Panas Pelarutan - KSFT
Panas Pelarutan - KSFT
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana d(∆H) = ∆Hs, adalah perubahan entalpi untuk larutan n2 mol dalam n mol
solvent. Pada T, P, dan n tetap, perubahan n2 dianggap 0, karena n berbanding lurus terhadap
konsentrasi m (molal). Pada T dan P tetap, penambahan mol solute dalam larutan dengan
konsentrasi m molal menimbulkan entalpi sebesar d(m.∆Hs) dan panas pelarutan differensial
dapat dinyatakan dengan persamaan (2).
𝑑(∆𝐻𝑠 ) 𝑑(𝑚.∆𝐻𝑠 )
[ ] 𝑇, 𝑃, 𝑛 = [ ] 𝑇, 𝑃 (2)
𝑑𝑛2 𝑑𝑚
Saat substrat dicampur membentuk suatu larutan, biasanya disertai efek panas dalam
proses pencampuran pada tekanan tetap. Efek panas yang terjadi sesuai dengan perubahan
entalpi total. Begitu juga dengan reaksi steady state, yaitu perubahan entalpi kinetik dan
potensial dapat diabaikan karena hal ini sudah umum dalam proses pencampuran dan dapat
disamakan dengan efek panas (Badger dan Bachero, 1958).
2.8 Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs) dari Beberapa Senyawa
Beberapa data senyawa dengan kapasitas panas dan panas pelarutannya dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs)
Senyawa Kapasitas Panas (cal/mol K) Panas Pelarutan (cal/mol)
KCl 10,3+0,00376T -4.404
MgSO4.7H2O 89 -3.180
MgCl2. 6H2O 77,1 3.400
CuSO4.5H2O 67,2 -2.850
BaCl2.2H2O 37,3 -4.500
Sumber : Perry, R. H.. 1984. Chemical Engineering Hand Book
Tanda positif (+) pada data ∆Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat eksotermis atau
reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan. Sedangkan tanda negatif (-)
menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis atau reaksi menyerap panas dari lingkungan
ke sistem.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
METODA PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal
sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi. Konsentrasi solute dalam
larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi
keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan
dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi
fase padat. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
∆𝐺 𝑜 = ∆𝐻 − 𝑇∆𝑆
𝑑∆𝐺 𝑜 ∆𝐻 𝑜 ∆𝐺 𝑜
− = − −
𝑑𝑇 𝑇 𝑇
dengan ∆𝐺 = −𝑅𝑡 ln 𝐾
−∆𝐺 = 𝑅𝑡 ln 𝐾
𝑑∆𝐺 𝑜 ∆𝐻 𝑜 − ∆𝐺 𝑜
− =
𝑑𝑇 𝑇
𝑑 ln 𝐾
∆𝐻 𝑜 − ∆𝐺 𝑜 = 𝑅𝑡 ln 𝐾 + 𝑅𝑇 2 𝑑𝑇
demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi kecil sehingga S menjadi semakin
∆𝐻
besar. Dan pada reaksi eksoterm ΔH (-) maka berharga (+). Juga apabila suhu
2.303𝑅𝑇
BAB III
METODA PRAKTIKUM
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam lalu masukkan
thermometer ke dalam tabung reaksi
4. Larutan jenuh diambil x ml tiap penurunan suhu T oC
5. Titrasi dengan NaOH n N, indikator PP 3 tetes
6. Mencatat kebutuhan NaOH
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil x ml lagi setiap
kenaikan suhu ToC
8. Titrasi dengan NaOH n N, indikator PP 3 tetes
9. Mencatat kebutuhan NaOH
10. Membuat grafik log S vs 1/T
11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan volume titran
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, F.. 1962. Experimental Physical Chemistry 6th ed. International Student edition. Mc
Graw Hill Book Co. Inc New York. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4 diterjemahkan Drs.
R. Gendon. Erlangga. Jakarta