Anda di halaman 1dari 27

1

Muhammadiyah Journal of Nursing

Yohanes Andy Rias1, Elsye Maria Rosa2, Pengembangan Model Konservasi Discharge
Falasifah Ani Yuniarti3
Planning Terstruktur Terhadap
1) Mahasiswa Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Individual And Family Self Management
2) Bagian Fakultas Kedokteran Diabetic Foot Ulcer
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3) Bagian Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

ABSTRAK ABSTRACT
Latar Belakang: Diabetic foot ulcer pada umumnya Background : Diabetic foot ulcers generally causing low
menyebabkan rendahnya self management behavior self management behaviors and quality of life, requiring
dan quality of life, yang memerlukan intervensi of nursing intervention to improve individual and
keperawatan untuk meningkatkan individual and family selfmanagement. The intervention is the process
family self management. Intervensi ini merupakan of behavioral changes in patients and families through
proses perubahan perilaku pada penderita dan keluarga health education. Health education for participants
melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan and families can be implemented through discharge
ini dilaksanakan melalui discharge planning dengan planning to provide the information, to identify needs
memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan and to plan the return and to prepare participants to
dan merencanakan kepulangan serta mempersiapakan leave the health service, beginning at admission until
partisipan untuk meninggalkan pelayanan kesehatan discharge, including diabetic foot ulcers client.
dimulai saat masuk sampai pulang termasuk klien Objective: To develop a model of the structured
diabetic foot ulcer. discharge planning conservation for individual and
Tujuan Penelitian: Pengembangan model konservasi family self-management of diabetic foot ulcers.
discharge planning terstruktur terhadap individual and Research Methodology: This study using action research
family self management diabetic foot ulcer. design by collecting data through The Conceptual
Motode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain Content Cognitive Map (3CM) and Triangulation
action research dengan pengumpulan data melalui followed by presenting descriptive data. The number
The Conceptual Content Cognitive Map (3CM) dan of participants in this study are 4 patient and 4 family
Triangulasi dilanjutkan dengan penyajian data secara for pre action research with accidental sampling, 6
deskriptif. Jumlah partisipan sebanyak 4 pasien dan 4 nursing for action research with purposive sampling, 4
keluarga untuk pre action research dengan accidental experts for triangulation with accidental sampling, and
sampling, 6 perawat untuk action research dengan 10 nursing and practitioners with accidental sampling
purposive sampling, 4 pakar untuk triangulasi dengan for validation of structured discharge planning
accidental sampling, dan 10 perawat dan praktisi conservation tools for individual and family self-
dengan accidental sampling untuk validasi tools management of diabetic foot ulcers.
konservasi discharge planning terstruktur terhadap Results: There are categories of participants needs in
individual and family self management diabetic foot the individual and family selfmanagement, which are:
ulcer. (a) knowledge, (b) beliefs, (c) self-regulation, (d) social
Hasil: Terdapat kategori kebutuhan partisipan dalam facilities, (e) self management behaviors. The results of
individual and family self management antara lain: (a) action research is the completion of discharge planning
pengetahuan, (b) keyakinan, (c) regulasi diri, (d) fasilitas conservation tools that structured by four cycles of
sosial, (e) self management behavior. Hasil dari action study.
research adalah tersusun tools konservasi discharge Conclusion: The presence of structured discharge
planning terstruktur dengan 4 siklus penelitian. planning conservation tools expected to increase
Kesimpulan dan Saran: Tersusun tools konservasi individual and family self management. Necessary to
discharge planning terstruktur diharapkan dapat implementation and validatin of tools model structured
meningkatkan individual and family self management. discharge planning conservation
Perlu dilakukan penerapan dan validasi terhadap tools Keywords: Diabetic foot ulcers, Tools, Structured
model konservasi discharge planning terstruktur. discharge planning conservation, Individual and family
Kata Kunci: Diabetic foot ulcer, Tools, Konservasi self management.
discharge planning terstruktur, Individual and family
self management.
2
Muhammadiyah Journal of Nursing

PENDAHULUAN 2012, 40 penderita DFU pada tahun 2013, dan pada


Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tahun 2014 (Januari-Maret) terdapat 8 penderita
gangguan metabolisme karbohidrat yang DFU yang menjalani pengobatan rawat inap.
berlangsung kronis dengan komplikasi diabetic Pengobatan DFU berfungsi untuk mencegah dan
foot ulcer 1. Diabetic foot ulcer (DFU) merupakan meminimalisasi komplikasi akut maupun kronik
kerusakan jaringan akibat gangguan neurologis yang berdampak pada self behavior dan QoL 4,
(neuropati) dan vaskuler pada tungkai yang pada 6,7,8, 16. Berdasarkan penelitian Wijanarko (2012)
akhirnya menjalani amputasi dan mempengaruhi dari 23 partisipan DFU sebanyak 15 partisipan
quality of life penderita 2,3,4. Quality of Life (65,22%) dalam kategori pengetahuan kurang.
(QoL) dipengaruhi pengetahuan, dukungan sosial, Penelitian Souza (2013) menyatakan bahwa
regulasi diri dan self behavior 5,6,7,8. partisipan DFU memiliki keterbatasan aktifitas dan
Hasil konsensus internasional tentang kemauan yang rendah dalam melakukan kegiatan
manajeman dan pencegahan DFU dari beberapa seharihari. Pengetahuan dan kemauan yang rendah
negara seperti di Inggris insiden DFU sebesar 7,4%, dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai
di Belanda 2,1%, Swedia 3,6% dan 5,8% di Amerika self behavior.
Serikat dari partisipan DM 9,10. Insiden DFU di Berdasarkan penelitian Costa (2011) 10
negara berkembang mencapai 2-4% kenaikan partisipan DFU merasa kurang mendapatkan
lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju pendidikan tentang pengelolahan penyakitnya,
11. Insiden DFU tahun 2005 mencapai 25% dengan presepsi negatif terhadap status kesehatan dan
rentang kenaikan 1,9%-2,6% setiap tahunnya 12. kesejahteraannya sehingga QoL dalam kategori
Kenaikan jumlah partisipan DFU di Indonesia rendah. Hasil penilaian QoL partisipan DFU dari
belum tercatat dengan jelas, namun dapat terlihat kategori dimensi fisik sebesar 50%, dimensi sosial
dari kenaikan prevalensi DM. World Health sebesar 25%, dimensi lingkungan sebesar 24%, dan
Organization (WHO) menyebutkan penderita dimensi psikologis sebesar 65% masing masing
DM pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta jiwa dan dalam kategori rendah.
diprediksi meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada Studi pendahuluan telah penulis lakukan pada
tahun 2030. Berdasarkan angka tersebut dapat 26 Maret 2014, pukul 09.00 WIB melaui wawancara
diprediksi jumlah penderita DM yang mengalami 4 partisipan DFU beserta keluarga partisipan di
DFU dengan tingkat resiko 25% mencapai 5,3 ruang rawat jalan PKU Muhammadiyah Unit II
juta jiwa 13. Berdasarkan Profil dan Informasi Yogyakarta, partisipan berusia rata-rata 56 tahun
Layanan RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun terdiri dari 2 pria dan 2 wanita yang menderita
2006 terdapat penderita DM sebesar 13.968 pada DM lebih dari 3 tahun dan mengalami DFU satu
tahun 2005 dan meningkat tahun 2006 menjadi tahun terakhir. Keluarga partisipan berumur
15.365 penderita, diantaranya menderita DFU pada rata-rata 33 tahun kesemuanya wanita. Seluruh
tahun 2005 sebesar 362 penderita dan meningkat partisipan dalam pengobatan menggunakan
pada tahun 2006 menjadi 487 penderita. Data di obat oral, keseluruhan tidak pernah berolahraga,
bangsal dan poli bedah RSU Dr. Saiful Anwar akan tetapi satu partisipan rajin memeriksakan
Malang, menyebutkan bahwa DFU mengalami kadar gula darah dan satu partisipan merasa
peningkatan sebanyak 11,8 % dari 118 kasus pada terkadang bosan dalam pengobatan. Ketiga
6 bulan pertama menjadi 132 kasus pada 6 bulan partisipan mengalami masalah dalam pengaturan
kedua tahun 2011. nutrisi dan merasa dibatasi untuk makan sesuai
Data yang diperoleh di PKU Muhammadiyah dengan keinginan. Partisipan merasa menjadi
Unit II terdapat 29 penderita DFU pada tahun beban keluarga dan rendah diri. Partisipan DFU
3
Muhammadiyah Journal of Nursing

dan keluarga mengalami kebingungan tentang Terkait dengan individual and family self
perawatan di rumah setelah keluar dari rumah management serta pelaksanaan discharge planning
sakit dan terkadang merasa letih serta bosan dalam di atas, maka peneliti memberikan solusi alternatif
pengelolahan DFU. Hasil dari wawancara di atas dengan mengembangkan konservasi discharge
bahwa partisipanDFU mengalami masalah bosan planning terstruktur. Konservasi discharge
dalam pelaksanaan pengobatan, merasa menjadi planning terstruktur merupakan modifikasi
beban keluarga dan rendah diri, sedangkan discharge planning dengan konservasi Myra E.
keluarga terkadang merasa letih dan bosan dalam Levine yang meliputi 4 tahap yaitu knowledge
merawat partisipan serta kebingungan dalam analyse, discusion of needs, role play dan integrated
melakukan perawatan di rumah. Kesimpulan dari evaluation. Knowledge analyse yaitu item tools
hasil wawancara adalah self management individu yang bertujuan bagaimana perawat mampu
dan keluarga pada partisipan DFU dalam kategori untuk mengetahui dan mampu menganalisis
rendah. pengetahuan dan keyakinan partisipan dan
Menurut Ryan & Sawin (2009) individual keluarga tentang DFU seperti konservasi
and family self management merupakan proses integritas energi (pengunaan dan efek samping
perubahan perilaku pada penderita dan keluarga obat, penggunaan obat alternatif, program diet,
melalui pendidikan kesehatan meliputi proses self dan istirahat), konservasi integritas struktural
management (pengetahuan dan kepercayaan), hasil (ROM, penilaian vaskularisasi, perawatan luka,
proksimal (self behavior) dan hasil distal (QoL). personal hygine, dan manajemen nyeri), konservasi
Pendidikan kesehatan bagi partisipan dan keluarga integritas personal (pengertian penyakit, tanda
dapat dilaksanakan melalui discharge planning dan gejala, komplikasi, klasifikasi Wagner,
untuk memberikan informasi, mengidentifikasi pengelolahan kecemasan dan spritual, fleksibilitas
kebutuhan dan merencanakan kepulangan serta diri serta autonomi), konservasi integritas sosial
mempersiapakan partisipan untuk meninggalkan (peranan keluarga, hubungan sosial dan modifikasi
pelayanan kesehatan dimulai saat masuk sampai lingkungan).
pulang dari rumah sakit 7,17, 18. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
Layanan keperawatan di Indonesia telah tertarik untuk melaksanakan pengembangan
merancang format discharge planning, namun model konservasi discharge planning terstruktur
format dan pelaksanaanya hanya dalam bentuk yang merupakan strategi kombinasi kekuatan
pendokumentasian resume partisipan pulang, individu dan keluarga serta perawat sebagai
berupa informasi seperti intervensi medis dan non educator diharapkan dapat memperbaiki self
medis, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi management individu dan keluarga meliputi proses
setelah di rumah. Cara tersebut merupakan self management (pengetahuan dan kepercayaan,
pemberian informasi ke partisipan dan keluarga kemampuan regulasi diri, dan fasilitas sosial),
hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, hasil proksimal (self behavior) dan hasil distal
namun tidak menjamin partisipan dan keluarga (QoL) pada partisipan DFU dan keluarga sebagai
mengetahui serta memahami faktor resiko penelitian dengan action research.
yang dapat membuat penyakitnya kambuh,
penanganan kegawatdaruratan terhadap kondisi RUMUSAN MASALAH
penyakitnya, perawatan maintenance di rumah Bagaimanakah pengembangan model
yang menyebabkan tingginya angka rehospitalisasi konservasi discharge planning terstruktur terhadap
19. individual and family self management diabetic foot
ulcer di PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
4
Muhammadiyah Journal of Nursing

TUJUAN PENELITIAN research dengan 4 tahapan siklus. Lokasi dan waktu


Tujuan Umum Penelitian dilakukan di PKU Muhammadiyah
Pengembangan model konservasi discharge Unit II Gamping dan Wilayah Kabupaten Bantul
planning terstruktur terhadap individual and pada tanggal 05 Juni 2014 sampai dengan 05
family self management diabetic foot ulcer di PKU April 2015. Variabel bebas dalam penelitian ini
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. adalah konservasi discharge planning terstruktur,
sedangkan variabel terikat adalah individul and
Tujuan Khusus family self management. Adapun definisi operasional
1) Mengetahui kebutuhan partisipan dan keluarga dalam penelitian ini antara lain:
terhadap individual and family self management 1) Konservasi discharge planning terstruktur adalah
diabetic foot ulcer di PKU Muhammadiyah Unit paket belajar mandiri yang meliputi materi
II Yogyakarta. pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
2) Mengetahui dan menyusun format tools secara sistematis untuk memenuhi self
discharge planning terstruktur terhadap management individu dan keluarga dalam
individual and family self management diabetic mempersiapkan kepulangan melaui 4 tahap
foot ulcer. meliputi: knowledge analyse, needs of discusion,
3) Mengetahui tingkat pengetahuan praktisi dan role play dan integrated evaluation pada klien
perawat luka tentang konsep discharge planning diabetic foot ulcer (DFU) di ruang medikal bedah
dan individual and family self management diabetic PKU Muhammadiyah Unit II Gamping.
foot ulcer. 2) Individual and family self management adalah
4) Mengetahui review format tools konservasi informasi pengelolahan diri dan keluarga
discharge planning terstruktur terhadap dalam membentuk perilaku self management
individual and family self management diabetic penderita diabetic foot ulcer yang meliputi:
foot ulcer kepada praktisi dan perawat luka. a. P r o s e s s e l f m a n a g e m e n t , m e l i p u t i
5) Mengetahui validasi kebutuhan partisipan Pengetahuan dan kepercayaan (selfefficacy,
dan keluarga terhadap individual and family outcome expectancy, dan keselarasan tujuan);
self management diabetic foot ulcer yang telah Kemampuan regulasi diri (penetapan tujuan
dilengkapi dengan kebutuhan praktisi dan (goal setting), pengambilan keputusan dan
perawat. kontrol emosi); Fasilitasi sosial (pengaruh
6) Mengetahui hasil triangulasi tools konservasi sosial, dukungan sosial, dan kolaborasi)
discharge planning terstruktur. b. Hasil proksimal: self behaviour adalah
7) Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan aktivitas responden dalam perawatan
self management individu dan keluarga mandiri penderita DFU dalam 7 hari
pada partisipan diabetic foot ulcer di PKU terakhir meliputi penilaian meliputi : diet,
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. aktivitas fisik, pengobatan, kontrol gula
darah dan perawatan DFU.
METODE PENELITIAN c. Hasil Distal : quality of life adalah
kemampuan responden untuk melakukan
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
fungsi hidupnya secara normal di
terdiri dalam dua tahap, rancangan tahap pre action
masyarakat menurut persepsi penderita
research menggunakan penelitian kualitatif dengan
DFU dengan penilaian berdasarkan WHO
metode The Conceptual Content Cognitive Map (3CM)
tahun 2003, meliputi: aspek fisik (nyeri dan
dilanjutkan dengan wawancara dan penyajian data
kenyamanan, kekuatan dan kelemahan,
secara deskriptif dan tahap kedua adalah action
5
Muhammadiyah Journal of Nursing

aktivitas seksual, istirahat dan tidur, fungsi partisipan), konservasi integritas sosial
sensoris); aspek psikologis (pikiran positif, (sosial influence, sosial support, negotiated
pikiran, belajar, ingatan dan konsentrasi, collaboration, rekreatif).
harga diri, penampilan, perasaan negatif); b. Discusion of needs yaitu melakukan diskusi
hubungan sosial (hubungan sosial, antara perawat dengan partisipan DFU
dukungan sosial, aktivitas pemberi dan keluarga mengenai kebutuhan
pelayanan); lingkungan (kenyamanan fisik, perawatan baik di RS maupun di rumah
lingkungan rumah dan kondisi rumah, sesuai dengan penilaian dalam knowledge
kepuasan kerja). analyse karena juga merupakan kebutuhan
yang dikehendaki sesuai konservasi energi,
Instrumen dan metode yang digunakan dalam integritas struktural, integritas personal
penelitian ini untuk menangkap kebutuhan dan integritas sosial sesuai dengan
partisipan dan keluarga dalam penatalaksanaan Knowledge analyse.
DFU adalah sebagai berikut: c. Role play dilakukan dengan melakukan
1) Wawancara dengan metode 3CM untuk demonstrasi dan skill pada partisipan dan
mengklarifikasi dan menemukan secara keluarga dalam manajemen DFU seperti
mendalam isi dari persepsi kebutuhan konservasi integritas energi (menu praktis
partisipan. Partisipan ditanya pertanyaan DFU, pemaparan obat dan efek samping,
berdasarkan data respon mereka yang terdaftar jadwal kegiatan dan pengaturan istirahat),
pada metode 3CM. Wawancara ini bertujuan konservasi integritas struktural (ROM
untuk meningkatkan pemahaman peneliti Ankle, perawatan luka, membalut luka,
tentang persepsi kebutuhan partisipan terhadap terapi suntik insulin, relaksasi nafas dalam,
penatalaksanaan DFU. Selama wawancara, dzikir khafi, seterilisasi alat), konservasi
peneliti mencatat temuan baru terkait dengan integritas personal (goal congruence, outcome
konten 3CM pada selembar kertas terpisah. expectancy, self efficacy, self regulation), dan
Pada akhir wawancara, lembar-lembar yang konservasi integritas sosial (berkeluh kesah
didapat ditempelkan ke peta 3CM. kepada orang terdekat yang dipercayai,
2) Perekam suara digunakan untuk merekam data keluarga mampu menfasilitasi emosional,
dalam sesi wawancara tipe voice recorder 3gpp. dan instrumental, dan dapat melakukan
3) Format konservasi discharge planning kerjasama antara perawat, kelurga dan
terstruktur yang akan dilakukan perbaikan partisipan).
format melalui action research d. Integrated evaluation merupakan tahap
a. Knowledge analyse yaitu bagaimana seorang terakhir yang berfungsi untuk mengevaluasi
perawat mampu untuk mengetahui atau menilai tingkat kesiapan partisipan
dan mampu menganalisis pengetahuan dan keluarga dalam manajemen perawatan
partisipan dan keluarga tentang DFU DFU. dirumah yang dilihat dari nilai
seperti konservasi integritas energi (diet, knowledge analyse, discusion of needs dan
aktivitas terkontrol, obat dan efek samping), role play yang telah dilaksanakan selama
konservasi integritas struktural (ROM, perawatan serta skrining faktor resiko
perawatan luka, personal hygine, manajemen pasien pulang.
nyeri), konservasi integritas personal 4) Kuesioner A. Pengetahuan dan Kepercayaan
(goal congruence, outcome expectancy, self Kuesiner A yang terdiri dari 20 item
efficacy, self regulation dan menjaga privasi pertanyaan, yang terdiri dari 7 item pertanyaan
6
Muhammadiyah Journal of Nursing

tentang self efficacy, 6 item pertanyaan tentang 6) Kuesioner C. Fasilitasi Sosial


harapan hasil dan 7 item pertanyaan tentang Kuesioner fasilitasi sosial terdiri dari 26 item
keselarasan tujuan. Pertanyaan tentang self pertanyaan yang terdiri dari 5 item pertanyaan
efficacy dan harapan hasil diadaptasi dari The tentang pengaruh sosial, 14 pertanyaan tentang
Multidimensional Diabetes Questionnaire section dukungan sosial keluarga dan 7 pertanyaan
III yang dirancang untuk menilai faktor sosial tentang kolaborasi pasien perawat. Pertanyaan
dan kognitif terkait diabetes. Pertanyaan tentang pengaruh sosial dimodifikasi dari Social
tentang self-efficacy yang telah dimodifikasi Influence On Health Behaviors Questionairre
oleh peneliti terdiri dari tujuh item pengukuran yang berisi tentang Utilitarian influence dan
kepercayaan pasien dalam kemampuan mereka informational influence. Nilai 1 ; sangat tidak
untuk melakukan perilaku khusus untuk setuju, 2; tidak setuju, 3 : setuju, 4 : sangat
aktivitas perawatan diri diabetes (yaitu, diet, setuju23.
olahraga, obat-obatan, pemantauan glukosa Pertanyaan tentang dukungan sosial keluarga
darah, perawatan kaki dengan foot ulcer dan dimodifikasi dari Diabetes Family Behaviour
manajemen diabetes). Tanggapan didasarkan Checklist 24. Nilai 1 ; tidak pernah, 2; jarang, 3
pada skala 1 (tidak yakin) sampai 4 (sangat : sangat sering, 4 : selalu. Pertanyaan tentang
yakin). kolaborasi dengan. Nilai 1 ; tidak pernah, 2;
Pertanyaan tentang outcome expectancy (harapan jarang, 3 : sangat sering, 4 : selalu.
hasil) dari MDQ yang telah dimodifikasi 7) Kuesioner D. Self Management Behavior
Kuesioner SDSCA digunakan untuk mengukur
peneliti terdiri dari enam item penilaian
self care behavior atau perilaku perawatan
persepsi pasien dari efek perilaku perawatan
mandiri pada penderita DM tipe 2 25. Kuesioner
diri diabetes pada kontrol metabolik dan
ini terdiri dari 12 item pertanyaan dengan nilai
pencegahan komplikasi diabetes. Tanggapan
tiap item 1-7. Skor berada pada rentang 12-
didasarkan pada skala 1 (tidak berharap sama
84. Kuesioner ini berisi tentang kemampuan
sekali) sampai 4 (selalu berharap). Pertanyaan
perawatan mandiri pasien DM tipe 2 meliputi :
tentang keselarasan tujuan dari the Goal
diet (3 item), aktivitas fisik (2 item), pengobatan
Instability Scale yang telah dimodifikasi oleh
(1 item), pengecekan gula darah (2 item) dan
peneliti terdiri dari 7 pertanyaan untuk menilai
perawatan kaki (4 item).
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
8) Kuesioner E. Kualitas Hidup (Quality of Life)
kebingungan dan kecemasan terkait dengan
Kuesioner Quality of Life dari WHO yang
tujuan kesehatan. Jawaban didasarkan pada
dimodifikasi terdiri dari 26 item pertanyaan
skala 1 (selalu) sampai 4 (tidak pernah) 21. dengan skala likert 1-4. Nilai11; tidak yakin, 2;
5) Kuesioner B. Kemampuan Regulasi Diri cukup yakin, 3 : yakin,4; sangat yakin. Rentang
Kuesioner kemampuan egulasi Diri telah skor adalah 26-104. Kuesioner ini meliputi
dimodifikasi dari The Short Self Regulation aspek fisik (7 item), aspek psikologis (6 item),
Questionnaire (SSRQ) terdiri dari 25 item aspek hubungan sosial (5 item) dan aspek
pertanyaan dengan skala likert 1-4 22. Pertanyaan lingkungan (8 item) penderita Diabetes melitus
positif dengan nilai 1 : sangat tidak setuju; 2 : 26
.
tidak setuju; 3 : setuju; dan 4 : sangat setuju. Berdasarkan hasil uji validitas oleh Gitawati
Pertanyaan negatif dengan nilai 4 : sangat (2013) pada kuesioner A (pengetahuan dan
tidak setuju; 3 : tidak setuju; 2 : setuju; dan 1 : kepercayaan) didapatkan nilai p < α (0,05)
sangat setuju. namun terdapat 5 item pertanyaan yang
tidak valid, yaitu item pertanyaan 1, 4, 9, 10
7
Muhammadiyah Journal of Nursing

dan 16. Hasil uji validitas pada kuesioner B di keluarkan dari daftar pertanyaan pada
(kemampuan regulasi diri) didapatkan nilai p kuesioner tersebut.
< α (0,05) namun terdapat 7 item pertanyaan Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini
yang tidak valid, yaitu item pertanyaan 2, 9, adalah:
11, 14, 15, 17 dan 20. Hasil uji validitas untuk
kuesioner C (fasilitasi sosial) didapatkan nilai Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
p < α (0,05) namun terdapat 5 item pertanyaan
Kuesioner Nilai Peneliti uji
yang tidak valid yaitu pertanyaan 9, 12, 14, Cronbach Reliabilitas
23 dan 25. Hasil uji validitas untuk kuesioner Alpha
Kuesioner A 0,900
E (kualitas hidup) didapatkan nilai p < α
Kuesioner B 0,880
(0,05) namun terdapat 5 item pertanyaan yang Gitawati
Kuesioner C 0,923
tidak valid yaitu pertanyaan 2, 5, 8, 10 dan 18. Kuesioner D 0,917
(2013)
Pertanyaan pada kuesioner yang tidak valid Kuesioner E 0,917

Pre Action Research


The Conceptual Content Cognitive Map (3CM)

Draf Tools I
Konservasi Discharge Planning Terstruktur

Action Research
Siklus I Melalui tahapan X Siklus
(Pelatihan dan Diskusi Konservasi DP Terstruktur)

Siklus II
(Review Tools Konservasi DP Terstruktur)

Siklus III
(Validasi kebutuhan partisipan terhadap IFMST)

Siklus IV Draf Tools II


(Triangulasi) Konservasi Discharge Planning Terstruktur

Siklus V
(Uji Coba Tools II A1 dan A2)

Siklus VI
(Uji Coba Tools II B1 dan B2)

Siklus VII Tools II C


(Uji Coba Tools Knowladge Analyse)
Tools Konservasi Discharge
Siklus VIII Tools II C
Planning Terstruktur
(Uji Coba Tools Discussion of Needs)

Siklus IX Tools II C
(Uji Coba Tools Role Play)

Siklus X
(Uji Coba Tools II D
Integreted Evaluation)
Keterangan
Model Konservasi Discharge Planning : Batas Penelitian
Terstruktur : Penelitian Selanjutnya

Gambar 1 : Kerangka Kerja Action Research: Pengembangan Model Konservasi Discharge Planning
Terstruktur Terhadap Individual and Family Self Management Diabetic Foot Ulcer.
8
Muhammadiyah Journal of Nursing

HASIL DAN PEMBAHASAN tahap action research dibagi menjadi 3 kelompok


Berdasarkan hasil penelitian tahap pre action informan yaitu : kelompok perawat sebagai
research, maka dapat diketahui karateristik informan analisis kebutuhan informan pre action research,
penderita DFU (P) dan keluarga (K) berdasarkan kelompok triangulasi sebagai analisis dari pakar,
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan kelompok Perawat sebagai uji validitas dan
dan lama menderita DFU dapat dilihat di tabel 4.1. rehabilitas tools yang di action researchkan.

Tabel 2. Karateristik Informan Tahap Pre Action Research


No Kode Informan Jenis Karateristik
Jenis Kelamin Pendidikan Usia Pekerjaan Lama
DFU
P1 (L) SLTA 36 Pegawai Negeri 6 bulan
1
K1 (P) Sarjana 32 Guru -
P2 (P) SLTA 43 Pedagang 6 bulan
2
K2 (L) SLTA 23 Pedagang -
P3 (L) Diploma 40 Pensiunan 6 bulan
3
K3 (P) SLTA 37 Rumah Tangga -
P4 (P) SLTA 52 Pedagang 6 bulan
4
K4 (P) S-1 Ekonomi 24 Wiraswasta -
* Sumber primer peneliti, 2014

Tabel 3. Karateristik Informan Tahap Action Research (Perawat)


No Kode Informan Jenis Karateristik
Jenis Kelamin
Pendidikan Usia Lama Jabatan
Pekerjaan
1 P1 (L) Ners 26 3 tahun Perawat Luka
2 P2 (P) Ners 26 3 tahun Perawat Luka
3 P3 (P) Ners 32 3 tahun Perawat Luka
4 P4 (P) Diploma 34 3 tahun Kepala ruang
Manager
5 P5 (P) Ners 41 8 tahun
keperawatan
6 P6 (L) Ners 39 6 tahun Perawat Luka
Sumber primer peneliti, 2014

Tabel 4. Karateristik Informan Tahap Triangulasi

No Kode Informan Jenis Karateristik


Jenis Kelamin
Pendidikan Usia Lama Jabatan
Pekerjaan
1 P1 (L) Prof.SpBP (K) 59 32 tahun Praktisi
Doktoral
2 P2 (L) 46 19 tahun Praktisi
Keperawatan
Magister
3 P3 (L) 40 18 tahun Praktisi
Keperawatan
Magister
4 P4 (P) 39 16 tahun Dosen
Keperawatan
* Sumber primer peneliti, 2014
9
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 5. Karateristik Informan Tahap Validitas dan Rehabilitas tools

No Kode Informan Jenis Karateristik


Jenis Kelamin Pendidikan Usia Lama Jabatan
Pekerjaan
1 P1 (L) Ners 33 13 tahun Kepala Ruang
2 P2 (P) Ners 41 25 tahun Perawat Luka
3 P3 (P) Ners 37 11 tahun Perawat Luka
4 P4 (P) Ners 29 3 tahun Perawat Luka
5 P5 (P) Ners 27 2 tahun Perawat Luka
6 P6 (L) Ners 39 6 tahun Perawat Luka
7 P7 (L) Ners 35 3 tahun Perawat Luka
8 P8 (L) Ners 26 2 ,5 tahun Perawat Luka
9 P9 (L) Ners 33 4 tahun Perawat Luka
Dosen dan
10 P10 (L) Ners 35 7 tahun
Perawat luka
* Sumber primer peneliti, 2015

Setelah dilakukan penelitian kepada informan peryataan kebutuhan individual and family self
yaitu penderita DFU dan keluarga diperoleh hasil management diabetic foot ulcer dengan metode 3 CM
action research dengan 5 point kategori kebutuhan (Conceptual Content Cognitive Map)
dengan 26 sub kategori dengan total 106 frekuensi
10
Muhammadiyah Journal of Nursing

Kategori 1 : Pengetahuan “ Tayamum, ngak ngerti carane ngono lho, lupa


Kategori kebutuhan individual and family caranya” (P1)
self management diabetic foot ulcer ke 1 adalah
pengetahuan antara lain konsep dasar penyakit, Kategori 2 : Keyakinan
kegunaan obat yang dipakai, penggunaan obat Kategori kebutuhan individual and family self
alternatif dan komplementer, cara ganti balutan, management diabetic foot ulcer ke 2 adalah keyakinan
cara suntik insulin, cara test gula darah dan tata meliputi kepercayaan terhadap budaya dan orang
cara tayamum dengan total frekuensi 11 peryataan. lain, kemauan diri sendiri (niat), tawakal (pasrah
Berikut quotasi informan mengenai kebutuhan dan berusaha), dan keyakinan untuk sembuh
pengetahuan konsep dasar penyakit yang di dengan total 7 frekuensi peryataan.
“ Nggih bingung Mas boten ngertos pencegahane Percaya kepada orang lain dan budaya menjadi
kajenge boten parah” (P4) salah satu kebutuhan partisipan dengan total
Terdapat satu quotasi tentang menginginankan frekuensi 1 peryataan dengan 1 quotasi sebagai
informasi kegunaan obat terhadap informan yaitu: berikut:
“ Beberapa obat yang saya terima dari perawat itu “ Ana tangga sing omong coba alternatif ndhana
saya juga masih bingung” (P1) aku ki yo ndhana saya juga ke sana, wis tak lakoni orang
Obat alternatif dan komplementer juga pintar” (P1)
muncul dalam quotasi informan meskipun dengan Kemauan diri sendiri (niat) menjadi salah satu
frekuensi satu peryataan kebutuhan partisipan dengan total frekuensi 1
peryataan dengan 1 quotasi sebagai berikut:
“ Daun insulin niku digodhog dulu, dimasak,
Tawakal menjadi salah satu peryataan dalam
direbus njuk nanti diminum” (K3)
kategori kepercayaan ini sebanyak 2 frekuensi
“ Ke ustadz-ustadz orang pintar gitu malah dikasih
dengan 1 quotasi sebagai berikut:
apa itu, pakai air minum gitu lah” (P1)
“ …..yang penting saya berusaha aja, saya berusaha,
Berikut merupakan quotasi informan bahwa
pasrah itu tawakal gitu lah sampai sekarang ini” (P1)
membutuhkan cara suntik insulin dengan quotasi
Berikut merupakan peryataan informan bahwa
sebagai berikut:
menginginkan keyakinan untuk sembuh sebanyak
“ Ngenehi contohe nek disuntik ki ngene ki lho
3 peryataan dengan 1 quotasi sebagai berikut:
Pak” (P1)
“ Kalau punya penyakit itu kan harus optimis harus
Cara menganti balutan juga menjadi salah satu
sembuh ya” (K4).
kebutuhan dengan quotasi partisipan meskipun
hanya terdapat 2 peryataan dengan 1 quotasi
Kategori 3 : Fasilitas Sosial
sebagai berikut: Berikut merupakan peryataan informan
“ Pengin ganti dhewe, penak teles apa...apa lukane bahwa membutuhkan dukungan sosial meliputi
bernanah, tur ganti lan ngobati dhewe” (P2) dukungan keluarga, kunjungan teman sebanyak
Cara cek gula darah secara mandiri juga 4 peryataan dengan quotasi sebagai berikut:
menjadi salah satu kebutuhan partisipan meskipun “ Butuh dikunjungi sama keluarga, sama temen
hanya terdapat 3 peryataan dengan 1 quotasi dan itu kan napa nggih saged nambah semangat kula
sebagai berikut: ngaten lho.” (P1)
“ Tahu darahnya naik turun, butuh diajari carane Dukungan spritualitas juga muncul dalam
ngetes….” (P2) peryataan informan tetapi 1 frekuensi saja berupa
Tata cara tayamum juga muncul dalam doa kesembuhan untuk partisipan baik dari
pernyataan informan meskipun dengan frekuensi keluarga maupun dari pemuka agama dengan
satu peryataan dengan 1 quotasi sebagai berikut: quotasi, yaitu:
11
Muhammadiyah Journal of Nursing

“ Doa dari keluarga, lah kemaren itu juga apa saya “ … diweruhke lah fotone napa kan enten buktine
sampai ke kyai-kyai, ke ustadz-ustadz” (P1) wis marine sepira” (K1)
Dukungan perawat juga menjadi salah satu Akses pelayanan kesehatan dan home care
kebutuhan partisipan meskipun hanya terdapat juga menjadi kebutuhan dari partispan yang
4 peryataan mempunyai 4 peryataan dengan 1 quotasi sebagai
“ Perawate niku, sing mbake niku mbok sing sumeh, berikut:
terus nek apa ngenehi penjelasan, napa-napa ngaten “ Ke puskesmas jauh, daripada jauh-jauh repot,
niku sing sumeh lah, seng alus” (K1) perawat suruh dateng ke rumah ngerawat di rumah”
“ Nggih penjelasan dokter napa perawat kajenge (K2)
boten tambah parah “ (P4) Standart kegiatan yang terdiri dari 1 peryataan
Dukungan dokter juga menjadi salah satu dengan quotasi sebagai berikut
kebutuhan partisipan meskipun hanya terdapat “ …dadi mbok ada, apa jenenge kuwi aturan sing
3 peryataan padha ki apa jenenge, dadine ki le mengerjakan pekerjaan
“ ...kalih dijak omong-omong, bapake keluhannya ki bisa sama” (K1)
apa gitu, penyakitnya gimana ho o” (K3) Catatan tes darah merupakan peryataan
Berikut peryataan informan mengenai partisipan sebanyak Pemantauan gula darah,
kebutuhan negoisasi kolaboratif 2 terdiri dari kolesterol, asam urat dan tekanan darah diperoleh
intimasi intelektual dan konflik peryataan dengan sejumlah 7 peryataan, berikut salah satu quotasi
1 quotasi sebagai berikut: informan:
“ Obat wae kayak gitu. Saya pengennya kaya gitu.
“ Kepengin ngertos mas perkembangan gula darah,
Lah sapa ngerti nek aku seneng diombe ngono kan malah
terus kalih tensi, terus kalih kolesterol” (P4)
cepet mari, nek disuntik ngono kan yo rung karuan juga
Pemantauan asam urat diperoleh sejumlah
to, wong aku wis wedi dhisik. Lha karepku ki doktere
2 peryataan, berikut adalah salah satu quotasi
terbuka gitu lho, sama dokternya terbuka” (P1)
informan: “ Pengennya tau asam uratnya, biar kakinya
Berikut peryataan informan mengenai
tidak kesemutan dan cekot-cekot” (P3).
kebutuhan akan alas kaki yang sesuai dengan
kondisi kaki sebanyak 2 peryataan dengan 1
Kategori 4 : Regulasi diri
quotasi sebagai berikut:
Kategori kebutuhan individual and family self
“…..Sandal biasa tu ndhak muat gitu, kalau ada
management diabetic foot ulcer ke 5 adalah regulasi
sandal yang lebih besar” (K3)
diri yang terdiri dari penetapan tujuan, fleksibilitas
Glukometer pribadi juga menjadi salah satu
diri, autonomi, salutogenesis (mengenali masalah,
kebutuhan partisipan meskipun hanya terdapat 2
peryataan dengan 1 quotasi sebagai berikut: mencari solusi, dan mengambil keputusan) dan
“ Lebih enak gadhah alat piyambak, kangge cek kontrol pikiran (percaya diri, pikiran positif,
priksa gula darahe” (P4) pengelolahan stress: melihat TV, pergi berlibur,
Pelindung perban anti air menjadi salah satu keliling rumah sakit).
kebutuhan partisipan namun hanya terdapat 1 Penetapan tujuan dan fleksibilitas menjadi
pernyataan dengan 1 quotasi salah satu kebutuhan partisipan dengan gabungan
“ Mau perban seng ndak tembus air, anti air, ada quotasi sebagai berikut: “ Pengen mari, kepengin
gak ya…” (P1) sembuh. Dadi aku ki yo golek obat ki yo kepiye carane
Berikut merupakan peryataan informan bahwa saya di rumah sakit sana kok nggak sembuh saya pindah”
menginginkan perkembangan luka melalui foto (P1).
sebanyak 1 peryataan dengan 1 quotasi sebagai Salutogenesis meliputi mengenali masalah,
berikut: mencari soslusi, dan menetapan solusi menjadi
12
Muhammadiyah Journal of Nursing

salah satu kebutuhan partisipan dengan gabungan Kategori kebutuhan individual and family self
quotasi sebagai berikut: management diabetic foot ulcer salah satunya adalah
“ Dadi aku ki yo golek obat ki yo kepiye carane saya olahraga yang terdiri dari 1 quotasi
di rumah sakit sana kok nggak sembuh saya pindah, saya “ Kaki nak untuk tiduran bengkak ta malahan, enake
di rumah sakit ngendi to kae, ning PKU terus ning kono ta jalan-jalan” (P2)
rada mendhing ning kok yo nggak kelong-kelong. Ana Kebutuhan seks dengan total frekuensi 1
tangga sing omong coba alternative ndhana aku ki yo peryataan menjadi salah satu kebutuhan partisipan
ndhana saya juga ke sana. Pernah tak coba kon mangan dalam individual and family self management
godhong kon mangan apa yo wis tak lakoni. Yo intine diabetic foot ulcer dengan quotasi sebagai berikut:
ki ngene lho apa eee kita pandai-pandai, pandai-pandai “ Ya intinya saya pengen berhubungan kaya gitu,
mencari obat, mencari tempat pengobatan yang bagus, hubungan suami istri ngono lho.” (P1)
yo istilahe apa yo nek diomongke ki, nah berusaha, Kategori kebutuhan individual and family self
berusaha mencari tempat pengobatan yang bagus yang management diabetic foot ulcer adalah istirahat yang
baik (P1) terdiri dari 1 peryataan saja. Berikut peryataan
Autonomi menjadi salah satu kebutuhan informan mengenai kebutuhan akan istirahat
partisipan yaitu sebagai berikut: sebanyak 1 quotasi “ Soale kalau terlalu banyak jalan
“ Mbok pendapatku itu yo dihargailah karo doktere lukanya nganu lagi buka lagi” (K4).
apa kepiye dihormatilah” (P1) Kebutuhan akan adanya jadwal obat juga
Berpikir positif dan percaya diri juga menjadi diperlukan oleh para informan, salah satunya
adalah berikut merupakan quotasi: “ Perawat
salah satu kebutuhan partisipan meskipun hanya
ngasih ngertos Mas, nggih minum obat sami jam pinten
terdapat 2 peryataan dengan gabungan 1 quotasi
kajenge teratur” (P4).
yaitu:
Rawat luka dalam manajemen balutan meliputi
“ Banyak pikiran bikin gula darah naik juga, jadi
membuang jaringan mati, kontrol bau dan
gini lho pikirannya tu nggak optimis”
eksudat didapatkan sejumlah 1 quotasi, berikut
(K4)
ini peryataan informan:
“ Isa tak suntik dhewe apa bojoku sing nyuntik
“ Buang item-item sama itu perawatnya sama
ngono kuwi ki aku isa tambah pede” (P1)
Mas Febinya ya buang yang hitamhitam biar bau dan
Pengelolahan stres juga menjadi salah satu
yang iku apa kering item itu jadi putih, ho o meskipun
kebutuhan partisipan meskipun hanya terdapat 1
disisakke yang sehat, ho o, sama itu yang ada lendirnya,
peryataan melalui 1 quotasi berikut ini:
lendir kuning ta itu dibuang, ho o itu biar bersih dan
“ Pengin keluar, main itu apa jalan-jalan, makan
cepet kering nggak bau ” (P2).
malam bersama ndhak stres” (P2). Penanganan nyeri didapatkan 4 peryataan,
berikut salah satu quotasi informan:
Kategori 5 : Self Management Behavior “ Langsung cekot-cekot tak kasih minum asam
Kategori kebutuhan individual and family mefamat, antalgin itu bisa tho mas
self management diabetic foot ulcer ke 5 adalah self ” (P2).
management behavior yang terdiri dari olahraga, Pola makan menjadi kebutuhan partisipan
seks, istirahat, jadwal minum obat, rawat luka meliputi dua sub tema yaitu jadwal makan dan
seperti manajemen balutan (membuang jaringan menu makanan. Berikut merupakan peryataan
mati, kontrol bau, dan kontrol eksudat) serta pola informan bahwa membutuhkan jadwal makanan
makan meliputi jadwal makan dan menu makanan dengan quotasi sebagai berikut: “ Jam segini udah
(tinggi protein, pengganti nasi/rendah karbohidrat nggak boleh makan juga harus tau kan kalau DM itu”
dan rendah gula). (K4).
13
Muhammadiyah Journal of Nursing

Menu makanan berdasarkan kebutuhan tindakan medis. Skrining digunakan menentukan


partisipan meliputi pengganti nasi atau rendah tindak lanjut lebih dini dalam penyusunan
karbohidrat, tinggi protein, rendah gula dan resep program pencegahan dan pembatasan yang dapat
makanan DM dengan total frekuensi sebanyak 9 diimplikasikan pada discharge planning. Discharge
peryataan. planning bertujuan mengidentifikasi kebutuhan
Terdapat 2 peryataan tentang pengganti nasi dalam mempertahankan fungsi maksimal setelah
didapatkan 1 quotasi dari pulang melalui proses pengkajian berkelanjutan
19, 27
informan yaitu: .
“ Nasinya cuma terbatas, Cuma berapa...berapa kali Memperkenalkan tim medis dengan
berapa sendok gitu ya” (K4). mengorientasi, menjelaskan hak dan kewajiban
Terdapat 1 peryataan akan kebutuhan akan klien merupakan langkah awal dari perawatan
protein yang tinggi dengan 1 quotasi: “ Kan prosedur discharge planning, kemudian dilakukan
harusnya itu lho kayak, tuna, udang, cumi itu kan pengkajian terhadap keluhan utama yang dirasakan
disaranin malahan” (K4). klien.
Rendah gula juga muncul dalam peryataan Hal tersebut difungsikan untuk menentukan
informan dengan quotasi , yaitu: tindakan umum yang akan dilakukan sebagai dasar
“ Gula putih nggak. ho o.buah yang tidak terlalu pelaksanaan spesifik dalam mereduksi keluhan
manis ” (K4). utama. Sistem pendukung sosial diperlukan
Resep makanan juga muncul dalam peryataan dalam skrining awal yaitu mengenai kondisi
informan dengan 3 frekuensi berikut quotasi dari tempat tinggal, pelayanan home care, dan akses
partisipan, yaitu: pelayanan kesehatan. Resiko tinggi perawatan
“ Disuda napa boten dingge dhaharan ngaten untuk mengetahui intervensi yang akan dilakukan.
mawon... Oo niku resepe makanan sik boleh dimakan” Resiko tinggi perawatan merupakan hambatan
(K3). dalam pelaksanaan discharge planning 28. Resiko
tinggi perawatan dalam klien DFU seperti keadaan
Draf Tools Konservasi Discharge psikologis, fisik, dan psikososial. Resiko jatuh dan
Planning Terstruktur resiko dekubitus akan mempengaruhi kondisi
Tools mengacu pada teori konservasi Myra pada klien DFU dalam perawatan dan proses
E Levine yang dikombinasikan dengan teori persiapan DP. Hal ini sesuai dengan penelitian
individual & family self management. Draf ini belum Rahmi (2011) bahwa dalam melakukan discharge
dilakukan tahapan action research, hanya disusun planning perlu diperhatikan kondisi sosial dan
berdasarkan telaah literatur dan hasil kualitatif keluarga dalam penangganan di rumah atau hal-hal
(pre action). Tools konservasi discharge planning yang mempengaruhi hambatan dan keberhasilan
terstruktur terdiri dari 3 bagian yaitu skrinning perawatan di rumah, sehingga dalam skrining awal
awal, implementasi dan evaluasi yang akan diperlukan langkah-langkah pengkajian umum
dipaparkan dalam paragraf-paragraf berikutnya. yang berhubungan dengan kesiapan klien dan
Berdasarkan hasil wawancara dan literatur keluarga terhadap kesiapan pulang.
dalam formulir A (skrining konservasi discharge Pencatatan tools implementasi konservasi
planning terstruktur) yang meliputi skrining, tinggi discharge planning terstruktur dilakukan perbaikan
resiko perawatan, resiko jatuh, resiko dekubitus, format melalui action research dalam sub kategori
dan PIC. Skrining awal diperlukan orientasi knowledge analyse. Knowledge analyse merupakan
oleh anggota tim medis yang menangani, hak item untuk mengetahuai seorang perawat mampu
dan kewajiban klien serta penjelasan terhadap mengetahui dan menganalisis pengetahuan
14
Muhammadiyah Journal of Nursing

partisipan serta keluarga tentang DFU seperti meliputi peran keluarga, hubungan sosial, serta
konservasi integritas energi (diet, aktivitas penetapan modifikasi lingkungan. Berdasarkan
terkontrol, obat dan efek samping), konservasi penelitian Muplihun (2013) bahwa diskusi dapat
integritas struktural (ROM, perawatan luka, meningkatkan prestasi belajar dan motivasi. Data
personal hygine, manajemen nyeri), konservasi di atas diperlukan diskusi untuk memudahkan
integritas personal (goal congruence, outcome klien dalam manajemen DFU yang terbagi dalam
expectancy, self efficacy, self regulation dan menjaga 4 pokok yaitu integritas struktural, energi, personal
privasi partisipan), dan konservasi integritas sosial dan sosial.
(sosial influence, sosial support, negotiated collaboration, Role play merupakan pelaksanaan demonstrasi
rekreatif). Berdasarkan hasil pre action research di dan skill dalam manajemen DFU seperti konservasi
atas disesuaikan dengan pembahasan sebelumnya integritas energi (menu praktis DFU, pemaparan
mengenai kategori pengetahuan. Pengetahuan obat dan efek samping, jadwal kegiatan dan
yang baik merupakan kunci keberhasilan dari pengaturan istirahat), konservasi integritas
manajemen DFU secara mandiri didapatkan struktural (ROM Ankle, perawatan luka, membalut
dengan knowledge analyse. Knowledge analyse luka, terapi suntik insulin, relaksasi nafas dalam,
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dzikir khafi, seterilisasi alat), konservasi integritas
dengan menganalisis pengetahuan dasar dari personal (goal congruence, outcome expectancy, self
perubahan perilaku individu dan keluarga, efficacy, self regulation), dan konservasi integritas
serta menentukan tingkat kemampuan individu sosial (berkeluh kesah kepada orang terdekat
dalam melakukan perawatan secara mandiri. yang dipercayai, keluarga mampu menfasilitasi
Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga emosional, dan instrumental, dan dapat melakukan
diketahui berkaitan dengan perbaikan perilaku, kerjasama antara perawat, kelurga dan partisipan).
peningkatan kemampuan, serta kontrol yang lebih Integrated evaluation merupakan tahap terakhir
baik terhadap penyakit. dari item tools implementasi yang berfungsi untuk
Discusion of needs merupakan panduan mengevaluasi atau menilai tingkat kesiapan
melakukan diskusi antara perawat dengan partisipan dan keluarga dalam manajemen
partisipan DFU dan keluarga mengenai kebutuhan perawatan DFU di rumah yang dilihat dari nilai
perawatan baik di RS maupun di rumah. Item knowledge analyse, discusion of needs dan role play
knowledge analyse merupakan kebutuhan yang yang telah dilaksanakan selama perawatan serta
dikehendaki sesuai konservasi energi, integritas skrining faktor resiko pasien pulang.
struktural, integritas personal dan integritas sosial. Berdasarkan analisis di atas dapat diperoleh
Integritas personal meliputi keyakinan, harapan bahwa penyusunan tools konservasi discharge
hasil, keselarasan tujuan, penetapan tujuan, self planning terstruktur dapat digunakan sebagai
monitoring & pemikiran reflektif, pengambilan langkah-langkah persiapan pulang klien DFU
keputusan, perencanaan, evalusi diri, kegiatan yang dimulai saat klien masuk sampai pulang
spritual, management of responses and behavior dari rumah sakit. Tools konservasi discharge
dan kualitas hidup. Integritas energi meliputi planning terstruktur pada tahap ini bersumber dari
jadwal dan resep menu, obat yang dikonsumsi, kebutuhan partisipan DFU dengan penambahan
jadwal istirahat, cara mempermudah melakukan dari literatur-literatur yang disesuaikan dengan
istirahat (tidur) dan integritas struktural meliputi kondisi partisipan, oleh karena itu diharapkan
penentuan manajemen nyeri baik farmakologis perawat melaksanakan persiapan pulang secara
da non farmakologis, serta menentukan komperhensif dengan langkah-langkah yang tepat
kegiatan ROM yang tepat. Integritas sosial dan terstruktur.
15
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tahap Action Research b. Tahap II (Kedua)


a. Tahap 1 (pertama) Tahap ini dilakukan review dengan mengkaji
Tahap pertama ini dilakukan diskusi konservasi dan mengevaluasi dengan memberikan masukan.
discharge planning terstruktur dan konsep IFSMT Hasil tahap ini partisipan menjelaskan perlu
dengan partisipan adalah 6 orang perawat RS PKU ditambahkan penilaian diantaranya skrinning
II Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil menunjukkan nutrisi, keluhan utama dengan format pilihan,
bahwa seluruh partisipan aktif dalam proses foto perkembangan luka minimal 3 kali, serta
diskusi, memperhatikan, antusias, dan melakukan menghilangkan role play yoga. Penambahan dan
evaluasi serta memvalidasi hasil diskusi. Partisipan pengurangan item-item tersebut sesuai hasil
mampu menerangkan kembali tentang konsep review, bisa dilakukan atau tidak, dikaji perlu atau
dasar konservasi discharge planning terstruktur tidaknya penambahan yang harus dilakukan sesuai
dan konsep IFSMT dengan tujuan, serta tahapan dengan literatur manajemen DFU. Masukkan yang
proses. Berdasarkan penelitian Sukardjo (2007) diberikan oleh partisipan mulai dari tata bahasa
menunjukkan hasil bahwa dengan diskusi dan serta urutan item yang ada pada skrining awal
memecahkan problem solving efektif meningkatkan dan partisipan melakukan evaluasi kebutuhan
pengetahuan sekaligus dapat memecahkan suatu yang partisipan harus lakukan dalam pelaksanaan
masalah. Diskusi suatu pengelihatan dua atau konservasi discharge planning terstruktur. Menurut
lebih individu yang berinteraksi secara verbal Witten, et al (2004) bahwa review adalah mentelaah
atau sasaran yang sudah ditentukan melalui dan memberikan masukkan terhadap sesuatu
cara tukar-menukar informasi mempertahankan berdasarkan pengalaman dan literatur yang
pendapat atau pemecahan masalah 29. Diskusi diketahui pereview. Fungsi dari tahap dua ini
pada umumnya bertujuan memberikan informasi adalah perawat sebagai partisipan dalam mereview
dan terjalin komunikasi interaksi dengan saling tools konservasi discharge planning terstruktur
menukar informasi dan pada akhirnya memberikan mampu untuk memperbaiki dan menganalisis
kesimpulan dalam proses akhir diskusi. Awal proses kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
diskusi beberapa partisipan mengungkapkan tools.
bahwa discharge planning merupakan persiapan
pasien pulang dengan memberikan informasi c. Tahap III (Ketiga)
kepada pasien berupa obat, jadwal kontrol dan Tahap ketiga dilakukan validasi kebutuhan
yang harus dihindari sebelum pasien pulang dan partisipan individual and family self management DFU
biasanya dilaksanakan selama kurang lebih 5 menit (pre action research). Berdasarkan pemaparan hasil,
sampai 10 menit sesaat sebelum pulang. Hasil action maka dapat diketahui bahwa dengan validasi untuk
research menyimpulkan bahwa konservasi discharge meyakini kebenaran dan ketepatan data dalam
planning terstruktur merupakan paket belajar kebutuhan individual and family self management.
mandiri dari awal sampai sebelum klien pulang Validasi penting dalam pelaksanaan DFU
meliputi materi pembelajaran yang dirancang dan sehingga mampu sebagai acuan dan bahan utama
dilaksanakan secara sistematis untuk memenuhi penyusunan tools. Tools ini mampu dipertanggung
self management individu dan keluarga dalam jawabkan hasil luaran dari penelitian ini. Tahap
mempersiapkan kepulangan melalui 4 tahap ini dilakukan validasi dengan teknik statistik
meliputi: knowledge analyse, needs of discusion, role deskriptif sederhana dalam penelitian kuantitatif
play dan integrated evaluation pada klien diabetic foot meliputi kuesioner pengetahuan dan kepercayaan,
ulcer (DFU). kemampuan regulasi diri, fasilitas sosial, self
management behavior, dan quality of life yang akan
16
Muhammadiyah Journal of Nursing

dipaparkan pada paragraf-paragraf selanjutnya. yang kurang optimal pada partisipan dikarenakan
Terdapat 3 responden dalam kategori penderita memiliki pengetahuan dan kepercayaan
pengetahuan dan kepercayaan cukup dan 1 yang belum optimal. Hal ini dibuktikan dalam
partisipan dalam kategori baik. Pengetahuan dan hasil 3 CM sebagian partisipan meyatakan
kepercayaan dalam self managemen individu dan bahwa akses mendapatkan informasi untuk
keluarga memiliki tiga subvariabel yaitu self efficacy, meningkatkan pengetahuan masih terbatas, belum
outcome expectancy dan goal congruence. Penderita ada penyuluhan secara terstruktur. Pendidikan
DFU sebagian besar memiliki self efficacy, outcome mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
expectancy dan goal congruence pada kategori cukup pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut
dan kurang. Self efficacy menentukan bagaimana untuk menerima informasi. Seseorang dengan
seseorang merasa, berpikir dan memotivasi pendidikan tinggi, maka cenderung mendapatkan
dirinya sendiri untuk bertindak dan berperilaku. informasi dari orang lain maupun dari media
Outcome expectancy memberikan keyakinan massa. Semakin banyak informasi yang masuk
bahwa keterlibatan dalam perilaku tertentu akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
menghasilkan hasil yang diinginkan dan goal tentang kesehatan. Sebagian besar responden
congruence membantu seseorang menyelesaikan memiliki tingkat pendidikan SLTA. Pengetahuan
kebingungan dan kecemasan terkait dengan tujuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
kesehatan (Ryan & Sawin, 2009). Self efficacy yang diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
tinggi mendorong pembentukan pola pikir untuk maka akan semakin luas pengetahuannya. Perlu
mencapai outcome expectancy dan pemikiran untuk ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
mencapai outcome expectancy akan memunculkan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
outcome expectancy yang nyata, namun hal ini rendah pula, tetapi peningkatan pengetahuan tidak
harus didukung dengan goal congruence yang mutlak diperoleh di pendidikan formal, tetapi juga
baik. Pengetahuan dan kepercayaan merupakan non formal.
komponen yang mendasari pelaksanaan self Responden dalam penelitian ini sebagian
management individu dan keluarga, karena besar memiliki status ekonomi yang cukup.
pengetahuan dan kepercayaan memberikan Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
dampak pada perilaku yang lebih spesifik tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
yaitu self efficacy, outcome expectancy dan goal untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
congruence namun pengetahuan tidak mengarah ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
secara langsung kepada perubahan perilaku self seseorang. Lingkungan berpengaruh terhadap
management, peningkatan pengetahuan terkait proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
dengan peningkatan perilaku self regulation yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
dan fasilitasi sosial 5. Penelitian sebelumnya terjadi karena adanya interaksi timbal balik sebagai
menyebutkan bahwa meningkatkan pengetahuan pengetahuan oleh setiap individu. Pengalaman
melalui edukasi dapat meningkatkan self efficacy memberikan pengetahuan, mengembangkan
dan self management behavior pada penderita DM kemampuan dan mengambil keputusan.
tipe 2 7. Lorig (2001) menyebutkan pengetahuan Berdasarkan data-data diatas maka pengetahuan
dan kepercayaan sebagai bagian terpenting dari dan kepercayaan merupakan hal yang penting
keberhasilan seseorang untuk melakukan self dalam pelaksanaan konservasi discharge planning
management. Pengetahuan merupakan domain yang terstruktur untuk meningkatkan individual and
penting dalam membentuk perilaku seseorang. family self management DFU.
Self efficacy, outcome expectancy dan goal congruence Kemampuan regulasi diri dalam self
17
Muhammadiyah Journal of Nursing

management individu dan keluarga memiliki enam enggan untuk bertanya kembali meskipun belum
subvariabel yaitu menetapkan tujuan, monitoring jelas. Kemampuan regulasi diri menurut Bandura
diri, pengambilan keputusan, perencanaan (1997) dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
tindakan, evaluasi diri dan kontrol emosi. internal. Faktor eksternal terdiri dari standar dan
Kemampuan regulasi diri dari partisipan belum penguatan, sedangkan faktor internal terdiri dari
optimal. Enam sub variabel dalam kemampuan observasi diri, proses penilaian, dan reaksi diri.
regulasi diri sebagian besar berada pada kategori Seseorang dapat mencapai standar tingkah laku
cukup dan kurang. Kemampuan self regulation tertentu, maka perlu penguatan agar tingkah laku
seseorang dapat mengubah respon seseorang, semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
seperti mengendalikan impuls perilaku (dorongan Kemampuan regulasi diri yang kurang optimal
perilaku), menahan hasrat, mengontrol pikiran dan pada responden memerlukan contoh standar
mengubah emosi 7. Kemampuan self regulation perilaku kesehatan yang dapat disosialisasikan
meliputi menetapkan tujuan, monitoring diri, oleh para petugas kesehatan melalui media-media
pengambilan keputusan, perencanaan tindakan, pembelajaran seperti melalui penyuluhan.
evaluasi diri dan kontrol emosi berhubungan Fasilitas sosial dari partisipan belum optimal.
dengan perubahan perilaku kesehatan. Regulasi Tiga subvariabel dalam fasilitasi sosial sebagian
diri merupakan penggunaan suatu proses besar berada pada kategori cukup dan kurang. Teori
yang mengaktivasi pemikiran, perilaku dan individual and family self management menyebutkan
perasaan yang terus menerus dalam upaya bahwa self management yang baik memerlukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pengetahuan dan kepercayaan, kemampuan
5. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh regulasi diri dan fasilitasi sosial yang baik pula.
Rubin (1999) diperoleh kesimpulan bahwa Interaksi dari ketiganya dapat membentuk self
diabetes education efektif untuk meningkatkan management behavior yang baik pula 7. Social influence
kemampuan self regulation pada penderita DM tipe berisi pesan yang menyarankan dan mendorong
2 karena melakukan self regulation dengan edukasi individu dan keluarga untuk terlibat dalam
memungkinkan seseorang memperoleh penguatan perilaku kesehatan tertentu. Social support berisi
secara langsung, mengetahui perubahan kondisi dukungan emosional, instrumental, atau informasi
kesehatan dengan segera dan dapat merasakan yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan
efek atau manfaat dari pengobatan dengan cepat. eksplisit membantu atau memfasilitasi keterlibatan
Pada penelitian ini sebagian besar partisipan seseorang dalam perilaku kesehatan. Kolaborasi
jarang dan belum melaksanakan perencanaan merupakan kerjasama, interaksi, kompromi
target dan strategi pencapaian serta evaluasi beberapa elemen yang terkait baik individu, atau
diri dan kontrol emosi. Hal ini dikarenakan pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan
partisipan belum mengenal proses self regulation. tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat
7
Kemampuan regulasi diri yang belum optimal . Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi
pada responden menyebutkan bahwa masalah adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi,
pribadi terkadang mempengaruhi pencapaian kemauan untuk berproses, saling memberikan
target yang telah ditetapkan salah satunya adalah manfaat, kejujuran, dan kasih sayang 31. Fasilitasi
masalah ekonomi. Penjelasan yang diberikan oleh sosial dapat diartikan sebagai dampak dari kinerja
petugas kesehatan (dokter, perawat atau bidan) yang berasal dari orang lain. Dampak yang
terkadang juga masih membingungkan sehingga dihasilkan bisa positif (meningkatkan kinerja)
keluarga dan responden merasa kesulitan untuk maupun negatif (menurunkan kinerja). Dampak
membuat target dan menyusun strategi serta yang dihasilkan dari fasilitasi sosial dipengaruhi
18
Muhammadiyah Journal of Nursing

oleh ketiga elemen dari fasilitasi sosial yaitu social dengan knowledge analyse, diskusi, role play dan
influence, social support dan collaboration. Seseorang integrasi evaluasi dilakukan dengan tujuan lebih
yang telah memperoleh influence, support dan mempererat kolaborasi antara penderita, keluarga
kolaborasi yang efektif akan dihasilkan fasilitasi dan petugas kesehatan.
sosial yang baik pula. Quality of life (QoL) adalah persepsi individu
Penelitian sebelumnya oleh Zajonc 1996 dalam terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam
Gitawati, 2013 menyebutkan bahwa kerjasama dan konteks budaya dan nilai dimana mereka hidup
interaksi dengan orang lain dapat meningkatkan dan dalam hubungannya dengan hidup, harapan,
fasilitasi sosial seseorang. Hal ini dikarenakan standart dan perhatian. Hal ini merupakan konsep
kehadiran orang lain dapat meningkatkan reaksi yang sangat luas yang mempengaruhi kesehatan
tubuh akan meningkatkan kecenderungan untuk fisik seseorang, keadaan psikologis, hubungan
menampilkan respon yang sesuai dengan situasi sosial dan hubungannya dengan keinginan dimasa
sosial. Fasilitasi sosial pada responden belum yang akan datang terhadap lingkungan mereka
33
optimal dikarenakan social influence, social support . Hal ini karena DFU adalah penyakit kronis
dan collaboration yang belum optimal pula. Aspek yang tidak dapat diobati secara tuntas, namun
social support yang belum optimal dibuktikan apabila terkontrol dengan baik dapat menghambat
pada 3CM dimana responden sering salah paham atau mencegah keluhan fisik akibat komplikasi
apabila keluarga bermaksud untuk mengatur akut maupun kronisnya. Penderita DFU dengan
menu diet responden atau mengingatkan kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk
responden, sehingga keluarga sering mengalah gangguan metabolik baik secara langsung melalui
pada keinginan responden. Aspek collaboration stres hormonal maupun tidak langsung melalui
pada responden masih ada rasa segan, malu compliance yang buruk.
dan takut ketika berhadapan dengan petugas Pengelolaan DFU melalui berperilaku positif
kesehatan sehingga sulit terbentuk keterbukaan dalam menjalani penyakitnya, maka penderita
dan kerjasama, selain itu belum terlaksananya mampu mempertahankan dietnya, dan mampu
kegiatan home visit sebagai salah satu sarana melakukan pola hidup yang sehat sesuai dengan
untuk mendekatkan petugas kesehatan dengan diet. Penderita bisa mengontrol kadar gulanya
responden serta keluarga. dengan baik, secara tidak langsung kualitas hidup
Dukungan dari keluarga dapat meningkatkan penderita akan meningkat karena dengan keinginan
fasilitasi sosial dan dapat diperkuat dengan yang konsisten untuk tetap mempertahankan
kolaborasi oleh tenaga kesehatan karena kadar gula darah dalam rentang normal maka
keduanya dapat meningkatkan kecenderungan quality of life nya juga akan meningkat.
untuk menampilkan perilaku yang sesuai dengan
perilaku kesehatan yang seharusnya. Berdasarkan d. Tahap IV (Keempat)
hasil 3CM dan kuesioner diketahui bahwa self Tahap keempat menggunakan metode
management pada respoden belum optimal karena triangulasi untuk mengurangi bias dengan
pengetahuan yang kurang, kemampuan regulasi triangulasi sumber dan metode. Triangulasi
diri yang belum optimal dan kurangnya fasilitasi sumber dilakukan cross check data dengan fakta
sosial. Atas dasar itu disusun pembelajaran yang dari partisipan dan hasil dari penelitian lain.
terstruktur yang berusaha merangkum ketiga Metode dilakukan dengan wawancara dan
aspek dalam proses self management agar dapat observasi pada partisipan-partisipan. Tahap
diaplikasikan kepada responden sehingga dapat triangulasi penelitian ini menggunakan 4 pakar
meningkatkan self management behavior. Edukasi sesuai dengan keahliannya masing-masing untuk
19
Muhammadiyah Journal of Nursing

memberikan masukkan dan kemudian dilakukan 0,978. Berdasarkan penelitian Fachrurrozi (2014)
revisi tools kembali sesuai masukkan pakar serta bahwa reliabelitas DESIGN 0,759 sedangkan
disesuaikan dengan literatur baik buku maupun reliabelitas BWAT 0,978, namun dalam penggunaan
jurnal penelitian dan di refleksikan dengan tools ini hendaknya disesuaikan dengan kondisi
mengkonfirmasi kembali ke pakar. tempat kerja dan harus dilakukan penelitian lebih
Tahap ini setelah dilakukan triangulasi awal lanjut untuk membandingan ketiga tools tersebut,
maka banyak perubahan yang terjadi dalam draf sehingga dapat digunakan oleh perawat setempat.
tools konservasi discharge planning terstruktur Formulir B2 merupakan treatment plan
meliputi Formulir A1 (formulir skrinning awal), digunakan untuk mencatat intervensi perawatan
A2 (Formulir skrinning fokus), B1 (pengkajian luka berdasarkan TIME manajemen dan digunakan
SINGTED), B2 (Treatmen plan), C (Pencatatan sebagai perhitungan biaya yang akan dikeluarkan
intervensi konservasi discharge planning terstruktur) terhadap barang habis pakai dalam pemilihan
dan D (integrated evaluation konservasi discharge balutan, terdapat frekkuensi ganti balut serta
planning terstruktur). prosentase luka secara umum. Fungsi catatan
Formulir A berisi tentang screening awal digunakan sebagai catatan kendala waktu
yang meliputi kesiapan partisipan untuk pulang, perawatan seperti adanya bledding, jaringan mati
terdapat item resiko tinggi perawatan, pengkajian yang sulit diangkat, nyeri yang berlebihan waktu
resiko jatuh, pengkajian dekubitus, penilaian pengangkatan serta ketidakoperatifan dari klien.
tingkat nyeri, penilaian nutrisi (formulir MNA), Formulir C pada dasarnya ini masih sama
dengan draf tools (hal 154) namun ada bebarapa
penilaian individual and family self management,
penambahan sesuai dengan hasil evaluasi
hasil kultur bakteri, hasil laboratorium dengan
triangulasi seperti salutogenese dan pengahapusan
format pilihan (√). Formulir A2 berisi tentang
dari yoga sebagai proses penurunan kecemasan
formulir skrinning focus yang meliputi identitas
dan nyeri. Formulir D memiliki banyak perubahan
dengan alergi obat, situation, foot screnning tool,
dengan beberapa pengurangan item dikarena
masalah keperawatan, dan rencana keperawatan.
itemitem yang di hapus sudah tercantum dalam
Pada formulir A1 dan A2 merupakan tools yang
formulir item A dan B, namun dengan pengurangan
digunakan untuk melakukan deteksi awal pada
tersebut juga terdapat penambahan item obat yang
klien dalam persiapan pulang dan tidakan
dibawa pulang dengan rekap nilai SINGTED dari
yang akan dilakukan kedepannya. Hal di atas
awal sampai akhir pengkajian. Lembar evaluasi
sesuai dengan penelitian Siahaan (2008) bahwa
ini dapat dibawa pulang oleh klien dan digunakan
diperlukan untuk mendeteksi kesiapan pulang
sebagai data untuk pasien kontrol di poli luka.
perlu dilakukan pengkajian untuk mengetahui Tahap keempat didapatkan bahwa dari semua
sejak awal kesiapan klien pulang. Formulir A partisipan mampu untuk memahami tools yang
diharapkan dapat mengetahui kesiapan klien disusun akan tetapi ada beberapa kata yang kurang
dalam mempersipan tingkat kemandirian setelah dipahami. Hal ini dikarenakan masih awam
dirumah sedini mungkin. tentang kelainankelainan medis pada anatomi
Formulir B1 merupakan pengkajian SINGTED kaki, namun hal ini akan bisa mudah dipahami
yang dikembangkan oleh Dr. Suriadi., BSN, MNS, dengan mengatahui kelainan anatomi kaki melalui
RN, AWCS terdiri dari item size, inflammation, gambar dan terdapat petunjuk dalam pelaksanaan
granulation, necrotic, tunneling, wound edge dan tools yang disusun. Beradasarkan hasil evaluasi dan
depth. SINGTED lebih mudah diaplikasikan oleh refleksi triangulasi didapatkan bahwa tools yang
perawat klinik kitamura dari pada penggunaan dibuat sudah sesuai dengan teori dan literatur yang
pengkajian DESIGN dan BWAT dengan reliabelitas ada dengan berbagai tahapan dalam penyusunan.
20
Muhammadiyah Journal of Nursing

IMPLIKASI BAGI KEPERAWATAN kesehatan baik individu maupun keluarga untuk


Hasil penelitian ini memberikan gambaran meningkatkan kemampuan diri, dan belajar koping
kebutuhan partisipan terhadap individual and family atau regulasi diri, fasilitas sosial, pengetahuan dan
self management DFU. Penelitian ini memberikan kepercayaan yang baru dalam mengatasi masalah,
informasi masalah-masalah dan kebutuhan yang menemukan strategi dalam menejemen behavior
dihadapi partisipan DFU Hasil penelitian ini dimana untuk peningkatan kualitas hidup.
Peneliti berharap hasil akhir penelitian ini
dapat menjadi dasar peneliti selanjutnya untuk
tersusun model pengembangan konservasi discharge
menerapkan konservasi discharge planning
planning terstruktur. Model konservasi discharge
terstruktur degan penelitian kuantitatif sebagai
planning terstruktur yang peneliti susun diharapkan
valiadasi analitik. Konservasi discharge planning
dapat dilakukan kajian ulang melalui penelitian
terstruktur merupakan wadah yang tepat
grounded theory. Berikut ini merupakan gambar
untuk mengembangkan program pendidikan
model konservasi discharge planning terstruktur

Keterangan gambar
Contens Level Quadrant Integreted Pattern of Needs
1 : Knowing analyse P: Personal KB : Knowledge & believe
2 : Discussion of needs E : Energy SC : Social Facilies
3 : Role Play St : Structure SR : Self Regulation
4 : Integreted evaluation So : Social MB : Management Behaviors

Gambar 3 Model Konservasi Discharge Planning Terstruktur Terhadap


Individual and Family Self Management Diabetic Foot Ulcer
21
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 6. Definisi Konsep Model Konservasi Health Terpenuhinya kebutuhan individual


Discharge Planning Terstruktur Terhadap and family self
Individual and Family Self Management Diabetic management, sehingga bebas dari
Foot Ulcer ketidaknyamanan fisik dan
mental dan merasa adekuat. Sehat
Content Component I : Core dipengaruhi oleh
karakteristik individu dan keluarga
Conservation Paket belajar mandiri meliputi materi dalam peningkatan atau
Structured pembelajaran yang pengurangan manajemen diri.
Discharge dirancang dan dilaksanakan secara Person Seseorang yang bertindak atau
Planning sistematis untuk memenuhi berperilaku secara verbal dan
self management individu dan nonverbal, terkadang dalam situasi
keluarga dalam mempersiapkan tertentu manusia dalam
kepulangan melaui 4 tahap meliputi: memenuhi kebutuhannya
knowledge analyse, membutuhkan pertolongan, dan
discussion of needs, role play dan mengalami distress jika mereka tidak
integrated evaluation pada dapat melakukannya
klien. serta memerlukan pengelolahan diri
atau dengan kata lain
Content Component 2 : Metaparadigma of individual and family self management.
Nursing Theory Manusia dipengaruhi
oleh kondisi spesifik.
Nurse Profesi yang autonomi secara Society Situasi keperawatan yang terjadi
profesional keperawatan. Fungsi ketika perawat dan klien
profesional yaitu membantu berinteraksi, dan keduanya
mengenali, menemukan dan mempersepsikan, berfikit, dan
membantu kebutuhan klien dan merasakan dan bertindak dalam
keluarga berkaitan dengan situasi yang bersifat segera.
proses keperawatan dengan Klien dapat mengalami distress
dukungan informasi, emosioanal, terhadap lingkungan
intelektual, dan pengahargaan. therapeutik dalam mencapai
Diperhatikan tentang disiplin tujuannya, perawat perlu
proses keperawatan mengandung mengobservasi perilaku kline
elemen dasar, yaitu dikarenakan kondisi lingkungan
pengetahuan dan kepercayaan klien untuk mengetahui tanda-tanda
dan keluarga, fasilitas distress lingkungan.
sosial, regulasi diri, dan self
management behavior serta reaksi
perawat dan tindakan perawatan
yang dirancang untuk
kebaikan klien dan keluarga
berdasarkan spritual dan budaya.
22
Muhammadiyah Journal of Nursing

Content Component 3 : Pattern of Needs


Knowladge & Belief 1. Pengetahuan merupakan informasi factual dan persepsi
tentang kondisi atau perilaku kesehatan
2. Keyakinan adalah suatu kepercayaan terhadap segala
informasi baik yang bersifat factual maupun non faktual
yang dipengaruhi oleh spiritualitas dan kebudayaan dalam
perilaku kesehatan

Social Facilities Merupakan dukungan baik instrumen, penghargaan,


emosional, informasi dan spiritual untuk membantu atau
memfasilitasi keterlibatan klien dan keluarga dalam perilaku
kesehatan yang terdiri dari dukungan sosial, pengaruh sosial,
negosiasi kolaboratif dan laporan perkembangan

Self Regulation Merupakan proses individu untuk mencapai perubahan dalam


perilaku kesehatan dengan keterampilan dan kemampuan yang
dimiliki antara lain penetapan tujuan, fleksibelitas diri,
autonomi, salutogenese, dan kontrol pikiran

Self Management Perilaku perawatan mandiri yang harus dilaksanakan oleh


Behaviors individu dan keluarga meliputi aktivitas fisik, seks, istirahat,
jadwal minum obat, rawat luka (management balutan &
penanganan nyeri) dan pola makan (jadwal makan dan menu
makanan)
Content Component 4 :Contextual Factors
Individual and Karakteristik individu dan keluarga yang meningkatkan atau
Family mengurangi manajemen diri, misalnya, status kognitif
individu, perspektif, pengolahan informasi, tahap
perkembangan, kemampuan dan kohesi individu dan keluarga,
dan akal
Spesific Conditions Fisiologis, struktural, kondisi karakteristik fungsional,
pengobatan, atau pencegahan yang mempengaruhi jumlah,
jenis, dan sifat kritis perilaku yang diperlukan untuk mengelola
kondisi pada saat stabilitas atau transisi.
Physical and Faktor fisik atau sosial termasuk akses ke pelayanan kesehatan,
Environment transisi dalam penyedia atau seting layanan kesehatan,
transportasi, lingkungan, sekolah, pekerjaan, budaya, dan
modal sosial yang meningkatkan atau menghambat individu
dan keluarga untuk melaksanakan manajemen diri
Adaptive Pattern Proses dimana individu mempertahankan integritas dalam
menghadapi realitas lingkungan internal dan eksternal meliputi
riwayat masa lalu, stimulus, pilihan akan keadaan.
23
Muhammadiyah Journal of Nursing

Content Component 5 : Levels


Knowledge Analyse Bagaimana seorang perawat mampu untuk mengetahui dan
mampu menganalisis pengetahuan partisipan dan keluarga
tentang DFU seperti konservasi integritas energi (diet, aktivitas
terkontrol, obat dan efek samping), konservasi integritas
struktural (ROM, perawatan luka, personal hygine, manajemen
nyeri), konservasi integritas personal (goal congruence,
outcome expectancy, self efficacy, self regulation dan menjaga
privasi partisipan), konservasi integritas sosial (sosial
influence, sosial support, negotiated collaboration, rekreatif).
Discusion of Needs Melakukan diskusi antara perawat dengan partisipan DFU dan
keluarga mengenai kebutuhan perawatan baik di RS maupun di
rumah sesuai dengan penilaian dalam knowledge analyse
karena juga merupakan kebutuhan yang dikehendaki sesuai
konservasi energi, integritas struktural, integritas personal dan
integritas sosial sesuai dengan knowledge analyse.
Role Play Melakukan demonstrasi dan skill pada partisipan dan keluarga
dalam manajemen DFU seperti konservasi integritas energi
(menu praktis DFU, pemaparan obat dan efek samping, jadwal
kegiatan dan pengaturan istirahat), konservasi integritas
struktural (ROM Ankle, perawatan luka, membalut luka, terapi
suntik insulin, relaksasi nafas dalam, dzikir khafi, seterilisasi
alat), konservasi integritas personal (goal congruence, outcome
expectancy, self efficacy, self regulation), dan konservasi
integritas sosial (berkeluh kesah kepada orang terdekat yang
dipercayai, keluarga mampu menfasilitasi emosional, dan
instrumental, dan dapat melakukan kerjasama antara perawat,
kelurga dan partisipan).
Integrated Evaluation Tahap terakhir yang berfungsi untuk mengevaluasi atau
menilai tingkat kesiapan partisipan dan keluarga dalam
manajemen perawatan DFU dirumah yang dilihat dari nilai
knowledge analyse, discusion of needs dan role play yang telah
dilaksanakan selama perawatan serta skrining faktor resiko
pasien pulang.
24
Muhammadiyah Journal of Nursing

Content Component 6 : Quadrants Integrated


Energy 1. Individu membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan konstan dari
energi untuk mempertahankan aktivitas hidup. Konservasi energi
bertujuan untuk menjaga keseimbangan energi sehingga input
dan output sesuai atau seimbang untuk menghindari kelelahan
yang berlebihan.
2. Setiap orang membutuhkan keseimbangan energi tetapi ada
faktor-faktor dalam pribadi dan lingkungan eksternal yang dapat
menyebabkan menipisnya energi. Mengacu pada masukan
menyeimbangkan energi dan output untuk menghindari kelelahan
berlebihan dan termasuk istirahat, gizi dan olahraga jantung.
Contoh: istirahat dan pemeliharaan gizi yang cukup.

Structure 1. Perawat dapat membatasi jumlah jaringan yang terlibat


dalam penyakit dengan deteksi dini terhadap perubahan
fungsi dan dengan intervensi keperawatan
2. Konservasi integritas struktur bertujuan untuk
mempertahankan atau memulihkan struktur tubuh sehingga
mencegah terjadinya kerusakan fisik dan meningkatakan
proses penyembuhan. Contoh: membantu pasien dalam
latihan ROM dan pemeliharaan kebersihan diri.

Personal Konservasi integritas personal bertujuan untuk mengenali


individu sebagai manusia yang mendapatkan pengakuan,
rasa hormat, kesadaran diri, dan dapat menentukan nasibnya
sendiri. Setiap orang memiliki rasa sendiri senilai identitas
dan diri. Contoh: regulasi diri.

Social 1. Seorang individu diakui sebagai anggota keluarga, anggota


komunitas atau masyarakat, kelompok keagamaan,
kelompok etnis, dan sistem politik suatu bangsa
2. Melibatkan keberadaan dan pengakuan dari interaksi
manusia, khususnya dengan orang lain yang signifikan
dengan klien sebagai sistem dukungannya. Contoh: posisi pasien
di tempat tidur, mempromosikan penggunaan pasien dari surat
kabar, majalah, dan sosial media.

KESIMPULAN 3. Peningkatan pengetahuan praktisi dan perawat


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan luka tentang konsep discharge planning dan
pengembangan konservasi discharge planning individual and family self management diabetic foot
terstruktur sebagai berikut: ulcer
1. Kebutuhan individual and family self management 4. Terdapat hasil review format tools konservasi
DFU terdiri dari pengetahuan dan keyakinan, discharge planning terstruktur terhadap
regulasi diri, fasilitas sosial dan self management individual and family self management diabetic
behavior. foot ulcer kepada praktisi dan perawat luka.
2. Tersusun draf tools konsevasi discharge planning 5. Tervalidasi kebutuhan partisipan dan keluarga
terdiri dari 3 bagian yaitu skrinning awal, terhadap individual and family self management
implementasi dan evaluasi. diabetic foot ulcer yang telah dilengkapi dengan
25
Muhammadiyah Journal of Nursing

kebutuhan praktisi dan perawat. Keperawatan. Tesis. FKP Universitas


6. Triangulasi tools konservasi discharge planning Airlangga, Surabaya.
terstruktur oleh 4 pakar. Austin, L.P. (2011). The Nurse’s Knowledge of
7. Adanyarekomendasi untuk meningkatkan Blood Conservation as a Part of Blood
self management individu dan keluarga Management. Retrieved September 12,
pada partisipan diabetic foot ulcer di PKU 2013, From Published Online ProQuest
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta melalui LLC.
format tools dan rancangan model konservasi Ayele, K., Tesfa, b., Abebe, L. (2012). Self Care
discharge planning terstruktur. Behavior Among Patients With Diabetes
In Harari, Eastern Ethiopia: The Health
SARAN Belive Model Perspective. Plos One. 7
1. Berbagai bentuk model intervensi perlu diteliti (4), 1-6 April, 2012. Retrieved September
dan dikembangkan guna meningkatkan 12, 2013, From http www.plosone.org/.../
individual and self management diabetic foot ulcer. info%3Adoi%2F10.1371.
Diperlukan studi lanjutan yang mengkaji secara Bandura, A. (1997). Self Efficacy. Diunduh tanggal
lebih mendalam pengalaman-pengalaman 12 September 2013, dari http://www.des.
partisipan yang telah teridentifikasi dari emory.edu/mfp/BanEncy.html.
penelitian ini, misalkan pengalaman keluarga Bryant, R & Nik, D. (2007). Acute and Chronic
dalam merawat anggota keluarga, pengalaman Wound Current Management Concept.
menghadapi kondisi hambatan-hambatan pada St.Louis: Mosby Elservier.
klien diabetic foot ulcer. Carey, K, Neal J & Collins E (2004). A psychometric
2. Hasil penelitian ini menekankan pentingnya analysis of self-regulation questionnaire;
asuhan keperawatan yang berkesinambungan Addictive behaviors, 29 (2004), p.253-269,
bagi penderita DFU. Oleh karenanya institusi diperoleh pada tanggal 21 Januari 2014
penyedia pelayanan keperawatan perlu dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.
menyusun suatu model yang mengintegrasikan Carpenito, L.J. (2002). Nursing Diagnosis and
perawatan di rumah sakit dan perawatan Collaborative Problem. Philadelphia:
lanjut pasca hospitalisasi. Hal ini dapat dicapai Lippincut.
melalui beberapa cara, misalnya membentuk Casillas, E, Schulz, M, Robbins, S, Santos, P &
unit follow up care, atau bekerja sama dengan Lee, R. (2006). Exploring the meaning of
penyedia jasa pelayanan keperawatan yang motivation across cultures: irt analyses of
berdekatan dengan tempat tinggal pasien the goal instability scale, Journal of Career
sehingga memudahkan akses. Assessment, vol. 14, no. 472.
3. Peneliti selanjutnya bisa menerapkan tools Firman, A., Indah W., Dadang, R. (2012). Kualitas
konservasi dan mengembangankan model Hidup Pasien Ulkus Diabetik Di Rumah
discharge planning terstruktur untuk mengetahui Sakit Umum Daerah Serang Tahun 2012.
pengaruhnya terhadap kualitas hidup Foley, L. (2007). Where to the Diabetic Foot Ulcer.
baik melalui penelitian kualitatif maupun Retrieved September 12, 2013, From
kuantitatif. http://www.awma.com.au/journal/library
/1502_03.pdf.
DAFTAR PUSTAKA Gitawati.D.S. (2013). Model Self Management
Individu dan Keluarga terhadap Quality
Agustin, R. (2013). Pengembangan Model
of Life Penderita Diabetes Mellitus (DM)
Discharge Planning Dalam Pelayanan
26
Muhammadiyah Journal of Nursing

tipe 2. Tesis FKP Universitas Airlangga, Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.


Surabaya. PERKENI: Jakarta.
Hager, J.S. (2010). Effects of a Discharge Planning Perry, A. G. & Potter, P. A. (2005). Buku Ajar
Intervention on Perceived Readiness for Fundamental Keperawatan: Konsep,
Discharge. Doctor of Nursing Practice Proses, dan Praktik. Volume 1, Edisi 4.
Systems Change Projects Nursing, St. EGC: Jakarta.
Catherine University. Rekam Medik PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Handayani, T.W. (2010). Pengaruh Pengelolahan (2014). Laporan Tahunan Diagnosa Pasien.
Depresi dengan Latihan Pernafasan PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Yoga terhadap Perkembangan Proses Rondhianto. (2011). Pengaruh Diabetes Self
Penyembuhan Ulkus Diabetikum di Management Education dalam Discharge
Rumah Sakit Pemerintah Aceh. Tesis, FIK Planning Terhadap Self Efficacy dan
Universitas Indonesia. Jakarta. Self Behaviour Pasien Diabetes Mellitus
Holt, CL, Clark, EM, Roth, D, Crowther, M, Tipe 2, Tesis FKP Universitas Airlangga,
Kohler, C, Fouad, M, Foushee, R, Lee, Surabaya.
P & Southward, P (2011). Development Rosyad, Y.S (2014). Persepsi Gay Terhadap
and validation of an instrument to assess Stigmatisasi Gay Oleh Petugas Kesehatan.
perceived social influence on health Skripsi STIKES A.Yani Yogjakarta.
behaviors, Journal of Health Psychology, 2010 Ryan, Polly & Sawin, Kathlen J. (2009). The
15: 1225 originally published online 3 June Individual and Family Self- Management
2010, diperoleh pada tanggal 11 Januari Theory: Background and Perspectives on
2014, dari http://hpq.sagepub.com/ Context, Process, and Outcomes’, Nurs
Hussein, R.N, et al. (2010). Impact of diabetes Outlook, vol. 57, no. 4, p. 217–225, Retrieved
on physical and psychological aspects September 12, 2013, From http://www.
of quality of life of diabetes in erbil city, ncbi.nlm.nih.pdf.
Iraq. Duhok med j. 4 (2), 45- 59, Retrieved Sarwono & Meinarno (2009). Psikologi Sosial:
September 12, 2013. From http://www. Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial,
uod.ac/articles_files/no6.9.pdf. Balai Pustaka: Jakarta.
Iversen, M.M.,et al. (2009). The Association Skarbek, Edyta Anna. (2006). Psychosocial
Bettwen History of Diabetic Foot Ulcer, predictors of self-care behaviors in type
Perceived Health and Psychological 2 diabetes mellitus patients: analysis of
Distress: The Nord Trondelag Health social support, selfefficacy, and depression.
Study. a disertation’, diperoleh pada tanggal 13
Jeffcoate, W.J., Harding, K.G. (2003). Diabetic Foot Januari 2014, dari http:/citeseerx.ist.psu.edu/
ulcer: a Review. Retrieved September 12, viewdoc/download?doi=10.1.1.118.
2013, From http://www.epodiatry.com/ Souza, D., et al. (2013). Quality Of Life and Self-
diabeticfoot.htm. Esteem of Patients With Chr onic Ulcers.
Misnadiarly. (2005). Permasalahan Kaki Diabetes Retrieved January 02, 2014. From Acta
dan Upaya Penanggulangan. http://www. Paul Enferm journal 26(3):283-8.
honson_kaki diabetic.htm. diunduh Tang, TS, Brown, MB, Funnell, MM & Anderson,
tanggal 01 Oktober 2013. RM (2008). Social Support, Quality of
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2006). Life and Self-Care Behaviors Among
Konsesus: Pengelolahan dan Pencegahan African Americans With Type 2 Diabetes’,
27
Muhammadiyah Journal of Nursing

The Diabetes Educator, vol. 34, p. 266, World Health Organization. (2012). Health
Retrieved September 12, 2013, From http:// Topics: Diabetes. Retrieved September 12,
tde.sagepub.com/content/34/2/266. short. 2013. From http://www.who.int/topics/
Wijanarko, Yeni. (2012). Hubungan Tingkat diabetes_mellitus.
Pengetahuan Penderita Diabetes Tipe II Wu, SF. (2007). Effectiveness of self management
Tentang Perawatan Kaki Diabetes Dengan for persons with type 2 diabetes following
Kejadian Ulkus Kaki Diabetes di RSU Dr. the implementation of a self efficacy
Saiful Anwar Malang. Skripsi UNIBRAW, enhancing intervention program in
Malang. Taiwan’, Quensland University of Technology
Wijaya Dodi. (2013). Flow Chart Perencanaan Schooll of Nursing, Retrieved September 12,
Pulang. Tesis Universitas Indonesia, 2013. From http://eprints.qut.edu.au/.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai