Cek Dong
Cek Dong
KELOMPOK 18
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker
ovarium ini berawal dari kista. Kanker ovarium merupakan tumor dengan
histiogenesis yang beranekaragam, dapat berasal dari ketiga (3)
dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare,
2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor
ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas
(borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan
jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker
indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang
berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
3
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup
oleh peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir
yang gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga
panggul antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan
dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum
pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih.
Uterus terdiri atas:
1) Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba
falopi berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui
sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya
kehamilan dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus
uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai perkembangan janin.
3) Servik uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus,
terletak di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos
namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah
jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi
mengeluarkan secret yang kental dan lengket dari kanalis
servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat dapat
berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang
disebut sebagai folikel nabothian.
Secara histologik uterus terdiri atas:
a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri
5
d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari
terletak di kiri dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat
di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-
kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu
pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel
graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,
Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormon
progesterone.
Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini
terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur
(ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di
dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta
melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan,
misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi.
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam
ovarium disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan
yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf,
bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu
kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi
ovum.
Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan
kanan uterus, menghasilkan hormon estrogen dan progesterone.
Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-
sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan
lain-lain.
Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan
darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang
berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan
9
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.
Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda
E. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami
atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik,
ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar
FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara
kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan.
Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen
dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi
berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya
ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
12
F. Pathway
Mutagen, makanan,
wanita mandul, Inkusi epitel stroma Kista
primipara tua > 45
tahun, genetik
Rangsangan hormone
estrogen meningkat
Proliferasi kista
Konstipasi
Koping individu tidak Gangguan citra tubuh
efektif
Ansietas
14
G. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang
dilakukan dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik.
b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan
kristik.
c) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya
sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau
tulang
d) Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium
sering ditemukan peningkatan kadar CA 12
e) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan
memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam
f) Pencitraan lain
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara
alamiah dihasilkan oleh tubuh.
2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja
dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel
kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan
memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
15
H. Penatalaksanaan
1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan
struktur di sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan
struktur di sekitarnya.
I. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan
yang diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan,
masalah aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan.
Adapun diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi
Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)
16
J. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Comfort level Pain Management
dengan penekanan - Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
perut bagian bawah - Pain level secara komprehensif
akibat kanker Setelah dilakukan termasuk lokasi,
metastasis tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
selama …. nyeri akut frekuensi, kualitas dan
pasien berkurang dengan faktor presipitasi
kriteria hasil: 2. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
1. Tidak ada gangguan
nyeri seperti suhu
tidur
ruangan, pencahayaan dan
2. Tidak ada gangguan
kebisingan
konsentrasi
3. Ajarkan tentang teknik
17
3. Mengidentifikasi
indicator untuk
mencegah konstipasi
ASUHAN KEPERAWATAN
IV. RIWAYATKELUARGA
Genogram
25
Keterangan :
: Perempuan
: Laki- laki
: Ny. K
x : Meninggal
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Tinggal serumah
Kesimpulan : pasien keturunan ke 2 dari genogram, pasien merupakan
anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
keturunan Ca Ovarium ataupun Ca Mamae pada keluarganya. Pasien
mengatkan tida memiliki riwayat penyakit keturunan seperti penyakit DM,
Hipertensi, penyakit jantung. Pasien tinggal serumah dengan suami dan
dan ketiga anak laki-lakinya.
sehari sebanyak 1-2 kali dengan konsistensi lunak namun sejak perutnya
membesar bulan Januari 2019 BAB tidak teratur dan disertai rasa tidak
nyaman di perut dan terasa penuh.
Pasien mengatakan dulu suka mengkonsumsi gorengan, ikan asin
jeroan, terkadang pasien mengkonsumsi teh dan kopi. Pasien
mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit kanker payudara.
1 minggu yang lalupasien merasakan sesak nafas karena ada
penumpukan cairan di rongga dada dan acites.
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
kanker payudara, ataupun kanker ovarium.
Pemeriksaan penunjang :
Pasien tidak melakukan pemeriksaan X-Ray, CT SCAN, scaning
radioaktif, ultrasound dan endoskopi. Pasien dilakukan pemeriksaan
topografi ovarium (21 Juli 2017) dengan hasil terdapat
kistadenokarsinoms ovsrii mosinokum papiliferum. Dan pada tanggal 29
November 2017 hasil menunjukkan hasil metastasis adenocarsinoma.
Penatalaksanakan :
Pasien mengatakan sudah dilakukan oengangkatan 2 ovarium. Pasien
mengatakan sudah selesai kemoterapi.
N : 92 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 28 x/menit
Kepala
Bentuk : Mesochepal, rambut bersih dan beruban, tidak
Berketombe dan tidak rontok, tidak ada benjolan
dan tidak ada bekas luka.
Keluhan yang
berhubungan : Tidak ada keluhan
Mata
Ukuran pupil : 3 mm
Ukuran akomodasi :
Bentuk : Isokor
Konjungtiva : Ananemis
Fungsi penglihatan : Baik
Dua bentuk : Baik
Tanda-tanda radang : Tidak ada tanda-tanda radang.
Pemeriksaan Mata terakhir : Tidak pernah periksa mata
Operasi : Pasien mengatakan tidak pernah melakukan
operasi mata.
Kaca mata : Pasien tidak menggunakan kaca mata.
Lensa kontak : Pasien tidak menggunakan lensa kontak.
Hidung
Reaksi alergi : tidak ada reaksi alergi
Pernah mengalami flu : Pasien mengatakan pernah mengalami flu,
frekuensi dalam satu tahun 3-4 kali selama ± 73 hari dan paling lama hingga
7 hari.
Tidak ada sinus.
Tidak ada polip.
Tidak ada perdarahan.
Tidak ada cuping hidung.
28
Berat badan : 62 kg
Status gizi : Normal
Jenis diet : TKTP 1800 kalori
Nafsu makan : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
semenjak sakit.
Rasa mual : Pasien mengatakan mual
Muntah : pasien mengatakan tidak muntah
Intake cairan : Pasien memiliki kebiasaan minum 5-6 gelas dalam
sehari.
Eliminasi
BAB
Pola rutin : Pasien mengatakan BAB sebanyak 2x/hari
Penggunaan pencahar : Pasien mengatakan tidak menggunakan obat
pencahar.
Colostomi/ ileostomi : Tidak ada
Konstipasi/ obstipasi : Tidak ada
Diare : Pasien tidak mengalami diare sejak 3 bulan
terakhir.
BAK
Pola rutin : 5-6 kali dalam sehari
Inkontinensia : tidak ada
Infeksi : Tidak ada
Hematuri : Tidak ada
Kateter : Pasien tidak terpasang kateter.
Urin output :± 720 cc/hari
Vagina
Kebersihan : kebersihan terjaga, baik, tidak ada keputihan
Keputihan : Pasien tidak mengalami keputihan
Bau : tidak bau
Warna : tidak ada
30
Musculoskeletal 5 5
Kekuatan otot :5 5
Pergerakan ekstermitas : bebas atautidak terhambat.
Nyeri : Tidak ada nyeri
Kekakuan : Tidak ada kekakuan
Pola latihan gerak : Bebas, miring kanan miring kiri
VII. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kebersiahan : Ny. R mengatakan rumahnya selalu dibersihkan,
biasanya setiap hari di sapu dan setiap 2 hari swkali lantai di pel, lingkungan
rumah tidak dekat dengan pabrik/ kandang ayam.
Bahaya : Tidak ada
Polusi : polusi asap kendaraan
VIII. PSIKOSOSIAL
1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan : pasien tidak menggunakan alat bantu
untuk melihat maupun berbicara.
( - ) Kacamata
32
( - ) Alat bantu
b. Kesulitan yang dialami
( - ) Sering pusing
( - ) Menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( - ) Menurunnya sensitifitas terhadap panas/ dingin
( - ) Membaca/ menulis
2. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini : pasien mengatakan
memikirkan pengobatan yang sedang di jalaninya.
Harapan setelah menjalani perawatan : pasien mengharapkan dapat
sehat seperti sedia kala.
Perubahan yang dirasa sakit : pasien mengatakan bahwa
perubahan yang dialami pasien selama sakit yaitu sering merasa nyeri di
perut bagian bawah, kemudian perut membesar sejak bulan Januari 2019
sehingga sering merasa sesak nafas dan BAK kurang lancar karena
keluar sedikit-sedikit namun sering (anyang-anyangen).
3. Suasana hati : pasien terlihat gelisah.
Rentang perhatian : Ny. R terlihat fokus menjawab pertanyaan
yang diberikan perawat saat pengkajian
4. Hubungan/ komunikasi
a. Bicara/ bahasa utama : Bahasa Indonesia
( √ ) jelas
( √ ) releven
( √ ) mampu mengekspresikan
( √ ) mampu mengerti orang lain, yaitu keluarga, perawat dan orang
yang berkunjung
b. Tempat tinggal
( - ) sendiri
( √ ) bersama orang lain : yaitu anak
Kehidupan keluarga :
- Adat istiadat yang dianut : Jawa
33
Darah lengkap :
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Penumpukan Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan sesak nafas cairan di rongga pola nafas
DO : dada
- Pasien terpasang oksigen binasal
kanul 4 lpm.
- TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- RR : 28 x/m
- N : 92 x/m
- S : 36,6oC
- Suara nafas vesikuler
DS : Gangguan Kelebihan volume
- Pasien mengatakan perut membesar mekanisme cairan
sejak bulan Januari 2019. regulasi (acites)
- Pasien mengatakan BAK kurang
lancar, sering tapi sedikit-sedikit.
DO :
- Perut pasien tampak
membesar/buncit.
- Tidak terdapat nyeri tekan.
- Hemoglobin 11,3 g/dL (low).
- Ureum darah 45,90 (high)
- Kreatinin darah 1, 47 (high)
- IWL : + 1000 cc
DS : Pertahanan Resiko infeksi
DO : sekunder tidak
- Albumin 2,79 (low). adekuat
- Luka drainage rembas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Data Kriteria Hasil Perencanaan
(NOC : SMAT) (NIC : ONEC)
Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen jalan nafas : Terapi
diharapkan pasien akan mencapai oksigen : Monitor TTV
b.d penumpukan cairan di
rongga dada. NOC : Status pernafasan : kepatenan jalan nafas - Monitor TTV.
Indikator Awal Target - Monitor status pernafasan dan
DS :
Frekuensi dan irama oksigenasi.
- Pasien mengatakan nafas sesuai yang 2 5 - Auskultasi suara nafas catat adanya
diharapkan suara nafas tambahan. .
sesak nafas
Tidak didapatkan - Atur posisi kepala ekstensi untuk
DO : penggunaan otot bantu 3 5 memaksimalkan ventilasi.
pernafasan - Berikan terapi oksigen binasal kanul
- Pasien terpasang
4 lpm.
oksigen binasal kanul 4 Ket :
1. Sangat berat
lpm.
2. Berat
- TTV : 3. Cukup
4. Ringan
- TD : 130/90 mmHg
5. Tidak ada
- RR : 28 x/m
- N : 92 x/m
- S : 36,6oC
- Suara nafas vesikuler
38
pertahanan sekunder diharapkan pasien mencapai : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
tidak adekuat
NOC : 2. Monitor TTV
DS :
DO : - Imune status 3. Rawat luka secara septik
- Albumin 2,79 (low). - Knowledge : control infeksi 4. Kolaborasi pemberian antibiotic.
- Luka drainage rembas.
Kriteria hasil : 5. Ajarkan keluarga tentang infeksi dan
Indikator Awal Target cara mencegahnya
Pasien terbebas dari tanda 3
1
infeksi
Menunjukan kemampuan
3 1
untuk mencegah infeksi
Jumlah leukosit dalam
3 1
jumlah normal
Menunjukan perilaku
3 1
hidup sehat
40
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari /
Tanggal / Tindakan Keperawatan Paraf
Waktu/ Respon Pasien
(ONEC) Perawat
DX
dx.
ketidakefek - Memonitor status - Pasien mengatakan sesak nafas
tifan pola pernafasan dan oksigenasi.
nafas - Mengauskultasi suara nafas - Suara nafas : vesikuler.
catat adanya suara nafas
tambahan. .
dx.
ketidakefek - Pasien mengatakan sesak nafas
tifan pola - Memonitor status
masih terasa namun sudah
nafas pernafasan dan oksigenasi.
sedikit berkurang
- Mengauskultasi suara nafas
catat adanya suara nafas
- Suara nafas : vesikuler.
tambahan. .
dx.
kelebihan - Memonitor status nutrisi. - Pasien mengatakan hari ini
volume menghabiskan makanan
cairan
setengah porsi.
- Cairan drainase di ambil pagi
- Mengkolaborasi tindakan
untuk kelebihan volume (1000 cc) dan sore (1000 cc).
cairan : Pungsi drainage
abdomen.
Jumat, - Monitor tanda dan gejala - Luka drainase rembas.
15/03/2019 infeksi
13.40 - Rawat luka secara septik. - Setiap pagi pasien dilakukan
dx.
ketidakefek - Memonitor status - Pasien mengatakan sesak nafas
tifan pola pernafasan dan oksigenasi.
sudah berkurang.
nafas
- Mengauskultasi suara nafas
catat adanya suara nafas - Suara nafas : vesikuler.
tambahan. .
dx.
kelebihan - Memonitor status nutrisi. - Pasien mengatakan hari ini
volume menghabiskan makanan
cairan
setengah porsi.
- Cairan drainase di ambil pagi
- Mengkolaborasi tindakan
untuk kelebihan volume (1000 cc) dan sore (1000 cc).
cairan : Pungsi drainage
abdomen.
Sabtu, - Monitor tanda dan gejala - Luka drainase rembas.
16/03/2019 infeksi
12.50 - Rawat luka secara septik. - Setiap pagi pasien dilakukan
EVALUASI KEPERAWATAN
NO.
Tgl/Jam Evaluasi Paraf
DX
1. 14/03/2019 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas namun sudah
07.30 berkurang.
O:
- Pasien mendapat terapo O2 4 lpm binasal kanul.
- RR : 26 x/m.
- Suara nafas vesikuler.
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas masih berkurang
Indikator Awal Target Akhir
Frekuensi dan irama
nafas sesuai yang 2 5 2
diharapkan
Tidak didapatkan
penggunaan otot bantu 3 5 4
pernafasan
P : Lanjutkan intervensi :
1. Pertahankan terapi O2 binasal kanul 4 lpm.
2. Pertahankan posisi semi fowler/posisi kepala ekstensi.
45
2 14/03/2019 S :
07.30 - pasien mengatakan perutnya membesar sejak bulan
Januari 2019.
- Pasien mengatakan BAK sudah 3 kali sejak semalam.
O:
- Perut pasien tampak besar/buncit.
- Tidak ada nyeri tekan.
- Perut pasien teraba lembek.
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas masih berkurang
Indikator Awal Target Akhir
Acites 2 5 2
BAK lancar 2 5 3
Turgor kulit 3 5 3
Elektrolit serum 2
2 5
pasien stabil
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor TTV.
- Monitor status nutrisi.
46
3 14/03/2019 S :
07.30 - pasien mengatakan bersyukur karena lukanya
membaik dan berjanji akan menjaga kebersihan agar
tidak terkena infeksi
O:
- Luka tampak bersih, pembentukan jaringan bagus,
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor,
tumor, kalor dan fungsiolaesa
- Pasien tampak mempertahankan saat diberi informasi
tentang infeksi
A : masalah resiko infeksi tidak ditemukan
Indikator Awal Target Akhir
1. Pasien terbebas dari tanda 3 1 2
infeksi
2. Menunjukan kemampuan 3 1 2
untuk mencegah infeksi
3. Jumlah leukosit dalam 3 1 2
jumlah normal
4. Menunjukan perilaku hidup 3
sehat 1 2
P : Lanjutkan intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan
minum obat secara teratur
3. Anjurkan pasien untuk control lukanya ke pertugas
kesehatan
47
P : Lanjutkan intervensi :
3. Pertahankan terapi O2 binasal kanul 4 lpm.
Pertahankan posisi semi fowler/posisi kepala ekstensi.
48
2 15/03/2019 S :
13.35 - pasien mengatakan perutnya membesar sejak bulan
Januari 2019.
- Pasien mengatakan BAK sudah 3 kali sejak semalam.
O:
- Perut pasien tampak besar/buncit.
- Tidak ada nyeri tekan.
- Perut pasien teraba lembek.
A : Masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian :
Indikator Awal Target Akhir
Acites 2 5 3
BAK lancar 2 5 4
Turgor kulit 3 5 4
Elektrolit serum
2 5 3
pasien stabil
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor TTV.
- Monitor status nutrisi.
- Monitor cairan pasien
49
3 15/03/2019 S :
13.45 - pasien mengatakan bersyukur karena lukanya
membaik dan berjanji akan menjaga kebersihan agar
tidak terkena infeksi
O:
- Luka tampak bersih, pembentukan jaringan bagus,
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor,
tumor, kalor dan fungsiolaesa
- Pasien tampak mempertahankan saat diberi informasi
tentang infeksi
A : masalah resiko infeksi tidak ditemukan
Indikator Awal Target Akhir
1. Pasien terbebas dari tanda 3 1 2
infeksi
2. Menunjukan kemampuan 3 1 2
untuk mencegah infeksi
3. Jumlah leukosit dalam 3 1 2
jumlah normal
4. Menunjukan perilaku 3
hidup sehat 1 2
P : Lanjutkan intervensi :
4. Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri
5. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan
minum obat secara teratur
Anjurkan pasien untuk control lukanya ke pertugas kesehatan
50
P : Lanjutkan intervensi :
- Pertahankan terapi O2 binasal kanul 4 lpm.
- Pertahankan posisi semi fowler/posisi kepala ekstensi.
51
2 16/03/2019 S :
12.55 - Pasien mengatkan nyaman setelah cairan drainase di
alirkan.
O:
- Perut pasien tampak besar/buncit.
- Tidak ada nyeri tekan.
- Perut pasien teraba lembek.
A : Masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian :
Indikator Awal Target Akhir
Acites 2 5 4
BAK lancar 2 5 5
Turgor kulit 3 5 4
Elektrolit serum
2 5 3
pasien stabil
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor TTV.
- Monitor status nutrisi.
- Monitor cairan pasien
52
2 16/03/2019 S :
13.00 - Pasien mengatakan mengganti pembalut luka setelah
rembesan banyak.
O:
- Luka tampak bersih, pembentukan jaringan bagus,
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor,
tumor, kalor dan fungsiolaesa
- Pasien tampak mempertahankan saat diberi informasi
tentang infeksi
A : masalah resiko infeksi teratasi sebagian
Indikator Awal Target Akhir
Pasien terbebas dari tanda infeksi 3 1 2
P : Lanjutkan intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan minum
obat secara teratur
3. Anjurkan pasien untuk control lukanya ke pertugas
kesehatan
53
DAFTAR PUSTAKA
EGC
Kumar V, Ramzi S, Stanley L, Robbins. (2007). Patologi Robbins 7th ed. Jakarta
: EGC
Aesculapius. FKUI
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan