Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH UJI BIOAKTIVITAS BAHAN ALAM

PERBANDINGAN METODE ANTIKANKER DARI BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


(BST) DENGAN LEMNA MINOR BIOASSAY OLEH BAHAN ALAM

OLEH :
Achmad Syarifudin Noor 152210101148

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya sel kanker dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Para peneliti kanker menyimpulkan
bahwa 70-90% kanker pada manusia dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan,
makanan, konsumsi alkohol, rokok, polusi udara, air, bahan kimia di tempat kerja (misal:
pabrik), radiasi, dan sinar ultraviolet (Djajanegara dan Wahyudi, 2009).
Sejak lama penyakit kanker telah menjadi momok bagi banyak orang (Sudewo, 2004).
Dalam laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan bahwa pada tahun 2008, hampir
460.000 wanita meninggal karena kanker payudara (Anonimb, 2011). Penderita kanker
payudara di Indonesia sebanyak 12,10%, terbanyak kedua setelah kanker leher rahim
(19,18%) (Tjindarbumi dan Mangunkusumo, 2002). Kanker payudara merupakan tumor
ganas yang menyerang jaringan payudara dan merupakan penyebab utama kematian pada
wanita di dunia (Klauber et al., 2001; Mardiana, 2004; Walker et al., 1997).
Salah satu pemanfaatan tanaman baha alami yang signifikan adalah untuk terapi kanker.
Walaupun telah cukup banyak ditemukan obat kemoterapi untuk pengobatan kanker, namun
hasilnya belum memuaskan, karena disamping senyawa aktifnya kurang atau tidak selektif
dalam membunuh sel-sel kanker, juga sering menimbulkan efek samping yang cukup besar.
Kondisi seperti ini mendorong masyarakat melakukan pengobatan alternatif atau pun
komplementer dengan menggunakan bahan alam atau obat tradisonal (Farida et al., 2010).
Metode pengujian bahan alam yang diduga memiliki aktivitas antikanker juga sangat
berperan. Metode uji yang ada adalah Brine Shrimp Lethality Test, Lemna Minor Bioassay,
dan Crown-Gall Potato Bioassay. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kekurangan. Oleh karena itu dalam makalah kali ini dilakukan perbandingan metode
pengujian antikanker bahan alam, yaitu antara Brine Shrimp Lethality Test (BTS) dan Lemna
Minor Bioassay untuk mengetahui metode mana yang paling efektif dalam menguji bahan
alam yang memiliki aktivitas antikanker. Kedua metode yang dibandingkan diambil dari
jurnal yang berjudul Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Umbi Talas (Colocasia esculenta L.
Schoot) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Terhadap Artemia Salina Leach. Dan
Sitotoksisitas dan Fitotoksisitas dari Tanaman Obat Terpilih Dari Family Polygonaceae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Metode Brine Shrimp Lethality Test


Metode BTS digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam proses
isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC 50
dari senyawa aktif. Metode BTS dapat digunakan dari berbagai sistem uji seperti uji
pestisida, mitotoksin, polutan, anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik dan
ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa racun tumbuhan darat.
Metode ini menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai uji coba. Uji toksisitas
akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat setelah
pemberian dosis. Prosedur dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas Artemia salina
Leach. Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BTS jika
harga LC < 1000 g/ml.
Senyawa bioaktif hampir selalu toksik pada dosis tinggi. Oleh karena itu daya bunuh
in vivo dari senyawa terhadap organisme hewan dapat digunakan untuk menapis ekstrak
tumbuhan yang mempunyai bioaktvitas dan juga untuk memonitor fraksi bioaktif selama
fraksinasi dan pemurnian Salah satu organisme yang sangat sesuai untuk hewan uji
tersebut adalah brine shrimp (udang laut). Brine shrimp test sudah digunakan untuk
berbagai sistem bioassay yaitu untuk menganalisa residu pestisida, mikotoksin, polutan
pada air sungai, anastetik, toksin dinoflagelata senyawa yang berupa morfin, toksisitas
pada dispersant minyak dan kokarsinogenik ester phorbol.
b. Metode Lemna Minor Bioassay
Metode ini digunakan sebagai uji pendahuluan suatu bahan alam yang diduga
memilki aktivitas antitumor. Bahan alam yang dapat menghambat dan meningkatkan
pertumbuhan sel tumor dengan mengamati senyawa antitumor alami yang dapat
menghambat pertumbuhan Lemna, walaupun korelasi hubungan pengujian antitumor
lainnya kurang baik.
Lemna minor L. adalah tumbuhan monokotil yang hidup di daerah perairan. Pada
kondisi normal, kondisi ini secara langsung menghasilkan anak daun. Jika ekstrak bahan
alami dapat menghambat pertumbuhan dari anak daun tumbuhan Lemna minor L., maka
ekstrak bahan alami tersebut dapat berkhasiat sebagai antitumor (McLaughlin, 1998).
BAB III
PEMBAHASAN

a. Metode Brine Shrimp Lethality Test


Pada jurnal yang berjudul Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Umbi Talas (Colocasia esculenta
L. Schoot) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Terhadap Artemia Salina Leach ini
menjelaskan tentang uji toksisitas Ekstrak Etanol dari umbi talas (Colocasia esculenta L.
Schott) dengan menentukan efek dari toksisitas dan potensi antikanker ekstrak etanol dari
umbi talas (Colocasia esculenta L. Schott) dengan metode Uji Loyalitas Udang Brine
terhadap Artemia salina.
Komponen mikronutrien yang terkandung dalam talas yaitu Vitamin A (β- karoten) dan
vitamin C. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan yang mengandung antioksidan
(vitamin C dan β- karoten) dapat mencegah penyakit diabetes melitus, rabun senja,dan
berbagai penyakit kanker (Tungriani et al., 2012). Salah satu langkah pertama untuk uji
toksisitas ekstrak atau senyawa adalah dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
BSLT merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan dalam
penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini dapat
digunakan sebagai bioassay guided fractionation dari bahan alam karena mudah, cepat, dan
murah. Beberapa senyawa bioaktif yang telah berhasil diisolasi dan dimonitor aktivitasnya
dengan BSLT menunjukkan adanya korelasi terhadap suatu uji spesifik antitumor.
Ekstrak etanol, dibuat dengan konsentrasi 0,1, 1, 10, 100, 1000, dan 10000 μg / ml dan
untuk perbandingan dengan konsentrasi obat vincristine 0,01, 0,1, 1, dan 10 μg / ml. Kontrol
negatif menggunakan air laut yang dibuat dengan konsentrasi yang sama. Selanjutnya masing-
masing konsentrasi 10 ml air laut dan kemudian beri 10 udang larva. Perawatan dilakukan
dengan 10 replikasi pada setiap konsentrasi. Observasi dilakukan dilakukan setelah 24 jam
perawatan dengan menghitung jumlah larva mati.
Hasil dari analisis probit dengan menunjukkan LC50 dari ekstrak etanol umbi talas
(Colocasia esculenta L.schott) dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu 33,997 μg/ml
(7,970μg/ml-151,231μg/ml). Hasil data dari pembanding obat vinkristin menunjukkan nilai
LC50 yaitu 0,398 μg/ml (0,259μg/ml-0,624μg/ml). Berdasarkan kategori aktivitas toksisitas
nilai LC50 yang diperoleh termasuk dalam kategori toksisitas 0-100 μg/ml dianggap kategori
kuat dan menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi talas (Colocasia esculenta L.schott)
bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach. Suatu sampel dapat dikatakan memiliki potensi
sebagai antikanker apabila uji toksisitas dengan LC50<1000 μg/ml (Meyer, 1982) dan jika
semakin kecil nilai LC50 dari ekstrak uji maka sampel uji memiliki aktivitas sebagai
antikanker (Lisdawati,2006). Hasil penelitian yang menunjukkan nilai LC50 termasuk dalam
kategori aktivitas toksisitas yang dianggap kuat dan dapat berpotensi besar sebagai antikanker
sehingga bisa dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel uji.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol umbi talas (Colocasia esculenta L.schott)
bersifat toksik karena memiliki nilai LC50<1000 μg/mL sehingga kemungkinan memiliki
toksisitas akut yang berpotensi sebagai antikanker (Putra,Bayu.,2015)

b. Metode Lemna Minor Bioassay


Pada jurnal yang berjudul Cytotoxicity and phytotoxicity of some selected medicinal
plants of the family Polygonaceae menjelaskan tentang
Sitotoksisitas dari ekstrak metanol mentah Rumex hastatus, Rumex dentatus, Rumex
nepalensis, Rheum australe, Polygonum persicaria dan Polygonum plebejum (Family
Polygonaceae) yang ditentukan terhadap Artemia salina pada 1000, 100 dan 10 mg / ml. R.
hastatus, Demikian pula phytotoxicity dari ekstrak mentah dari enam ini tanaman ditentukan
terhadap Lemna minor.
Anggota dari keluarga Lemnaceae adalah organisme yang cocok untuk selidiki proses
fisiologis dan efek zat kimia. Tanaman lemna adalah miniatur monokot air, terdiri dari daun
oval sentral atau ibu daun dengan dua daun putri terlampir dan akar filamen. Dalam kondisi
normal, tanaman bereproduksi secara eksponensial dengan tunas daun putri dari kantong di
sisi-sisi daun induk. Menggunakan Lemna assay, diamati bahwa anti tumor alami senyawa ini
dapat menghambat pertumbuhan Lemna. Selain itu, itu juga menemukan bahwa beberapa zat
menstimulasi daun proliferasi dan uji mungkin berguna dalam mendeteksi stimulan
pertumbuhan tanaman baru. Kebutuhan komersial untuk seperti alami, biodegradable,
herbisida dan pertumbuhan tanaman stimulan suatu hari nanti dapat diisi dengan produk alami
Dideteksi oleh bioassay Leman yang sederhana dan nyaman (Atta-ur-Rehman, 1991).
Ekstrak dari Daun dari Polygonum persicaria Linn, R. hastatus D.Don, R.dentatus Linn,
akar R. nepalensis Spreng, rimpang R.australe D. Don dan seluruh tanaman P. plebejum
diujikan pada telur udang laut yang telah diinkubasi pada 37 ° C selama 24 jam untuk
mengetahui efek sitotoksik dari ekstrak ini. Konsentrasi adalah 10, 100, dan 1000 μg / ml
masing-masing diterapkan setelah 2 hari menetas dan pematangankemudian diinkubasi pada
25 - 27 ° C selama 24 jam di bawah penerangan. Botol lain dilengkapi dengan DMSO dan
mereferensi obat sitotoksik yang berfungsi sebagai negatif dan positif kontrol, masing-
masing.
Untuk ktivitas fitotoksik dari ekstrak dilakukan terhadap L. minor following (Ahmad et
al., 2009). Media disiapkan di air suling (1000 ml) dan diautoklaf pada 121 ° C selama 15
menit, kemudian pH telah disesuaikan (5.5 - 5.6) dengan menambahkan pelet KOH. Ekstrak
(15,0 gm) dilarutkan dalam metanol (40 ml) disajikan sebagai larutan stok. Delapan belas
cawan Petri, tiga untuk setiap ekstrak, diinokulasi 1000, 100, dan 10 ml larutan stok untuk
memberikan konsentrasi akhir masing-masing 500, 50 dan 5 ppm. Pelarut dibiarkan menguap
semalam dalam kondisi steril. Ke setiap piring, sedang (20 ml) dan tanaman (10), masing-
masing berisi roset tiga daun, dari L. minor ditambahkan. Pelat lain melengkapi dengan
methanol dan reference growth inhibitor (Paraquate), yang disajikan sebagai kontrol negatif
dan positif, masing-masing. Semua piring disimpan dalam kabinet pertumbuhan pada 28 (± 1)
selama tujuh hari. Jumlah daun per piring dihitung dan dicatat pada hari ketujuh.
Hasil dari sitotoksisitas dari metanol mentah ekstrak tanaman obat yang dipilih dari
keluarga Polygonaceae. R. australe tidak memiliki aktivitas sitotoksik.. R. hastatus memiliki
aktivitas sitotoksik yang rendah. R. dentatus memiliki aktivitas yang signifikan. R. nepalensis
dan P. plebejum memiliki aktivitas sedang. P. persicaria memiliki aktivitas yang rendah
Hasil dari phytotoxicity dari metanol mentah ekstrak tanaman obat yang dipilih dari famii
Polygonaceae menunjukkan bahwa ekstrak kasar R. australe (rimpang) menunjukkan aktivitas
fitotoksik tinggi terhadap L. minor pada konsentrasi 1000 mg / ml (70,4%), penghambatan
sedang pada konsentrasi 100 mg / ml (45,5%) dan rendah pada konsentrasi 10 mg / ml
(32,2%). R. hastatus (daun) menunjukkan aktivitas rendah pada 1000 mg / ml (38,5%), 100
mg / ml (27,3%) dan 10 mg / ml (17,4%). R. dentatus (daun) pameran aktivitas yang
signifikan pada konsentrasi 1000 mg / ml (72,8%) dan pada konsentrasi 100 mg / ml (36,8%)
dan 10 mg / ml (20,2%) aktivitas fitotoksik rendah. R. nepalensis (root) memiliki aktivitas
fitotoksik tinggi pada konsentrasi 1000 mg / ml (68,8%), menunjukkan aktivitas fitotoksik
sedang pada 100 mg / ml (55%) dan rendah aktivitas pada 10 mg / ml (11,9%). P. plebejum
(seluruh tanaman) menunjukkan aktivitas fitotoksik tinggi pada konsentrasi 1000 mg / ml
(66,8%) sementara pada konsentrasi 100 mg / ml (31%) dan 10 mg / ml (9,1%), aktivitasnya
rendah. P.persicaria (daun) menunjukkan aktivitas fitotoksik yang tinggi terhadap L. minor
pada konsentrasi 1000 mg / ml (72,8%), menunjukkan inhibisi sedang pada konsentrasi 100
mg / ml (45,5%) dan pada konsentrasi 10 mg / ml (21,9%), ia memiliki aktivitas
penghambatan rendah.
Dapat disimpulkan bahwa menunjukkan bahwa R. hastatus, R. dentatus, R.nepalensis, P.
persicaria dan P.plebejum dapat digunakan sebagai sumber agen sitotoksik. Demikian pula R.
hastatus, R.dentatus, R.nepalensis, R. australe, P. persicaria dan P.plebejum dapat digunakan
sebagai sumber agen phytotoxic di konsentrasi yang diujikan (Hussain,Fakhruk.,2009).

c. Perbandingan Metode Brine Shrimp Lethality Test dan Lemna Minor Bioassay
Dari kedua metode di atas dapat dilihat perbandingannya yaitu antaralain :
1. Pada preparasi perlakuannya. Jika BTS sampel yang diujikan diterapkan bersamaan
dengan inkubasi udang namun jika metode Lemna , sampelyang sudah dipreparasi
dalam bentuk ekstrak diujikan setelah telur udang diinkubasi.
2. Dari hasil yang didapat sama-sama dapat menemukan LC50.
3. Metode Lemna Minor Assay lebih ke metode pendahuluan dari penentuan uji
antikanker dan antisitotoksik aktivitasi bahan alam daripada BTS.
4. Metode BTS lebih banyak digunakan untuk penelitian dibandingkan dengan metode
Lemna Minor Assay.
5. Metode BTS lebih banyak memiliki keuntungan antaralain seperti caranya yang
cukups sederhana (tanpa teknik aseptik, tanpa peralatan yg mahal seperti LAFC) ,
Jumlah organisme banyak, memenuhi kebutuhan validasi statistik dgn sedikit sampel
(2-20 mg telur nauplii), Cepat karena hanya perlu waktu sekitar 24 jam untuk sudah
bisa mendapat hasil, murah (tidak butuh serum hewan) , dan Self reliance (dapat
dikerjakan secara mandiri) .
6. Sedangkan metode Lemna Minor Assay cenderung butuh alat seperti LAF untuk
tempat menumbuhkan da pemberian perlakuan pada proses uji, organisme yang
digunakan susah dicari sehingga kemungkinan harga mahal.
DAFTAR PUSTAKA

Atta-ur-Rehman (1991). Studies in Natural Product Chemistry, Netherlands, Elsevier


Science Publishers, 9: 383-409.
Bayu,Putra.2015. UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL UMBI TALAS (Colocasia
esculenta L. Schoot ) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST TERHADAP
Artemia Salina Leach.Universitas Muslim Indonesia
Farida, Y., Martati,T., Musir.,A., Edward,B. 2010. Uji Sitotoksik Dan Antioksidan
Dari Ekstrak Daun Keladi Tikus (Typhonium divaricatum (L) Decne). Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila, Jagakarsa Jakarta.
Lisdawati V., wiryowidagdo S., Kardono L.B.S., 2006. Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) dari Berbagai Fraksi Ekstrak Daging Buah dan Kulit Biji Mahkota Dewa (Phaleria
marcocarpa). Pusat Penelitian Kimia, Puspiptek - LIP1 Vol 34 no 3.(Online),
(http://ejournal.litbang.depke s.go.id/index.php/BPK/article /viewFile/1208/130) (Diakses
dimakassar 6 februari 2014).

Anda mungkin juga menyukai