Pembimbing :
dr. Damai Suri, Sp.An
Diajukan Oleh:
Rosyid Prasetyo, S.Ked
J510 1700 15
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Oleh :
Rosyid Prasetyo
J510 1700 15
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Pembimbing :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : BP. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Alamat : Pereng 6/2 Mojogedang, Karanganyar
Diagnosis Pre Op : Post.ORIF Metacarpal Digiti IV Proksimal Sinistra
Tindakan Op : ROI
Tanggal Masuk : 6 - 12 - 2017
Tanggal Operasi : 7 - 12 – 2017
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Pasien ingin melepas inplate pada metacarpal kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Karanganyar ingin melepas inplate pada
metacarpal kiri, mual, muntah dan batuk, pilek disangkal.
C. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
Riwayat keluhan serupa : disangkal
D. Riwayat keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
Riwayat keluhan serupa : disangkal
III. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Compos Mentis
Vital Sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 78 x/ menit
Frekuensi Nafas : 20x/ menit
Suhu : 36,2 o C
Kepala :
Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-) nafas cuping hidung(-)
Leher :
Retrraksi suprasternal (-/-), deviasi trakea (-), ↑JVP (-), pembesaran
kelenjar limfe (-/-)
Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : redup
Auskultasi :bunyi jantung S I-II irama regular, bising
jantung (-)
Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak di
paru, dan tidak ditemukannya retraksi intercostae
Palpasi : Fremitus sama depan dan belakang
Perkusi : Depan
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : Depan
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan: Whezing (-/-) , ronkhi (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen sejajar dengan dada, tidak
ada luka bekas operasi
Auskultasi : peristaltic usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Ditemukan bekas jahitan pada metacarpal kiri, Clubbing
finger tidak ditemukan, tidak ditemukan edema, Akral hangat
+ +
+ +
B. Status Lokalis
Regio metacarpal sinistra
Look: tampak bekas jahitan pada metacarpal sinistra
Feel: nyeri tekan (+) krepitasi (-)
Movement : dapat digerakkan
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Hemoglobin 13,8 (L) 14,0 – 17,5
Leukosit 6,82 4,5-13
Trombosit 187 156-408
CT 05.00 menit 2-8 menit
BT 02.00 menit 1-3 menit
Kreatinin 1,10 (H) <1.0
Ureum 27 10-50
Glukosa Sewaktu 88 70-150
E. Di Ruang Recovery
1. Jam 09.05 : pasien dipindahkan ke recovery room dalam posisi
telentang, pasien dalam kondisi mengantuk, dilakukan monitoring
tanda vital, infuse RL, diberikan O2 3 liter per menit.
2. Tekanan darah: 138/79 mmHg; Nadi: 88x/menit, Suhu: 36,4C
3. Jam 09.10 : pasien sadar
4. Jam 09.20 : pasien dipindahkan ke bangsal
F.
Persiapan pada hari operasi
Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :
1.
Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama
puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2
jam (stop ASI). Pada operasi darurat, pasien tidak puasa, maka
dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
2.
Pengosongan kandung kemih
3.
Informed consent ( Surat izin operasi dan anestesi).
4.
Pemeriksaan fisik ulang
5.
Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
6.
Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau
secaraintravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi1
G.
Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari
anestesi diantaranya :
1.
Meredakan kecemasan dan ketakutan, misalnya diazepam
2.
Memperlancar induksi anestesia, misalnya pethidin
3.
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus, misalnya sulfas
atropindan hiosin
4.
Meminimalkan jumlah obat anestetik, misalnya pethidin
5.
Mengurangi mual-muntah pasca bedah, misalnya ondansetron
6.
Menciptakan amnesia, misalnya diazepam,midazolam
7.
Mengurangi isi lambung
8.
Mengurangi reflex yang membahayakan, misalnya tracurium, sulfas
atropine1
Obat-obat premedikasi dapat digolongkan seperti di bawah ini :
1.
Narkotik analgesic, misalnya morfin pethidin
2.
Transqualizer yaitu dari golongan benzodiazepine, misalnya
diazepam dan midazolam. Diazepam dapat dberikan peroral 10-15
mg beberapa jam sebelum induksi anesthesia
3.
Barbiturat, misal pentobarbital, penobarbital, sekobarbital
4.
Antikolinergik, misal atropine dan hiosin
5.
Antihistamin, misal prometazine
6.
Antasida, misal gelusil
7.
H2 reseptor antagonis misalnya cimetidine dan ranitidine. Ranitidine
diberikan 150 mg 1-2 jam sebelum operasi1
H.
Persiapan induksi
Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita mempersiapkan STATICS :
1.
S : Scope (stetoskop, laringoskop)
Stetoskop : untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringoskop : untuk membuka mulut dan membuat area mulut lebih
luas serta melihat daerah faring dan laring, mengidentifikasi epiglotis,
pita suara dan trakea.
Ada dua jenis laringoskop, yaitu:
a.
Blade lengkung (Miller, Magill). Biasa digunakan pada
laringoskopi dewasa.
b.
Blade lurus.
2.
T : Tube (pipa endotraceal, LMA)
a.
Pipa Endotrakeal
Endotracheal tube mengantarkan gas anastetik langsung ke dalam
trakea.
b.
Laringeal mask airway (LMA)
Indikasi pemasangan LMA ialah sebagai alternatif dari ventilasi
face mask atau intubasi ET. Kontraindikasi pemasangan LMA
pada pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung dan
pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik
jangka waktu lama. LMA terdiri dari 2 macam :
1).
Sungkup laring standar dengan satu pipa napas.
2).
Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar
dan lainnya pipa tambahanyang ujung distalnya berhubungan
dengan esofagus
3.
A : Airway device (sarana aliran udara, misal sungkup muka, pipa
oropharing)
a.
Alat bantu jalan napas orofaring (oropharyngeal airway)
Alat bantu jalan napas orofaring menahan pangkal lidah dari
dinding belakang faring. Alat ini berguna pada pasien yang masih
bernapas spontan, alat ini juga membantu saat
dilakukan pengisapan lendir dan mencegah pasien mengigit pipa
endotrakheal (ETT)
Bp.S, usia 27 tahun, Berat badan 60 kg. Pasien pada kasus ini didiagnosis
dengan post ORIF metacarpal sinistra dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Untuk rencana penatalaksanaan pasien ini dengan operatif, teknik ROI dengan
anestesi general.
Kebutuhan cairan selama operasi yaitu jumlah dari , pengganti puasa,
maintanance dan stress operasi (630cc) untuk 1 jam. Pasien sudah mendapat
cairan tutofusin 500cc dan RL 500cc. Selama proses operasi tidak terjadi masalah
gejolak hemodinamik.
Di ruang pemulihan (recovery room), vital sign pasien dalam batas normal
dan nilai aldrette score mencapai 10 sehingga pasien selanjutnya bisa dipindahkan
ke bangsal.
DAFTAR PUSTAKA
1
dr. Gde Mangku, Sp.An. KIC, dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi,
Sp.An., Editors; Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:
Indeks Jakarta. 2010.
2
Desai, A. General Considerations.
http://emedicine.medscape.com/article/1271543-overview#showall.
3
Latief SA., Suryadi KA., Dachlan MR., Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:
FK UI. 2009; 2: 29-96
4
Pecci M., Kreher JB., Clavicle fracture. (Cited) January, 1st 2008. Available from
URL: http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p.65.html
5
Rubino LJ., Clavicle Fracture. (Cited) March, 7th 2012. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.
6
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC,
Jakarta, 2005,