Lapsus Triska
Lapsus Triska
Oleh:
Triska Dianti Wahyuningrum, S. Ked
1830912320037
Pembimbing:
dr. H. Hasyim Fachir, Sp.S
2
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
risiko mengalami stroke, tetapi hal ini bisa terhindar jika adanya kesadaran untuk
mengatasi faktor risiko sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa
seiring dengan meningkatnya kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang
lebih enam juta di tahun 2010 dan menjadi delapan juta pada tahun 2030.2
Penyakit stroke dibagi menjadi dua macam yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik sekitar 20%. Stroke iskemik memiliki angka kejadian sekitar 80%.
kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Berdasarkan data
3
Kasus ini dapat ditemui pada pasien rawat inap di RSUD Ulin Banjarmasin,
sehingga penulis tertarik untuk melaporkan satu kasus Stroke Non Hemrogaik
pada seorang pasien perempuan berusia 69 tahun yang dirawat inap di RSUD Ulin
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke
2. Epidemiologi
Menurut taksiran WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit
stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di
dunia. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan
5
kelumpuhan sebagian atau total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari
Dari 2.065 pasien stroke akut, dijumpai rata-rata usia adalah 58,8 tahun (rentang
usia 18-95 tahun) dengan kasus pada pria lebih banyak dari pada wanita.5
Tahun 2020 diprediksi terdapat sekitar 7,6 juta penduduk akan mengalami
mortalitas akibat penyakit stroke dan 15% kasus terjadi pada usia muda dan
produktif.3
3. Klasifikasi
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam.
Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun trombosis.
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun kurang
dari 7 hari.
6
C. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
D. Completed Stroke
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel
yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit
jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup
mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
berolahraga.
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis)
7
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah
darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan
2. Stroke Hemoragik
interstitial otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan
4. Etiologi
oleh emboli ekstrakranial atau thrombosis intracranial. Selain itu, stroke non
hemoragik juga bisa disebabkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan
seluler, setiap proses yang menganggu aliran darah menuju otak menyebabkan
timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan
infark serebri.8,9
1. Emboli
a. Emboli yang dilepaskan oleh a.carotis atau vertebralis dapat berasal dari
8
1. Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan
3. Fibrilasi atrium
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya thrombosis paling sering adalah
titik percabangan arteri serebral utamanya didaerah distribusi dari arteri karotis
9
menyebabkan diseksi serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
5. Faktor Resiko
Stroke non hemoragik merupakan proses yang multi kompleks dan didasari
oleh berbagai macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, dapat
2. Dapat dirubah :
nutrisi, obesitas
6. Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan
otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100
gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300-1400
gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah
aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh
curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian,
kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila
aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit akan terjadi
10
kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga
akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90%
diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob.
Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol
untuk keperluan :
menembus membran.12,13
11
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu
:13
1. Anamnesis memberikan gejala dan tanda sesuai dengan daerah fokal di otak
bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat
obat-obat yang sedang dipakai. Juga ditanyakan riwayat keluarga dan penyakit
lainnya.
12
Skor siriraj : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1
Penilaian derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
Gejala Klinis
mengalami gangguan.
Sistem Carotis
mengalami penurunan kesadaran, kecuali pada stroke yang luas. Hal ini
yaitu Formatio Reticularis di garis tengah dan sebagian besar terletak dalam fossa
- N.VII dan N.XII, Mulut mencong, Bicara pelo dan deviasi lidah bila
13
Hampir selalu terjadi hemiparesis, dan dapat dijadikan patokan bahwa jika ada
perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan tungkai hampir dipastikan
bahwa kelainan aliran darah otak berasal dari daerah kortikal. Sedangkan jika
kelumpuhan sama berat, maka gangguan aliran darah terjadi di daerah subkortikal
atau vertebrobasiler. Dapat juga terjadi gangguan sensorik. Pada fase akut, refleks
fisiologis pada sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beebrapa hari akan
muncul kembali.
Sistem Vertebro-Basiler
Ciri khusus : gangguan long-track sign, yaitu parastesi keempat anggota gerak
deviation.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorim
kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT/SGPT/CPK dan profil lipid
14
b. Foto Thorax
c. CT-Scan
CT-Scan mungkin tidak perlu dilakukan untuk semua pasien, terutama jika
diagnosis klinisnya sudah jelas, tetapi pemeriksaan ini berguna untuk mencari
8. Tatalaksana
Penderita stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses rawat jalan
dan mencapai keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada stroke non hemoragik
1. Pengobatan umum
1) Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru cukup baik. Fungsi
paru sering terganggu karena curah jantung yang kurang, maka jantung harus
dimonitor dengan seksama. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar
2) Blood
a) Tekanan Darah
15
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke
otak. Pada fase akut, pada umumnya tekanan darah meningkat dan secara spontan
akan menurun secara gradual. Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat
b) Komposisi Darah
Kadar Hb dan Glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak.
harus dihindari karena akan menambah terjadinya asidosis didaerah infark yang
3) Bowel
akan membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup, bila perlu diberikan melalui
nasogastric tube.
4) Bladder
Miksi dan balance cairan diperhatikan. Jangan sampai terjadi retensio urin.
Bila terjadi inkontinensia, untuk laki-laki harus dipasang kondom kateter, kalau
5) Brain
Edema otak dan kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi edema otak,
dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau
16
2. Pengobatan khusus
mungkin. Untuk daerah yang mengalami infark, kita tidak bisa berbuat banyak.
Yang penting dalam menyelamatkan daerah disekitar infark yang disebut dengan
daerah penumbra.
tidak dapat berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah
yang harus diselamatkan agar dapat berfungsi kembali. Untuk keperluan tersebut
- Hematokrit
- Plasma Fibrinogen
- Rigiditas eritrosit
- Agregasi trombosit
1) Trombolisis
stroke iskemik dengan syarat tertentu baik i.v maupun arterial dalam waktu
17
2) Antikoagulan
antikoagulan heparin adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah atau
masih sering digunakan pada penderita stroke dengan kelainan jantung yang
menyebabkan embolus.
3) Antiagregasi trombosit
terbentuknya thrombus yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat ini dapat
digunakan pada TIA. Obat yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin)
dengan dosis 40 mg-1,3 gr/hari. Akhir-akhir ini digunakan tiklopidin dengan dosis
2x250mg.
4) Neuroprotektor
5) Antiedema
Obat anti edema otak adalah cairan hyperosmolar misalnya manitol 20%,
digunakan kortikosteroid.
18
9.Rehabilitasi
(ADL).
19
BAB III
DATA PASIEN
I. DATA PRIBADI
Nama : Ny. KT
Umur : 69 Tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah
kanan. Keluhan ini dialami mendadak sekitar kurang lebih 8 jam sebelum masuk
Rumah Sakit. Kelemahan dirasakan setelah pasien terjatuh di teras rumahnya saat
hendak berjalan keluar rumah, pasien langsung jatuh dengan posisi terjatuh ke
20
sebelah kanan. Pasien juga berbicara pelo. Menurut keluarga, pasien membuka
mata namun tidak nyambung saat diajak berbicara. Sebelumnya pasien tidak ada
mengeluhkan kebas dan kesemutan. Mual, muntah, sakit kepala berat dan kejang
- Stroke, 2 tahun lalu pasien pernah mengalami stroke ringan dengan keluhan
- Hipertensi tidak terkontrol, pasien meminum obat captopril 1x1, tetapi pasien
hanya meminum obat saat ada keluhan atau saat tekanan darahnya tinggi.
21
Keadaan Umum (12 Maret 2019) (hari ke-6 perawatan)
Kepala/Leher :
Thoraks
22
Kecerdasan : Dalam batas normal
V. STATUS NEUROLOGIS
A.Kesan Umum:
Kepala:
Besar : normal
Wajah:
23
B. Pemeriksaan Khusus
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)/(-)
Bruzinski II : (-)/(-)
Bruzinski IV : (-)/(-)
2. Saraf Otak
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
N. Optikus
Kanan Kiri
24
Nasal : dbn dbn
Pupil
N. Trigeminus
Cabang Motorik
Kanan Kiri
Cabang Sensorik
25
Refleks kornea :+ +
N. Facialis
Waktu Diam
Waktu Gerak
Bersiul : Susah
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Nystagmus : (-)
26
N. Glossopharyngeus dan N. Vagus
Bagian Motorik:
Suara : dbn
Menelan : dbn
Bagian Sensorik:
Refleks muntah :+
N. Accesorius
Kanan Kiri
N. Hypoglossus
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
27
- Kekuatan motorik ekstremitas :
+3 +5
+3 +5
- Tubuh :
Istirahat : Normal
- Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : dbn/dbn
M. Biceps : dbn/dbn
M. Triceps : dbn/dbn
- Tungkai (Kanan/Kiri)
28
Gerakan jari-jari kaki : dbn/dbn
Besar Otot :
Atrofi : (-)/(-)
Palpasi Otot :
Nyeri :-
Kontraktur :-
Konsistensi : normal
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
Gerakan Involunter
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
29
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
Telunjuk-hidung : dbn/dbn
3. Sistem Sensorik
Rasa Eksteroseptik
Rasa Proprioseptik
Rasa Enteroseptik
Rasa Kombinasi
Streognosis : dbn
Barognosis : dbn
Grapestesia : dbn
30
Sensory extimination : dbn
Fungsi luhur
Fingerognosis : dbn
5. Refleks-refleks
Refleks Patologis :
Tungkai
Lengan
31
Hoffmann-Tromner :-/-
Snout : -
Sucking : -
Palmomental : -
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Salivasi : Normal
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
32
RDW-CV (%) 14,4 12.1-14.0
MCV (fl) 73,0 75.0-96.0
MCH (pg) 24,4 28.0-32.0
MCHC (%) 33,4 33.0-37.0
Gran% (%) 54,5 50.0-81.0
Limfosit% (%) 32,2 20.0-40.0
MID% (%) 7,0
Gran# (ribu/ul) 4,68 2.50-7.00
Limfosit# (ribu/ul) 2,77 1.25-4.00
MID# 0,60
KIMIA
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl) 102 <200.00
GINJAL
Ureum (mg/dl) 27 0-50
Kreatinin (mg/dl) 0,72 0.57-1.11
33
Pemeriksaan EKG (07/03/2019)
34
Pemeriksaan CT-Scan (07/03/2019)
C. RESUME PENYAKIT
1. ANAMNESIS
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah
kanan. Keluhan ini dialami mendadak sekitar kurang lebih 8 jam sebelum masuk
Rumah Sakit. Kelemahan dirasakan setelah pasien terjatuh di teras rumahnya saat
hendak berjalan keluar rumah, pasien langsung jatuh dengan posisi terjatuh ke
sebelah kanan. Pasien juga berbicara pelo. Menurut keluarga, pasien membuka
mata namun tidak nyambung saat diajak berbicara. Sebelumnya pasien tidak ada
mengeluhkan kebas dan kesemutan. Mual, muntah, sakit kepala berat dan kejang
35
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala/Leher : dbn
Thorax : dbn
Status Neurologis:
Nervus Cranialis :
N IV :dbn N. X : dbn
36
N. VI :dbn N. XII : deviasi dextra
Motorik : +3 +5
+3 +5
Sensorik : + +
+ +
Otonom : normal
Reflex Fisiologis :
1 2
1 2
D. DIAGNOSIS
sentral
E. TERAPI
- IVFD RL 20 tpm
37
- Inj. Ranitidin 2x50 mg
- Amlodipin 1x10 mg PO
- Aspilet 2x80 mg
F. PROGNOSIS
38
PEMBAHASAN
Pasien yang dilaporkan pada laporan kasus ini adalah seorang perempuan
berusia 69 tahun yang dirawat di ruang Seruni (bagian saraf) RSUD Ulin
penunjang.
kelumpuhan sebagian atau total. Hanya15% saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke dan kecacatan.1 Pada pasien ini, pasien seorang wanita dengan
dibedakan menjadi 2, yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan dapat
diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah diantara lain : umur, jenis kelamin,
Diabetes Melitus, Jantung, dan merokok. Pada pasien ini faktor resiko yang
39
didapatkan adalah umur diatas 55 tahun yaitu 69 tahun, dan hipertensi yang tidak
tekontrol.
ditemukan kelumpuhan gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo dan
obat yang sedang dipakai. Juga ditanyakan riwayat keluarga dan penyakit
lainnya.2,3 Pada pasien ini pasien mengeluhkan kelemahan anggota gerak sebelah
- N.VII dan N.XII, Mulut mencong, Bicara pelo dan deviasi lidah bila
- Terdapat hemiparese
Pada pasien ini terdapat gangguan pada N.VII dan N.XII dextra, serta
pemeriksaan CT-Scan.
pasien ini diberikan anti agregasi trombosit berupa aspilet 2x80mg dan
40
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus Ny.KT, umur 69 tahun yang datang dengan
41
DAFTAR PUSTAKA
Kasim VN, et al. Suplementasi Ekstrak Albumin Ikan Gabus Terhadap Status Gizi
dan Imunitas Pasien Stroke. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2017; 13(3): 91-
97.
42
Brinjikji W, et al. Correlation of imaging and histopathology of
thrombi in acute ischemic stroke with etiology
and outcome: a systematic review. J NeuroIntervent Surg. 2017; 9(10): 529-
534.
Kim SK, et al. Histologic Analysis of Retrieved Clots in Acute Ischemic Stroke:
Correlation with Stroke Etiology and Gradient-Echo MRI. AJNR Am J
Neuroradiol.2015; 36(2): 17565-1762.
43