Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN EVIDENCE-BASED NURSING

PRACTICE DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Disusun Oleh :
1. Yeni Mayasari [ 250635 ]
2. Ulya Firdaus [ 250632 ]
3. Sunarlin [ 250629 ]
4. Tri Maryanto [ 250630 ]

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota Kab. Kudus
2007 / 2008

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini sampai selesai
dengan tanpa halangan suatu apapun.
Sholawat dan salam kami haturkan kepada beliau Rasulullah SAW yang kita
nantikan syafaat-Nya kelak di akhir zaman.
Dari kami penulis juga tak lupa mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Ucapan terima kasih
juga kami haturkan kepada dosen pengampu Ns. Hery Susanto, S Kep dan Ns. Ifana
Rosyida, S Kep yang telah memberikan bimbingannya selama ini dan selaku
koordinator mata ajar riset keperawatan.
Dan tak lupa kritik dan saran selalu kami harapkan demi kemajuan dan
perkembangan intelektual kami agar lebih baik karena kami menyadari bahwa tulisan
ini banyak kekurangannya.

Kudus, 13 Februari 2008

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah rumah sakit memiliki 650 tenaga perawat dari berbagai tingkat
pendidikan. Menurut data tahun 2004, sebaran tingkat pendidikan tenaga
perawat di rumah sakit tersebut, masing-masing : SPK sebanyak 320 orang
(49,2%), D3 sebanyak 289 orang (44,5%), S1 sebanyak 35 orang (5,4%), dan
S2 non keperawatan sebanyak 6 orang (0,9%).
Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan, sehingga
kegiatannya banyak dimanfaatkan untuk proses pendidikan berbagai profesi
kesehatan. Salah satu kegiatan yang tidak lepas dari pendidikan profesi adalah
kegiatan penelitian. Tidak seperti halnya kegiatan ilmiah profesi kesehatan
lainnya, Kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah termasuk penelitian
keperawatan jarang sekali dilakukan, setidaknya kegiatan ilmiah hanya setahun
sekali, itu pun merupakan rentetan acara ulang tahun rumah sakit, misalnya
seminar keperawatan. Bahkan apabila dilakukan riset keperawatan di rumah
sakit tersebut, hasil penelitian tidak didiseminasikan dan dimanfaatkan untuk
pengembangan praktik klinis keperawatan. Kegiatan profesi keperawatan lebih
banyak berkonsentrasi pada rutinitas tugas harian mereka.
Kondisi demikian cukup memprihatinkan. Apabila dilihat dari
persentase tenaga perawat yang memiliki pendidikan tinggi ternyata cukup
banyak (6,3%), tetapi keberadaan mereka tidak begitu berpengaruh dalam
memajukan kegiatan ilmiah dan aplikasi intervensi keperawatan berdasarkan
fakta empiris yang terkini. Aplikasi inovasi ilmu dan teknologi keperawatan
terbaru lebih banyak bersumber dari profesi kedokteran.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah riset keperawatan.
2. Agar mahasiswa mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan penelitian
perawatan yang terbaru.

1
C. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini
menggunakan metode penggunaan alat komunikasi (Internet)

D. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN, meliputi : Latar Belakang, Tujuan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN, meliputi : Pengembangan Evidence-Based
Nursing Practice Di Lingkungan Rumah Sakit, Pendapat Bondan
Palestin, SKM, M,Kep.,Sp.Kom
BAB III : PENUTUP, meliputi : Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan Evidence-Based Nursing Practice Di Lingkungan Rumah


Sakit
Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir
telah mengalami kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan
sebelumnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut akhirnya juga
merambah ke dalam dunia keperawatan. Ilmu keperawatan dan
pengembangannya melalui riset merupakan dinamika proses yang sangat
penting dalam pertumbuhan keperawatan sebagai sebuah profesi. Tujuan
dilakukannya riset keperawatan adalah untuk memperkuat dasar-dasar keilmuan
yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan,
dan menejemen keperawatan (Ross, Mackenzie, & Smith, 2003). Sedangkan
praktik keperawatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence based nursing)
bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari riset yang
diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif,
pendeteksian, maupun asuhan keperawatan (Cullum, 2001).
Menerapkan hasil penelitian dalam pelayanan kesehatan adalah upaya
signifikan dalam memperbaiki pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
efektifitas pembiayaan (cost effectiveness). Meningkatkan kegiatan riset
keperawatan dan menerapkan hasilnya dalam praktik keperawatan merupakan
kebutuhan mendesak untuk membangun praktik keperawatan yang lebih efektif
dan efisien. Menurut sebuah studi terhadap berbagai laporan penelitian
keperawatan (meta-analysis) yang dilakukan oleh Heater, Beckker, dan Olson
(1988), menjumpai bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keperawatan
bersumber dari riset memiliki out come yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pasien yang hanya mendapatkan intervensi standar. Selama ini budaya
ilmiah di kalangan profesi keperawatan Indonesia masih tertinggal jauh bila
dibandingkan negara lain. Perkembangan inovasi dan aplikasi praktik klinik
keperawatan di rumah sakit masih banyak mengadopsi hasil penelitian profesi
lain.

3
Profesi perawat adalah sebuah organisasi dan seorang menejer atau
pemimpin keperawatan merupakan orang yang memimpin organisasi tersebut.
Sebagai pemimpin organisasi mereka dapat leluasa untuk mengkondisikan
lingkungan organisasinya sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut Royle et
al (2000), pemimpin organisasi merupakan faktor pendorong yang sangat
penting dalam pelaksanaan praktik klinik keperawatan prima. Oleh sebab itu,
menejer dan pemimpin keperawatan di tingkat pelayanan primer perlu segera
mendorong pertumbuhan budaya ilmiah di kalangan perawat agar mereka dapat
mempraktikan tindakan keperawatan berdasarkan fakta. Menejer keperawatan
dituntut untuk menghapuskan hambatan struktural yang menghalangi
kemampuan perawat dalam pengkajian, implementasi, dan evaluasi tindakan
keperawatan yang terbaik.

B. Pendapat Bondan Palestin, SKM, M,Kep.,Sp.Kom


Penulis mencoba mengusulkan beberapa solusi terhadap permasalahan
di atas, terutama di dalam lingkup sebuah rumah sakit. Pertama, penulis
menganalogikan lingkungan organisasi keperawatan sebagai sebuah organisasi
yang masih berkembang sehingga memerlukan upaya pemberdayaan melalui
capacity building. Dan solusi kedua adalah menyediakan fasilitas perpustakaan
yang representatif.
Capacity building umumnya mengacu pada "suatu proses individu dan
pengembangan kelembagaan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan
dan kemampuannya dengan memanfaatkan hasil riset yang konstruktif"
(Throstle, 1992). Terminologi ini seringkali digunakan untuk memulai sebuah
kegiatan atau proyek yang didanai oleh negara donor di negara-negara
berkembang. Capacity building biasanya dimanfaatkan dalam intervensi awal
pemberdayaan masyarakat, kelompok, atau institusi yang masih belum mapan.
Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi
keperawatan, yaitu : (1) membentuk komite riset; (2) menciptakan lingkungan
kerja yang ilmiah; (3) kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya; dan
(4) pendidikan berkelanjutan. Langkah pertama yang dilakukan adalah
pembentukan komite riset yang terdiri dari menejer dan tenaga perawat yang
berpendidikan S1 dan S2. Komite riset bertugas untuk menentukan kebijakan
kegiatan ilmiah, perencanaan program kegiatan ilmiah, menjaring sponsor
penelitian, dan sebagai peer reviewer untuk menguji kelayakan penelitian.

4
Langkah kedua adalah menciptakan lingkungan kerja ilmiah. Untuk
menciptakan lingkungan kerja keperawatan yang ilmiah (research-based
culture), tahapan kegiatan yang perlu dilakukan adalah : (1) peningkatan
pengetahuan; (2) diseminasi informasi; (3) mengintegrasikan hasil riset dengan
fakta atau pengalaman sebelumnya; (4) mengaplikasikan hasil riset dalam
praktik klinik keperawatan; (5) dan mengevaluasi praktik klinik keperawatan
(Health Research Board, 2000 ; World Health Organisation, 1999).
Untuk meningkatkan pengetahuan perawat, menejer menyusun kegiatan
diseminasi secara berkala yang mempresentasikan hasil-hasil penelitian tim
peneliti atau publikasi dari berbagai jurnal keperawatan. Diseminasi adalah
suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar
mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya
memanfaatkan informasi. Faktor utama yang dapat mendukung perkembangan
praktik keperawatan prima adalah praktik keperawatan klinik maupun lapangan
yang didasarkan dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Jennet dan
Premkumar (1996), mengingatkan bahwa setiap riset yang telah dilakukan perlu
dipublikasikan dan didiseminasikan. Hasil penelitian akan memperkuat atau
mengesampingkan asumsi-asumsi yang telah ada sebelumnya dengan informasi
yang lebih ilmiah. Manfaat yang paling penting bahwa hasil penelitian tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan dan praktik klinis
keperawatan (Dobbins, Ciliska,& Dicenso, 1998). Budaya melakukan penelitian
dalam dunia keperawatan akan menghapuskan stagnansi perkembangan ilmu
keperawatan serta munculnya berbagai inovasi ilmiah yang akan membantu
mencapai tujuan keperawatan lebih efisien dan efektif.
Langkah ketiga yaitu menyusun kebijakan mengenai kegiatan riset
keperawatan di lingkungan rumah sakit dan pemanfaatan hasil-hasilnya. Komite
riset menyusun kebijakan dari berbagai aspek penelitian, misalnya :
pengembangan strategi riset, penyusunan buku panduan penelitian, dan
mengusulkan pembiayaan penelitian dari rumah sakit atau mengembangkan
kerjasama dengan sponsor penelitian. Selanjutnya komite riset menyusun
mekanisme pemanfaatan hasil riset sampai menjadi Standard Operating
Procedure (SOP). Pemanfaatan riset keperawatan di rumah sakit tergantung dari
organisasi keperawatan, anggota organisasi serta lingkungan kerja di sekitarnya
(Dobbins et al., 1998). Karakteristik organisasi berhubungan dengan kapasitas
dan kemampuan memanfaatkan hasil riset, pengambilan keputusan, dukungan

5
administrasi, dan iklim riset di lingkungan kerja (Dobbins et al., 1998). Namun
menurut Funk et al., (1991), peran faktor organisasi lebih penting dibanding
individu maupun faktor lingkungan. Faktor organisasi terutama untuk
mengkondisikan lingkungan perawat dalam menciptakan budaya ilmiah
(Steelman, 1996). Untuk itu, menejer keperawatan dapat berpedoman pada
model Iowa untuk memanfaatkan hasil riset ke dalam praktik klinik
keperawatan.
Langkah keempat adalah pendidikan berkelanjutan terutama untuk
meningkatkan pengetahuan perawat mengenai metodologi penelitian, statistik,
menejemen informasi, teknik pemanfaatan hasil riset, dan penilaian kritis jurnal
keperawatan. Dengan kemampuan tersebut diharapkan para perawat dapat
melakukan riset sesuai bidang tugasnya.
Solusi kedua adalah menyediakan fasilitas ilmiah misalnya menyediaan
perpustakaan termasuk penyediaan literatur maupun internet. Fasilitas
perpustakaan tersebut merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pemanfaatan hasil-hasil riset keperawatan. Penelitian membuktikan bahwa
rumah sakit yang memiliki fasilitas perpustakaan dan iklim kerja ilmiah,
perawat-perawat mereka memiliki kinerja yang lebih produktif dibandingkan
rumah sakit yang lain (Dobbins et al., 1998; Royle et al., 1997).

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menejer atau pemimpin keperawatan perlu mempengaruhi faktor
organisasi keperawatan yang akan berdampak pada budaya pemanfaatan riset
dalam praktik klinik keperawatan. Praktik yang bersifat evidence-based harus
dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan organisatoris pada semua tingkat
agar langkah-langkah tersebut dapat diadopsi dengan sukses (McGuire, 1990).
Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik,
justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan. Kesadaran
menejer keperawatan terhadap nilai riset yang potensial akan memberikan
dampak yang menguntungkan bagi organisasi, misalnya kinerja keperawatan
yang meningkat dan out come klien yang optimal (Titler, Kleiber,& Steelman,
1994).
Kemapanan budaya riset keperawatan di beberapa negara mengalami
beberapa tahap perkembangan. Misalnya di Amerika Serikat perkembangan
riset mengalami empat fase, yaitu : (1) fase stimulasi, (2) fase individualistis,
(3) fase penyatuan, dan (4) fase keseimbangan (Ross, Mackenzie & Smith,
2003). Fase stimulasi ditandai dengan bangkitnya kegairahan riset keperawatan.
Perawat secara individual melakukan riset mandiri dengan bimbingan ahli
statistik merupakan cirri dari fase invidualistis, namun riset mandiri tidak
memberikan kontribusi yang nyata bagi riset keperawatan. Dalam fase
penyatuan, beberapa peneliti keperawatan memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu keperawatan dimana beberapa penelitian meneliti
fenomena yang sama, misalnya penelitian tentang nyeri atau stres. Ciri dari fase
ini adalah pengembangan infrastruktur riset keperawatan (network yang
terorganisir). Dan pada fase terakhir, fase keseimbangan, munculnya kolaborasi
beberapa program penelitian ilmiah yang mendukung infrastruktur yang telah
terbangun dengan baik.

B. Saran
Diharapkan bagi para ahli kesehatan untuk meneruskan kembali dalam
mengembangkan riset keperawatan agar dapat menemukan penelitian tentang
dunia keperawatan.

7
DAFTAR KEPUSTAKA

Cullum, N. (2001). Evaluation of studies of treatment or prevention interventions.


Part 2: applying the results of studies to your patients. Evidence-Based
Nursing, 4 : 7-8. http://ebn.bmjjournals.com/cgi/content/full/4/1/7 [diakses
tanggal 2 Desember 2004

Dobbins, M., Ciliska, D., & DiCenso, A. (1998). Dissemination and use of research
evidence for policy and practice: A framework for developing, implementing
and evaluating strategies. A report prepared for the Dissemination and
Utilization Model Advisory Committee of the Canadian Nurses' Association
and Health Canada.

Funk, S. G., Champagne, M. T., Weise, R. A., & Tornquist, E. (1991). Barriers to
using nursing research findings in practice: The clinician's perspective.
Applied Nursing Research, 4(2), 90-95.Health Research Board (2000) Making
Knowledge Work for Health: towards a strategy for research and innovation
for health. Dublin: Health Research Board.

Heater BS, Becker AM, & Olson RK, Nursing interventions and patient outcomes: A
meta-analysis of studies, Nursing Research, 37(5) 1988, 303-307

Jennet, P. A., & Premkumar, K. (1996). Technology-based dissemination. Canadian


Journal of Public Health, 87(6), S5-S10.

McGuire, J. M. (1990). Putting nursing research findings into practice: Research


utilization as an aspect of the management of change. Journal of Advanced
Nursing, 15(2), 614-620.

Ross F, Mackenzie A, & Smith E, Identifying Research Priorities for Nursing and
Midwifery Service Delivery and Organisation : A study undertaken for the
Nursing and Midwifery Subgroup of the National Co-ordinating Centre for
NHS Service Delivery and Organisation R & D (NCCSDO), London:
NCCSDO, 2003

Royle, J. A., Blythe, J., DiCenso, A., Baumann, A., & Fitzgerald, D. (1997). Do
nurses have the information resources and skills for research utilization?
Canadian Journal of Nursing Administration, 10(3), 9-30.

Royle, J., J. Blythe, D. Ciliska, & D. Ing. (2000). The Organizational Environment
and Evidence-Based Nursing. Canadian Journal of Nursing Leadership,
Jan/Feb 2000; 13 (1)

http://www.nursingleadership.net/NL131/NL131JRoyleetal.html [diakses tanggal 2


Desember 2004

Steelman, V. M. (1996). Successful strategies for implementing ACHPR clinical


practice guidelines. In K. Kelly & M. Mass (Eds.). Outcomes of effective
management practice (SONA 8-Series on Nursing Administration). Newbury
Park: Sage Publications.

8
Throstle, J. (1992). Research capacity building in international health: Definitions,
evaluations, and strategies for success. Social Science and Medicine, 35(11),
1321-1324.

Titler, M. G., Kleiber, C., & Steelman, V. (1994). Infusing research into practice to
promote quality care. Nursing Research, 43(5), 307-318.

Titler MG, Kleiber C, Rakel B, Budreau G, Everett LQ, Steelman V, Buckwalter KC,
Tripp-Reimer T, & Goode C. (2001). The Iowa Model of Evidence-Based
Practice to Promote Quality Care, Critical Care Nursing Clinics of North
America, 13(4), 497-509.

World Health Organisation (1999) Health 21-Health for All in the 21st Century. A
Introduction. Copenhagen: World Health Organisation.

Anda mungkin juga menyukai