PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT Kelompok
PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT Kelompok
Waktu tinggal dan volum unit-unit proses dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
a) Oil Separator
Pada unit ini minyak sawit yang masih dapat diambil akan diperoleh
secara maksimal. Dengan waktu tinggal minimal selama 8 jam, maka
proses perolehan minyak sawit dapat dilkukan dengan baik dan
mudah.
b) Feeding Tank
Unit ini berfungsi untuk menampung sementara limbah cair dan
menurunkan temperaturnya. Pada unit ini pula dilakukan sekaligus
penetralan limbah cair, yaitu menaikkan pH dari sekitar 4 menjadi
sekitar 7,0. Penetralan dilakukan dengan pembubuhan Kaustik Soda.
Waktu tinggal limbah cair dalam unit ini adalah sekitar 4-6 jam.
c) Anaerobik Bioreaktor
Bio reaktor yang beroperasi secara anaerobik akan mendegradasi
limbah cair, sehngga akan menurunkan beban BOD dari sekitar
20.000 – 30.000 m/l akan lebih kecil dari 3.000 mg/l. Unit ini
dilengkapi dengan motor pengaduk lamabat dan pompa untuk
sirkulasi.
d) Gas Holder
Gas Holder adalah tempat untuk menampung gas bio yang terbentuk
selama proses anaerobik. Unit ini harus dilengkapi dengan gas meter,
yaitu untuk mengetahui berapa jumlah gas yang sudah ditampung.
Waktu tinggal gas yang terperangkp sekitar 8 jam.
e) Settling Tank I
Pada unit ini hanya akan dilkukan pemisahan bakteri anaerobik
melalui proses pengendapan. Sebagian lumpur endapan disini adalah
lumpur aktif dan diresirkulasikan ke reaktor anaerobik. Unit ini
dilengkapi oleh sistem Weir yang dapat mengatur air limpasan ke unit
berkutnya.
f) Aerobic Bioreactor
Bioreaktor aerobik merupakan tempat berlangsungnya proses
penguraian secara biologis terhadap zat-zat organik yang tersisa pada
kondisi aerob. Pada bagian dasar reaktor ini terdapat pipa distributor
untuk mengalirkan udara secara homogn. Dengan sistem ini proses
penguraian akan berlangsung dengan cepat.
g) Settling Tank II
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur aktif dan bioreaktor
aerobik. Sebagian lumpur aktif ini diresirkulasi ke dalam unit
bioreaktor aerobik.
h) Receiving Tank
Receiving Tank berfungsi sebagai bak kontrol dan bermanfaat untuk
penampungan sementara limbah terolah sebelum dibuang ke
lingkungan atau badan air penerima.
Lingkup pengendalian pencemaran lingkungan yang paling pertama dan utama adalah
pada tahap pekerjaan pengolahan kelapa sawit. Pekerjaan mengendalikan pencemaran
lingkungan terkait dengan air limbah adalah pekerjaan mengontrol operasi normal dan merawat
sistem pengolahan air limbah, pekerjaan mengendalikan pencemaran lingkungan disaat darurat
akibat kecelakaan oleh kerusakan atau salah operasi dan instrumen atau alat yang menyusun
sistem IPAL atau akibat hujan lebat dan lainnya. Dengan asumsi bahwa pengendalian
pencemaran lingkungan sudah dilaksanakan dengan benar, maka perlumengasumsikan keadaan
darurat, lalu merancang prosedurnya.Untuk menjamin adanya kemampuan sistem
IPAL dalammengolah limbah secara keseluruhan, perlumenetapkan target pengendalian
lingkungan yang mengacu padarencana pengendalian pencemaran lingkungan,
menguasai berbagai kondisi dari air limbah. Kontrol angka-angka berdasarkan data pengukuran,
pembiasaan operasi,instrumen & alat yang benar, pengusulan ide pembenahan terhadap
prosedur operasi dan lainnya sangat diperlukan.Secara ringkas, setiap sub-sistem
dalam pengolahan produk maupun limbah kelapa sawit, perlu distandarasisasi serta dilakukan
pemantauan dan pengawasan dengan instrumen yang tepat terhadap sub-sistem tersebut.
Ada beberapa pilihan dalam pengelolaan limbah cair PMKS setelah diolah
di kolam pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya adalah dibuang ke badan sungai
atau diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit yang dikenal dengan land
application. Pembuangan limbah cair ke badan sungai bisa dilakukan dengan
syarat telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh peraturan perundangan.
Alternatif ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya:
1) Pengelolaan limbah cair sehingga menjadi layak dibuang ke badan sungai
(BOD dibawah 100 ppm ), secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan
biaya dan teknologi yang tinggi di samping waktu retensi efluen yang panjang
di kolam-kolam pengelolaan.
2) Tidak ada nilai tambah baik bagi lingkungan maupun bagi perusahaan.
3) Merupakan potensi sumber konflik oleh masyarakat karena perusahaan
dianggap membuang limbahnya ke badan sungai adalah berbahaya walaupun
limbah tersebut mempunyai BOD di bawah 100 ppm. Model alternatif
lainnya dalam pengelolaan efluen adalah dengan mengaplikasikan ke areal
pertanaman kelapa sawit (land application), sebagai sumber pupuk dan air
irigasi. Banyak lembaga penelitian yang melaporkan bahwa efluen banyak
mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Potensi ini menjadi semakin
penting artinya dewasa ini karena harga pupuk impor yang meningkat tajam
serta kerap terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan. Pemanfaatan
limbah cair PMKS melalui land application telah menjadi hal yang rutin
dilakukan di perkebunan besar dengan hasil yang baik, yaitu dapat
meningkatkan produksi kelapa sawit tanpa menimbulkan dampak negatif
yang berarti terhadap lingkungan.