SAMBUTAN
Lingkungan memiliki sifat sebagai milik
publik, sumberdaya yang tersedia secara luas
(common property), dan externalitas yang
kemudian menjadikan lingkungan menjadi asset
yang seringkali dianggap sepele dan murah
(priceless). Hal tersebut membangun stigma
berfikir yang menyebabkan sisi kerusakan
lingkungan seringkali dikesampingkan dalam
berbagai program dan kegiatan pembangunan
ekonomi. Indikasi yang paling sederhana adalah masih terbatasnya
ketersediaan publikasi indikator capaian pembangunan ekonomi yang
telah dikoreksi oleh nilai-nilai kerusakan akibat aktifitas ekonomi
tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu
indikator penting capaian pembangunan regional dan daerah sangat
perlu untuk disempurnakan dengan menyertakan nilai ekonomi
dampak negatif pembangunan, sehingga konsekuensi negatif dan
positif pembangunan terhadap lingkungan dapat tergambarkan
secara lebih jelas. Informasi ekonomi besaran manfaat (benefit) dan
kerusakana (degradasi) lingkungan ini nantinya akan menjadi referensi
untuk perumusan kebijakan pemerintah secara lebih arif guna
perencanaan dan implementasi pembangunan berkelanjutan.
Olehnya itu, kami menyambut gembira atas penerbitan
publikasi PDRB Hijau Provinsi Sulawesi Barat ini dan berharap agar
semua institusi dan stakeholder terkait dengan pemberdayaan
lingkungan hidup dapat melakukan upaya yang sama.
PDRB-HIJAU| SAMBUTAN i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan hehadirat Allah SWA atas segala
limpahan rahmat dan hidayahnya hingga penyusunan laporan akhir
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Hijau Sektor Kehutanan
Provinsi Sulawesi Barat ini dapat diselesaikan sesuai dengan agenda
yang telah ditentukan semula.
PDRB sebagaimana yang kita kenal selama ini adalah salah satu
indikator pembangunan perekonomian daerah dan regional yang
telah banyak dan meluas digunakan, bahkan indikator tersebut
merupakan bagian penting dalam pertimbangan perencanaan
pembangunan dalam daerah. Namun demikian, salah satu kekurangan
dalam PBRB, yang dalam konteks ini disebut dengan PDRB-Coklat,
bahwa dalam analisisnya belum memasukkan nilai-nilai penyusutan
(deplesi) dan kerusakan (degradasi) sumberdaya alam. Sehingga pada
dasarnya indikasi nilai ekonomi yang selama ini diketahui secara
implisit mengandung nilai-nilai kerugian ekoonomi yang cukup besar
dan bahkan dapat menjadi bahan pebanding antara sejauhmana besar
manfaat dan kerusakan yang ditimbulkan dari suatu aktifitas (sektor
atau sub-sektor).
Penysunan PDRB-Hijau sebenarnya bukan hal yang baru, UU
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pasal 42 ayat (1) bahwa Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan
instrumen ekonomi lingkungan hidup. Dijelaskan lebih lanjut pada
pasal 43 ayat (1) huruf b, Instrumen perencanaan pembangunan dan
kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud, adalah penyusunan produk
domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup
penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup.
Olehnya sebagai bagian dari amanah konstitusi, maka BLH
Provinsi Sulawesi Barat melakukan inisiasi untuk melakukan
penyusunan PDRB-Hijau bersama dengan CV. Lestari Global
Resources. Pada kesempatan pertama ini, sebagai langkah permulaan
maka penyusunan terlebih dahulu dilakukan pada lingkup sub-sektor
kehutanan, yang nantinya akan terus dikembangkan hingga
menyentuh semua sektor pembangunan yang ada.
Tim Penyusun
PDRB-HIJAU| PENDAHULUAN 1
dan degradasi lingkungan. Oleh karenanya, dalam RPJMN 2015-
2019 pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup
masyarakat dengan tata kelola pelaksanaan pembangunan yang
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu
generasi ke generasi berikutnya menjadi salah satu issue
strategis dalam bidang pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup dengan sasaran pada tata kelola dan
perencanaan yang dilakuakan secara terencana, terkoordinasi,
sistematis dan berkesinambungan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu indikator penting pembangunan daerah sebagai alat ukur
nilai produksi yang dihasilkan dari suatu kegiatan ekonomi
wilayah. PDRB disusun tiap tahun dan diterapkan untuk tingkat
regional atau daerah, seperti Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Hanya saja PDRB yang selama ini dihitung atau yang disebut
sebagai PDRB Konvensional (Coklat), hanya mengukur hasil
kegiatan ekonomi semata tanpa memasukkan dimensi
lingkungan hidup didalamnya. Oleh karena itu, PDRB harus
dikembangkan dengan memasukan nilai deplesi dan degradasi
lingkungan agar diperoleh nilai PDRB yang baru atau disebut
sebagai PDRB Hijau.
PDRB Hijau menampilkan indikator kegiatan ekonomi dan
sekaligus menampilkan nilai deplesi dan degradasi lingkungan
sehingga struktur perekonomian dapat dilihat secara lebih
realistis. PDRB Hijau dapat dimanfaatkan sebagai perangkat
perencanaan pembangunan sektoral dan regional yang lebih
baik karena menampilkan hasil atau kinerja perekonomian
2 PENDAHULUAN | PDRB-HIJAU
setiap tahunnya secara lebih lengkap. Sektor-sektor dalam
PDRB Hijau mencakup sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
perindustrian pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih,
sektor bangunan (konstruksi), sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dikatakan bahwa Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum. Sebagai wujud implementasi dari undang-undang
tersebut, dan untuk ikut mendukung sistem perencanaan yang
berwawasan lingkungan, maka Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Barat berinisiatif untuk melakukan analisis
PDRB Hijau untuk provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015. Dengan
maksud untuk menghasilkan laporan yang reliable, valid dan
lebih bermanfaat, maka ruang lingkup PDRB Hijau pada Tahun
Anggaran 2015 ini difokuskan atau memrioritaskan sektor
kehutanan.
PDRB-HIJAU| PENDAHULUAN 3
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Manfaat
4 PENDAHULUAN | PDRB-HIJAU
BAB II
2. KONSEP PDRB HIJAU
2.1. Pendapatan Daerah Reginal Bruto (PDRB)
3.1. Pendekatan
Service USD/Ha
Non Timber 8.59
Qk = A x k ………Persamaan (iv)
(water run-off).
8. Selain beberapa variable kerusakan di atas yang dinilai
juga adalah parameter serapan karbon yang
merupakan salah satu fungsi hutan. Sehingga, dalam
pengukuran degradasi hutan pada kajian ini mengacu
pada letentuan Natural Resources Management (NRM),
yang mengukur nilai-nilai degradasi lingkungan oleh
Catatan: Untuk sampai pada nilai Unit Rent maka Rente Ekonomi
dibagi dengan volume produksi.
Sumber: Suparmoko dan Maria Ratnaningsih, M. Asta, Harlini Kahar,
”Forest Resource Accounting” dalam M Suparmoko, Editor,
Neraca Sumberdaya Alam (Natural Resource Accounting),
BPFE Yogyakarta, 2005.
1
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.68/Menhut-II/2014
tentang Penetapan harga patokan hasil hutan untuk perhitungan
provisi sumber daya hutan, ganti rugi tegakan dan penggantian nilai
tegakan
4.1.2. Demografi
630,0 1240,0
Laki-laki
620,0
Perempuan 1220,0
610,0 Jumlah
1200,0
600,0
590,0 1180,0
580,0
1160,0
570,0
1140,0
560,0
550,0 1120,0
2010,0 2011 2012 2013
Sumber: Hasil olah BPS-Sulbar, 2014.
Gambar 4-1. Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis
kelamin di Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2010 –
2013.
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
Kelompok Umur (tahun)
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Kelompok Umur
Kabupaten Jumlah
0-4 15-16 65+
Majene 104,65 92,29 74,99 95,27
Polewali Mandar 104,91 93,09 71,72 95,31
Mamasa 104,95 102,23 91,43 102,6
Mamuju 106,78 102,93 99,95 104,11
Mamuju Utara 103,98 110,7 118,69 108,56
Mamuju Tengah 105,38 107,73 118,81 107,27
SulBar 105,20 99,36 84,16 100,54
Sumber: BPS-Sulbar, 2014
25000,0 10,0
Pertumbuhan Ekonomi (%)
PDRB (RpMilyar)
20000,0 8,0
15000,0 6,0
10000,0 4,0
5000,0 2,0
,0 ,0
2010 2011 2012 2013
25000 2,5
ADHB ADHK Pertumbuhan
PDRB/Kapita (Ribu Rp)
Pertumbuhan (%/tahun)
20000 2
15000 1,5
10000 1
5000 0,5
0 0
2010 2011 2012 2013
Sumber: Hasil olah BPS-Sulbar (PDRB), 2014
Gambar 4-4. Pertumbuhan PDRB Perkapita (Ribu Rp) Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar harga
Konstan (ADHK) Provinsi Sulawesi Barat, Tahun
2010 – 2013
4.2.3. Ketenagakerjaan
1119876,0
1105821,0
1092376,0
2
Pemekaran Kab. Mamuju menjadi Kab. Mamuju dan Mamuju
Tengah berlangsung setelah penerbitan SK SK 726/Menhut-II/2012,
yaitu pada Tahun 2013.
Luas K.
Luas
Daerah Aliran Luas DAS Hutan
Kawasan
Sungai (DAS) (ha) thd Luas
Hutan (ha)
DAS (%)
Budong-Budong 423.225 304.978 72,1
Karama 375.433 309.345 82,4
Lariang 143.457 71.542 49,9
Mamuju 119.496 84.711 70,9
Mapilli 398.401 213.078 53,5
Pasang Kayu 44.098 15.892 36,0
Saddang 157.101 93.244 59,4
Surumana 32.280 14.270 44,2
Pulau-Pulau 153 -
Jumlah 1.693.644 1.107.060 65,4
Sumber: Kemenhut, 2013a
Nama Lokasi/
Batang M3
Perusahaan Kabupaten
UD Ampera 13.680 202,76 Mamuju
UD Sumber Rejeki 1.545 33,17 Mamuju
CV Nur Arif 32.223 1.945,89 Mateng
UD Surya Latibung 4.796 211,60 Mateng
CV. Bukit Harapan 8.253 147,17 Matra
Karya Utama 976 113,72 Matra
61.473,0 2.654,3 SulBar
Sumber: Dishut-Sulbar, 2015
45
Kehutanan thd Pertanian
01
Kehutanan thd Total
01 Pertanian thp Total (aksis kanan) 44
43,5678
01
42,7801 43
01
42,2836
01 41,880842
41,9178
000
00
000
000
000
41
000
00
001
001
001
001
001
00 40
2010 2011 2012 2013 2015
Sumber: Diolah dari BPS-Sulbar, 2014
Gambar 5-1. Konstribusi sektor pertanian terhadap PDRB daerah,
kehutanan terhadap pertanian, dan kehutanan
terhadap PDRB total, Provinsi Sulawesi Barat, Tahun
2010-2014
3
Aplikasi sistem deteksi kebakaran hutan yang diluncurkan oleh
kementerian kehutanan dan lingkungan hidup RI, lunch pada 12
Maret 2015 pada laman http://sipongi.menlhk.go.id/
PDRB-HIJAU| KONSTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN 103
PADA PDRB (COKLAT DAN HIJAU)
Dalam perhitungan Unit Rent atau Rente Ekonomi hasil
hutan digunakan estimasi perhitungan unit rent berdasarkan
nilai inflate menggunakan indeks implisit4 sektor kehutanan
provinsi Sulawesi Barat (Lampiran 3) dikalikan dengan
perhitungan unit rent pada tahun 2014 menurut harga kayu
per-unit, pada masing-masing kabupaten dengan nilai SBI (BI
Rate) sebesar 7,54% (Lampiran 4). Adapun nilai rente ekonomi
kayu hutan hasil analisis disajikan pada Tabel 5-10.
4
Rasio PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga
konstan dikali 100%
104 KONSTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN
PADA PDRB (COKLAT DAN HIJAU) | PDRB-HIJAU
produksi/volume sumber daya kayu hutan yang hilang di
provinsi Sulawesi Barat yang diakibatkan oleh kebakaran hutan
sebagaimana disajikan pada Tabel 5-11. Kejadian kebakaran
hutan dalam kawasan hutan primer terlihat lebih besar
dibandingkan diluar kawasan hutan primer. Total luas kawasan
hutan yang terbakar pada tahun 2014 seluas 273,25 ha dengan
kejadian paling tinggi di kabupaten Polewali Mandar, kemudian
Mamasan dan seterusnya. Total estimasi produksi kayu yang
hilang (terdeplesi) berdasarkan hasil konversi sebesar 7.510 m3.
Deplesi Deplesi
Unit
Kayu Kayu Total
Kabupaten Rent
Kebakaran Gergajian
-----Rp. X 1000-----
Majene 447,4 125.282,5 0,0 125.282,5
Polman 340,9 811.353,4 0,0 811.353,4
Mamasa 375,0 577.492,7 0,0 577.492,7
Mamuju 426,1 605.106,0 100.540,3 705.646,3
Matra 497,2 457.380,6 129.706,0 587.086,5
Mateng 426,1 413.347,0 919.370,7 1.332.717,7
SulBar 417,3 3.134.105,2 1.107.711,8 4.241.817,0
Keterangan: Unit rent yang digunakan untuk kabuaten Mamuju
Tengah mengacu pada nilai kabupaten Mamuju
Tabel 5-14. Koefisien nilai jasa hutan dalam USD dan nilai
konversi dalam rupiah per 30 September 2014
Nilai
Paramater Nilai
US$ x 1000/ Rp x 1000/
Jasa Hutan
thn thn
Nilai penggunaan tak
langsung
Konservasi air dan tanah 287,7 3.510.377,6
Penyerap karbon 45,5 554.660,6
Pencegah banjir 178,6 2.179.358,1
Transportasi air 42,0 513.055,8
Keanekaragaman hayati 71,6 873.492,0
Atas dasar bukan
penggunaan
Nilai opsi 23,5 287.089,2
Nilai keberadaan 42,8 522.338,2
Nilai Ekonomi Total 691,7 8.440.371,4
Tabel 5-16. Nilai jasa hutan atas dasar penggunaan tidak
langsung dan bukan penggunaan untuk kabupaten
Mejene dan Kabupaten Polman, Tahun 2014
2000,0
1500,0
1000,0
500,0
,0
Majene Polewali Mamasa Mamuju Mamuju Mamuju
Mandar Utara Tengah
Nilai
Uraian
(Rp. M)
PDRB Coklat 103,30
Deplesi 4,24
PDRB Semi Hijau 99,06
Degradasi 8,44
PDRB Hijau 90,62
PDRB
PDRB Nilai Nilai PDRB
Semi
Kabupaten Coklat Deplesi Degradasi Hijau
Hijau
---- Rp. Juta ----
Majene 5.906,1 125,3 5.780,8 298,2 5.482,5
Polman 32.781,0 811,4 31.969,6 2.435,6 29.534,0
Mamasa 20.030,0 577,5 19.452,5 1.292,4 18.160,1
Mamuju 23.250,0 705,6 22.544,4 1.414,1 21.130,2
Matra 10.231,4 587,1 9.644,3 932,6 8.711,8
6.2. Rekomendasi
INDEKS IMPLISIT
Indeks Implisit
Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014
Majene 100,0 103,8 109,1 111,2 115,2
Polman 100,0 101,1 102,2 105,7 109,3
Mamasa 100,0 100,2 104,8 105,9 110,1
Mamuju 100,0 101,1 104,2 105,4 111,4
Mamuju Utara 100,0 103,9 112,1 114,4 120,0
SulBar 100,0 100,2 104,8 106,8 111,4