PENGUKURAN TEMPERATUR
NIM : 1324301099
KELAS : 2D / PSTKI
PEMBIMBING : Ir.Syafruddin,M.Si
LEMBAR TUGAS
NIM : 1324301099
NIM : 1324301099
Tanggal Pengesahan :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Temperature merupakan derajat aktivitas termal partikel dalam suatu material. Apabila dua benda yang
berbeda suhunya dikontakkan maka panas akan ditransfer dari benda yang panas ke benda yang lebih
dingin, sehingga dapat dicapai keseimbangan termal yaitu pada saat temperature kedua benda tersebut
sama.
Secara mekanik menggunakan sensor yang merespon temperature dengan perubahan sifat
mekanik. Seperti diafragmadan elemen bourdon.
Secara elektrik menggunakan sensor yang merespon temperature dengan menghasilkan
perubahan tahanan maupun tegangan listrik.
Secara gelombang menggunakan gelombang cahaya untuk merespon temperature.
2.2.1 Thermometer
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan suhu. Istilah
thermometer berasal dari bahasa latin yaitu ‘’ thermo’’ yang berarti panas dan ‘’ meter ‘’ yang berarti
mengukur.
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunaka material kaca dengan kandungan merkuri dibagian
ujung bawahnya. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat hampa udara . jika temperature naik maka
merkuri akan memuai dan menunjukkan skala dari suhu tersebut.
Pengukuran temperature dengan filled system termasuk cara mekanik instrument pengukuran dengan
system ini terdiri atas :
Filled system thermometer ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kekurangan :
Respon relative lambat .
Daerah kerja temperature dibawah 1500 ⁰F
Kerusakan tabung sensor memerlukan penggantian seluruh system termal.
Jarak transmisisinya terbatas.
Kelebihan :
Konstruksinya sederhana dan kuat.
Harga relative murah.
Tidak menimbulkan bahaya listrik.
Termometer ini terdiri dari dua logam dengan koefisien muai atau ekspansi berbeda yang
dilekatkan menjadi satu. Logam yang mempunyai koefisien ekspansi lebih besar akan mempunyai
pertambahan dimensi yang lebih besar dari logam lainnya akibat kenaikan temperature. Sehingga
menyebabkan batang bimetal berdefleksi pada arah tertentu, penurunan temperature
menyebabkab defleksi pada arah yang berlawanan. Simpangan batang digunakan untuk menyatakan
ukuran temperature di sekitar batang bimetal.
Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar, maka dipilih bahan A yang mempunyai koefisien
ekspansi besar dan bahan B mempunyai koefisien ekspansi kecil. Contoh : bahan bimetal terbuat
dari paduan bahan invar (campuran besi-nikel) yang mempunyai koefisien ekspansi kecil dengan bahan
kuningan yang mempunyai koefisien ekspansi besar.
Bimetal thermometer digunakan secara luas di dalam industri proses sebagai indicator lokal dari
temperatur proses. Skala pengukuran dapat dibuat dari (- 100 ~ 1000 ) ºF. Skala pengukurannya
adalah linier terhadap range dan range akurasinya sekitar ± ½ ~ ± 2 % atau lebih tinggi.
Kelebihan
Biaya pengadaan awal : rendah
Tidak mudah rusak.
Mudah dipasang dan diperbaiki.
Akurasi : cukup baik
Range temperature : cukup lebar
Kekurangan :
Terbatas pada pemasangan local
Hanya sebagai indicator.
Kalibrasi dapat berubah jika ditangani dengan kasar
2.2.3 Thermocouple
Pada tahun 1821 ahli fisika Germany, Estonian Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa suatu
konduktor apapun (misalnya metal) akan menghasilkan suatu tegangan (voltage) ketika diberikan
gradien thermal. Peristiwa ini dikenal sebagai efek Seebeck atau efek termoelektrik. Thermocouple
adalah instrument pengukuran temperature yang bekerja secara elektrik. Termokopel terdiri dari dua
kawat logam berbeda ( missalnya chromel dan constantan ) dengan penggabungannya pada probe tip
(measurement junction ) dan reference junction ( temperature yang diketahui ). Perbedaan
temperatur antara probe tip dan reference junction dideteksi dengan mengukur perubahan
tegangan voltage (electromotive force, EMF) pada reference junction. Pembacaan absolute
temperature kemudian bisa diperoleh dengan kombinasi informasi dari temperatur acuan yang
diketahui dengan perbedaan temperature antara probe tip dengan reference.
berikut :
Spesifikasi Umum
Secara komersial jenis thermocouple ditetapkan oleh ISA (Instrument Society of America). Jenis E, J,
K dan T adalah base-metal thermocouple dan dapat digunakan untuk mengukur temperature
hingga 1000°C (1832°F). Jenis S, R dan B adalah noble-metal thermocouples dan dapat digunakan
untuk mengukur temperature hingga 2000°C (3632°F). Berikut table spesifikasi dasar dari
thermocouple.
Tabel 2.2 spesifikasi dasar dari thermometer
Constantan, Alumel, and Chromel are trade names of their respective owners.
Kelebihan
Biaya pengadaan awal : rendah
Tidak ada bagian yang bergerak (No moving parts)
Range pengukuran : lebar (0 ~ 5000 oF)
Response time singkat / pendek
Repeatability : cukup baik
Kekurangan
Hubungan temperature dan tegangan tidak linear penuh
Sensitivitas rendah, umumnya 50 µV/°C (28 µV/°F) atau lebih rendah
(tegangan rendah rentan dengan noise).
Accuracy pada umumnya tidak lebih baik dari pada 0.5 °C (0.9°F), tidak
cukup tinggi untuk beberapa aplikasi. · Memerlukan suatu acuan temperatur yang dikenal,
umumnya
temperature air es 0°C (32°F). Modern thermocouple mengacu pada
suatu acuan yang dihasilkan secara elektris.
Tahanan (resistance) dari suatu material metal akan berubah terhadap perubahan temperaturnya.
Hal ini merupakan suatu dasar metoda deteksi temperature. Bahan yang digunakan untuk sensor
ini dibagi menjadi dua macam yaitu bahan konduktor (logam) dan bahan semikonduktor. Bahan
konduktor ditemukan terlebih dahulu dan disebut “Resistance-Termometer” sekarang disebut
“Resistance Temperature Detector (RTD)”. Jenis semikonduktor muncul lebih akhir dan diberi nama
“thermistor”.
Gambar 2.10 Resistance Temperature Detector (RTD)
Hubungan Resistance (R) dengan Temperature (T) adalah sangat berperan didalam Resistance
Temperature Detector (RTD). Hubungan R-T dari beberapa bahan-bahan RTD digambarkan sebagai
berikut dimana y-axis adalah Resistance yang dinormalisir terhadap Resistance pada 0 °C (32 °F)
dan x-axis adalah temperature.
Secara komersial resistance RTD yang tersedia terbentang dari 10 ~ 25,000 Ω. Lebih umum adalah
100, 200, dan 1000 Ω untuk strain-free platinum probe (> 99.999%) dan 10 Ω copper probe. Range
temperature dari material yang digunakan untuk RTD seperti platinum, copper, nickel, BalcoTM (70%
Ni-30% Fe) dan tungsten dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.3 range temperature dari material yang digunakan untuk RTD
Kekurangan
Biaya pengadaan awal : tinggi (lebih mahal)
Self heating.
Membutuhkan sumber arus listrik.
Response time tidak cukup cepat untuk beberapa aplikasi.
2.2.5 Thermistor
Serupa dengan Resistance Temperature Detector (RTD), thermistor (Bulk Semiconductor Sensor)
menggunakan resistance untuk mendeteksi temperatur. Bagaimanapun, tidak sama dengan RTD
metal probe dimana resistance meningkat dengan temperatur, thermistor menggunakan material
ceramic semiconductor dimana responya terbalik dengan temperatur. Contoh dari thermistor
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
persamaan :
Dimana :
Sensor thermistor dapat mengukur temperatur dari –40 ~ 150 ± 0.35 °C (-40 ~ 302 ± 0.63 °F). Bentuk
dari thermistor probe dapat berbentuk bead, washer, disk dan road seperti diperlihatkan pada
gambar 3.33. Resistance operasi dari thermistor adalah dalam range k Ohm, walaupun aktual
resistance terbentang dalam M Ohm hingga Ohm
Kelebihan
Accuracy tinggi ; ~±0.02 °C (±0.36°F). Lebih baik dari pada RTD dan lebih
baik lagi dari pada thermocouples.
Sensitivity tinggi ; ~10. Lebih baik dari pada RTD dan lebih baik lagi dari
pada thermocouples. Sebagai hasilnya, kesalahan akibat kabel yang panjang
dan self-heating adalah tidak berarti.
Response time lebih pendek dari RTD, hamper sama dengan thermocouple.
Stabilitas dan repeatability cukup baik.
Ukuran lebih kecil dibanding thermocouple
Kekurangan
Range temperature terbatas -100 ~ 150 °C (-148 ~ 302 °F).
Hubungan Resistance - Temperature ; nonlinear, tidak sama dengan RTD
dimana mempunyai suatu hubungan yang sangat linier.
2.2.6 Pyrometer
Panjang gelombang dari radiasi thermal terbentang dari 0.1 sampai 100 µm (4 ~ 4,000 µin), yaitu dari
ultraviolet (UV), spectrum sinar tampak (visible spectrum) hingga pertengahan dari infrared (IR).
Pyrometry secara harafiah berarti "api / fire“ (pyro) dan "mengukur / measuring " (metron).
Pyrometer memanfaatkan fakta bahwa semua objek di atas absolut temperature 0 K (- 273.15 ° C; -
459.67 ° F) menyebar dan menyerap energi thermal. Jika hubungan antara intensitas radiasi,
panjang gelombang dan temperatur dapat bentuk, maka temperature dapat ditemukan dari radiasi itu.
Dua teori yang mendasari pyrometry adalah hukum Planck dan hukum Stefan-Boltzmann. Hukum
Planck digunakan didalam narrow-band pyrometer dan Hukum Stefan-Boltzmann digunakan didalam
broad-band pyrometer.
Spesifikasi Umum
Pyrometer adalah photodetector yang mampu menyerap energi atau mengukur intensitas
gelombang electromagnetic pada panjang gelombang tertentu atau dalam suatu range panjang
gelombang tertentu. Atas dasar tersebut dikenal dua jenis pyrometer, yaitu :
belakang.
Ketika kawat pijar menghilang, arus yang melintas pada kawat pijar
b. Infrared Pyrometer
Dirancang untuk radiasi thermal didalam daerah infrared (0.75 ~ 1000 µm ; 30 µin ~ 0.04 in)
pada umumnya 2 ~ 14 µm (80 ~ 550 µin). · Dibuat dari material pyroelectric, seperti triglisine
sulfate (TGS), lithium tantalate (LiTaO3) atau polyvinylidene fluoride (PVDF).
Kekurangan
Biaya pengadaan awa : tinggi (mahal)
Akurasi terpengaruh oleh debu danasap.
BAB III
DATA PENGAMATAN
4.1 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, perubahan suhu antara dua material dengan mengukur derajat
aktivitas termalnya yaitu dengan menggunakan alat thermometer dan termokopel. Sebelum
thermometer dan termokopel digunakan untuk mengukur derajat dari sebuah material, maka
thermometer dan termokopel dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui apakah alat tersebut bekerja sudah sesuai standar yang berlaku atau masih terdapat
kesalahan.
Pada percobaan ini, dilakukan kalibrasi, linieritas dan responsibilitas pada dua sampel
yaitu es mencair dan air mendidih. Kalibrasi thermometer pada es mencair, alat tersebut
menunjukkan pembacaan yang sangat signifikan yaitu semakin bertambahnya waktu, maka
kondisi es menjadi mencair, thermometer tetap menunjukkan pengukuran yang berubah – ubah .
Sedangkan pada pengukuran es mencair dengan menggunakan termokopel, mula-mula dari awal
(0 - 6 menit) pembacaan pada alat menunjukkan angka yang tidak berubah, tetapi pada menit ke
( 9 – 15 menit ), maka pengukuran thermokopel semakin bertambah. Ini terjadi karena es yang
semakin lama mencair maka suhu semakin tinggi
40
30
Temperatur
20
Thermometer (℃)
10 Thermocopel (℃)
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)
250
200
Temperatur
150
Thermometer (℃)
100
Thermocopel (℃)
50 Thermocopel (℉)
0
0 10 20 30
Waktu (menit)
18
16
14
Waktu (detik)
12
10
8 Thermometer
6 Thermocopel
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan
Pada gambar 4.3 yaitu menentukan data responsibilitas. Dari grafik diatas, yang cepat
menanggapi tanggapan atau respon terhadap suhu yaitu termokopel dengan waktu rata-rata
15,874 s . Sedangkan termometer tidak cepat dalam menanggapai responsibilitas dengan waktu
rata-rata 3,942 s.
Pada prosedur linearitas pengukuran thermometer, semakin bertambahnya waktu maka suhunya
semakin tinggi. Dari grafik terlihat bahwa termometer mempunyai linear yang baik.
250
200
150 Thermometer ( ℃ )
100 Thermocopel ( ℃ )
50 Thermocopel ( ℉ )
0
0 10 20 30 40
Pada gambar 4.4 yaitu menentukan linieritas termometer dan termokopel pada air
mendidih dengan menggunakan termometer dan termokopel. Dari grafik diatas didapat
bahwa pada air mendidih dengan menggunakan termometer semakin lama semakin
meningkat .Begitu jaga yang terjadi pada termokopel , karana semakin banyak waktu
yang diberikan ,sehingga suhunya meningkat.
4.2 KESIMPULAN
o Pada responsibilitas, pada suhu yang sama termokopel lebih cepat memberikan
respon dari pada thermometer. Hal ini dapat dilihat pada waktu pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA