PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan utama yang akhir-akhir ini banyak mendapat
sorotan diantara empat masalah kesehatan lainnya adalah gangguan jiwa (mental
disorder). Seperti yang telah disebutkan disebutkan dalam hawari (2007) terdapat
termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa
yang ada. Selain karena angka insidennya didunia cukup tinggi (1 per 1000),
(Kusumowardhani, 2006). Sama halnya yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Menur
mempengaruhi pasien skizofrenia kembali dirawat adalah tidak minum obat dan
adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress (Akbar, 2008).
pada tahun 2030. Sekitar 450 juta orang di dunia diperkirakan mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa rentan terjadi
pada dewasa muda antara usia 18 – 21 tahun (Yosep, 2013). Dari data hasil Riset
Kesehatan Dasar (RisKesDas) 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang
tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalemsi gangguan jiwa
berat seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang
(RISKESDAS, 2013). Data rekam medik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada
periode Januari sampai desember tahun 2017 mencatat jumlah pasien yang
orang kekambuhan. Pada tahun 2016 jumlah pasien skizofrenia yang berkunjung
di poliklinik rawat jalan Jiwa RSJ Menur Surabaya sebanyak 5789 pasien, dan
yang mengalami kekambuhan sebanyak 4910 pasien. Sedangkan tahun 2017 yang
skizofrenia bulan juli 2018 sebanyak 1748 jiwa. Dan hampir sebagian mengalami
kekambuhan hal ini disebabkan oleh penderita tidak minum obat, tidak kontrol
secara rutin, kurangnya dukungan dan peran keluarga dalam mengawasi anggota
sudah di latih dan diberi tahu cara merawat dan meminum obat secara teratur.
Pasien jiwa yang di rawat di rumah sakit jiwa menur surabaya yang dipulangkan
dalam keaadan sembuh dan di rumah hanya beberapa hari di kembali dirawat
cukup luas, serta dicirikan oleh suatu siklus kekambuhan dan remidi.
skizofrenia dan akan terjadi pada banyak pasien (Tayloretal, 2006). Penderita
skizofrenia ditandai dengan adanya ketidakmampuan dalam melakukan fungsi
terisolasi dari teman, keluarga dan masyarakat mengalami isolasi sosial. Faktor-
factor internal yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keadaan
factor fisik, keteraturan minum obat, dan jenis pengobatan (Suprayitno, 2010).
Perilaku dan intensi yang positif dalam keluarga adalah salah satu usaha untuk
merupakan bagian dari tim pengobatan dan pemulihan bagi pasien. Peran dan
pemahaman tentang berbagai gejala-gejala sakit jiwa yang dialami oleh penderita,
Oleh karena itu hal yang harus dilakukan oleh keluarga salah satunya adalah
memberikan dukungan, perilaku positif, dan menerima apa yang sedang dialami
setelah dinyatakan sehat oleh tenaga psikolog, psikiater, neurolog, dokter, ahli
gizi, dan terapis sehingga penderita dapat kembali menjalani hidup bersama
keluarga dan masyarakat sekitar. Menurut Sulistiyani (2015), niat merupakan
dasar dari sebuah perilaku muncul, maka dari itu tanpa adanya niat atau intensi
tidak mungkin dapat terjadi sebuah perilaku. Positif atau negatifnya perilaku pada
seseorang tentu dipengaruhi oleh intensi (niat) yang kuat pada diri seseorang
yang tinggi, seseorang yang mandiri akan mampu merawat dirinya sendiri sama
dan asuhan keperawatan berulang kali bagi pasien yang dirawat kembali, Dampak
bagi pasin yaitu gangguan interaksi sosial dalam aktivitas hidup sehari-hari,
pasien yang kurang mendapatkan perawatan diri akan ditolak oleh masyarakat
karena personal higiene yang tidak baik, klien menganggap dirinya tidak mampu
keluarga antara lain nilai-nilai yang ada dalam keluarga. Perkembangan perilaku
terdekat sebagai “perawat utama” bagi pasien untuk memberikan dukungan pada
rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan dirumah yang kemudian
mengakibatkan penderita harus dirawat kembali. Peran serta keluarga sejak awal
dan fungsi yang dapatdijalankan dalam keluarga, sifat kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu perawatan dalam perannya
seseorang. Diawali dari pandangan keluarga tentang pengertian, gejala, dan tanda-
tanda gangguan jiwa yang dialami oleh salah satu anggota keluargasehingga akan
september 2018 dipoli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Hasil
terlihat tidak teratur minum obat, acak-acakan, rambut tidak disisir, baju kotor dan
merupakan keadaan yang tidak normal, baik fisik maupun mental. Dengan
berpengaruh dalam sikap dan kemandirian pasien gangguan jiwa. Oleh karena itu
tingkat pengetahuan, dukungan, sikap, persepsi dan niat keluarga sangat
obat, rutin untuk kontrol, mengajari hal-hal yang positif maka kekambuhan pada
Dari uraian diatas maka rumusan masalah yang diteliti yaitu “Bagaimana
hubungan antara tingkat pengetahuan dukungan, sikap, dan persepsi keluarga dan
niat keluarga dengan kemandirian pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa menur
surabaya
menur surabaya
3. Mengidentifikasi sikap keluarga pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa menur
surabaya
menur surabaya
surabaya
surabaya
menur surabaya.
gangguan jiwa.
TINJAUAN PUSTAKA
psikomatis, gejala-gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang
Tetapi pada skizofrenia justru kesukarannya adalah untuk menentukan mana yang
primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan mana yang
Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Ada
1. Teori somatogenik
1) Faktor keturunan
Dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya skizofrenia, diturunkan melalui gen yang resesif. Hal ini telah
dibuktikan terutama pada anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi
saudara tiri adalah 0,9% - 1,8% bagi saudara kandung 7% - 15%, bagi anak
dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7% - 16%, bila kedua
orang tua menderita skizofrenia 40% - 68%, bayi kembar 2 telur atau heterozigot
2% - 15%, bayi kembar 1 telur atau monozigot 61% - 86% (Maramis, 2010).
2) Endokrin
(Maramis,2010).
3) Metabolisme
metabolisme, karena penderita tampak pucat dan tidak sehat, ujung ekstremitas
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Hipotesis ini tidak
pusat,yaitu diensefalon atau kortek otak. Tapi kelainan patologis yang ditemukan
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang itu menjauhkan diri dari
sehingga tidak bertenaga lagi dan id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi
ke fase nasisisme.
Nama skizofrenia bisa juga dipengaruhi adanya hubungan yang kurang baik
3. Teori sosiogenik
2) Pengaruh keagamaan
1. Gejala primer
1) Gangguan proses pikiran meliputi bentuk, langkah dan isi pikiran, inti
3) Gangguan kemauan
4) Gangguan psikomotor.
2. Gejala sekunder
1) Waham
2) Halusinasi
a. Gejala positif
1) Delusi yaitu suatu keyakinan yang tak rasional atau tidak masuk akal tetapi
diyakini kebenarannya.
4) Gaduh gelisah, tidak dapat diam, bicara dengan semangat dan gembira
berlebihan.
b. Gejala negatif
1) Alam perasaannya atau afek yang tumpul dan mendatar, wajah yang tak
menunjukkan ekspresi.
2) Menarik diri, tak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka
melamun.
6) Tidak ada upaya dan usaha, tidak ada inisiatif, monoton, dan tidak ingin
apa-apa.
1. Skizofrenia simplek
sekali, pada awalnya klien kurang memperhatikan keluarganya, menarik diri dari
pergaulan, makin lama makin mundur dalam pekerjaan dan pelajaran. Gejala yang
2. Skizofrenia hebifrenik
Sering timbul pada masa remaja antara usia 15 – 25 tahun. Gejala yang
3. Skizofrenia katatonik
yaitu katatonik stupor denga gejala menonjol klien tidak menunjukkan perhatian
sama sekali terhadap lingkungan, dan katatonik gaduh gelisah yang terdapat
4. Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid agak berbeda dengan yang lainnya, timbul diatas usia
30 tahun, dengan gejala yang mencolok ialah waham primer disertai waham
sekunder dan halusinasi, bila pemeriksaan lebih teliti maka akan ditemukan
5. Skizofrenia akut
keadaan mimpi, kesadaran berkabut seakan-akan dunia luar dan dirinya berubah,
prognosa baik, biasanya dalam beberapa minggu atau kurang dari 6 bulan klien
sudah baik.
6. Skizofrenia residual
gangguan proses pikir, gangguan afek emosi, gangguan kemauan, dan gangguan
7. Skizofrenia skizoafektif
Gejala skizofrenia dan depresi yang timbul secara bersamaan, jenis ini bisa
sembuh tanpa ada efek atau mungkin timbul lagi serangan. (Maramis, 2010).
maka dilakukan bimbingan tentang hal – hal yang praktis. Biarpun penderita
mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang
baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana dirumah
1. Farmakoterapi
dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih
dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan
halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih
kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau ikut terapi
kerja. Jika serangan itu baru yang pertama kali, maka sesudah gejala-gejala
skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala mereda, obat diberi
terus selama satu atu dua tahun. Untuk pasien dengan skizofrenia menahun,
neroleptika diberikan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan
dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien. Senantiasa kita harus
waspada terhadap efek samping yang terjadi. Hasilnya lebih baik bila neroleptika
mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit. Tidak ada dosis standart
untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara individual ( Maramis, 2010). Dosis
samping. Bila sebelumnya pasien pernah memakai suatu neroleptika dengan hasil
yang baik dan sekarang memerlukan lagi medikasi neroleptik, maka sebaiknya
diberi neroleptika yang sama seperti dahulu karena sensitivitas pasien terhadap
berbagai neroleptika berbeda. Belum ada neroleptika yang paling unggul terhadap
skizofrenia.(Maramis, 2010).
dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan
datang.
Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih
sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, bahaya
lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti pada
diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita
skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat
masyarakat.
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain (penderita lain, perawat, dan dokter). Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau
bermain musik bebas tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila
dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu sudah
ditentukan.
2010).
5. Lobotomi prefrontal
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila
begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-
lebih dengan neuroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat diluar rumah
sakit jiwa. Dan memang seharusnya demikian, Sedapat-dapatnya penderita harus
1. Somatoterapi
2. Psikoterapi
3. Manipulasi lingkungan
wajar dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukan, namun
demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak memiliki
bahwa keluarga yang mandiri tidak memiliki kaitan dengan orang lain.
perawatan yang tepat sehari- hari dirumah. Keempat, keluarga dapat menciptakan
mengobati masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga.
kemandirian keluarga.
Ada beberapa variable atau factor penting yang sangat mempengaruhi nilai-
nilai dalam keluarga. Nilai dan system keyakinan keluarga membentuk pola
perilaku terhadap masalah kesehatan yang mereka hadapi. Maka dari itu nilai-nilai
1. Sosial Ekonomi :
status ini juga merupakan factor yang sangat kuat didalam nilai keluarga, nilai ini
dipersiapkan sebagai sesuatu yang fleksibel artinya kegiatan dimulai jika semua
orang yang terlibat sudah sampai sebaliknya keluarga kelas memengah, menganut
nilai waktu yang dominan dan mengharapkan ketepatan waktu serta ketrampilan
2. Etnis
merapikan tempat tidur, yang mengungkapkan arti bahwa anggota keluarga yang
sudah menikah tidak boleh membawa masalah rumah tangga mereka kepada
tersebut.
3. Letak Geografis
Dalam hal tempat tinggal penduduk desa versus kota, penduduk desa
masyarakat urban, teridiri dari beragam macam populasi, pada umumnya terdiri
dari keluarga yang berasal dari beragam kelas social , dan dari bermacam etnik
serta kelompok rasial, jadi keluarga urban biasanya menunjukkan perbedaan nilai
yang besar, meskipun secara umum cenderung memilih pandangan social dan
4. Perbedaan generasi
Variable lain yang mempengaruhi nilai dan norma keluarga adalah pada
system nilai generasi . kebanyakan nilai inti juga dapat berubah karena pergeseran
Diri Keluarga
Gray (1996) dalam friedman (1998) menulis bahwa perilaku perawatn diri
keluarga dapat berkembang lewat perpaduan pengalaman social dan kognitif yang
telah dipelajari melalui hubungan interpersonal, komunikasi dan budaya yang
1. Interpersonal
keluarganya.
dibentuk oleh kekuatan dari luar yang ada disekitarnya. Keluarga telah
keluarganya yang mengalami masalah kesehatan, oleh karena itu factor yang
kesehatannya sangat dipengaruhi oleh dari luar dirinya yaitu keluarga dan
masyarakat sekelilingnya.
2. Komunikasi
dimensi struktur dari system keluarga, beserta kekuasaan ,peran dan pengambilan
keputusan serta dimensi strukttur nilai. Struktur keluarga dan proses komunikasi
interaksi antara pengirim dan penerima. Pengirim dan penerima. Pengirim adalah
seseorang yang mencoba untuk memindahkan suatu pesan kepada orang lain,
rute/perjalanan pesan.
Karakteristik kunci keluarga yang sehat adalah komunikasi yang jelas dan
3. Budaya
yang paling berhubungan dengan memahami prilaku keluarga. System nilai dan
khusus, bermacam gaya hidup , struktur dalam kebudayaan keluarga, karena itu
merupakan hal terpenting . tanpa pengetahuan tentang perbedaan norma dan pola
tidak legal. Empat area penting ketika perbedaan kebudayaan dapat menembus
Perawatan Kesehatan dibagi menjadi empat tingkat dari keluarga mandiri tingkat
satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat empat (paling tinggi).
rencana keperawatan.
rencana keperawatan
rencana keperawatan
rencana keperawatan
Psikoterapi individual
Rehabilitasi psikiatri
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
Effendi, 2009).
Keluarga merupakan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya
elemen dalam keluarga serta nilai, keyakinan, sikap dan perilaku lingkungannya
kesehatan. Keluarga sebagai unit sosial yang dinamis akan selalu berubah dan
Menurut Viora (2010 dalam Samsara, 2010) beberapa hal yang perlu
secara optimal.
Keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada
Berbagai tempat pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat bagi pasien untuk
adaptif.
tentang cara merawat dan menangani perilaku pasien dirumah. Fungsi sosial
terapi intervensi keluarga. Intervensi ini juga berhasil mengurangi beban, stres
pada keluarga.
penyesuaian kembali setiap klien. Oleh karena itu, peran serta keluarga dalam
sangat diperlukan.
2.4 Konsep Pengetahuan Keluarga
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga dan
sebagainya) yang diperoleh melalui proses pengalaman dan proses belajar dalam
Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik inisiatif sendiri atau
orang laindengan melihat atau mendengar sendiri tentang kenyataan atau melalui
komunikasi, seperti radio, televisi, surat kabar dan lain-lain. Selain itu
pengalaman juga dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang
baik yang bersifat formal maupun informal. Jadi pengetahuan mencangkup akan
ingatan yang pernah dipelajari baik langsung maupun tidak langsung dan
meningkatkan peran keluarga dalam hal pengawasan minum obat dan mengetahui
lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi
paling rendah.
2. Memahami (Comperhension)
benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
kekambuhan adalah tidak minum obat secara teratur, tetapi harus dapat
pada pasien.
3. Aplikasi (Aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi ini dapat diartikan
4. Analisis (Analysis)
Misalnya : keluarga dapat membedakan gejala positif dan gejala negatif dari
skizofrenia.
5. Sintesis (Syntesis)
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis itu adalah suatu
telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau
kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat
6. Evaluasi (Evaluation)
dan mengenali gejala gangguan jiwa secara dini dan upaya pengobatannya.
kekambuhan pasien :
pasien dan keluarga dijelaskan mengenai jenis obat yang dipakai yang
meliputi : nama obat disertai guna dan manfaatnya termasuk jelaskan warna
2. Dosis
Jelaskan dosis, dapat dikaitkan dengan warna dan besar kecilnya obat disertai
keluarga dapat berbeda beda oleh karena itu, informasi yang diberikan perawat
harus jelas, misalnya makan obat 3x perhari setelah makan pada jam 7 pagi, 1
obat tanpa konsultasi yaitu kambuh, karena pada tubuh pasien tidak cukup zat
yang dapat mengontrol perilaku, pikiran atau perasaan. Dosis obat atau
5. Nama Pasien
Perlu pula dijelaskan pada pasien dan keluarga agar dapat mengecek nama
pada botol obat atau kantong obat apakah sesuai dengan nama pasien .
Penjelasan tentang obat perlu disampaikan pada pasien dan keluarga adalah
jenis obat disertai dengan efek dan efes samping, dosis obat, waktu minum
obat, akibat berhenti minum obat dan ketepatan nama pasien. Setelah beberapa
hari minum obat perlu dievaluasi apakah pasien dan keluarga merasakan
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pada Bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang meliputi desain
operasional, strategi pengumpulan data, analisa data dan prinsip etis dalam
penelitian.
untuk menjawab pertanyaan penelitian serta sebagai alat untuk mengontrol atau
2011).
Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Analitik adalah survei atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kejadian itu terjadi. Cross
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point time Approach) (Notoatmodjo,
2009).
3.2 Kerangka kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis sebagai
berikut.
Populasi
Seluruh keluarga pasien skizofrenia yang berkunjung Di RSJ Menur Surabaya
Consecutive sampling
Sampel
Sebagian keluarga yang memiliki anggota keluarga pasien skizofrenia di RSJ
Menur Surabaya
Kuesioner
3.3.1 Populasi
penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien skizofrenia yang berobat di RSJ
Menur Surabaya.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari yang diambil keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010). Sampel pada
Kriteria inklusi :
Untuk Keluarga :
disediakan
Untuk pasien :
Kriteria eksklusi :
Untuk keluarga :
skizofrenia
Untuk pasien :
subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga
besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pada
3.3.4 Sampling
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Dalam hal ini
pengambilan sampel dilakukan mulai bulan november yang sesuai dengan
kriteria inklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Peneliti menetapkan waktu
untuk pengumpulan data selama 1 minggu dan dalam waktu 1 minggu peneliti
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan menurut
faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel
B : Mandiri
dalam semua
aktivitas hidup
sehari-hari
kecuali satu dari
fungsi tersebut.
Skor = 5
C : Mandiri
dalam semua
aktivitas hidup
sehari-hari
kecuali mandi
dan satu fungsi
tambahan. Skor =
4
D : Mandiri
dalam semua
aktivitas hidup
sehari-hari
kecuali mandi,
berpakaian dan
satu fungsi
tambahan. Skor =
3
E : Mandiri
dalam semua
aktivitas hidup
sehari-hari
kecuali mandi,
berpakaian, ke
kamar kecil, dan
satu fungsi
tambahan. Skor =
2
F : Mandiri
dalam semua
aktivitas hidup
sehari-hari
kecuali mandi,
berpakaian, ke
kamar kecil,
berpindah dan
satu fungsi
tambahan. Skor =
1
G:
ketergantungan
pada keenam
fungsi tersebut
skor = 0
Keterangan :
1. Nilai A:
mandiri = 6
2. Nilai B-F:
bergantung
sebagian = 1-5
3. Nilai G:
bergantung
sepenuhnya =
0
(Ali,2008,
dikutip oleh
Darwis , 2010 )
3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
respon terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dalam kuesioner ini
2018.
direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, dilakukan uji etik di ruang
pertemuan, setelah uji etik disetujui untuk melakukan penelitian Direktur Rumah
Sakit Jiwa Menur Surabaya memberikan tembusan kepada Kepala Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya untuk memberikan ijin penelitian di
kriteria inklusi yang di tetapkan oleh peneliti. Saat keluarga datang mengantar
kontrol klien ke poli jiwa Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya peneliti melihat
keluarga sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden dalam
yang menggunakan skala ordinal yaitu data yang disusun atas jenjang dalam
1. Editing
diperoleh dari responden, jika data belum lengkap dikembalikan lagi kepada
responden.
2. Coding
Pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa
masing.
Positif dikode 1
Negatif dikode 2
Positif dikode 1
Negatif dikode 2
Positif dikode 1
Negatif dikode 2
Kategori :
(Nursalam, 2013)
3. Scoring
Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan menurut aspek yang diukur.
setelah itu Skor yang didapat dari setiap pernyataan dijumlahkan, dibandingkan
p = n : N x 100%
4. Tabulasi data
distribusi kemudian ditulis dalam bentuk narasi. Dari tabulasi dapat diketahui
dirumah sakit jiwa menur surabaya. Dalam penelitian ini variabel bebas
menggunakan skala ordinal dan variabel terikat juga menggunakan skala ordinal
derajat kemaknaan α= 0,05 dengan bantuan SPSS for windows v.20,0. Jika p <
α=0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti ada Hubungan tingkat
tertentu.
3.7.3 Kerahasiaan(Confidentiality)
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Peneliti hanya akan mengambil
Foto Responden yang menjadi sampel dari belakang, sehingga identitas pasien
tidak diketahui.
3.7.5 Keadilan(Justice)
memperhatika ras, suku, agam dan jenis kelamin. Pada penelitian ini responden di