Anda di halaman 1dari 31

INSTRUMENTASI

PENGUKURAN TEMPERATUR

NAMA : NURUL FITRAH

NIM : 1324301099

KELAS : 2D / PSTKI

PEMBIMBING : Ir.Syafruddin,M.Si
LEMBAR TUGAS

Judul Praktikum : Instrumentasi Pengukuran Temperature

Laboratorium : Komputasi dan Pengendalian Proses

Jurusan/ Prodi : Teknik Kimia / Teknologi Kimia Industri

Nama : Nurul Fitrah

Semester/ Kelas : IV ( Empat ) / 2D PSTKI

NIM : 1324301099

Anggota Kelompok : Dali Fahren


Dessy Aulia
Herdian Syahputra
Saprina
Uraian Tugas :

1. Kalibrasi Termometer dan Termokopel dengan es mencair masing-masing


5 kali data pengukuran
2. Tentukan linieritas Termometer dan Termokopel dengan pemanasan yang
5
konstan pada skala heater dengan selang waktu 10 detik. Mulai
4
temperature kamar sampai dengan cairan mendidih. Serta gambarkan
grafik temperature vs waktu.
3. Tentukan responsibility Termometer dan Termokopel dengan cairan yang
temperaturnya 70 ⁰C. masing-masing 5 kali pengulangan dan hitung rata-
rata waktu responsibilitasnya.
4. Akurasi masing-masing ukur yang digunakan dengan mengambil salah
satu alat ukur sebagai standard.

Buketrata, 05Maret 2015

Ka Laboratorium Dosen Pembimbin

Ir. Syafruddin, M.Si Ir. Syafruddin, M.Si NIP.


19650819 199802 1 001 NIP. 19650819 199802 1 001
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Instrumentasi Pengukuran Temperature

Mata Kuliah : Praktek Instrumentasi Proses

Nama : Nurul Fitrah

NIM : 1324301099

Kelas/ Semester : 2D PSTKI / IV ( Empat )

Nama Dosen Pembimbing : Ir. Syafruddin, M.Si

NIP : 19650819 199802 1 001

Ka Laboratorium : Ir. Syafruddin, M.Si

NIP : 19650819 199802 1 001

Tanggal Pengesahan :

Buketrata, 05 Maret 2015

Ka Laboratorium Dosen Pembimbing

Ir. Syafruddin, M.Si Ir. Syafruddin, M.Si

NIP. 19650819 199802 1 001 NIP. 19650819 199802 1 001


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Instruksional Khusus


 Mengenal instrumentasi pengukuran temperature
 Mampu menggunakan instrumentasi pengukuran temperature
 Mampu mengkalibrasi alat ukur temperature
 Membuktikan rumus konversi temperature
 Menentukan linieritas alat ukur temperature dan waktu
 Menentukan responsibility alat ukur temperature

1.2 Alat dan Bahan


 Seperangkat peralatan pengukuran temperature
 Thermometer celcius
 Termokopel celcius dan Fahrenheit
 Stopwatch
 Es batu / es mencair , P = 1 atm ( 0 ⁰C = 32 ⁰F = 273 K )
 Air mendidih ( 100 ⁰C = 212 ⁰F = 373 K )

1.3 Langkah Kerja


A. Prosedur Kalibrasi Termometer
 Pada es mencair
1. Masukkan es kedalam termos.
2. Ambil thermometer dan celupkan kedalam es selama waktu yang telah ditentukan.
3. Baca skala thermometer dan dicatat.
4. Ulangi langkah diatas beberapa kali.
5. Hitung suhu rata-rata yang diperoleh.
 Pada air mendidih
1. Didihkan air dalam tangki sampai mencapai suhu didihnya dengan cara setting temperature
pemanas pada 100 ⁰C.
2. Ambil thermometer dan celupkan ke dalam air selama waktu yang telah ditentukan.
3. Baca skala thermometer dan dicatat.
4. Ulangi langkah diatas beberapa kali.
5. Hitung suhu rata-rata yang diperoleh.

B. Prosedur penentuan linieritas thermometer


1. Panaskan air didalam suatu wadah dengan laju panas konstan.
2. Ambil thermometer, kemudian secara bersamaa celupkan thermometer ke dalam air yang
sedang dipanaskan dan hidupkan stopwatch.
3. Baca dan catat skala thermometer tiap selang waktu sesuai data yang diperoleh.
4. Buat grafik linieritas antara waktu dengan temperature sesuai data yang diperoleh.

C. Prosedur penentuan responsibility thermometer


1. Siapkan cairan dengan temperature konstan dalam suatu wadah, mis : 70 ⁰C.
2. Ambil thermometer, kemudian secara bersamaan celupkan thermometer kedalam cairan dan
hidupkan stopwatch.
3. Matikan stopwatch ketika thermometer menunjukkan skala 70 ⁰C.
4. Lihat dan catac waktu yang tertera pada stopwatch.
5. Ulangi beberapa kali langkah 2 - 4 untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
6. Hitung waktu rata-ratanya.
Gambar. 1.1 rangkaian / Alat Kerja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Temperature

Temperature merupakan derajat aktivitas termal partikel dalam suatu material. Apabila dua benda yang
berbeda suhunya dikontakkan maka panas akan ditransfer dari benda yang panas ke benda yang lebih
dingin, sehingga dapat dicapai keseimbangan termal yaitu pada saat temperature kedua benda tersebut
sama.

2.1.1 Metode Pengukuran Temperature

 Secara mekanik menggunakan sensor yang merespon temperature dengan perubahan sifat
mekanik. Seperti diafragmadan elemen bourdon.
 Secara elektrik menggunakan sensor yang merespon temperature dengan menghasilkan
perubahan tahanan maupun tegangan listrik.
 Secara gelombang menggunakan gelombang cahaya untuk merespon temperature.

Tabel 2.1 metode pengukuran temperature dan rentang pengukurannya

No Metode Rentang pengukuran ⁰C

1 Filled system Thermometer -195 – 760


2 Termokopel -200 – 1700
3 Resistance
 RTD -250 – 650
 Termistor -195 – 450
4 Pyrometer -40 – 3000
2.2 Alat Ukur Temperature

2.2.1 Thermometer

Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan suhu. Istilah
thermometer berasal dari bahasa latin yaitu ‘’ thermo’’ yang berarti panas dan ‘’ meter ‘’ yang berarti
mengukur.

2.2.1.1 Thermometer Air Raksa

Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunaka material kaca dengan kandungan merkuri dibagian
ujung bawahnya. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat hampa udara . jika temperature naik maka
merkuri akan memuai dan menunjukkan skala dari suhu tersebut.

Gambar 2.1 Thermometer Air Raksa

2.2.1.2 Filled System Thermometer

Pengukuran temperature dengan filled system termasuk cara mekanik instrument pengukuran dengan
system ini terdiri atas :

 Bulb : sebagai sensor.


 Pipa kapiler : sebagai elemen penghubung.
 Diafragma : sebagai elemen yang berubah dengan adanya perubahan temperature.
Gambar 2.2 Filled System Thermometer

Gambar 2.3 Rangkaian Filled system thermometer

Filled system thermometer ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kekurangan :
 Respon relative lambat .
 Daerah kerja temperature dibawah 1500 ⁰F
 Kerusakan tabung sensor memerlukan penggantian seluruh system termal.
 Jarak transmisisinya terbatas.
Kelebihan :
 Konstruksinya sederhana dan kuat.
 Harga relative murah.
 Tidak menimbulkan bahaya listrik.

2.2.2 Bimetal Thermometer

Termometer ini terdiri dari dua logam dengan koefisien muai atau ekspansi berbeda yang
dilekatkan menjadi satu. Logam yang mempunyai koefisien ekspansi lebih besar akan mempunyai
pertambahan dimensi yang lebih besar dari logam lainnya akibat kenaikan temperature. Sehingga
menyebabkan batang bimetal berdefleksi pada arah tertentu, penurunan temperature
menyebabkab defleksi pada arah yang berlawanan. Simpangan batang digunakan untuk menyatakan
ukuran temperature di sekitar batang bimetal.

Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar, maka dipilih bahan A yang mempunyai koefisien
ekspansi besar dan bahan B mempunyai koefisien ekspansi kecil. Contoh : bahan bimetal terbuat
dari paduan bahan invar (campuran besi-nikel) yang mempunyai koefisien ekspansi kecil dengan bahan
kuningan yang mempunyai koefisien ekspansi besar.

Gambar 2.4 Prinsip Operasi dari Bimetal Thermometer


Spesifikasi Umum

Bimetal thermometer digunakan secara luas di dalam industri proses sebagai indicator lokal dari
temperatur proses. Skala pengukuran dapat dibuat dari (- 100 ~ 1000 ) ºF. Skala pengukurannya
adalah linier terhadap range dan range akurasinya sekitar ± ½ ~ ± 2 % atau lebih tinggi.

Gambar 2.5 Bimetal Thermometer

Kelebihan
 Biaya pengadaan awal : rendah
 Tidak mudah rusak.
 Mudah dipasang dan diperbaiki.
 Akurasi : cukup baik
 Range temperature : cukup lebar

Kekurangan :
 Terbatas pada pemasangan local
 Hanya sebagai indicator.
 Kalibrasi dapat berubah jika ditangani dengan kasar
2.2.3 Thermocouple

Pada tahun 1821 ahli fisika Germany, Estonian Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa suatu
konduktor apapun (misalnya metal) akan menghasilkan suatu tegangan (voltage) ketika diberikan
gradien thermal. Peristiwa ini dikenal sebagai efek Seebeck atau efek termoelektrik. Thermocouple
adalah instrument pengukuran temperature yang bekerja secara elektrik. Termokopel terdiri dari dua
kawat logam berbeda ( missalnya chromel dan constantan ) dengan penggabungannya pada probe tip
(measurement junction ) dan reference junction ( temperature yang diketahui ). Perbedaan
temperatur antara probe tip dan reference junction dideteksi dengan mengukur perubahan
tegangan voltage (electromotive force, EMF) pada reference junction. Pembacaan absolute
temperature kemudian bisa diperoleh dengan kombinasi informasi dari temperatur acuan yang
diketahui dengan perbedaan temperature antara probe tip dengan reference.

Gambar 2.6 Termokopel

Gambar 2.7 Typical Rangkaian Thermocouple


Beberapa jenis-jenis sambungan thermocouple yang umum digunakan adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.8 Typical Sambungan Thermocouple

Spesifikasi Umum

Secara komersial jenis thermocouple ditetapkan oleh ISA (Instrument Society of America). Jenis E, J,
K dan T adalah base-metal thermocouple dan dapat digunakan untuk mengukur temperature
hingga 1000°C (1832°F). Jenis S, R dan B adalah noble-metal thermocouples dan dapat digunakan
untuk mengukur temperature hingga 2000°C (3632°F). Berikut table spesifikasi dasar dari
thermocouple.
Tabel 2.2 spesifikasi dasar dari thermometer

*: LT = Low temperature range, HT = High temperature range

**: I = Inert media, O = Oxidizing media, R = Reducing media, V = Vacuum

Constantan, Alumel, and Chromel are trade names of their respective owners.

Kelebihan
 Biaya pengadaan awal : rendah
 Tidak ada bagian yang bergerak (No moving parts)
 Range pengukuran : lebar (0 ~ 5000 oF)
 Response time singkat / pendek
 Repeatability : cukup baik
Kekurangan
 Hubungan temperature dan tegangan tidak linear penuh
 Sensitivitas rendah, umumnya 50 µV/°C (28 µV/°F) atau lebih rendah
 (tegangan rendah rentan dengan noise).
 Accuracy pada umumnya tidak lebih baik dari pada 0.5 °C (0.9°F), tidak
 cukup tinggi untuk beberapa aplikasi. · Memerlukan suatu acuan temperatur yang dikenal,
umumnya
 temperature air es 0°C (32°F). Modern thermocouple mengacu pada
 suatu acuan yang dihasilkan secara elektris.

Gambar 2.9 Thermocouple

2.2.4 Resistance Temperature Detector (RTD)

Tahanan (resistance) dari suatu material metal akan berubah terhadap perubahan temperaturnya.
Hal ini merupakan suatu dasar metoda deteksi temperature. Bahan yang digunakan untuk sensor
ini dibagi menjadi dua macam yaitu bahan konduktor (logam) dan bahan semikonduktor. Bahan
konduktor ditemukan terlebih dahulu dan disebut “Resistance-Termometer” sekarang disebut
“Resistance Temperature Detector (RTD)”. Jenis semikonduktor muncul lebih akhir dan diberi nama
“thermistor”.
Gambar 2.10 Resistance Temperature Detector (RTD)

Hubungan Resistance (R) dengan Temperature (T) adalah sangat berperan didalam Resistance
Temperature Detector (RTD). Hubungan R-T dari beberapa bahan-bahan RTD digambarkan sebagai
berikut dimana y-axis adalah Resistance yang dinormalisir terhadap Resistance pada 0 °C (32 °F)
dan x-axis adalah temperature.

Gambar 2.11 Hubungan Resistance – Temperature


Spesifikasi Umum

Secara komersial resistance RTD yang tersedia terbentang dari 10 ~ 25,000 Ω. Lebih umum adalah
100, 200, dan 1000 Ω untuk strain-free platinum probe (> 99.999%) dan 10 Ω copper probe. Range
temperature dari material yang digunakan untuk RTD seperti platinum, copper, nickel, BalcoTM (70%
Ni-30% Fe) dan tungsten dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.3 range temperature dari material yang digunakan untuk RTD

Gambar 2.12 Resistance Temperature Detector (RTD)


Kelebihan
 Stabil dan akurat.
 Linearity lebih baik dari pada thermocouples.
 Signal-to-noise ratio : tinggi

Kekurangan
 Biaya pengadaan awal : tinggi (lebih mahal)
 Self heating.
 Membutuhkan sumber arus listrik.
 Response time tidak cukup cepat untuk beberapa aplikasi.

2.2.5 Thermistor

Serupa dengan Resistance Temperature Detector (RTD), thermistor (Bulk Semiconductor Sensor)
menggunakan resistance untuk mendeteksi temperatur. Bagaimanapun, tidak sama dengan RTD
metal probe dimana resistance meningkat dengan temperatur, thermistor menggunakan material
ceramic semiconductor dimana responya terbalik dengan temperatur. Contoh dari thermistor
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.

Gambar 2.13 Thermistor


Thermistor adalah resistance thermometer, dimana hubungan antara Resistance dan Temperature
adalah sangat nonlinear. Resistance berubah secara negatif dan tajam dengan suatu perubahan
positif didalam temperature, seperti ditunjukkan pada grafik di bawah.

Gambar 2. 14 Kurva karakteristik dari tiga Temperature Transducers

Hubungan Resistance - Temperature pada Thermistor dapat didekatkan dalam bentuk

persamaan :

Dimana :

T = temperature (in kelvin)

TRef = reference temperature, umumnya pada temperature kamar

(25 °C; 77 °F; 298.15 K)

R = Resistance dari thermistor (Ω)

RRef = Resistance pada TRef

β = Konstanta kalibrasi tergantung pada thermistor material,

umumnya (3,000 ~ 5,000) K


Spesifikasi Umum

Sensor thermistor dapat mengukur temperatur dari –40 ~ 150 ± 0.35 °C (-40 ~ 302 ± 0.63 °F). Bentuk
dari thermistor probe dapat berbentuk bead, washer, disk dan road seperti diperlihatkan pada
gambar 3.33. Resistance operasi dari thermistor adalah dalam range k Ohm, walaupun aktual
resistance terbentang dalam M Ohm hingga Ohm

Gambar 2.15 Thermistor

Kelebihan
 Accuracy tinggi ; ~±0.02 °C (±0.36°F). Lebih baik dari pada RTD dan lebih
 baik lagi dari pada thermocouples.
 Sensitivity tinggi ; ~10. Lebih baik dari pada RTD dan lebih baik lagi dari
 pada thermocouples. Sebagai hasilnya, kesalahan akibat kabel yang panjang
 dan self-heating adalah tidak berarti.
 Response time lebih pendek dari RTD, hamper sama dengan thermocouple.
 Stabilitas dan repeatability cukup baik.
 Ukuran lebih kecil dibanding thermocouple

Kekurangan
 Range temperature terbatas -100 ~ 150 °C (-148 ~ 302 °F).
 Hubungan Resistance - Temperature ; nonlinear, tidak sama dengan RTD
 dimana mempunyai suatu hubungan yang sangat linier.
2.2.6 Pyrometer

Pyrometer (radiation thermometer) adalah non-contact instrument untuk mendeteksi temperatur


permukaan dari suatu obyek dengan mengukur radiasi gelombang elektromagnetic (infrared/visible)
yang dipancarkan oleh suatu obyek.

Gambar 2.16 Typical Broadband Pyrometer

Panjang gelombang dari radiasi thermal terbentang dari 0.1 sampai 100 µm (4 ~ 4,000 µin), yaitu dari
ultraviolet (UV), spectrum sinar tampak (visible spectrum) hingga pertengahan dari infrared (IR).
Pyrometry secara harafiah berarti "api / fire“ (pyro) dan "mengukur / measuring " (metron).
Pyrometer memanfaatkan fakta bahwa semua objek di atas absolut temperature 0 K (- 273.15 ° C; -
459.67 ° F) menyebar dan menyerap energi thermal. Jika hubungan antara intensitas radiasi,
panjang gelombang dan temperatur dapat bentuk, maka temperature dapat ditemukan dari radiasi itu.
Dua teori yang mendasari pyrometry adalah hukum Planck dan hukum Stefan-Boltzmann. Hukum
Planck digunakan didalam narrow-band pyrometer dan Hukum Stefan-Boltzmann digunakan didalam
broad-band pyrometer.
Spesifikasi Umum

Pyrometer adalah photodetector yang mampu menyerap energi atau mengukur intensitas
gelombang electromagnetic pada panjang gelombang tertentu atau dalam suatu range panjang
gelombang tertentu. Atas dasar tersebut dikenal dua jenis pyrometer, yaitu :

a. Optical Pyrometer (Brightness Pyrometer atau Disappearing Filament Pyrometer) · Dirancang


untuk radiasi thermal pada spectrum sinar tampak (visible spectrum).

 Menggunakan suatu perbandingan visual antara suatu sumber cahaya

yang terkalibrasi dan permukaan yang ditargetkan. Ketika kawat pijar

(filament) dan target mempunyai temperature yang sama, intensitas

radiasi termal akan match menyebabkan kawat pijar menghilang

seperti tercampur kedalam permukaan yang ditargetkan di latar

belakang.

 Ketika kawat pijar menghilang, arus yang melintas pada kawat pijar

dapat diubah kedalam pembacaan temperatur.

Gambar 2.17 kawat pijar (filament)


Gambar 2.18 Optical Pyrometer

b. Infrared Pyrometer

 Dirancang untuk radiasi thermal didalam daerah infrared (0.75 ~ 1000 µm ; 30 µin ~ 0.04 in)
pada umumnya 2 ~ 14 µm (80 ~ 550 µin). · Dibuat dari material pyroelectric, seperti triglisine
sulfate (TGS), lithium tantalate (LiTaO3) atau polyvinylidene fluoride (PVDF).

Gambar 2.19 Infrared Pyrometer


Kelebihan
 Pengukuran Non-contact measurement
 Response time : cepat
 Stability : baik

Kekurangan
 Biaya pengadaan awa : tinggi (mahal)
 Akurasi terpengaruh oleh debu danasap.
BAB III

DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Kalibrasi thermometer dan thermokopel pada es mencair

N Waktu Thermometer Thermokopel Selisih


O (menit) ⁰C ⁰F ⁰C ⁰C
1 0 2,0 0,7 31,9 1,3
2 3 1,0 0,7 32,0 0,3
3 6 1,0 0,7 32,0 0,3
4 9 1,0 0,8 32,1 0,2
5 12 1,0 0,8 32,1 0,2
6 15 1,0 0,8 32,1 0,2
7 18 0,5 0,7 32,1 0,2
8 21 0,5 0,7 32,0 0,2
9 24 2,0 0,9 32,3 1,1
10 27 2,0 2,4 34,9 0,4
Rata - rata 1,2 0,92 32,35 0,44

Tabel 3.2 Kalibrasi thermometer dan thermokopel pada air mendidih

N Waktu Thermometer Thermokopel Selisih


O (menit) ⁰C ⁰F ⁰C ⁰C
1 0 93 100,2 211 7,2
2 3 94 100,3 212 6,3
3 6 94 100,3 212 6,3
4 9 92 100,2 211 7,2
5 12 92 100,2 211 8,2
6 15 92 100,0 211 8,0
7 18 92 100,1 211 8,1
8 21 92 100,1 212 8,1
9 24 92 100,0 211 8,0
10 27 93 100,1 212 7,1
Rata - rata 92,7 100,15 211,4 7,45
Tabel 3.3 Linearitas Termometer dan Termocouple supplay konstan

N Waktu Thermometer Thermocopel


o ( menit ) (℃) (℃) (℉)
1 0 31,0 30,9 87,62
2 3 38,0 38,4 101,12
3 6 45,0 45,5 113,9
4 9 49,0 50,0 122,2
5 12 56,5 58,3 137,5
6 15 65,0 65,0 155,8
7 18 72,0 75,7 168,5
8 21 79,0 83,4 182,12
9 24 83,0 88,9 192,02
10 27 86,0 92,5 198,5
11 30 90,0 96,3 205,34
12 33 92,0 98,3 208,94
Rata – rata 65,54 68,6 156,13

Tabel 3.4 Responsibilitas Thermometer dan Thermocouple

No Thermometer (detik) Thermocouple (detik)


1 15,81 3,87
2 15,83 4,00
3 14,85 4,00
4 15,88 3,37
5 17,00 4,47
Rata-
15,874 3,942
rata
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

4.1 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, perubahan suhu antara dua material dengan mengukur derajat
aktivitas termalnya yaitu dengan menggunakan alat thermometer dan termokopel. Sebelum
thermometer dan termokopel digunakan untuk mengukur derajat dari sebuah material, maka
thermometer dan termokopel dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui apakah alat tersebut bekerja sudah sesuai standar yang berlaku atau masih terdapat
kesalahan.
Pada percobaan ini, dilakukan kalibrasi, linieritas dan responsibilitas pada dua sampel
yaitu es mencair dan air mendidih. Kalibrasi thermometer pada es mencair, alat tersebut
menunjukkan pembacaan yang sangat signifikan yaitu semakin bertambahnya waktu, maka
kondisi es menjadi mencair, thermometer tetap menunjukkan pengukuran yang berubah – ubah .
Sedangkan pada pengukuran es mencair dengan menggunakan termokopel, mula-mula dari awal
(0 - 6 menit) pembacaan pada alat menunjukkan angka yang tidak berubah, tetapi pada menit ke
( 9 – 15 menit ), maka pengukuran thermokopel semakin bertambah. Ini terjadi karena es yang
semakin lama mencair maka suhu semakin tinggi

40

30
Temperatur

20
Thermometer (℃)
10 Thermocopel (℃)

0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Grafik 4.1 Kalibrasi thermometer dan termokopel pada es mencair


Pada grafik 4.1 yaitu melakukan kalibrasi termometer dan termokopel pada es
mencair, dengan menggunakan termometer suhu yang didapat 0,5-2 oC, dan rata rata
yang di dapat 1,2 oC. Dengan menggunakan termokopel dari 0,7-2,4 oC ( 31,9-34,9 oF )
dengan rata rata yang di dapat 0,92 oC(32,35 oF). Selisih yang di dapat dari termometer
dan termokopel yaitu 0,2-1,3 oC , dengan rata rata 0,44 oC.

Sedangkan kalibrasi thermometer dan thermocouple dengan menggunakan air


mendidih menunjukkan pembacaan skala yang tidak beraturan. Mula-mula temperature
berada pada kondisi mendidih yaitu 93C ( thermometer ) dan 100.2C ( thermocouple )
Tetapi, semakin bertambahnya waktu pengukuran, maka pengukurannya menjadi tidak
beraturan. Hal ini mungkin disebabkan karena alat yang bekerja kurang stabil.

Kalibrasi termokopel pada air mendidih menunjukkan bahwa termokopel yang


digunakan memberikan respon yang baik. Karena pada setiap pengukuran thermocouple
menunjukkan angka 100C , pengukuran temperature tetap, tetapi semakin
bertambahnya waktu maka temperature semakin turun. Hal ini disebabkan karena air
yang mula-mula mendidih tetapi semakin lama (bertambahnya waktu) semakin dingin,
maka temperature semakin lama semakin turun

250

200
Temperatur

150
Thermometer (℃)
100
Thermocopel (℃)
50 Thermocopel (℉)

0
0 10 20 30
Waktu (menit)

Grafik 4.2 Kalibrasi thermometer dan termokopel pada air mendidih


Pada grafik 4.2 yaitu melakukan kalibrasi termometer dan termokopel pada air mendidih.
Dengan menggunakan termometer suhu yang didapat 92-94 oC, dan rata rata yang di dapat 92,7
o
C,dan dengan menggunakan termokopel dari 100-100,2 oC (211-212 oF) dengan rata rata yang
di dapat 100,15 oC(2114 oF). Selisih yang di dapat dari termometer dan termokopel yaitu 6,3-8,2
o
C , dengan rata rata 7,45 oC.

18
16
14
Waktu (detik)

12
10
8 Thermometer
6 Thermocopel
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan

Grafik 4.3 Responsibilitas thermometer dan termokopel pada suhu 70oC

Pada gambar 4.3 yaitu menentukan data responsibilitas. Dari grafik diatas, yang cepat
menanggapi tanggapan atau respon terhadap suhu yaitu termokopel dengan waktu rata-rata
15,874 s . Sedangkan termometer tidak cepat dalam menanggapai responsibilitas dengan waktu
rata-rata 3,942 s.

Pada prosedur linearitas pengukuran thermometer, semakin bertambahnya waktu maka suhunya
semakin tinggi. Dari grafik terlihat bahwa termometer mempunyai linear yang baik.
250
200
150 Thermometer ( ℃ )

100 Thermocopel ( ℃ )

50 Thermocopel ( ℉ )

0
0 10 20 30 40

Grafik 4.4 Linieritas thermometer dan termokopel pada air mendidih

Pada gambar 4.4 yaitu menentukan linieritas termometer dan termokopel pada air
mendidih dengan menggunakan termometer dan termokopel. Dari grafik diatas didapat
bahwa pada air mendidih dengan menggunakan termometer semakin lama semakin
meningkat .Begitu jaga yang terjadi pada termokopel , karana semakin banyak waktu
yang diberikan ,sehingga suhunya meningkat.

4.2 KESIMPULAN

o Kalibrasi termometer dan termokopel pada es mencair


 Kalibrasi thermometer pada es mencair menunjukan suhu dengan rata-rata1,2
o
C dengan rentang waktu 0 sampai dengan 27 menit.
 Kalibrasi thermokopel pada es mencair menunjukan suhu 0,92 oC (32,35 oF)
dengan rentang waktu 0 sampai dengan 27 menit.

o Pada responsibilitas, pada suhu yang sama termokopel lebih cepat memberikan
respon dari pada thermometer. Hal ini dapat dilihat pada waktu pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

 S. R. Endang, dkk (1996), Petunjuk Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian Proses,

Direktorat jendral pendidikan, Bandung

 Stephanopoulos G,Chemical Process Control: An Introduction to Theory and Practice.


Prentice/Hall International, Inc.
 Kartono,wijayanto, dkk (1996), Petunjuk Praktikum Teknik Pengendalian. Departemen
pendidikan dan kebudayaan, Bandung
 Ogata, Katsuhiko (1997), Teknik Kontrol Automatik Jilid I dan II, E d i s i 2 , E r l a n g g a ,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai