Nomor :
Tanggal :
BAB I
DEFINISI
a. Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang
darahnya telah tersedia dalam kantong plastik.
b. Usaha transfusi darah atau pelayanan darah adalah segala tindakan yang dilakukan
dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan
mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan dan penyampaian darah kepada
orang sakit.
c. Darah adalah darah manusia dan bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara
khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan
d. Donor darah atau penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk
maksud dan tujuan transfusi darah
e. Resipien atau penerima darah adalah semua orang yang mendapat tambahan darah
f. Whole Blood (WB) atau darah lengkap adalah darah yang belum dipisah menjadi
komponen-komponennya, yang dikumpulkan dalam sebuah wadah yang berisi larutan
pengawet antikogulan mengandung bermacam-macam sel darah (eritrosit, lekosit,
trombosit) yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma
g. Packed red cell (PRC) adalah sel darah merah dengan volume 150-200 ml yang sebagian
h. besar plasmanya sudah dikeluarkan, kadar hemoglobin kurang lebih 20 gr/100 ml (tidak
kurang dari 45 gr per unit), Hematokrit 55-75%.
i. Tes kompatibilitas adalah suatu rangkaian prosedur yang diperlukan sebelum darah
diberikan, dan lengkap dengan kecocokannya. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa sedapat mungkin transfusi darah donor tidak akan menimbulkan reaksi apapun
pada pasien, serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah
diberikan
j. Cross match (uji silang) mayor adalah uji antara serum pasien dan sel-sel darah donor
k. Cross match (uji silang) minor adalah uji antara sel-sel darah merah pasien dengan serum
donor untuk mencari setiap antibodi dalam darah donor yang dapat bereaksi dengan darah
pasien.
1
l. Reaksi transfusi darah adalah reaksi efek samping yang merugikan timbul akibat
pemberian transfuri darah.
m. Pengertian penyimpanan darah dan komponen darah adalah proses penyimpanan darah
dan komponen darah sedemikian rupa untuk menjaga agar kemampuan darah dan
komponen darah tersebut dalam menjalankan fungsinya tidak berkurang dan aman bagi
penderita. Tujuannya adalah menjaga agar kemampuan darah dan komponen darah dalam
menjalankan fungsinya masing-masing tidak berkurang, untuk mengurangi pertumbuhan
bakteri yang mengkontaminasi darah yang disimpan, dan untuk mencegah hemolisis sel-
sel darah merah.
n. Pengertian kualitas dan keamanan darah adalah suatu kondisi produk darah yang akan
ditransfusikan dalam keadaan baik dan memenuhi standart, mencakup bentuk, warna
maupun fungsinya, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang dapat
membahayakan penderita.Oleh karena itu penyimpanan darah harus sesuai dengan
ketentuan seperti tercantum dalam kebijakan penyimpanan darah. Pengawasan terhadap
kualitas dan keamanan yang akan mentranfusikan darah.
o. Pengertian pengembalian darah yang tidak terpakai adalah pengembalian darah yang
tidak ditansfusikan dari ruang perawatan ke Unit Bank Darah RS Raudhah Bangko.
p. Pengertian pengadaan darah rutin adalah prosedur pengadaan untuk keperluan transfusi
yang sifatnya tidak darurat atau sudah terencana, tujuan pengadaan darah rutin adalah
agar terjamin kecocokan donor darah yang disediakan dengan resipien atau pasien
sehingga pelayanan darah dapat berlangsung aman, cepat dan tepat saat dibutuhkan.
q. Pengadaan darah darurat adalah pengadaan darah yang dilakukan untuk menanggulangi
keadaan klinis sangat gawat dahulu, dengan metode konvensional pengadaan darurat
dilayankan sebelum seluruh uji silang serasi dilakukan. Pelayanan ini dapat dilakukan
untuk menanggulangi keadaan klinis sangat gawat tapi dengan metode uji cocok serasi
metode gel yang jauh lebih cepat dan aman, pengadaan darah darurat dilayankan secepat
mungkin (didahulukan dari permintaan yang lain) dengan prosedur yang sama seperti
pengadaan rutin.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Lingkup Area
1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Staf Medis
2
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Pelayanan Darah adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Kamar Operasi
d. Instalasi Rawat Inap
e. Penunjang lainnya
B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab
1. Seluruh Staf Rumah Sakit wajib memahami tentang Panduan Pelayanan Darah
2. Perawat Yang Bertugas (Perawat Penanggung jawab Pasien) Bertanggung jawab
melakukan Panduan Pelayanan Darah
3. Kepala Instalasi / Kepala Ruangan
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami Panduan Pelayanan Darah
BAB III
TATALAKSANA
A. Waktu Pelayanan
Pelayanan darah di RS Raudhah Bangko memberikan pelayanan selama 24 jam di Unit Bank
Darah.
3
B. Pendaftaran dan Pencatatan
Pendaftaran dan pencatatan permintaan darah adalah prosedur pencatatan terhadap semua
kegiatan permintaan darah yang dilayani oleh unit–unit pelayanan di RS Raudhah
Bangko meliputi identitas, kadar Hb, diagnosis , alasan transfusi, riwayat transfusi,
riwayat transfusi sebelumnya, kehamilan, golongan darah dan rhesus, jenis komponen
darah danjumlahnya (kantong/unit/cc) serta nama dan tanda tangan dokter pengirim.
Tujuan pendaftaran dan pencatatan ini adalah menyimpan darah atau komponennya yang
dibutuhkan dan karena ada indikasi apa, memberi gambaran tentang kebutuhan akan
jumlah kantong darah / komponen darah.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan darah merupakan tanggung jawab petugas
pelayanan unit masing-masing peminta darah. Pencatatan lengkap dibutuhkan dalam
arsip tersendiri.
C. Penyimpanan Darah dan Komponen Darah
Tata laksana penyimpanan darah mengatur cara pengoperasian dan perawatan alat
penyimpanan darah (lemari penyimpanan darah), sehingga didapatkan produk darah atau
komponennya yang aman untuk transfusi. Tujuan tata laksana ini adalah mendapatkan produk
darah atau komponen yang aman untuk transfusi.
Tata laksana penyimpanan darah dan komponen darah sebagai berikut :
1. Lokasi lemari penyimpanan darah dipilih di bagian yang paling sejuk dari ruangan dan
jauh dari sinar matahari.
2. Suhu dalam lemari penyimpanan darah dipertahankan pada suhu 2-6oC.
Pengukuran dan pencatatan suhu dilakukan minimal 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan
menggunakan termometer digital sehingga dapat dilihat hasil pengukuran suhunya dari
luar pintu lemari penyimpanan darah, tanpa harus membuka lemari penyimpanan darah.
Suhu lemari penyimpanan darah dicatat dalam suatu tabel, yang mencantumkan tanggal,
jam, suhu dan tindakan yang diambil jika suhu yang terukur diluar batas 2-6oC.
3. Tabel pencatatan suhu ditempelkan didekat lemari penyimpanan darah, untuk membantu
mengingat perlunya pencatatan suhu yang teratur.
4. Pintu lemari penyimpanan darah hanya boleh dibuka saat diperlukan (menyimpan dan
mengeluarkan darah).
5. Penempatan darah harus sedemikian rupa, sehingga terjadi sirkulasi diantara kantung-
kantungnya. Kantung darah dapat diposisikan berdiri dalam keranjang atau mendatar
diatas rak lemari penyimpanan.
4
6. Periksa adanya penumpukan bunga es setiap minggu (jika ada) bila bunga es yang
terbentuk telah mencapai ketebalan lebih dari 6-10 mm, bunga es tersebut perlu
dicairkan.
5
darah yang tidak jadi ditansfusikan tetapi belum dibuka, dikembalikan ke unit Bank Darah.
Setiap kantong darah yang tidak jadi ditansfusikan tetapi sudah dibuka, dikelola oleh ruang
perawatan sebagai limbah media ruang perawatan. Darah yang dikembalikan ke Unit Bank darah
tidak dapat dilayankan kembali. Darah yang dikembalikan tetap terkena biaya service cost.
G. Pencatatan dan Pelaporan dari Reaksi yang Timbul dari Transfusi Darah
Pengertian reaksi transfusi yang timbul dari transfusi darah adalah reaksi yang timbul akibat
adanya antigen pada lekosit atau trombosit pasien, yang tersensitisasi oleh antigen melalui
transfusi sebelumnya. Untuk mencatat dan melaporkan reaksi transfusi harus dikenal kriteria
diagnosa.
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
Sakit kepala yang disertai rasa dingin tiba-tiba, lalu gemeteran disertai kenaikan suhu
badan Terjadi dalam jangka waktu 12 jam setelah transfusi dijalankan Sering bereaksi
baik dengan pengobatan.
Dapat menjadi berat, terjadi batuk dan sesak
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah memeriksa ulang uji kecocokan dari
semua pasien terhadap sel-sel darah donor dan X-Foto Thorax.
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitif tipe 1 atau hipersensitifikasi yang
dimediasi oleh lg E, yang menyebabkan lepasnya mediator-mediator dari sel mast, dan
terjadinya sangat cepat dan menyeluruh.
Adapun kriteria diagnosa reaksi anafilaksis sebagai berikut :
Hipotensi atau syok akibat vasidilatasi yang luas Urtikari atau angioedema
Bronkospasme
Angioedema pada laring dan hipofaring serta bronkospasme menyebabkan
sumbatan jalan nafas.
Reaksi hemolitik akibat transfusi adalah reaksi transfusi paling berat dan dapat
fatal,yang mengakibatkan pecahnya sel-sel darah merah, bisa terjadi karena
intravaskuler maupun ekstravakuler.
6
Kriteria diagnosa reaksi hemolitik mayor sebagai berikut :
Terjadinya cepat dan bersifat intravaskuler
Demam dan menggigil, nyeri punggung dan kepala Bisa terjadi dyspneu,
hipotensi dan kolaps vaskuler
Pada kasus yang berat, dapat terjadi DIC atau gagal ginjal akut akibat nekrosis
tubuler atau terjadi keduanya
Pasien dibawah anesteri umum tak memberikan banyak gejala tapi dapat dicurigai
dari adanya perdarahan umum dan oliguria
Reaksi transfusi akut ringan adalah reaksi tak diinginkan yang timbul akibat
ketidakcocokan antara darah donor dan darah resipien atau pasien yang terjadi selama atau
setelah (dalam waktu 24 jam) sesudah transfusi diberikan. Kemungkinan penyebabnya
adalah hipersensitif ringan. Kriteria diagnosanya adalah didapatkan reaksi sulit yang terbatas
berupa urtikaria, ruam atau pruritus (gatal-gatal).
Reaksi transfusi akut cukup berat merupakan reaksi tak diinginkan yang timbul akibat
ketidakcocokan darah donor darah resipien atau pasien yang bersifat akut dengan gejala
cukup berat. Reaksi akut terjadi selama atau segera (dalam waktu 24 jam) sesudah transfusi
diberikan.
Kemungkinan penyebabnya adalah hipersensitifitas (sedang-berat) reaksi transfusi febris
non hemolitik (antobody terhadap lekosit, trombosit, protein termasuk lg A).
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
Tanda : flusing, urikaria, rigor, febris, gelisah, takikardia
Gejala : kecemasan, pruritus, palpitasi, dispnea ringan, sakit kepala
Reaksi transfusi akut yang mengancam jiwa merupakan reaksi tak diinginkan yang
timbul akibat ketidakcocokan antara darah donor dengan darah resipien yang bersifat akut
dan dapat mengancam jiwa pasien. Reaksi akut terjadi selama atau segera (dalam waktu 24)
sesudah transfusi diberikan. Kemungkinan penyebabnya adalah hemolisis akut intravaskuler,
7
kontaminasi bakteri dan syok septik, kelebihan mutan cairan, anfilaksis cedera paru akut
yang berkaitan dengan cedera (TRALI).
Tanda : Rigor, febris, gelisah, hipotensi (penurunan sistolik sebesar 20%).
Hemoglobinuria (urin berwarna merah), perdarahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
(DIC).
Gejala : Kecemasan, nyeri dada, nyeri di dekat tempat transfusi, gawat pernapasan atau
sesak napas, nyeri pinggang atau punggung, sakit kepala dispnea.
Pada pasien yang tidak sadar atau dibius, keadaan hipotensi dan perdarahan yang
tidak terkendali mungkin merupakan satu-satunya tanda yang menunjukkan transfusi
yang tidak kompatibel
Pemeriksaan penunjang, hematokrit gagal atau tidak meningkat sesuai harapan,
hemoglobinemia dan hemoglobinuria, bilirubin indirek meningkat dan renal fuction test
meningkat.
Reaksi transfusi ini harus diberitahukan dengan segera kepada dokter yang merawat
pasien dan ke Unit Bank Darah. Kemudian unit dengan set transfusinya, urine yang baru
diambil dan sample darah (satu sampel yang dibekukan dan satu lagi yang diberi
antikoagulan) yang diambil dari pembuluh vena yang berlawanan dengan tempat infus
dikirimkan ke Unit Bank Darah. Pengiriman ini bersama blanko permintaan yang sesuai
dari Bank darah untuk pemeriksaan laboratorium lanjutan.
Selalu dilakukan pengecekan terhadap spesimen urine yang baru untuk menemukan
tanda-tanda hemoglobinuria. Kemudian untuk mengumpulkan urine 24 jam dan mengisi
kartu keseimbangan cairan serta mencatat asupan serta keluaran urin, serta
mempertahankan keseimbangan cairan, serta memperhatikan perdarahan yang terjadi
pada tempat tusukan atau luka.
Reaksi transfusi hemolitik lambat adalah reaksi transfusi yang menyebabkan
hemolisis sel-sel darah merah resipien, yang timbul 5-10 hari sesudah transfusi.
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
Gejala timbul 5-10 hari pasca transfusi, berupa febris, anemia, ikterus, kadang-
kadang hemoglobinuria.
Reaksi transfusi hemolitik lambat yang berat dengan disertai syok, gagal ginjal,
serta DIC yang mengancam jiwa pasien merupakan kejadian yang langka.
Purpura paska transfusi merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi dapat
berakibat fatal pada tindakan transfusi sel darah merah atau konsentrat,
8
komplikasi terjadi karena antibodi terhadap antigen spesifik, trombosit yang ada
dalam darah resipen. Kejadian ini paling banyak dijumpai pada pasien wanita.
Semua jenis reaksi transfusi harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter yang
merawat pasien dan unit pelayanan darah untuk setiap bulannya dilaporkan kepada
direktur agar dapat dievaluasi dan ditindaklanjuti.
Identifikasi Pasien
1. Identifikasi, pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan penyerahan komponen darah
(transfusi) merupakan tanggungjawab petugas yang mengambil darah.
2. Lakukan identifikasi pemberian transfusi darah dengan melakukan proses verifikasi oleh
dua orang petugas, menggunakan daftar tilik pemberian transfusi darah atau produk
darah.
3. Sebelum memulai transfusi darah atau produk darah:
a. Petugas mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan tempat bertugas.
b. Jelaskan ke pasien bahwa akan dilakukan pemberian transfusi darah/produk darah.
c. Cocokkan darah atau produk darah dengan instruksi dokter di rekam medis, formulir
permintaan transfusi darah, kantong darah, dan label.
d. Cocokkan darah atau produk darah dengan identitas pasien pasien.
4. Apabila ada ketidaksesuaian, konfirmasikan dengan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP).
5. Jangan memberikan transfusi apabila informasi tidak sesuai atau pasien tidak dapat
diidentifikasi secara standar.
6. Konfirmasi identitas dan golongan darah dengan pasien jika memungkinkan.
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang / kurang
Berdasarkan pada tujuan diatas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen
darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit,
trombosit, dan plasma darah yang mengandung protesin dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi
transfusi darah dan komponen-komponennya adalah:
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan
2. Anemia kronis
3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia
10
5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja.
Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan
transfusi jika Hb < 8gr/dl
11
Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume
darah nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jernih adalah :
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan over load
berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien ini.
Indikasi :
a. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml
b. Hemoglobin < 8gr/dl
c. Hemoglobin < 10gr/dl dengan penyakit-penyakit utama (misalnya emfisema, dan
penyakit jantung iskemik)
d. Hemoglobin < 12gr/dl dan tergantung pada
ventilator Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 7 adalah CRITICAL Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE Hb sekitar 10
adalah OPTIMAL. Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan
setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus
(faktor Rh)
a. Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
- Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah dengan antigen A dipermukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima darah
dari orang dengan golongan darah A atau O.
- Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya,
sehingga orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari golongan
darah B atau O.
12
- Individu dengan golongan darah AB memiliki antigen A dan B serta tidak
mengasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. sehingga orang dengan golongan
darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak dapat
mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.
- Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B, sehingga orang dengan golongan
darah O dapat mendonorkan darahnya dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O hanya dapat
menerima darah dari sesama O.
b. Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera macaco
rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum yang
didapatkan terntara beraksi dengan sel-sel darah merah, antigan Rh yang ditemukan
dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga
ditemukan dalam darah manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas
dua kelompok yaitu :
Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya
Rhesus negatif bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada
permukaan
c. sel darah merahnya.
Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+), atau RH(-).
Sedangkan orang dengan Rh(-) hanya bisa meneirma darah dengan Rh(-) saja. Oleh
karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat tidak ada waktu
lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenhi syarat sebagai
berikut :
Calon donor harus berusia 17-60 tahun
Berat badan minimal 50Kg
Kadar hemoglobin >12,5gr%
Tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole)
Nadi 30-100x/menit teratur
Menandatangani formulir pendaftaran
13
Tidak mengalami gangguan pada pembekuan darah
Lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah dan pemeriksaan
oleh dokter
Untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam
kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes me litus,
epilepsi atau kelompok masyaratkat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami
seperti demam atau influensa, baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari, pernah
menerima transfusi kurang dari setahun, begitu juga untuk yang belum setahun
menato, menindik, atau akupuntur, hamil atau sedang menyusui.
Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya. Denyut nadi, tekanan
darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk mengetahui
adanya anemia.
Dinyatakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang
menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan. Keadaan
tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya
kanker kulit yang terokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan
kemungkinan tercemar oleh virus AIDS.
Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalankan, tekanan darah
tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rednah, anemia atau pemakaian obat tertentu,
untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk
menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak diperobolehkan menyumbangkan darahnya
lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.
Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman. Keseluruhan
proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya
membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum
dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.
Standar unit Bank Darah hanya sekitar 0,48 liter. Darah segar yang diambil
disimpanm dalam kantong plastik yang sudah mengandung pengawet dan komponen anti
pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya
penyakit seperti AIDS, hepatitis, virus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat
digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu (misalnya untuk
14
mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bsia dibekukan dan disimpan
sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka
darah yang disumbangkan secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya, apakah
golongan A, B, AB atau O dan Rh Positif atau Rh negatif. Sebagai tindakan pencegahan
berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor
dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok; teknik ini disebut cross
matching.
Cross matching adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak
sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum transfusi darah dan bila terjadi
reaksi transfusi darah:
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu :
1. Crossmatch mayor : mencampur eritrosit donor (aglutinogen donor) dengan serum
resipien (aglutinin resipien).
2. Crossmatch minor : mencampur resipien (aglutinogen resipien) dengan serum donor
(aglutinin donor)
Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Bila kedua pemeriksaan (crosmatch dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi
eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah boleh dilakukan, bila crossmatch mayor menghasilkan aglunitasi tanpa
memperhatikan hasil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan
darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan
donor itu.
Bila crossmatch tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch minor
terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum
donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan
aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah
donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan
aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan.
J. Proses Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi jika ada
15
2. Minta klien untuk melaporkan gajala berikut : menggigil, sakit kepala, gatal dan kemerahan
dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan/ informed consent
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Buat jalur IV dengan kateter besar
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filter. Gantungkan larutan NaCl 0,9% untuk
diberikan setelah menginfuskan / pemberian transfusi darah
7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari Unit Bank Darah. Minta darah
bila telah siap menggunakannya
8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
a. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada kantong itu
sendiri
b. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien
c. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter
d. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang nama/identitas
e. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien
9. Mulai untuk menstransfusikan darah :
a. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9% normal saline
b. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter
c. Atur kecepatan tetesan 2ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap bersama
klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan
normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah
16
monitoring /observasi pada pemberian transfusi darah dilakukan dengan sangat ketat.
Hentikan transfusi bila ada gejala keluahan/tanda reaksi transfusi, segera ganti blood set yang
baru dan bila cairan NaCl 0.9%, ambil contoh darah pasien 5 ml, isi formulir reaksi transfusi
darah dengan lengkap, bawa formulir reaksi transfusi darah, contoh darah pasien dan sisa darah
donor pasien ke bank darah atau PMI, dan segera lapor dokter yang merawat untk mendapat
penanganan sesuai dengan reaksi transfusi darah yang terjadi pada pasien.
Pertimbangan Pediatrik dan Gerontik
Pediatrik
1. Pada anak-anak, 50 ml darah pertama harus diinfuskan lebih dari 30 menit.
Bila tidak ada reaksi terjadi, kecepatan aliran ditingkatkan dengan sesuai untuk
menginfuskan sisa 275 ml lebih dari periode 2 jam
2. Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena mungkin
mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan identifikasi yang lebih
mudah tentang inkompabilitas
3. Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung dosis dalam
milliliter per kilogram berat badan)
4. Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk mempermudah
deteksi dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)
5. Penggunaan penghangat darah mencegah hipotermi yang menimbulkan disritmia
6. Gunakan pompa infus elektronik untuk memantau dan mengontrol akurasi
kecepatan tetesan
7. Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena
8. Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter yang
kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan ketrampilan tingkat tinggi)
9. Tinjau kembali riwayat tranfusi anak
Gerontik
1. Riwayat sebelumnya (anemia dengan gagal sumsum tulang, anemia yang berhubungan
dengan keganasan, perdarahan gastrointestinal kronik, gagal ginjal kronik)
2. Terdapat kemungkinan bahaya pada jantung, ginjal, dan sistem pernafasan
(atur kecepatan aliran jika klien tidak mampu menoleransi aliran yang telah
ditetapkan), sehingga waktu tranfusi lebih lambat
3. Defisit sensori dapat terjadi (konsultasikan dengan rekam medik atau anggota keluarga
terhadap reaksi tranfusi darah sebelumnya)
17
4. Premedikasi dapat menyebabkan mengantuk
5. Integritas vena mungkin melemah, pastikan kepatenan kateter atau jarum sebelum
melakukan tranfusi
MONITORING
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
Ruang Rawat :
Riwayat alergi : Ya sebutkan :……….. …………………
Tidak
Dokter yang merawat:
Pernah tranfusi darah / produk darah: ya Tidak
Nama
JENIS NO ISI TTV REAKSI
TGL JAM Perawat
DARAH Kantong (ML)
TD Nadi RR S / (sebutkan)
/ Bidan
18
Observasi dilakukan pada . :
30 menit sebelum tranfusi darah
15 menit pertama dimulainya transfusi
Setiap 60 menit selama transfusi berlangsung
60 menit setelah transfusi darah selesai
20
24 jam). Setelah semua komponen darah habis bersihkan selang infus dengan NaCl 0,9% sampai
bersih.
11. Satu unit darah selesai maksimal 4 jam. Catat jenis, jumlah, nomor seri darah, suhu dan
tekanan darah sebelum dan sesudah darah dimasukkan, obat-obatan yang diberikan sebelum
darah dimasukkan serta reaksi yang timbul setelah darah dimasukkan di form observasi
12. Mintakan tanda tangan dokter yang memberikan instruksi transfusi darah sebagai
penanggung jawab
13. Bersihkan dan rapikan alat-alat yang digunakan dan mencuci tangan.
4. DOKUMENTASI
21
Sistem pelayanan darah di rumah sakit dilakukan di Unit Bank Darah Hanau
1. Format permintaan darah
2. Box tempat darah
5. PENUTUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pelayanan darah dan komponen
darah sesuai prosedur di RS Raudhah Bangko. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya.
Semoga panduan ini berguna bagi tim akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan RS
Raudhah Bangko pada khususnya juga untuk pera pembaca pada umumnya.
.
22
23