Anda di halaman 1dari 26

Seminar Manajemen Keuangan G

Why Buy It When You Can Lease It

Putri Maulidya 041611233049

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1.1. Latar Belakang Kasus
Angelo Rossi yang memiliki restoran Italia di New York selama25 tahun memiliki
kepercayan atau kebiasaan baik dimana semua aktivitas direstorannya dibiayai secara
cash atau tunai. Angelo selalu percaya bahwa menjadi seorang debitor berarti menjadi
budak dari pemberi pinjaman. Karena itu, ia memilih untuk menabung uang tunai untuk
berbagai keperluan ketika dibutuhkan di masa depan. Suatu ketika, Angelo memutuskan
untuk memindahkan restorannya ke tempat yang jauh lebih besar dengan parkir dan meja
yang cukup. Seperti biasa, langkah itu dibiayai dengan uang tunai.
Kemudian sekitar tiga tahun yang lalu, Angelo pensiun dan menyerahkan bisnisnya ke
Paulo, anaknya. Karena merupakan usaha warisan, maka Paulo juga mewarisi beberapa
peralatan usang. Namun, Paulo mulai lelah karena dia harus sering menelepon ke
perusahaan jasa untuk perbaikan peralatan dan pemeliharaan.
Akibatnya, kualitas layanan restoran mulai memburuk dan restaoran mengalami
kerugian. Selain itu, secara khusus, tiga oven, mesin pencuci piring, dan mesin pasta
perlu diganti. Total biaya peralatan termasuk pengiriman dan pemasangan diperkirakan $
100.000, tingkat jadwal Modified Accelerated Cost Recovery selama 3 tahun dapat
digunakan untuk mendepresiasi peralatan.
Kondisi restoran di bawah kepemimpinan Paulo mengalami penurunan dimana saldo
kas perusahaan telah menyusut. Hal ini dikarenakan gaya hidup Paulo yang jauh lebih
mewah dan semuanya dibayar penuh dengan kas dari keuntungan bisnis, sehingga tidak
banyak uang yang tersisa untuk renovasi bisnis dan penggantian peralatan.
Berkat cara-cara konservatif Papa Rossi, peringkat kredit restoran yang baik sehingga
restoran bisa mendapatkan uang untuk peralatan dengan mudah yaitu dengan meminjam
dari bank pada tingkat 10% per tahun selama jangka waktu 5 tahun. Namun Paulo
mendapatkan banyak rekomendasi dari kolega bisnisnya tentang keuntungan dari
melakukan leasing. Sehingga Paulo juga berusaha melakukan hal yang sama dengan
mencari berbagai macam perusahaan leasing.
Dan akhirnya Paulo menemukan bahwa ia dapat menyewakan peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan dari AAA Leasing Company untuk pembayaran sewa
tahunan sebesar $ 25.000 selama jangka waktu 5 tahun. Sewa akan membawa opsi untuk
membeli peralatan seharga $ 40.000 pada akhir 5 tahun. Biaya perawatan pada peralatan
baru diperkirakan $ 2.000 per tahun dan akan ditanggung oleh pembayaran sewa
tahunan. Peningkatan efisiensi peralatan baru diharapkan menghasilkan penghematan
biaya bersih $ 4.000 per tahun.
2
1.2. Permasalahan
1. Apa saja jenis leasing yang tersedia serta perbedaannya dan mana yang paling cocok
untuk restoran Paulo ? Jelaskan mengapa
2. Hitung keuntungan bersih dari penyewaan (the net advantage to leasing/NAL)
peralatan restoran. Jika diasumsikan bahwa peralatan lama tidak memiliki nilai jual
kembali sedangkan the net equipment akan memiliki nilai sisa $ 30.000 setelah 5
tahun. Tarif pajak restoran diperkirakan 40%.
3. Menurut Anda apa yang biasanya terjadi pada peralatan sewaan setelah masa sewa
berakhir ?
4. Setelah melakukan semua perhitungan, Paulo menyadari bahwa ia meremehkan
penghematan biaya yang akan menghasilkan peningkatan efisiensi sebesar $ 1.000 per
tahun. Bagaimana seharusnya kesalahan ini ditangani ? Apakah ini relevan ? jelaskan
5. Bagaimana seharusnya depresiasi dan pajak diperhitungkan dalam perhitungan ini ?
6. Jika peralatan disewakan, apakah pembayaran sewa akan dikurangkan dari pajak ?
jelaskan.
7. Jika tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40%, berapakah pembayaran sewa
minimum yang bersedia diterima ? jelaskan
8. Berapa pembayaran sewa maksimum yang bersedia dibayarkan oleh Paulo ? jelaskan
9. Seberapa besar dampak yang diperkirakan oleh nilai sisa mesin baru terhadap
keputusan sewa versus beli (lease versus buy decision) ?
10. Jika Paulo menyewa peralatan, apa dampaknya pada kapasitas hutang perusahaan ?
11. Apakah ukuran bisnis memainkan peran apa pun dalam keputusan sewa atau beli dari
jenis ini ?
12. Apakah jenis aset yang dipertimbangkan memiliki banyak pengaruh pada keputusan
sewa versus beli ?
13. Apakah ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan sewa
versus meminjam dan membeli dari jenis ini ? jelaskan
14. Semua hal dipertimbangkan, haruskah Paulo menyewakan atau meminjam dan
membeli peralatan ? jelaskan.
1.3. Solusi Kasus
1.3.1. Teori – Teori
Sewa-guna atau leasing adalah suatu penetapan yang memberikan kepada suatu
perusahaan untuk menggunakan dan mengendalikan aktiva-aktiva tanpa menerima
hak atas aktiva-aktiva tersebut. Aktiva-aktiva tersebut merupakan barang-barang
3
modal. Suatu lease adalah suatu persetujuan tertulis yang memberikan kesempatan
penggunaan aktiva-aktiva selama suatu periode tertentu. Suatu lease ditandatangani
oleh baik pemilik aktiva (lessor) dan pemakai aktiva (lessee). Ciri – ciri leasing terdiri
dari :
 Biasanya ada jangka waktu kegunaan yang ditentukan atas barang yang disewakan
 Hak milik benda yang disewakan ada pada pihak lessor
 Benda yang dijadikan objek leasing adalah benda yang bisa digunakan oleh
perusahaan
Pada umumnya leases dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :
 Operating Lease dimana suatu operating lease tidak menyatakan adanya
kewajiban jangka panjang baik bagi lessor maupun lessee dan biasanya boleh
dibatalkan oleh pemilik atau pengguna aktiva setelah pemberitahuan ketetapan
tertentu. Sebagai contoh suatu operating lease adalah sewa menyewa ruangan
kantor atas dasar lease 2 tahun yang dapat dibatalkan berdasarkan pemberitahuan
60 hari. Ini merupakan suatu jenis yang umum dari lease bagi kebanyakan orang,
akan tetapi mendapat perhatian yang terbatas bagi manajer keuangan.
 Service Lease dimana menurut jenis, lease ini, lessor menyediakan baik
pembiayaan maupun servis atas aktiva-aktiva selama periode lease. Komputer,
mesin fotokopi, truk, dan barang-barang modal lainnya dileasekan di bawah
kontrak yang memberikan pemeliharaan maupun servis atas aktiva-aktiva selama
periode lease. Oleh karena mesin-mesin modern sering membutuhkan
pemeliharaan yang istimewa serta dukungan yang khusus pula, service lease terus
berkembang dan penting. Ciri-ciri utama dari service lease ini adalah sebagai
berikut :
a. Pemeliharaan masuk dalam biaya lease. Lessor bertanggung jawab atas
pemeliharaan peralatan dan melakukan semua pelayanan dan perbaikan-
perbaikan secara rutin. Sifat ini dianggap penting di dalam biaya lease dan
melindungi lessee dari keharusan untuk memperbaiki adanya kerusakan-
kerusakan utama. Ini juga memberikan peluang bagi para lessor untuk
mempekerjakan seorang staf ahli mesin yang terampil yang dapat
memelihara sejumlah besar kendaraan-kendaraan, komputer, atau peralatan
yang dilease-kan.

4
b. Peralatan tidak boleh diamortisasikan secara penuh. Bila suatu perusahaan
mengamortisasi suatu aktiva, maka perusahaan akan menyusutkannya
selama periode tertentu (umur ekonomisnya). Menurut service lease,
pembayaran-pembayaran lease mungkin tidak cukup bagi lessor untuk
menutup kembali harga perolehan dari aktiva tersebut. Ini artinya bahwa
periode lease itu lebih pendek daripada usia pelayanan aktiva itu, dan lease
itu tidak diamortisasi secara penuh.
c. Lease dapat dibatalkan. Dalam banyak kasus, service lease boleh dibatalkan
oleh lessee. Sebagai ganti pilihan ini, lease mungkin berisi syarat-syarat
pembayaran dari suatu sanksi, jika lease itu dibatalkan sebelum habis masa
lease-nya. Kebanyakan suatu pemberitahuan yang telah ditetapkan untuk
pembatalan diperlukan.
d. Macam-macam servis lainnya boleh disediakan. Di samping peralatan dan
pelayanan itu, service lease mungkin memberikan tambahan pelayanan atas
bagian aktiva dari lessor. Peralatan pengganti diberikan pada waktu
kerusakan-kerusakan terjadi, dan bentuk-bentuk asuransi boleh diproses
oleh lessor sebagai bagian dari persetujuan lease itu.
 Financial Lease dimana ini merupakan suatu lease jangka panjang atas aktiva-
aktiva tetap yang tidak boleh dibatalkan oleh kedua belah pihak. Sebagai suatu
sumber dana, financial lease pada dasarnya adalah suatu jenis yang sama dari
alternatif pembelanjaan utang jangka panjang. Lease semacam ini merupakan
perhatian utama bagi para manajer keuangan. Ciri-ciri financial lease adalah
sebagai berikut :
a. Kewajiban yang pasti. Suatu financial lease menyatakan suatu kewajiban
yang pasti bagi suatu perusahaan. Kewajiban itu tidak dapat dibatalkan dan
serupa dengan persyaratan untuk membayar bunga utang yan belum
terlunasi.
b. Periode jangka panjang. Financial lease dibuat meliputi suatu periode
paling sedikit satu tahun dan sering kali 5 atau 10 tahun. Selama masa
periode ini perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan lease,
walaupun aktiva itu mungkin menjadi usang dan tidak lagi berguna untuk
kegiatan-kegiatan usaha.
c. Peralatan lease diamortisasi secara penuh. Pada financial lease persetujuan
lease meliputi usia pelayanan dari aktiva. Jika suatu perusahaan membuat
5
persetujuan lease atas sebuah peralatan dengan suatu usia yang diharapkan
8 tahun, periode lease itu akan menjadi kira-kira 8 tahun. Jika suatu aktiva
memiliki suatu usia yang tak tentu, dalam kasus seperti bangunan kantor,
maka persetujuan lease seolah-olah selama usia pelayanannya, katakanlah
20 tahun. Dalam hal ini, gedung kantor akan diamortisasi secara penuh,
meskipun mungkin mempunyai suatu nilai residu pada akhir periode lease
itu.
d. Keuntungan selama periode lease. Total pembayaran-pembayaran lease itu
lebih besar daripada harga perolehan aktiva, yang mana memberikan
peluang bagi lessor untuk memperoleh suatu keuntungan atas suatu
penetapan lease selama periode lease itu. Jika aktiva mempunyai nilai
residu, maka hal tersebut adalah tambahan keuntungan bagi lessor.
Terdapat dua bentuk financial lease yaitu :
 Straight lease. Tipe lease ini mewajibkan perusahaan membayar sewa
selama masa pelayanan yang diharapkan itu. Tidak ada ketentuan dibuat
untuk setiap perubahan-perubahan kondisi-kondisi lease yang pokok.
 Modified lease. Tipe lease ini memberikan beberapa kemungkinan
pilihan-pilihan bagi lessee selama masa lease. Sebagai contoh, suatu
kontrak lease mungkin memberi peluang bagi lessee untuk mengakhiri
kontrak lease tersebut dengan mengembalikan aktiva kepada lessor setelah
suatu tanggal yang ditetapkan. Pilihan-pilihan lain dapat diperbolehkan.
Jenis sewa ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu direct finance lease dan
sale and lease back. Direct finance lease adalah apabila pihak lessee pada
waktu sebelumnya belum memiliki barang modal yang dijadikan objek
leasing tersebut. Secara sederhana dicontohkan sebagai berikut: lessor
akan membeli barang modal atas permintaan pihak lessee yang sepakat
saling menyelenggarakan kontrak leasing. Sale and lease back adalah
pihak lessee yang sebelumnya telah memiliki barang modal tertentu,
menjual barang tersebut kepada lessor. Kemudian antara lessor dan lessee
berkepentingan atas uang tunai (cash) yang akan dimanfaatkan untuk
menambah modal usaha atau kepentingan lainnya. Antara direct finance
lease dengan sale and lease back ini tidak ada perbedaan mendasar, baik
dalam hal biaya sewa (rental), nilai sisa (residual value) maupun jangka
waktunya (lease period).
6
Selain dari bentuk-bentuk leasing di atas, ada bentuk leasing yang lain, yaitu
leverage lease dan cross border lease. Leverage lease, yaitu finance lease
yang melibatkan selain lessor dan lessee, juga pihak ketiga, yaitu credit
provider. Peran pihak ketiga ini adalah lessee membiayai sebesar 20% sampai
dengan 40% harga barang modal, sedangkan sisanya dibiayai pihak ketiga
tersebut. Cross border lease, yaitu usaha leasing yang melewati batas wilayah
suatu negara. Dalam model ini diperlukan suatu penanganan khusus meliputi
aturan hukumnya, perpajakan, akuntansi, dan sebagainya.
Keputusan untuk membeli dengan dana atau leasing suatu aktiva diambil
sederhananya meliputi :
1. Keputusan untuk membeli atau me-lease akan menyangkut banyak aliran kas yang
sudah umum.
2. Membeli atau me-lease tetap akan mendatangkan biaya operasi dan akan
mendapatkan penghasilan.
Leasing atau Membeli Tanpa Memperhatikan Pajak. Jika diasumsikan tingkat
pajak 0 dan menganalisis aspek-aspek keuangan antara keputusan leasing dan
pembelian. Anggap suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk me-lease atau
membeli suatu peralatan. Perusahaan telah memutuskan untuk memperoleh peralatan
tersebut. Peralatan itu akan mendatangkan biaya operasi dan akan menghasilkan
penghasilan-penghasilan yang tidak akan mempengaruhi apakah peralatan tersebut
akan di-lease atau dibeli. Jadi keputusan me-lease atau membeli akan menyangkut
banyak aliran kas yang sudah umum untuk keputusan-keputusan tersebut. Namun,
bagaimanapun terdapat perbedaan arus aliran kas, tergantung dari metode
pembelanjaan terhadap peralatan tersebut. Di satu pihak mempunyai aliran-aliran kas
yang digabungkan dengan pembelian, di lain pihak digabungkan dengan leasing.
Pada umumnya, jika suatu tingkat diskon yg digunakan dalam analisis adalah
sama dengan tingkat bunga yang mana perusahaan harus membayar, dan apabila itu
sungguh-sungguh dicoba untuk membelanjai pembelian aktiva dengan suatu
pinjaman, maka skedul pembayaran kembali pinjaman yang khusus itu tidak akan
mempengaruhi nilai sekarang dari pinjaman itu. Anggap suatu pinjaman P dipinjam
dan bunga i persen dibayar atas pokok pinjaman ditambah bunga yang terus
bertambah belum dibayar. Dengan menggunakan bunga tingkat diskon i, kita peroleh
nilai sekarang dari pembayaran-pembayaran yang dibutuhkan untuk melunasi
pinjaman itu akan selalu menjadi P, apapun skedul pembayaran kembali pinjaman
7
yang dipilih. Maksud dari analisis pada tingkat ini adalah untuk menentukan apakah
lease yang diusulkan adalah menarik secara finansiil. Karena lease dianggap
membutuhkan suatu ketetapan sebelumnya berdasarkan kontrak seperangkat
pembayaran-pembayaran, yaitu pinjaman. Di sini tingkat diskonto benar-benar dapat
meminjam, jika pilihan untuk memperoleh aktiva tersebut dengan membeli dan
meminjam.
Leasing atau Membeli dengan Memperhatikan Pajak. Sekarang dibahas akibat-
akibat dipertimbangkan pajak pendapatan. Dengan suatu pajak pendapatan,
perusahaan akan menempatkan semua aliran kas atas dasar sesudah pajak, karena
biaya bunga dapat dikenakan pajak untuk tujuan-tujuan pajak, maka akan dapat
digunakan tingkat diskon sesudah pajak. Untuk membuat aliran-aliran kas ini atas
dasar sesudah pajak bagi peminjam, maka perusahaan perlu menentukan untuk tiap-
tiap tahunnya berapa jumlah ini akan dipertimbangkan untuk pembayaran bunganya
dan berapa pembayaran kembali pokok pinjamannya. Hanya bagian biaya bunga saja
yang diperkenankan sebagai suatu biaya untuk maksud-maksud pajak.
Leasing atau Membeli dengan Memperhitungkan Depresiasi. Bagaimanapun juga
pembahasan di atas belum mempertimbangkan depresiasi. Jika peralatan itu di-lease,
maka pihak lessee tidak berhak mengurangi biaya depresiasi. Tetapi jika peralatan itu
dibeli, maka lessee berhak mengurangi biaya depresiasi untuk tujuan-tujuan pajak.
Apabila perusahaan menggunakan suatu metode depresiasi yang dipercepat, maka
tentu akan lebih menguntungkan menurut pembelian dari lease. Misalkan perusahaan
menggunakan Metode Double Decline Balance, maka nilai sekarang dari
penghematan pajak dapat dihitung dengan menggunakan Tabel NPV.
Pihak-Pihak yang Terlibat
 Lessor (pemilik aktiva). Merupakan perusahaaan leasing yang membiayai
keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang modal.
 Lessee (pemakai aktiva). Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada
lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
 Supplier. Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasingkan sesuai
dengan perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga
dapat bertindak sebagai lessor.
 Asuransi. Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap
perjanjian antara lessor dengan lessee.

8
Jenis-jenis Lessor
Karena penggunaan leasing telah meningkat sebagai metode bagi bisnis untuk
memperoleh peralatan dan aset lainnya, jumlah perusahaan dalam bisnis leasing telah
meningkat secara dramatis. Sewa kini merupakan industri bernilai miliaran dolar.
 Bank komersial, perusahaan asuransi, dan perusahaan keuangan melakukan
sebagian besar leasing. Banyak dari organisasi ini telah membentuk anak
perusahaan terutama yang berkaitan dengan penyewaan peralatan. Anak-anak
perusahaan ini biasanya mampu membuat pengaturan sewa untuk hampir
semua hal.
 Selain organisasi keuangan, ada perusahaan yang berspesialisasi dalam
leasing. Beberapa terlibat dalam penyewaan umum, sementara yang lain
berspesialisasi dalam peralatan tertentu, seperti truk atau komputer. sebagai
contoh.
 Produsen peralatan juga sesekali dalam bisnis leasing. Tentu saja, mereka
biasanya hanya menyewakan peralatan yang mereka produksi.
Sumber Dana Leasing
 Modal disetor
 Laba ditahan
 Depresiasi
 Lembaga Keuangan dan Perusahaan Leasing khusus menyediakan dana untuk
leasing
Manfaat Leasing
 Menghemat modal
 Sangat luwes
 Sebagai sumber dana
 Menguntungkan cash-flow
 Menciptakan keuntungan dari pengaruh inflasi
 Sarana kredit jangka menengah dan panjang
 Dokumentasi sederhana
Tiga Langkah Untuk Analisis Beli Versus Sewa
1. Strukturing. Langkah pertama adalah memilih struktur sewa yang paling sesuai
dengan karakteristik aset, periode penggunaan yang diharapkan, dan tujuan
keuangan penyewa. Langkah ini membutuhkan pengenalan struktur sewa yang

9
tersedia dan keahlian dalam mencocokkan struktur sewa dengan pola fakta spesifik
dan tujuan bisnis
2. Harga. Langkah kedua adalah menentukan harga pasar untuk struktur sewa yang
optimal. Langkah ini membutuhkan pengetahuan pasar terkini. Karena indeks
harga yang dipublikasikan umumnya tidak tersedia, harga pasar biasanya
diinformasikan oleh transaksi yang sebanding atau indikasi harga yang diperoleh
dari lessor.
3. Perbandingan. Langkah terakhir adalah membandingkan skenario sewa dengan
skenario pembelian, biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV) setelah
pajak. Langkah ini membutuhkan spesifikasi periode penggunaan, posisi pajak
penyewa, dan disposisi akhir masa jabatan. Ini juga membutuhkan pemahaman
tentang metode pembiayaan "skenario pembelian". Setelah ditentukan, variabel-
variabel ini harus diproses melalui alat komputasi atau kalkulator.
Prosedur Mekanisme Leasing
Dalam melakukan perjanjian leasing terhadap prosedur dan mekanisme yang
harus di jalankan yang secara garis besar dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan
penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang memuaskan.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lessee, maka dikirimkan kepada lessor
disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan
fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak
pembayaran sewa lesse), setelah ini maka kontrak lessee dapat di tandatangani.
4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dengan perusahan asuransi yang disetujui lessor, seperti
yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin
perjanjian kontrak utama.
5. Supplier dapat mengirimkan peralat yang dilease ke lokasi lessee. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti dan
pemindahan pemilikan kepada lessor.
8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
10
9. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah ditentukan dalam kontrak lease.
Metode Pembayaran Leasing
Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh pihak lessee terdiri atas unsur bunga
dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut
semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Besarnya pembayaran sewa
setiap periodenya ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
 Nilai modal yang juga merupakan nilai kontrak sewa guna. Nilai barang modal
merupakan penjumlahan harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir masa
kontrak.
 Simpanan jaminan atau security deposit. Simpanan jaminan merupakan semacam
uang muka pihak lessee atas suatu kontrak sewa guna yang besarnya bergantung
pada kesepakatan antara lessor dengan lessee.
 Nilai sisa (residual value). Nilai sisa adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang
modal yang dilease pada masa akhir kontrak.
 Jangka waktu. Jangka waktu kontrak sewa guna berkait erat dengan jangka waktu
kegunaan ekonomis atau manfaat suatu barang modal yang dileasekan. Umumnya
kontrak sewa guna di Indonesia berkisar 2 s.d 5 tahun. Semakin lama waktu sewa
guna semakin rendah pula pembayaran sewa
 Tingkat bunga. Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayarna
sewa guna adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor.
Keuntungan dari Leasing
 Keuntungan yang jelas untuk leasing adalah memperoleh penggunaan aset tanpa
membuat pengeluaran kas awal yang besar.
 Dibandingkan dengan pengaturan pinjaman untuk membeli peralatan yang sama,
sewa biasanya tidak memerlukan uang muka, sementara pinjaman sering kali
meminta 25 persen, tidak memerlukan batasan pada operasi keuangan perusahaan,
sementara pinjaman sering dilakukan, jangka waktu pembayaran dalam periode
yang lebih lama (yang berarti lebih rendah) daripada izin pinjaman, dan
memberikan perlindungan terhadap risiko keusangan peralatan, karena penyewa
dapat menyingkirkan peralatan di akhir masa sewa.
 Mungkin juga ada manfaat pajak dalam leasing. Pembayaran sewa dikurangkan
sebagai biaya operasi jika pengaturannya adalah sewa yang sebenarnya (dan

11
Internal Revenue Service menyetujuinya). Kepemilikan, bagaimanapun, biasanya
memiliki keuntungan pajak yang lebih besar melalui kredit pajak investasi dan
depresiasi. Secara alami, Anda harus memiliki penghasilan yang cukup dan
kewajiban pajak yang dihasilkan untuk mengambil keuntungan dari kedua manfaat
itu.
 Kredit pajak investasi dapat digunakan untuk kepentingan penyewa maupun
penyewa. Kreditnya adalah dolar untuk pengurangan dolar dalam pajak pendapatan
federal. Sementara lessor biasanya mengambil kredit pajak, itu dapat memberikan
sebagian manfaat kepada lessee dalam bentuk pembayaran sewa yang dikurangi.
 Leasing memiliki keuntungan lebih lanjut bahwa perusahaan leasing telah
memperoleh pengetahuan yang cukup tentang jenis peralatan yang disewanya.
Dengan demikian, dapat memberikan saran teknis ahli tentang pengalaman dengan
peralatan sewaan.
 Akhirnya, ada satu lagi manfaat leasing dalam hal kebangkrutan, klaim lessor
terhadap aset perusahaan lebih terbatas daripada kreditor umum
Kerugian Leasing
 Pertama-tama, leasing biasanya lebih mahal karena perusahaan akan kehilangan
keuntungan pajak tertentu yang terkait dengan kepemilikan aset. Pinjaman
mungkin tidak, namun lebih mahal jika tidak dapat memanfaatkan manfaat itu
karena tidak memiliki cukup kewajiban pajak untuk ikut bermain.
 Kehilangan nilai ekonomi aset pada akhir masa sewa, karena tidak memiliki aset
itu. Lessees telah dikenal terlalu meremehkan nilai sisa dari aset. Jika lessees tahu
nilai ini sejak awal, lessees mungkin telah memutuskan untuk membeli daripada
sewa.
 Sewa adalah kewajiban hukum jangka panjang. Biasanya perusahaan tidak dapat
membatalkan perjanjian sewa. Jadi, jika perusahaan mengakhiri operasi yang
menggunakan peralatan sewaan, perusahaan masih harus membayar sebanyak jika
perusahaan telah menggunakan peralatan untuk jangka waktu penuh dari sewa.
1.3.2. Solusi Detail
1
Jenis – jenis leasing terdiri dari :
 Operating Lease. Suatu operasi lease tidak menyatakan adanya kewajiban jangka
panjang baik bagi lessor maupun lessee dan biasanya boleh dibatalkan oleh pemilik
atau pengguna aktiva setelah pemberitahuan ketetapan umum (memiliki hak opsi).

12
 Service Lease. Lease jenis ini, lessor menyediakan baik pembiayaan maupun
service atas aktiva-aktiva selama periode lease.
 Financial Lease. Merupakan suatu lease jangka panjang atas aktiva-aktiva tetap
yang tidak boleh dibatalkan oleh kedua belah pihak. Sebagai sumber dana,
financial lease pada dasarnya adalah suatu jenis yang sama dari alternative
pembelanjaan utang jangka panjang. Financial Lease terbagi 2 yaitu :
 Straight lease. Tipe lease ini mewajibkan perusahaan membayar sewa selama
masa pelayanan yang diharapkan itu. Tidak ada ketentuan dibuat untuk setiap
perubahanperubahan kondisi-kondisi lease yang pokok.
 Modified lease. Tipe lease ini memberikan beberapa kemungkinan pilihan-
pilihan bagi lessee selama masa lease.
 Direct Financial Lease, yaitu jika pihak lease pada waktu sebelumnya belum
memiliki barang modal yang dijadikan objek leasing tersebut.
 Sale and Lease Back, yaitu pihak lease yang sebelumnya telah memiliki
barang modal tertentu, menjual barang tersebut kepada lessor.
 Leverage Lease. Financial lease yang melibatkan selain lessor dan lessee, juga
pihak ketiga, yaitu Credit Provider.
 Cross Border Lease. Usaha leasing uang melewati batas wilayah suatu negara.
Jika diidentifikasi dari tujuan dari Paulo untuk melakukan leasing, maka Paulo
lebih cocok melakukan financial lease dimana penjelasan dalam kasus sesuai dengan
ciri dari financial lease yang dapat dipaparkan sebagai berikut :
- Kewajiban yang pasti. Suatu financial lease menyatakan suatu kewajiban yang
pasti bagi suatu perusahaan. Kewajiban itu tidak dapat dibatalkan dan serupa
dengan persyaratan untuk membayar bunga utang yan belum terlunasi.
- Periode jangka panjang. Financial lease dibuat meliputi suatu periode paling
sedikit satu tahun dan sering kali 5 atau 10 tahun. Selama masa periode ini
perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan lease, walaupun aktiva itu
mungkin menjadi usang dan tidak lagi berguna untuk kegiatan-kegiatan usaha.
Disebutkan dalam kasus bahwa Paulo melakukan leasing kepada AAA Leasing
Company selama 5 tahun
- Peralatan lease diamortisasi secara penuh. Pada financial lease persetujuan lease
meliputi usia pelayanan dari aktiva.

13
- Keuntungan selama periode lease. Total pembayaran-pembayaran lease itu lebih
besar daripada harga perolehan aktiva, yang mana memberikan peluang bagi
lessor untuk memperoleh suatu keuntungan atas suatu penetapan lease selama
periode lease itu. Jika aktiva mempunyai nilai residu, maka hal tersebut adalah
tambahan keuntungan bagi lessor.
- Serta adanya hak opsi dimana di dalam kasus juga dijelaskan bahwa sewa yang
dilakukan Paulo akan membawa opsi untuk membeli peralatan seharga $ 40.000
pada akhir 5 tahun. Biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per
tahun dan akan ditanggung oleh pembayaran sewa tahunan. Sehingga diharapkan
terjadi peningkatan efisiensi peralatan baru yang menghasilkan penghematan
biaya bersih $ 4.000 per tahun.
2
Diketahui : nilai sisa peralatan baru $30.000 setelah 5 tahun

: tarif pajak restoran 40%

: biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per tahun

: pembayaran sewa tahunan sebesar $ 25.000

: pinjam dari bank pada tingkat 10% per tahun.

Ditanyakan : NAL ?

Dijawab :

𝑂𝑡(1 − 𝑇) = $2.000(1 − 0,4) = $1.200

𝑅𝑡(1 − 𝑇) = $25.000(1 − 0,4) = $15.000

($40.000 − $30.000)
𝐷𝑡. 𝑇 = × 0,4 = $800
5

𝑉𝑛 = $30.000 × 0,4 = $12.000

𝑅𝑏 = 0,1(1 − 0,4) = 0,06

The after tax salvage value of the equipment = $30.000 – 40%($30.000 – 0)


= $18.000

14
Tahun ke Ot(1-T) -Rt(1-T) -Dt*T Jumlah
1 $1.200 -$15.000 -$800 -$14.600
2 $1.200 -$15.000 -$800 -$14.600
3 $1.200 -$15.000 -$800 -$14.600
4 $1.200 -$15.000 -$800 -$14.600
5 $1.200 -$15.000 -$800 -$14.600

𝑂𝑡(1 − 𝑇) − 𝑅𝑡(1 − 𝑇) − 𝐷𝑡 ∗ 𝑡 𝑉𝑛
𝑁𝐴𝐿 = − + 𝐶𝑂𝐹
(1 + 𝑟𝑏)𝑡 (1 + 𝑟𝑏)𝑛
Dimana :

Ot = operating cash outflow pada waktu t yang terjadi hanya jika aktiva dibeli
(tidak leasing). Biasanya terdiri atas biaya perawatan dan asuransi yang pada
kontrak lease akan dibayar oleh lessor

Rt = leasing payment tahunan pada waktu t

T = tingkat pajak pada penghasilan perusahaan

Dt = biaya depresiasi aktiva pada waktu t

Vn = nilai sisa setelah pajak pada waktu t

COF = nilai perolehan aktiva, yang tidak dibayar lessee jika ia melakukan leasing

Rb = biaya hutang setelah pajak dimana rb = Kd (1-T)

−$14.600 −$14.600 −$14.600 −$14.600 −$14.600


𝑁𝐴𝐿 = 1
+ 2
+ 3
+ 4
+ + $40.000
(1 + 0,06) (1 + 0,06) (1 + 0,06) (1 + 0,06) (1 + 0,06)5

𝑁𝐴𝐿 = −$13.773,585 − $12.993,948 − $12.258,442 − $11.564,567 − $10.909,969

+$40.000

𝑁𝐴𝐿 = −$21.500,511

Jadi nilai NAL dari peralatan restauran sebesar -$21.500,511

Jika NPV > 0 dan NAL > 0, maka aktiva dapat diperoleh melalui LEASING.

Jika NPV > 0, namun NAL < 0, maka aktiva dapat diperoleh dengan cara MEMBELI.

Jika NPV < 0 dan NAL > 0, jangan dulu menolak aktiva tersebut sebab akan timbul:

15
NPV + NAL > 0, maka aktiva dapat diterima tapi harus diperoleh dengan cara
LEASING.

NPV + NAL < 0, maka aktiva atau proyek tersebut DITOLAK.

Jika NPV < 0 dan NAL < 0, maka aktiva atau proyek tersebut DITOLAK.

Karena hasil perhitungan menunjukkan nilai NAL negatif (NAL < 0) maka restauran
Paulo sebaiknya membeli peralatan dibandingkan melakukan leasing.

3
Terkait dengan apa yang akan terjadi pada peralatan sewa pada saat masa sewa
berakhir tergantung pada jenis leasing yang dilakukan, karena beda jenis leasing yang
dilakukan maka beda pula perjanjian atas peralatan di saat masa sewa berakhir. Jika
metode pembiayaannya leasing, maka di akhir kontrak dapat menggunakan hak opsi
untuk membeli seharga nilai sisa ke debitor, memperpanjang kontrak, atau
mengembalikan peralatan kepada pihak lessor. Jika metode pembiayaannya sewa beli,
maka diakhir kontrak peralatan atau barang akan menjadi miliki penyewa atau lessee.
Jika metode pembiayaannya sewa-menyewa, maka di akhir kontrak barang atau
peralatan harus dikembalikan kepada pemiliknya atau pihak lessor. Dan jika metode
pembiayaannya dengan kredit bank, maka di akhr kontrak dapat melakukan kredit
lunas dan jaminan kembali.
Dalam kasus ini, karena Paulo memutuskan untuk melakukan financial leasing,
maka di akhir kontrak nanti akan ada beberapa keputusan yang dapat dipilih seperti
menggunakan hak opsi untuk membeli peralatan seharga nilai sisa ke debitor (lessor
atau AAA Leasing Company). Lalu, memperpanjang kontrak. Dan pilihan terakhir
yaitu mengembalikan peralatan kepada lessor.
4
Efisiensi biaya yang dilakukan oleh perusahaan bersifat parsial, temporer dan
malah mengorbankan long-term gain. Jika perusahaan tidak berhati-hati atau malah
“salah kaprah”, bukan saja potensi keuntungan yang diharapkan tidak dapat
terealisasi, bahkan daya saing bisnis pun menjadi menurun drastis. Hal tersebutlah
yang terjadi pada restauran Paulo, karena ketidakmampuannya dalam mengendalikan
kas restauran dan meremehkan cost saving yang dapat meningkatkan efficiency
sebesar $1.000 per tahun. Strategi atau langkah yang dapat ditempuh restauran agar
berhasil melakukan efisiensi biaya tanpa harus mengorbankan long-term gain.
Efektivitas biaya merupakan langkah yang dilakukan untuk memastikan segala biaya
yang harus dikeluarkan adalah kritikal dan tepat sasaran. Penghematan biaya tidak

16
relevan dalam kasus keputusan sewa versus pembelian karena mereka akan
menguntungkan kedua alternatif dengan meninggalkan keuntungan bersih nol.
5
Pihak lessor sebagai pemilik peralatan, mendaftarkan pembayaran penuh
(pokok+bunga) sebagai pendapatan tetapi dikurangi nilai depresiasi aset, yang
biasanya dilakukan dengan jadwal yang dipercepat (accelerated schedule). Lessee
menuntut pembayaran leasing sebagai pengurangan pendapatan kena pajak. Periode
leasing biasanya lebih singkat dari umur ekonomis peralatan, sehingga lessee
sebenarnya mengalami “penyusutan/depresiasi” peralatan lebih cepat dibandingkan
jika lessee membeli peralatan tersebut. Untuk operating lease pajak menjadi beban
atau tanggungjawab pihak lessor sehingga menyebabkan pihak lessee harus
membayar biaya leasing lebih besar dan dalam operating lease tidak diperbolehkan
membebankan depresiasi didalam perhitungannya. Sedangkan dalam financial leasing
pajak ditanggung atau menjadi kewajiban pihak lessee dan depresiasi wajib
dibebankan dalam perhitungan. Juga dapat dijelaskan dalam dua bagian yaitu leasing
kena pajak dan leasing tidak kena pajak.
Untuk leasing kena pajak, menyatakan bahwa sebuah kontrak leasing yang
memberikan ijin kepada lessor untuk meregistrasikan aset pada laporan neraca
mereka. Untuk tujuan pajak, lessor menerapkannya sebagai pemilik fiskal, sehingga
dapat mengurangi penyusutan dari pendapatan kena pajak. Dimana depresiasi dapat
dikurangi dengan jadwal yang dipercepat (accelerated schedule). Di sisi lain, pihak
lessor harus melaporkan total pembayaran leasing yang diterima (baik pokok maupun
bunga) sebagai pendapatan kena pajak. Dalam pajak leasing, lessee dapat mengurangi
total pembayaran leasing mengingat masa leasing biasanya lebih pendek dari umur
ekonomis sebuah peralatan, lessee pada kenyataannya “melakukan depresiasi”
peralatan lebih cepat dibandingkan jika peralatan langsung dibeli. Kemudian kedua
pihak melakukan percepatan depresiasi aset, sehingga total pembayaran pajak menjadi
lebih rendah. Untuk leasing tidak kena pajak dimana dalam kontrak leasing, lessor
mencatat lessee sebagai debitur dan membayar pajak keuntungan atas pendapatan
bunga saja. Dalam laporan lessee, peralatan dicatat sebagai aset, dan lessor muncul
sebagai kreditur, seolah – olah leasing merupakan operasi kredit biasa. Lessee
mengurangi depresiasi dan juga bunga pembayaran leasing dari pendapatan kena
pajak.
6
Dalam ketentuan leasing terdapat perbedaan tergantung jenis leasing yang
dilakukan, berikut pemaparanya :
17
 Operating leases menjelaskan bahwa pihak lessor memiliki kewajiban untuk
memelihara aktiva dan harus menanggung pajak atau biaya asuransi sehingga
biaya leasing yang lebih besar yang harus dibayar oleh pihak lessee. Jadi saat
pembayaran sewa, maka tidak akan dikurangi dengan biaya pajak karena pihak
lessee juga harus membayarnya.
 Financial leases menjelaskan bahwa pihak lessee bertanggung jawab untuk
pemeliharaan, pajak, dan asuransi. Jadi saat pembayaran sewa, maka pembayaran
akan dikurangi dengan biaya pajak.
 Tax-oriented lease menjelaskan pihak lessor sebagai pemilik aktiva menjadi
subjek pajak. Pihak lessee dapat memperoleh manfaat, karena lessor dapat
memberikan manfaat pajak kepada pihak lessee dengan mengenakan biaya
leasing yang lebih murah.
7
Pembayaran lease minimum (minimum lease payments) yaitu pembayaran sewa
yang diminta selama periode lease ditambah dengan jumlah yang harus dibayar untuk
nilai residu, baik melalui opsi pembelian dengan harga murah atau penjamin nilai sisa.
Pembayaran sewa terkadang mencakup beban asuransi, pemeliharaan, dan pajak yang
timbul atas harga yang lease .
Diketahui : jangka waktu leasing 5 tahun
: pembayarawan sewa tahunan $25.000
: tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40%
: biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per tahun
: nilai sisa peralatan baru $30.000 setelah 5 tahun

Ditanyakan : minimum lease payments ?


Dijawab :
𝑃𝑚𝑡 𝑅𝑒𝑠
𝑃𝑉 = ∑[ 𝑛
]+
(1 + 𝑟) (1 + 𝑟)𝑛
Dimana :
PV = present value of the minimum lease payments
Pmt = periodic lease payment
R = interest rate
n = number of payment periods
Res = residual amount

18
$25.000 − $2.000 $25.000 − $2.000 $25.000 − $2.000 $25.000 − $2.000
𝑃𝑉 = + + +
(1 + 0,40)1 (1 + 0,40)2 (1 + 0,40)3 (1 + 0,40)4
$25.000 − $2.000 $30.000
+ 5
+
(1 + 0,40) (1 + 0,40)5

𝑃𝑉 = $16.428,57 + $11.734,69 + $8.381,92 + $5.987,09 + $4.276,49 + $557,80


𝑃𝑉 = $47.366,56
Minimum lease payment 5 year = $100.000 - $47.366,56
= $52.633,44
Minimum lease payment per year = $52.633,44 / 5
= $10.526,688
Minimum lease payment = $10.526,688 / (1 – 0,40)
= $10.526,688 / 0,60
= $17.544,48
Jadi pembayaran sewa minimum yang bersedia diterima adalah $17.544,48
8
Pembayaran sewa maksimum yang harus dibayar sama dengan pembayaran sewa
minimum yang bersedia diterima karena lessor dan lessee memiliki tarif pajak yang
sama dengan pembayaran sewa minimum, dimana dapat diartikan bahwa pembayaran
sewa maksimum yang bersedia dibayarkan oleh lessee akan sama dengan pembayaran
minimum yang bersedia diterima oleh lessor yaitu sebesar $17.544,48
9
Estimasi nilai residu. Dimana lessor akan memiliki aktiva lease setelah
berakhirnya masa lease. Estimasi nilai aktiva setelah berakhirnya masa lease disebut
nilai residu (residual value). Jadi, adanya nilai residu yang besar atas peralatan
cenderung tidak menyimpangkan keputusan mengenai leasing. Nilai sisa setelah pajak
dari mesin baru didiskontokan selama 5 tahun sebesar 6% dan diperlakukan sebagai
arus kas negatif untuk penyewa, ketika menganalisis keputusan sewa versus beli.
Dengan demikian, untuk mengetahui dampak dari nilai penyelamatan pada sewa
versus buydecision kita dapat melakukan hal berikut :
1. PVIFA(6%,5thn) = 0,747
2. Arus kas negatif = 0,747 x 0,60 = 0,4482.
Dengan demikian perkiraan nilai sisa dapat mempengaruhi NPV sekitar 44,82%
Jadi besar dampak perkiraan nilai sisa dari mesin baru terhadap keputusan sewa
versus beli yaitu sebesar 44,82%

19
10
Terdapat keunggulan dan kelemahan dari masing – masing metode pembiayaan
antara leasing dan hutang. Pertama, pembiayaan melalui hutang memerlukan jaminan,
sementara leasing tidak memerlukan jaminan. Kedua, pembiayaan melalui hutang
berarti nantinya barang modal milik perusahaan, sementara leasing barang modal
miliki lessor sehingga lessee tidak perlu membayar pajak kepemilikan barang modal.
Ketiga, leasing dibukukan sebagai pospengeluaran operasional yang akan mengurangi
jumlah laba sebelum pajak, sementara hutang, pengurangannya adalah depresiasi
barang modal tersebut. Keempat, dalam leasing apabila lessee pailit, lessor lebih
aman dibandingkan ketika melakukan hutang sebab dalam keadaan ini lessor dapat
mengambil kembali barang modal yang disewakan. Sebaliknya tidak mudah bagi
kreditur yang memberikan hutang kepada perusahaan untuk menarik kembali karena
dibutuhkan prosedur panjang yang memerlukan waktu. Dan kelima, persyaratan untuk
melakukan leasing lebih mudah dibandingkan melakukan hutang karena adanya
keharusan untuk memberikan jaminan sehingga tingkat bunga leasing cenderung lebih
tinggi daripada tingkat bunga hutang. Sehingga dapat dikatakan, dengan banyaknya
keunggulan yang dimiliki dalam pembiayaan leasing tetapi secara logis leasing lebih
mahal dibandingkan membeli peralatan secara tunai.
11
Dikutip dari Jurnal “why companies choose to lease instead of buy ?Insight from
academic literature” melalui www.redalyc.org memuat penjelasan bahwa sebagian
besar studi tentang penentu sewa termasuk ukuran sebagai variabel independen.
Namun, hasilnya beragam karena sebagian besar studi menemukan hubungan yang
signifikan antara ukuran dan sewa, sedangkan yang lain menunjukkan hubungan
negatif (Adams dan Hardwick, 1998; Grahamet al., 1998; Sharpe dan Nguyen, 1995),
dan yang lain masih menemukan hubungan positif (Deloof dan Verschueren, 1999;
Lasfer andLevis, 1998; Mehranet al., 1999). Beberapa penelitian menemukan
hubungan yang tidak signifikan antara ukuran dan sewa (Ang dan Peterson, 1984; El-
Gazzaret al., 1986).
Ukuran umumnya dianggap sebagai variabel penting untuk menjelaskan
penggunaan sewa untuk beberapa alasan. Pertama, ukuran terkait dengan biaya untuk
mendapatkan dana eksternal. Perusahaan kecil cenderung menanggung biaya yang
lebih tinggi untuk mendapatkan pembiayaan eksternal, karena asimetri informasi
(Grahamet al., 1998). Lessor dapat memilih untuk mengurangi ketidakpastian seputar
klaim mereka dengan menyewakan daripada meminjamkan kepada perusahaan kecil.
Sewa lebih disukai karena lessor keamanan lebih terikat pada aset itu sendiri daripada
20
kredit umum. Dengan demikian, elemen-elemen lain tetap konstan, perusahaan-
perusahaan kecil diprediksi akan menyewakan lebih banyak, menunjukkan hubungan
negatif antara ukuran dan sewa.
Kedua, ukuran terkait dengan diversifikasi dan kemampuan untuk menggunakan
kembali aset secara internal, dan perusahaan yang lebih besar cenderung lebih
terdiversifikasi daripada yang lebih kecil. Mehranet al. (1999) menyelidiki hubungan
antara sewa total dan ukuran, diukur sebagai total penjualan. Hasil mereka
menunjukkan bahwa ukuran berhubungan positif dengan sewa, yang berarti bahwa
perusahaan besar dengan lebih banyak kemungkinan diversifikasi cenderung lebih
banyak menyewa. Lasfer andLevis (1998) menggunakan total aset, nilai pasar ekuitas
dan penjualan sebagai proksi untuk ukuran dan mereka memasukkan variabel-variabel
ini sebagai elemen penjelas dan sebagai pengukur untuk membedakan jenis-jenis
perusahaan (dikutip dan tidak dikutip dari Inggris). Hasil mereka menunjukkan bahwa
penentu keputusan leasing keuangan, seperti alasan pajak dan peluang pertumbuhan,
tergantung pada ukuran perusahaan. Di perusahaan besar, profitabilitas, leverage, dan
perpajakan ditemukan berkorelasi positif dengan leasing, di mana pada perusahaan
kecil keputusan leasing tampaknya tidak didorong oleh alasan ortaxasi profitabilitas,
tetapi oleh peluang pertumbuhan. Deloof dan Verschueren (1999) juga menyelidiki
faktor-faktor penentu keputusan sewa keuangan dan mereka menggunakan total aset
sebagai ukuran ukuran. Hasil mereka menunjukkan bahwa koefisien ukuran signifikan
dan positif untuk seluruh sampel, tetapi juga ketika sampel dibagi antara perusahaan
kecil dan besar.
Ketiga, ukuran dapat digunakan sebagai ukuran biaya politik. Teori kontrak yang
efisien mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
meminimalkan paparan politik dan biaya agensi. Pandangan biaya politik menyatakan
bahwa perusahaan yang lebih besar lebih mungkin menghadapi hukuman paparan
politik daripada perusahaan yang lebih kecil (Holthausen dan Leftwich, 1983; Watts
dan Zimmerman, 1978), karena mereka memiliki kekayaan yang tersedia lebih besar
untuk dikenakan pajak oleh pemerintah atau diambil alih oleh pihak berkepentingan
khusus (Hand dan Skantz, 2006). Secara umum, menunjukkan bahwa perusahaan
besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengadopsi beberapa metode
penurunan, sehingga dapat mengurangi biaya yang diharapkan dari visibilitas politik.
Diterapkan pada sewa, ini menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung
menghindari sewa operasi. Mereka juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan
21
dengan biaya modal eksternal yang lebih tinggi cenderung lebih banyak menyewa.
Demikian pula, Grahamet al. (1998) berhipotesis bahwa perusahaan yang lebih besar
cenderung lebih suka menggunakan hutang daripada sewa operasi. Mereka
menyajikan tiga alasan utama: perusahaan besar lebih terdiversifikasi dan karenanya
arus kas memiliki stabilitas yang lebih besar; perusahaan besar memiliki lebih banyak
skala ekonomi ketika mereka menerbitkan sekuritas; dan karena ketidaksesuaian
informasi, perusahaan yang lebih kecil harus menanggung biaya yang lebih tinggi
untuk mendapatkan dana eksternal. Karakteristik bisnis seperti besar ukuran bisnis
perusahaan dapat secara signifikan mempengaruhi keputusan lease versus buy.
Perusahaan dewasa (mature companies) dengan penjualan dan permintaan yang stabil,
lini produk yang mapan, dan basis pelanggan yang ditetapkan berada dalam posisi
yang lebih baik untuk memperkirakan tren bisnis masa depan akan cenderung lebih
memilih untuk membeli (buy) dan menjadikan semua peralatan yang dibutuhkan
dalam bisnis menjadi milik perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang sedang tumbuh
dengan kebutuhan bisnis dan ruang yang cepat berubah, serta kondisi pasar yang tidak
dapat diprediksi, akan cenderung melakukan sewa (lease) sampai kondisi internal dan
eksternal bisnis stabil. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi daya dukung risiko
relatifnya dalam setidaknya dua cara. Pertama, perusahaan dengan lokasi operasional
yang lebih luas kurang peka terhadap risiko karena efek diversifikasi dapat
mengurangi dampak keseluruhan risiko terhadap perusahaan. Kedua, ukuran
perusahaan mempengaruhi risiko investasi modal karena perusahaan besar dapat lebih
baik menyerap dampak modal yang diperlukan. Dengan demikian, ukuran relatif dari
investasi modal yang diperlukan untuk ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
keputusan lease versus buy. Jadi, jika ukuran bisnis sesuai dengan dalam kasus yaitu
restauran Paulo memiliki probabilitas lebih besar untuk mengambil keputusan sewa
(lease) sampai kondisi internal dan eksternal bisnis stabil terutama sampai keuntungan
restauran meningkat dan memiliki cadangan kas yang cukup.
12
Jenis aset adalah variabel lain yang dapat menentukan penggunaan dan intensitas
sewa. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa perusahaan cenderung menyewakan
yang kurang spesifik dan yang tujuannya lebih umum. Aset tetap umum siap
dipindahtangankan dan sebagai hasilnya memiliki ketersediaan lebih besar di pasar
leasing. Dengan beberapa penggunaan alternatif, ekonomi aset khusus menyarankan
pembiayaan hutang konvensional (atau ekuitas). Konsisten dengan prediksi ini,
Grahamet al. (1998) dan Sharpe dan Nguyen (1995) melaporkan hubungan negatif
22
antara sewa dan proksi untuk spesifisitas forasset. Kleinet al. (1978) berpendapat
bahwa aset yang lebih spesifik lebih mungkin untuk dimiliki (integrasi vertikal) dan
aset yang lebih umum lebih cenderung untuk dikalahkan. Krishnan dan Moyer (1994)
juga menemukan bahwa perusahaan manufaktur menggunakan tingkat leasing lebih
tinggi daripada industri ritel, transportasi, dan pertambangan, yang asetnya kurang
spesifik untuk perusahaan. Smith dan Wakeman (1985) juga menyarankan bahwa
perusahaan tidak mungkin menyewakan aset yang sangat spesifik untuk organisasi,
karena monopoly problem bilateral yang dihasilkan akan menciptakan konflik dan
biaya agensi antara lessor dan lessee. Diperkirakan bahwa perusahaan lebih cenderung
untuk menyewakan aset kantor generik daripada produksi khusus atau aset penelitian.
Williamson (1988) juga berpendapat bahwa aset yang dapat dipindahtangankan lebih
cocok untuk sewa dan untuk digunakan sebagai kontrak utang jaminan. Erickson
(1993) menemukan bahwa faktor spesifik aset, sebagai proksi oleh industri, mungkin
merupakan penentu terpenting penggunaan sewa. Gavazza (2010), menggunakan data
dari pesawat komersial, menemukan bahwa likuiditas aset mempengaruhi keputusan
sewa; i.e. lebih banyak aset likuid membuat sewa lebih mungkin, khususnya sewa
operasi.
13
Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan leasing lainnya seperti :
 Bertambahnya kredit yang tersedia. Leasing ada kalanya memberikan
keuntungan bagi perusahaan yang ingin memaksimumkan tingkat average
keuangan. Pertama, kadang – kadang ada yang mengatakan bahwa perusahaan
dapat memperoleh jumlah uang yang lebih besar, dan dengan jangka waktu yang
lebih lama, menurut perjanjian leasing daripada perjanjian kredit yang dijamin
dengan aktiva. Kedua, karena beberapa lease tidak tercatat di neraca, maka
pembiayaan dengan lease akan mnyajikan posisi keuangan yang lebih baik dalam
hal analisis kredit secara sekilas, sehingga memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan average yang lebih besar daripada jika perusahaan itu tidak
menggunakan lease.
 Metode penyusutan yang digunakan karena akan memiliki hasil yang berbeda
jika menggunakan metode yang berbeda baik menggunakan metode garis lurus
atau metode double declining
 Industri. Penentu "industri" terkait dengan set kesempatan investasi dan jenis aset
yang digunakan oleh perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sewa

23
cenderung lebih lazim di beberapa industri daripada di yang lain, meskipun Ang
dan Peterson (1984) menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan sewa
tidak terkonsentrasi di beberapa industri, dan bahwa sewa terjadi di setiap
kelompok industri yang dipertimbangkan dalam sampel. Hasil mereka juga
menunjukkan bahwa perusahaan non-leasing ditemukan di semua industri kecuali
industri hiburan. Namun, Ang dan Peterson (1984) menyelidiki hanya adanya
kontrak sewa di industri tersebut dan bukan kemungkinan tingkat sewa yang
berbeda (intensitas sewa).
Studi lain menunjukkan industri di mana leasing lebih dominan, dibandingkan
dengan industri lain. Finucane (1988) menunjukkan, dengan menggunakan rasio
rata-rata sewa keuangan terhadap total aset selama periode lima tahun untuk setiap
industri (52 industri), bahwa perusahaan-perusahaan di industri tertentu, termasuk
transportasi udara dan ritel, menggunakan lebih banyak pembiayaan daripada yang
lain. Dia mengidentifikasi beberapa alasan untuk ini: industri tertentu memiliki aset
yang lebih spesifik, perbedaan kredit pajak investasi di seluruh industri,
ketersediaan aset sebagai jaminan, tingkat keusangan aset spesifik perusahaan,
karakteristik pasar aset sekunder, tarif pajak marjinal, dan utang kapasitas. Adams
dan Hardwick (1998) menunjukkan bahwa perusahaan jasa dan utilitas
menggunakan moreleases, dan perusahaan konstruksi cenderung menyewakan
lebih sedikit. Gosman dan Hanson (2000) juga menemukan bahwa sewa adalah
lazim di maskapai penerbangan dan di toko-toko ritel. Akhirnya, penelitian lain
menyelidiki intensitas penggunaan sewa, bukan oleh industri tetapi berdasarkan
pada apakah perusahaan diatur dan apakah perusahaan tersebut termasuk dalam
sektor amonopolist. Coase (1972) dan Bulow (1986) berpendapat bahwa pelaku
monopoli barang yang tahan lama dapat menyewa untuk menghindari
ketidakkonsistenan waktu, dan Hendel dan Lizzari (1999, 2002) menunjukkan
bahwa ia dapat disewakan untuk mengurangi persaingan atau merugikan pasar
pemilihan yang tidak tepat (barang bekas).
 Leverage dan kendala keuangan (leverage and financial constraints). Beberapa
studi termasuk leverage sebagai variabel independen untuk penggunaan atau
intensitas leverage. Secara umum, sebagian besar studi (Eisfeldt dan Rampini,
2008; Sharpe dan Nguyen, 1995) menemukan bahwa mengingat perusahaan
dengan tingkat yang lebih tinggi memiliki kapasitas hutang yang lebih kecil,
mereka lebih cenderung menggunakan sewa daripada bentuk pembiayaan lain.
24
Eisfeldt dan Rampini (2008) dan Sharpe dan Nguyen (1995) menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan yang menghadapi kendala pembiayaan yang lebih besar,
karena asimetri informasi, memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
melakukan investasi le-balance sheet lease (sewa operasi). Mereka berpendapat
bahwa sewa memberikan kreditor dengan lebih banyak keamanan, prioritas lebih
tinggi dalam kebangkrutan dan cara yang efektif untuk mengurangi seleksi yang
merugikan dan masalah moral hazard yang timbul dari informasi asimetri.
Perusahaan telah ditemukan untuk menyewa sebagai cara untuk menghindari
pembiayaan utang (Ang dan Pereterson, 1984; Marston dan Harris, 1988; Myerset
al., 1976); untuk mendapatkan biaya pembiayaan yang lebih rendah dengan
melewati tunjangan pajak yang tidak dapat diklaim perusahaan ketika membeli aset
dari lessor (Barclay dan Smith, 1995; Grahamet al., 1998; Sharpe andNguyen,
1995); dan untuk mengurangi konflik keagenan, khususnya masalah penggantian
aset (Smith dan Wakeman, 1985; Stulz dan Johnson, 1985). Bathala dan
Mukherjee (1995) menemukan bahwa perjanjian sewa tampaknya kurang
membatasi daripada yang dikenakan oleh kreditor lainnya. Abdel-Khalik (1981)
juga mencoba menjelaskan mengapa beberapa perusahaan memilih untuk
menggunakan sewa operasi dan mereka menemukan tiga penjelasan: pertama
pelanggaran perjanjian utang restriktif dalam perjanjian pinjaman dapat mendorong
insentif penggunaan leasecontracts; kedua, keyakinan manajer tentang persepsi
analis dan pengguna tentang efek sewa keuangan; dan akhirnya, adanya rencana
kompensasi manajemen berdasarkan angka akuntansi.
 Pajak. Pajak umumnya ditunjukkan sebagai faktor penting dalam sewa-keputusan,
terutama dalam literatur yang memfokuskan keputusan ini pada insentif pajak
(Lasfer dan Levis, 1998; Miller dan Upton, 1976). Argumennya adalah bahwa jika
perusahaan tidak berada dalam posisi membayar pajak penuh, membeli dan
mendepresiasi aset memungkinkannya menurunkan pajak dari pada leasing karena,
dalam hal ini, perusahaan dapat mengurangi depresiasi dan biaya keuangan.
 Kompensasi manajemen (management compensation). Di beberapa perusahaan,
kompensasi manajemen didasarkan pada langkah-langkah akuntansi yang
memotivasi manajemen perusahaan untuk memilih kebijakan akuntansi yang
paling memenuhi kepentingan mereka (El-Gazzaret al., 1986; Imhoff dan Thomas,
1988; Smith dan Wakeman, 1985). Preferensi untuk sewa operasi umumnya telah

25
dikaitkan dengan skema kompensasi manajemen. Smith dan Wakeman (1985)
berhipotesis bahwa perusahaan cenderung menggunakan sewa lebih sering ketika
kompensasi manajemen didasarkan pada angka akuntansi, khususnya, pada
pengembalian modal yang diinvestasikan. Jika imbalan manajer didasarkan pada
pengembalian modal yang diinvestasikan dan tidak ada penyesuaian yang dibuat
untuk mencerminkan sewa operasi, manajer akan lebih suka sewa operasi untuk
sewa modal atau untuk membeli, karena sewa operasi dapat menghasilkan hasil
operasi yang sama tanpa meningkatkan total aset.
 Struktur kepemilikan (ownership structure). Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa tingkat kepemilikan manajerial yang lebih tinggi cenderung dikaitkan
dengan tingkat hutang dan sewa pembiayaan yang lebih tinggi (Alchianand
Demsetz, 1972; Flath, 1980; Smith dan Wakeman, 1985) dan sewa operasi (Dukeet
al., 2002). Sewa melibatkan biaya agensi karena pemisahan kepemilikan dan
kendali modal; penyewa mungkin tidak memiliki insentif yang sama sebagai
pemilik untuk menggunakan dengan benar atau mempertahankan modal. Flath
(1980) dan Smith dan Wakeman (1985) menyelidiki peran struktur kepemilikan
dalam keputusan untuk menyewakan aset. Flath (1980) menemukan bahwa
perusahaan yang lebih dekat cenderung memiliki lebih banyak kontrak sewa.
Argumen utama adalah bahwa hutang dan sewa membuat pemilik perusahaan
berisiko.
14
Sehingga dapat disimpulkan dengan mempertimbangkan berbagai faktor bahwa
restauran Paulo sebaiknya mengambil keputusan untuk membeli peralatan
dibandingkan melakukan leasing. Hal ini dapat dilihat dari nilai NAL yang negatif,
ukuran restauran dan kondisi bisnis perusahaan yang sedang mengalami penurunan
sehingga akan lebih baik jika membeli peralatan.

26

Anda mungkin juga menyukai