Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan
satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut
cair (solvent) sebagai separating agent. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Sukma, 2007).
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populer. Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fasa terlarut.
Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan
serta analisis pada semua kerja (Distantina, 2009).
1. Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari
bentuk padat menjadi liquid.
Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang
membatasi kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui
pori-pori solid yang diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh.
Sebaliknya bila mekanisme solute dari permukaan partikel kedalam larutan
keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang mengontrol, maka harus dilakukan
pengadukan dalam proses (Treyball, 1985).
2. Pelarut
Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan merusak
kontituen atau solute yang diharapkan (residu). Disamping itu juga tidak boleh
pelarut dengan viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi.
Umumnya pada awal ekstraksi pelarut dalam keadaan murni tetapi setelah
beberapa lama konsentrasi solute didalamnya akan bertambah besar akibatnya rate
ekstraksi akan menurun pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan
kedua kerena larutan bertambah pekat.
3. Suhu Operasi
4. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan
viskositas yang cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni
akan digunakan meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan
meningkat dan kecepatan reaksi akan melambat, karena gradien konsentrasi
akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada umumnya.
Sebuah persamaan empiris difusifitas dalam larutan encer dapat dihitung dengan
pendekatan Maxwell dan dimodifikasi oleh Gilliland.
𝟕,𝟕 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟔 𝑻
𝑫𝑳 = 𝟏 𝟏 .......................................... (2.2)
𝝁(𝑽𝟑 −𝑽𝟎 𝟑 )
DL = difusifitas
𝜇 = viskositas pelarut
T = temperatur (K)
V = volume molekular zat bersangkutan (pelarut) dalam 1 kmol bentuk fasa
cair
V0 = 0,008 untuk air; 0,0149 untuk etanol; 0,0228 untuk benzene
Asumsi sistem ekstraksi silang (cross current) dengan pelarut selalu dalam
keadaan murni di setiap tahap.
Gambar 2.8 Sistem ekstraksi silang (cross current)
dengan y0 = 0, maka:
𝐴 (𝑥1 − 𝑥𝑓 )
𝑦1 =
𝐵
𝐴 (𝑥𝑓 − 𝑥1 )
𝑦1 = −
𝐵
2.4.2 Efisiensi
2.4.3 Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang
harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).
Rumus sederhana pengenceran adalah sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
2.4.4 Pertimbangan Pelarut pada Proses Ekstraksi
Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan
adalah :
1. Selektifitas (faktor pemisahan β)
β yaitu fraksi massa solute dalam ekstrak / fraksi massa diluent dalam
ekstrak per fraksi masssa solute dalam rafinat / fraksi massa diluent dalam
rafinat pada keadaaan setimbang. Agar proses ekstraksi bisa berlangsung,
nilai β harus lebih dari 1. Jika β = 1 maka kedua komponen tidak bisa
dipisahkan.
2. Koefisien distribusi
Sebaiknya dipilih nilai koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah
solvent yang dibutuhkan lebih sedikit.
3. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi,
sehingga diharapkan nilai “volatilitas relatif” dari campuran tersebut
cukup tinggi
4. Densitas
Perbedaan densitas fasa pelarut dan fasa diluents harus cukup besar.
Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan
mempengaruhi laju perpindahan massa.
5. Tegangan Antar Muka (Interfacial Tention)
Tegangan antar muka yang besar menyebabkan penggabungan
(coalescence) lebih mudah namun mempersulit proses pendispersian.
Kemudahan penggabungan lebih dipentingkan sehingga dipilih pelarut
yang memiliki tegangan antar muka yang besar.
6. Chemical Reactivity
Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-
komponen dalam sistem material/bahan konstruksi.
7. Viskositas, tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk
memudahkan penanganan dan penyimpanan.
8. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar
Keselamatan adalah hal yang penting dan harus diperhatikan dalam proses
industri kimia, jadi digunakan pelarut yang tidak beracun dan tidak mudah
terbakar (Miman, 2012).
Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Day, R. A. Jr. & Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif: Alih Bahasa
Hadyana P. Jakarta: Erlangga.
Hayouni, E. A., Abedrabba, M., Bouix, M. and Hamdi, M. 2007. The effects of
solvents and extraction method on the phenolic contents and biological
activities in vitro of Tunisian Quercus coccifera L. and Juniperus
phoenicea L. fruit extracts. Food Chemistry 105: 1126-1134.
Jumaeri, dkk, 2003, Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap
Kemurnian Natrium Klorida Pada Proses Pemurnian Garam Dapur
Melalui Proses Kristalisasi, Laporan Penelitian,Lembaga Penelitian
UNNES, Semarang.
Lucas, 1949. Principles And Practice In Organic Chemistry, Jhon Willey And
Sons, Inc, New York.
Pinelo, M., Rubilar, M., Jerez, M., Sineiro, J. and Nunez, M. J. 2005. Effect of
solvent, temperature, and solvent-to-solid ratio on the total phenolic
content and antiradical activity of extracts from different components of
grape pomace. Journal of Agricultural and Food Chemistry 53: 2111-
2117.
Sukma, Indra Wibawa Dwi. 2007. Ekstraksi Cair-Cair. Universitas Lampung:
Lampung.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia 2.
Universitas Riau: Pekanbaru.
Treyball, R. E.,1985 Mass Transfer Operations. Mc Graw Hill, 3th ed., Singapore.
Vogel. 1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.
London: Longman.