan seperti diatas, yang mana kedua
faktor calon penyebab tersebut memiliki nilai signifikansi yang cukup kuat, maka
disimpulkan bahwa Penyebab Rendahnya Maintainability Instrumentasi pada Unit
Desalinasi dipengaruhi oleh :
13 | S S G “ B E E ”
a. Tidak ada bypass system untuk maintenance transmitter
b. Konfigurasi bertingkat pada Flow Computing

LANGKAH 4 MERENCANAKAN PERBAIKAN


1. Landasan Berfikir
Dengan melihat kondisi seperti yang telah dianalisa pada langkah-langkah diatas,
maka untuk dapat memberikan nilai tambah atau keuntungan bagi perusahaan,
Tim SSG meletakkan landasan berfikir seperti berikut:

KEUNTUNGAN
KEUNTUNGAN PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
(( KONDISI
KONDISI OPERASIONAL
OPERASIONAL DESAL)
DESAL)

Maintainability
Maintainability yang
yang tinggi
tinggi akan
akan
meningkatkan
meningkatkan availability.
availability.
Maintenance
Maintenance Cost
Cost menurun
menurun

SUBJEK
SUBJEK OBJEK METODE

- Modifikasi computing
- Har Instrumen-4 Transmitter, equipment
Computing, PLC - Modifikasi wirebreak
Desal program (PLC)

BENCMARK DENGAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN


KONDISI SEBELUM MODIFIKASI ( SASARAN)

Pola operasi sesuai rencana


Penghematan Biaya maintenance
Desalinasi harus shutdown pada saat Kehandalan peralatan
ada maintenance Instrumentasi. Moral pekerja
Biaya Stok peralatan instrumentasi
cukup tinggi akibat desain
bertingkat

UPAYA PERBAIKAN
/INNOVASI

Gambar 12
Landasan Berfikir pada perencanaan perbaikan
2. Perencanaan strategi
Untuk mendukung keberhasilan rencana tersebut, diperlukan strategi yang tepat
agar rencana yang akan dijalankan tepat sasaran, efektif dan efisien. Sebagai
langkah penentuan strategi guna mendukung landasan berfikir diatas, dengan
tujuan akhir untuk meningkatkan kinerja dengan mempertimbangkan semua

14 | S S G “ B E E ”
aspek yang terkait, maka digunakan analisa SWOT sebagai instrumennya. Berikut
SWOT dari permasalahan tersebut :

Tabel 5
Analisa SWOT

INTERNAL STRENGTH (S) WEAKNESS (W)


 SDM yang  Desain proteksi dalam
berpengalaman PLC kurang optimal
 Sarana dan peralatan  Konfigurasi hardware
EKSTERNAL yang mendukung bertingkat
OPORTUNITY (O) STRATEGY (S-O) STRATEGY (W-O)
 Menggunakan SDM  Melakukan modifikasi
 Maintainability
dan sarana yang desain proteksi PLC,
tinggi.
dimiliki untuk dan mengoptimalkan
 Penghematan
melakukan innovasi. desain hardware
maintenance cost.
THREAT (T) STRATEGY (S-T) STRATEGY (W-T)
 Menggunakan SDM  Simplifikasi dan
 Stock Spare Part
dan sarana yang ada optimalisasi system
yang mahal
untuk melakukan instrumentasi.
 Biaya akibat
modifikasi sehingga
shutdown tinggi.
meminimalkan
penggunaan spare
part & menekan
downtime.

3. Alternatif perbaikan penyebab masalah dominan

Tabel 6
Alternatif perbaikan
No Penyebab Alternatif Solusi Keterangan
Proyek
1 Tidak ada Membuat Dipilih alternative tersebut Perbaikan akan
bypass bypass karena satu-satunya cara dilakukan pada
system untuk untuk memudahkan saat Unit Desal
system pemeliharaan dalam shutdown pada
untuk
wirebreak. keadaan online. Turn Around
maintenance 2009.
Perbaikan
dilakukan pada
Unit Desal 1 & 2.
2 Konfigurasi 1. Membuat Dipilih alternative 2 karena Perbaikan akan
bertingkat kalkulasi : dilakukan pada
pada Flow langsung - Kondisi PLC belum optimal saat Unit Desal
pada sehingga sering terjadi shutdown pada
Computing
PLC. kerusakan I/O card. Turn Around
2. Membuat - Proses kalkulasi dan 2009.
kalkulasi modifikasi di DCS jauh Perbaikan
di DCS lebih mudah dilakukan dilakukan pada
15 | S S G “ B E E ”
No Penyebab Alternatif Solusi Keterangan
Proyek
pada saat Desal On-line. Unit Desal 1 & 2.

4. Data lembar rencana perbaikan


Tabel 7
Lembar Rencana Perbaikan
Permasalahan No 1
1 Penyebab Masalah Tidak ada bypass system untuk maintenance
transmitter

2 Why Agar maintenance bisa dilakukan tanpa


menshutdownkan Desal

3 What Memodifikasi system dengan penambahan bypass


wirebreak

4 Where PLC unit Desalinasi 1&2 Kaltim-4

5 When Turn Around K-4 Tahun 2009

6 Who Kru Instrument

7 How Kegiatan Persiapan meliputi :


- Persiapan material
Mikro Switch
Kabel single 3 m
- Persiapan software yang telah dimodifikasi
(Lampiran 5)
- Penyusunan prosedur modifikasi

Prosedur Modifikasi :
a. Kondisi plant harus dalam keadaan shutdown.
b. Turn on computer downloader.
c. Koneksikan kabel komunikasi DH+ PLC dengan
port serial computer downloader.
d. Buka aplikasi Allen Bradley RSLink500.
e. Lakukan koneksi komputer downloader dengan
PLC yang online.
f. Cek Koneksi computer dengan PLC melalui page
RS Link bahwa hardware PLC Allen Bradley dan
Panel View telah terindikasi pada komputer.
g. Setelah yakin bahwa computer telah terhubung
dengan PLC, buka aplikasi Allen Bardley
RSLogic500.
h. Upload current data yang ada di PLC kedalam
komputer (melalui Upload Button pada Tab
Control) untuk mengantisipasi kegagalan
modifikasi.
i. Buka file baru yang telah dimodifikasi.
j. Cek ulang I/O yang akan digunakan sebagai
16 | S S G “ B E E ”
Permasalahan No 1
port bypass dengan simulasi open-close.
k. Posisikan Hard Key PLC dalam download State
sebagai langkah persiapan Download.
l. Download data (hasil modifikasi) dari computer
ke PLC.
m. Upload kembali data yang ada di PLC untuk
memverifkasi apakah data modifikasi telah
terdownload dengan benar.
n. Onlinekan software dalam komputer untuk
melakukan verifikasi akhir.
o. Lakukan simulasi dan amati fungsi kerja
software tersebut dengan melakukan jumper
pada PLC.
p. Setelah yakin semuanya berjalan sesuai
rencana, offlinekan software dalam computer.
q. Diconnect PLC dengan computer.
r. Posisikan PLC dalam state RUN
s. Lakukan pemasangan Hardware berupa bypass
switch dan pengkabelan pada I/O port yang
telah ditentukan sebelumnya.
t. Lakukan testing pada transmitter yang telah
terkoneksi dengan bypass wirebreak.
8 How Much Target 100%

Permasalahan No 2
1 Penyebab Masalah Konfigurasi bertingkat pada Flow Computing

2 Why Agar menyederhanakan system instrumentasi


Desal

3 What Mengeliminasi Flow Computing elemen dengan


menggabungkan pada system Distributed Control
System (DCS)

4 Where Konfigurasi Bertingkat Transmitter (pada Flow


Steam unit Desal 1& 2)

5 When Turn Around Kaltim-4 Tahun 2009

6 Who Kru Instrument


7 How Kegiatan persiapan meliputi :
- Persiapan material berupa kabel transmitter 300
meter.
- Studi perencanaan untuk menentukan lokasi
junction box terdekat
- Survey Fieldbus modul (FBM) pada DCS Utility
yang masih kosong untuk ditambahkan point
baru.
- Penyusunan prosedur modifikasi

17 | S S G “ B E E ”
Permasalahan No 2

Prosedur Modifikasi :
a. Tarik cabling untuk Flow Transmitter FT001,
Pressure Transmitter PT001,Temperatur
Transmitter TT001 dari Desal 1&2 field
instrument menuju junction Box yang telah
ditentukan melewati tray instrumentasi yang
sudah ada di lapangan.
b. Koneksikan kabel yang telah disiapkan pada
field instrument dan pada junction box.
c. Lakukan Loop test pada tiap kabel yang telah
terpasang dari field instrument hingga DCS
Marshalling Room, agar tidak terjadi kesalahan
koneksi.
d. Konfigurasi point baru tersebut pada Integrated
Control Configurator (ICC) untuk dapat
berkomunikasi dengan field instrument.
(Lampiran 6)
e. Konfigurasi computing sebagai pengganti Field
Computing Elemen sesuai dengan data desain.
(Lampiran 6)
f. Simulasi dengan field instrument actual.
8 How Much Target 100%

5. Menetapkan Target Perbaikan


a. Meningkatkan Maintainability
Untuk meningkatkan maintainability, salah satu cara yang dipilih dalam
keterangan yang lalu adalah dengan menurunkan nilai Mean Time To Repair
Sistem Instrumentasi. Setelah permasalahan MTTR di breakdown, diketahui
bahwa untuk dapat menurunkan nilai MTTR faktor dominan yang dapat
dioptimalisasi adalah Akses pemeliharaan Transmitter pada kondisi online.
Untuk itu target yang ingin dicapai adalah seperti berikut:
 Menaikkan persentase akses pemeliharaan transmitter pada kondisi online.
Dari yang semula berada pada kisaran 18% menjadi 94%. (Lampiran 7)
Dapat direpresentasikan oleh grafik dibawah :

Gambar 13
18 | S S G “ B E E ”
Target Capaian Hasil Modifikasi Wirebreak

Presentase Ideal , menunjukkan nilai 100% adalah nilai yang


menunjukkan akses maksimum yang dapat mengakomodir seluruh aktivitas
pemeliharaan bagaimanapun bentuk pemeliharaannya.
Persentase Sebelum modifikasi menunjukkan nilai 18%, berarti akses
pemeliharaan pada saat normal operasi sangat minim, ini juga berarti resiko
shutdown akibat pemeliharaan transmitter sangat besar.
Persentase Target modifikasi diharapkan mencapai angka 94%, berarti
akses pemeliharaan pada saat normal operasi yang cukup besar, ini juga
berarti resiko shutdown akibat pemeliharaan transmitter dapat diminimalisir.
Dengan meningkatnya persentase akses transmitter, diharapkan akan
meningkatkan maintainability system instrumentasi pada unit Desalinasi secara
keseluruhan.
b. Optimalisasi sistem bertingkat pada beberapa Transmitter
Faktor lain yang akan dioptimalisasi untuk meningkatkan akses
pemeliharaan instrument adalah konfigurasi sistem bertingkat (konfigurasi tak
langsung) pada transmitter. Target yang ingin dicapai adalah meningkatkan
optimalisasi konfigurasi tersebut yang semula berada pada kisaran 12,25%
menjadi 81,25%. (Lampiran 8)

Gambar 14
Target Capaian Hasil Modifikasi Simplifikasi Sistem Bertingkat
Persentase optimalisasi konfigurasi system bertingkat sebelum modifikasi
menunjukkan angka 12,25% yang berarti kurang optimal. Target yang ingin
dicapai adalah meningkatkan optimalisasi hingga 81,25% dari nilai idealnya.
Dengan mengeliminir beberapa system instrumentasi yang secara teknis tidak
mengganggu system keseluruhan maka diharapkan akan menurunkan
pemakaian spare part untuk beberapa item instrument, serta mendukung
peningkatan maintainability system.

Tanggapan atasan :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_________________________________________________________

Persetujuan :
19 | S S G “ B E E ”
Disusun Oleh Disetujui Oleh
Sistem Saran Group “BEE” Bagian Instrument K3/K4

Sonaji H. Agus Yunanto


Ketua Kepala (Fasilitator)

Mengetahui

Departemen Operasi K4 Departemen Har. List

Ir. Jaka Kirwanto H. Mujiarto,BE


Kepala Kepala

LANGKAH 5 MELAKSANAKAN PERBAIKAN


Setelah menentukan perencanaan dan menetapkan target-target yang ingin dicapai
dalam kegiatan modifikasi ini, langkah selanjutnya adalah melaksanakan perbaikan atau
modifikasi pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Proses modifikasi ini dilakukan
pada saat Turn Around Kaltim-4 Tahun 2009. Modifikasi yang telah dilakukan adalah
seperti berikut:

20 | S S G “ B E E ”
From
Bypass
Bypass FromFrom Transmitter Switch
Switch
Switch
From Transmitter Switch

Konfigurasi :
Konfigurasi :

Digi
Digi
Ana
DigiAna
Digi tal
tal
Ana
Ana log
tal log
tal Inp
Inp
log Inp
Wirebreak Alarm log
Wirebreak Alarm InpInp
Inp
Inp
Inp ut
ut
ut
ut ut
ut

b. Kondisi sesudah modifikasi


a. Kondisi sebelum modifikasi

ut
ut
Wirebreak System
Wirebreak System
Wirebreak System
Wirebreak System

BP 2
BP 1

BP 5
BP 4

BP-n
BP 3
WB 2
WB 1

Alarm Activator Switch


WB 5
WB 4
WB 3

WB-n
2
WB 1

WB 5
WB 4
WB 3

WB-n
WBGambar 15
1. Penyebab Pertama : Tidak ada bypass system untuk maintenance transmitter

PLC PLC
System

System
PLC Control

Konfigurasi PLC secara umum sebelum modifikasi


System

System
Protection
Control

PLC Protection

Bus

Ana
Ana Digi
Digi
RS-232 &

Ana
Ana Digi
DH+ Comm

log
Digi log tal
tal
log
log tal out
tal out out
out
out
out out put
out put put
put
put
put put
put To Final Control / To Final Control /
To Final Control / To
Control Control
Final Valve /
/ DCS Solenoid
Control Valve / DCS Solenoid
(Alarm
Display)
Panel View
21 | S S G
“ B E E ”
Gambar 16
Konfigurasi PLC secara umum setelah modifikasi

22 | S S G “ B E E ”
2. Penyebab Kedua : Konfigurasi indirect pada Flow Computing
a. Kondisi sebelum modifikasi
Konfigurasi :

FT001 PT001 TT001

AIT201
FIT001 (Computing)
CIT201 Distributed Control System
(Software ICC)
LIT201 Programmable
INPUT BLOCK
Logic Controller
LIT301

FT003
INDICATOR BLOCK
…………. Final Control Elemen FI001
(17.a)

(17.b)
Gambar 17.a & 17.b
Konfigurasi Hardware bertingkat sebelum modifikasi

Penjelasan Gambar :
- Sebagian besar transmitter terhubung langsung dengan Panel Lokal PLC,
antara lain AIT201, CIT201, LIT201, LIT301, FT003 dan beberapa
transmitter lainnya.
- Akan tetapi ada beberapa transmitter yang memiliki konfigurasi bertingkat
yaitu FT001, PT001, TT001, dimana dengan konfigurasi ini transmitter
tidak langsung terhubung dengan PLC, tetapi harus melewati 1
instrumentasi computing terlebih dulu FIT001.
- Hasil perhitungan pada FIT 001 dikirim menuju PLC dan diindikasikan di
Panel View.
- PLC kemudian mengeluarkan output yang sama dengan FIT001 menuju
DCS untuk dapat diindikasikan secara remote.

23 | S S G “ B E E ”
b. Kondisi sesudah modifikasi
Konfigurasi :

FT001 PT001 TT001

AIT201

CIT201 REMOVED

LIT201 Programmable
Logic Controller
LIT301

FT003

…………. Final Control Elemen

Distributed Control System


(Software ICC)
OUTPUT
OUTPUT BLOCK
BLOCK INPUT
INPUT BLOCK
BLOCK

CALCULATION
CALCULATION (COMPUTING
(COMPUTING BLOCK)
BLOCK)

INDICATOR
INDICATOR BLOCK
BLOCK
(18.a)

24 | S S G “ B E E ”
(18.b)

Gambar 18.a & 18.b


Konfigurasi Hardware bertingkat sesudah modifikasi

Setelah dilakukan modifikasi, beberapa alur sinyal telah dimanipulasi untuk


menyederhanakan konfigurasi serta meningkatkan maintenance capability
pada system instrumentasi yang bersangkutan.
Sinyal dari FT001, PT001, dan TT001, yang semula terkoneksi dengan FIT001,
dikoneksikan langsung dengan DCS, dimana fungsi kalkulasi yang dimiliki
FIT001 cukup digantikan oleh block software di DCS.

Ta Pb  1,033
Qc  Qm x
Pa Tb  273
(Lihat Lampiran 6)

Sinyal yang semula digunakan untuk mengirim sinyal FI001 dari PLC ke DCS,
mengalami pembalikan, sehingga DCS mengeluarkan sinyal yang akan diterima
oleh PLC untuk kepentingan sequence-nya.
LANGKAH 6 MENELITI HASIL
1. Data Hasil Modifikasi
Setelah dilakukan modifikasi, kemudian dilakukan pengamatan dalam durasi
kurang lebih 1 tahun. Didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 8
Data akses Pemeliharaan Transmitter Online
Lembar Data : Lampiran 2
Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Periode : Agustus 2009 s/d Juli 2010
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4
No Masalah Rata2 per tahun % Total
1 Online Total Maintenance Access 9 100

Tabel 9
Data perbandingan akses Pemeliharaan Transmitter Online

25 | S S G “ B E E ”
Lembar Data : Lampiran 1&2
Sumber data : Laporan Bulanan Bagian Utility K-4
Periode : Agustus 2009 s/d Juli 2010
Pendata : Sarozi
Lokasi : Unit Utility K-4
No Masalah Rata2 per Total/Th %
tahun
1 Online Maintenance 1 14 7,14
Access Sebelum
2 Online Maintenance 9 9 100
Access Sesudah

Gambar 19
Grafik perbandingan akses Pemeliharaan Transmitter Online

Gambar 20

26 | S S G “ B E E ”
Grafik perbandingan persentase akses Pemeliharaan Transmitter Online sebelum
dan sesudah modifikasi

2. Perhitungan Biaya
a. Biaya Perbaikan atau Modifikasi
- Penambahan toggle switch wirebreak Rp 117.117,-
- Sepatu Kabel 1 Box Rp 90.000,-
- Kabel Kontrol 16 AWG 300 meter Rp 1.112.000,-
Total Biaya Rp 1.327.117,-
b. Potensi Penghematan
- Kehilangan kesempatan produksi Rp 56.232.792,-
(8295 Ton/ Tahun – Lihat Lampiran 1)
- Biaya Man Power Pemeliharaan Rp 1.266.366,-
- Biaya pembelian Sparepart Flow Computing Rp 59.211.340,-
Total Penghematan Rp 116.710.498,-

3. Manfaat Potensial
Manfaat potensial yang didapat jika ditinjau dari segi Panca Mutu
(Q/C/D/Sc/S(E)/M) :
Tabel 10
Manfaat potensial dari segi panca mutu
ASPEK MANFAAT POTENSIAL
QUALITY Meningkatnya akses pemeliharaan berpengaruh secara
langsung pada keandalan sistem instrumentasi dan
pemeliharaan plant lebih terjamin.
COST Penghematan biaya karena pengurangan item instrumentasi,
sehingga tidak perlu melakukan pembelian spare part flow
computing.
DELIVERY Menunjang kebutuhan utilitas ke Pabrik Ammonia dan Urea
secara kontinyu, sehingga menunjang pencapaian sasaran
mutu departemen Operasi K-4.
SAFETY & ENV. Pengamanan sistem sebelum maintenance dapat
dimaksimalkan, sehingga personil lebih aman dalam
melaksanakan pekerjaan dan alat dapat terhindar dari
kerusakan.
MORAL Operator dan pihak maintenance lebih percaya diri dalam
kegiatan operasional dan pemeliharaan.

LANGKAH 7 STANDARISASI
1. Standar Prosedur Pemeliharaan Transmitter
Setelah dilakukan modifikasi, maka untuk mempertahankan hasil, diperlukan
prosedur standar yang sesuai dengan modifikasi yang dilakukan. Untuk itu
selanjutnya untuk pemeliharaan transmitter dalam kondisi online perlu mengikuti
prosedur seperti dibawah ini:

27 | S S G “ B E E ”
a. Prosedur pemeliharaan transmitter
Persiapan
- Identifikasi masalah pada transmitter.
- Identifikasi fungsi dan peran transmitter dalam loop pengendalian.
- Jika transmitter berfungsi hanya sebagai indikasi, maka bias langsung
menuju pada prosedur berikutnya.
- Jika transmitter berfungsi sebagai control, maka operator perlu melakukan
switch control ke mode manual.
- Safety Permit
Pelaksanaan
- Lakukan langkah bypass wirebreak dengan mengaktifkan bypass switch
wirebreak.
- Lakukan maintenance sesuai dengan permasalahan yang ada.
- Setelah semua maintenance dilakukan, kembalikan transmitter pada
kondisi normal.
- Pastikan bahwa transmitter telah berfungsi dengan benar pada indikasi
local maupun indikasi local panel.
- Setelah kondisinya normal, lepas bypass dengan menonaktifkan bypass
wirebreak.
- Auto-kan kembali control yang sebelumnya dimanualkan.

b. Prosedur pemeliharaan Transmitter pada Flow Computing


Persiapan
- Siapkan komputer engineering
- Identifikasi transmitter mana yang mengalami abnormal
- Safety permit
Pelaksanaan
- Manualkan transmitter yang bermasalah tersebut melalui aplikasi foxselect
di DCS. Langkah ini akan memposisikan pembacaan secara statis tanpa
memutus sinyal.
- Lakukan pemeliharaan yang diperlukan pada transmitter yang
bersangkutan
- Setelah semua maintenance dilakukan, kembalikan transmitter pada
kondisi normal.
- Pastikan bahwa transmitter telah berfungsi dengan benar pada indikasi
local maupun indikasi DCS.
- Setelah kondisinya normal, autokan kembali transmitter tersebut.

2. Standar Hasil
a. Akses online yang cukup luas untuk Pemeliharaan Transmitter ≈ 94% dari
total jenis pemeliharaan.
b. Downtime akibat pemeliharaan transmitter dapat dieliminir.

28 | S S G “ B E E ”
c. Potensi kehilangan kesempatan produksi pada unit Desal akibat pemeliharaan
transmitter dapat ditiadakan sehingga tidak mempengaruhi unit yang lain
(Ammonia, Urea).
d. Free maintenance pada flow computing.

Tanggapan atasan :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_________________________________________________________

Persetujuan :

Disusun Oleh Disetujui Oleh


Sistem Saran Group “BEE” Bagian Instrument K3/K4

Sonaji H. Agus Yunanto


Ketua Kepala (Fasilitator)

Mengetahui

Departemen Operasi K4 Departemen Har. List

Ir. Jaka Kirwanto H. Mujiarto,BE


Kepala Kepala

29 | S S G “ B E E ”
LAMPIRAN 1
LAPORAN BULANAN BAGIAN UTILITY K-4

Hasil Rekapitulasi Laporan Bulanan Bagian Utility K4 Untuk Maintenance Instrument

Total Hour untuk


Total Time
Tanggal Item Maintenance Total Distilate Lost (M3)
Lost (Jam)
Instrument (Jam)
07/14/08 14-PT-1501 Online 0 0
07/22/08 Analog Modul 32.00 2.5 210
08/05/08 14-PT-2104 Online 0 0
08/06/08 Supporting 5.15 0.5 42
09/04/08 Feed water valve 11.20 8 672
10/07/08 Analog Modul 4.30 2.5 210
10/07/08 14-LT-1301 4.30 2 168
11/18/08 Feed water valve 13.25 2.5 210
11/25/08 Supporting 32.00 2.5 210
11/26/08 Control Feed Water 18.05 2.5 210
11/26/08 Supporting 18.05 2.5 210
12/13/08 Level Distilate Desal 2 12.25 2.5 210
12/14/08 Valve Distilate Desal 2 14.45 2 168
12/16/08 valve feed water Desal 1 5.21 1.5 126
12/16/08 valve feed water Desal 2 5.21 1.5 126
12/16/08 Level Distilate 5.21 2.5 210
12/17/08 14-PT-2104 12.45 2 168
12/17/08 14-PCV-2104 12.45 2.5 210
12/17/08 14-CIT-2201 12.45 1 84
01/28/09 Supporting 55.22 0.5 42
02/02/09 15-XV-1026 Online 0 0
02/10/09 Flush water filter valve 48.00 8 672
02/11/09 Supporting 0.30 0.25 21
02/12/09 Supporting 0.30 0.25 21
02/12/09 14-LT-2301 3.20 1 84
02/12/09 14-LT-2201 3.20 1 84
02/12/09 14-PT-2104 3.20 1 84
02/12/09 14-PT-2105 3.20 1 84
03/07/09 Repair flush water valve 19.35 8 672
03/10/09 Repair flush water valve Online 0 0
03/14/09 14-LT-1301 5.15 5.15 432.6
03/16/09 Control Feed Water 1 12.25 3 252
03/20/09 Control Feed Water 2 10.30 3 252
03/20/09 14-PT-2101 10.30 2 168
03/20/09 14-PT-2103 10.30 2 168
03/20/09 14-PT-2106 10.30 2 168
03/20/09 14-TE-2102 10.30 1 84
03/20/09 14-TE-2103 10.30 1 84
04/29/09 Supporting 2.00 0.5 42
05/10/09 Supporting 2.00 0.5 42
05/17/09 Control/PLC Online 0 0
05/25/09 PDT flash filter 2.15 2.15 180.6
05/26/09 Supporting 2.30 0.5 42
05/28/09 14-LT-1201 5.30 2 168
05/28/09 14-LT-1301 5.30 2.5 210
06/25/09 Level Distilate Desal 2 18.50 2 168
06/25/09 Level Brine Desal 2 18.50 2 168
06/25/09 Supporting 18.50 0.5 42
06/26/09 Level Distilate Desal 2 4.30 4.3 361.2
06/29/09 Supporting 1.20 0.5 42
Total 513.20 98.6 8282.4

Periode 07/ 08/ 09/ 10/ 11/ 12/ 01/ 02/ 03/ 04/ 05/ 06/ TOTAL
08 08 08 08 08 08 09 09 09 09 09 09
Maintenance 1 1 1 2 4 8 1 7 9 1 5 5 45
Instrumentasi
Offline
Maintenance 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5
Instrumentasi
Online

Dengan Harga Distilate sebesar 1.8 USD dan Kurs Dollar rata-rata tahun 2008-2009 sebesar
Rp 9800,- untuk , maka secara ekonomis, total kehilangan kesempatan produksi sebesar:

8282.4 m3 x 1.8 USD x Rp. 9800,- = Rp. 146.101.536,-

Total kehilangan kesempatan produksi akibat maintenance transmitter sebesar :

3187.8 m3 x 1.8 USD x Rp. 9800,- = Rp. 56.232.792,-

Total kehilangan produksi akibat maintenance transmitter diatas merupakan acuan Potensi
kehilangan kesempatan produksi setiap tahunnya.

Sumber : Laporan Bulanan Bagian Utility K4 periode Juli 2008 s/d Juni 2009
LAMPIRAN 2
LAPORAN BULANAN BAGIAN UTILITY K-4

Hasil Rekapitulasi Laporan Bulanan Bagian Utility K4

Periode 08/09 09/09 10/09 11/09 12/09 01/10 02/10 03/10 04/10 05/10 06/10 07/10 TOTAL
Maintenance 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Transmitter
Dengan S/D
Maintenance 0 0 0 0 3 0 0 3 2 1 0 0 9
Transmitter Tanpa
S/D

Sumber : Laporan Bulanan Bagian Utility K4 periode Agustus 2009 s/d Juli 2010

LAMPIRAN 3
PENGUJIAN WIREBREAK

NO AIT201 CIT201 FIT001 FIT003 LIT201 LIT301 PT101 PT104 PT501 PT504 TT103 TT502 FQIT20 WIREBREA TRIP
1 K ACTIO
N
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
JENI Analog/ Analog/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Smart/ Analog/ Analog/ Analog/
S 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

- Dengan hasil bahwa seluruh transmitter memiliki pengaruh absolute terhadap wirebreak dan trip action, maka disimpulkan bahwa nilai pengujian
parameter “Time To Repair” untuk faktor “Tidak Ada Bypass Sistem” memiliki angka Sangat Signifikan.
- Untuk parameter kedua untuk menguji Tingkat Kerumitan Prosedur Kalibrasi, jenis transmitter sangat berpengaruh. Transmitter analog memiliki
prosedur yang lebih rumit, sedangkan prosedur kalibrasi untuk Transmitter Smart sangat sederhana. Untuk itu dari penilaian didapatkan 5 transmitter
analog dan 8 Transmitter Smart, ini akan memberikan penilaian Signifikan.

LAMPIRAN 4
PENGUJIAN FLOW COMPUTING
NO FT001 PT001 TT001 FIT001 TRIP
ACTION
1 1 0 0 0 1
2 0 1 0 0 1
3 0 0 1 0 1
4 0 0 0 1 1

- Dengan hasil bahwa seluruh transmitter memiliki pengaruh absolute terhadap trip action, maka disimpulkan bahwa nilai pengujian parameter “Time
To Repair” untuk faktor “Tidak Ada Bypass Sistem” memiliki angka Sangat Signifikan.
- Untuk parameter kedua untuk menguji Tingkat Kerumitan Prosedur Kalibrasi, dapat dievaluasi dari prosedur kalibrasi yang cukup panjang, ini
mengindikasikan bahwa parameter ini mendapat penilaian Sangat Signifikan. Prosedur dapat dilihat pada lembar berikut.

LAMPIRAN 5
LADDER DIAGRAM PLC SOFTWARE PADA SEKSI WIREBREAK PROTECTION

SEBELUM MODIFIKASI SETELAH MODIFIKASI


LAMPIRAN 6
HASIL KONFIGURASI DI ICC (INTEGRATED CONTROL CONFIGURATOR)
YANG TERDISPLAY PADA FOXSELECT
ITEM : 14PT001
FBM : 4F3215
POINT : 2
ITEM : 14FT001
FBM : 4F3215
POINT : 1
ITEM : 14TT001
FBM : 4F3215
POINT : 3
ITEM : 14FY001
FBM : 4F3215
POINT : 3

Ta Pb  1,033
Qc  Qm x
Pa Tb  273

Formula diatas direpresentasikan dalam


statement list dalam CALC STEPS dibawah

LAMPIRAN 7
DATA PERSENTASE TARGET MODIFIKASI

Jenis pemeliharaan transmitter :


a. Penyesuaian nilai zero (Zero Adjustment)
b. Kalibrasi total
c. Pemeliharaan impuls line (tubing)
d. Pemeliharaan Element
SKOR JENIS PEMELIHARAAN SEBELUM SKOR JENIS PEMELIHARAAN TARGET
MODIFIKASI SETELAH MODIFIKASI
NO TRANSMITTER ITEM
Kalibrasi Zero Adjust Impulse Line Element Kalibrasi Zero Adjust Impulse Line Element
Restore Restore
1 AIT201 0 0 1 0 1 1 1 1
2 LIT201 0 0 1 0 1 1 1 1
3 PT501 0 0 1 0 1 1 1 1
4 CIT201 0 0 1 0 1 1 1 1
5 LIT301 0 0 1 0 1 1 1 1
6 PT504 0 0 1 0 1 1 1 1
7 FIT001 0 0 1 0 1 1 1 1
8 PT101 0 0 0 0 1 1 1 1
9 TT103 0 0 - 0 1 1 - 1
10 FIT003 0 0 1 0 1 1 1 1
11 PT104 0 0 1 0 1 1 1 1
12 TT502 0 0 - 0 1 1 - 1
13 FQIT201 0 0 0 0 0 1 0 0
Persentase Pemeliharaan Total (9:50) x 100% = 18% (9:50) x 100% = 94%

LAMPIRAN 8
DATA PERSENTASE TARGET MODIFIKASI
SEBELUM MODIFIKASI TARGET MODIFIKASI
NO PARAMETER BASIS
Skor Keterangan Skor Keterangan
1 Minimalisir Instrumentasi yang 0 Belum ada 25% 1 dari 4 instrumentasi di-remove
dipakai
2 Keterawasan (Monitoring) 25% Hanya 1 dari 4 Instrumentasi yang 100% semua Instrumentasi dapat dimonitor
parameter termonitor
3 Analisis melalui trending variabel 25% Hanya 1 dari 4 Instrumentasi yang 100% semua Instrumentasi dapat
memiliki history trend ditrendingkan
4 Akses Pemeliharaan Online 0 Tidak ada akses online. Probabilitas 100% Akses pemeliharaan penuh
Trip 100%
Presentase Total 12,25% 81,25%

Anda mungkin juga menyukai