Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH UJI BIOAKTIVITAS

Minyak Caryocarcoriaceum Wittm. (Pequi) Sebagai Efek Hipolipemik Dan Anti-


Inflamasi In Vivo Dan In Vitro

OLEH :
Marwah Utama (152210101114)
Meranti Bekti Pertiwi (152210101117)
I Wayan Seniarta (152210101118)
Siti Nur Azizah H (152210101127)
Ganevi Resta Savitri (152210101134)
Mohammad Thahir (152210101135)
Pergiwati D Rahayuningtyas (152210101143)
Mayrani Sholihania (152210101143)
Achmad Syarifudin Noor (152210101148)
Amrina Rosyada Fajriyanti (162210101026)
Ziyan Nihlatull Millah (162210101039)
Nargiss Lukman Hakim S.B (162210101046)
Dieta Ariesta Putri P (162210101048)
Dayu Lantika ( 162210101049)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1
Pendahuluan……………………………..……………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...........3
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………............3
1.4 Manfaat Peneltian……………………………………………...........3

BAB 2 Metode Penelitian …….…………………………………....................4


2.1 Hewan coba………….…………………………………………......4
2.2 Obat ……………………………….……………………………....4
2.3 Preparasi Tanaman untuk OFCC ……………………..…………...4
2.4 Profil Kimia………………………………………………………...4
2.5 Penilaian profil lipid pada tikus dengan OFCC………………...…5
2.6 Evaluasi potensi penurun lipid OFCC pada ……………………....5
2.7 Evaluasi efek anti-inflamasi in vivo OFCC……………………….6
2.8 Evaluasi efek in-vitro anti-inflamasi OFCC………………………6
2.9 Analisis statistik…………………………………………………...7

BAB 3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil……………………………………………………………….8
3.2 Pembahasan…………...………………………………………......15
3.3 kesimpulan……………………………..……………………….....16
3.4 Saran……………………………………………...……………….16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman spesies Caryocar coriaceum Wittm. ditemukan di Brazil
tepatnya di bagian paling utara dari wilayah Timur Laut. Tanaman ini memiliki
peran penting di bidang sosial dan ekonomi di daerah dataran tinggi Araripe dan
di negara bagian Ceará, Pernambuco dan Piauí (Júnior et al., 2013; Silva et al.,
2015). Pada masakan-masakan daerah, buah tanaman ini sangat populer
digunakan (Cavalcanti et al., 2015). Dari segi ekonomi, tanaman ini telah menjadi
sumber makanan yang berharga terutama untuk penduduk dengan penghasilan
yang rendah dan di akhir musim minyak dari daging buah biji dan almond akan
diambil melalui metode ekstraksi yang akan memiliki nilai komersial yang lebih
tinggi. Daging buah biji dan almond (bagian minyak nabati buah) karena rasanya
yang khas dan sebagai sumber lipid dan vitamin antioksidan (A dan E), cukup
digunakan sebagai makanan dan sebagai dalam campuran pembuatan saus serta
sebagai rempah-rempah.
Penyakit inflamasi dan kardiovaskular (CVD) menunjukkan prevalensi
yang tinggi dan merupakan penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas pada
populasi dunia (Kivimäki et al., 2011). Banyak penelitian yang telah
menunjukkan hubungan positif antara kadar serum TG dengan risiko penyakit
arteri koroner (CAD), seperti melalui pembentukan plak aterosklerotik (Austin,
1991; Hokanson dan Austin, 1996; Kabakci et al., 2008). Hasil aterosklerosis dari
respon tubuh terhadap cedera jaringan dengan menekankan pada proses inflamasi
(karena disfungsi endotel) sehingga menghasilkan pembentukan oxLDL. Jadi,
antiinflamasi dan modulator darah-lipid oral merupakan bagian dari arsenal
terapetik pasien dengan penyakit kardiovaskular (Zimmet et al., 2001).
Tanaman obat yang memiliki aktivitas lipid-darah (setelah validasi dan
penentuan keamanan) telah menjadi alternatif dalam sistem kesehatan dengan
biaya yang rendah (Pereira et al., 2015). "Pequizeiro" adalah pohon asli Brasil,
yang dikenal dengan nama "pequi", "piqui", "pequá", "Thorn almond", "kacang
kuda" atau "almond Brasil". Tanaman dari genus Caryocar yang menonjol di
Brazil yaitu diantaranya C. brasiliense, C. villosum, C. coriaceum, C. cuneatum
dan C. glabruml (Prance and da Silva, 2006). Nama Caryocar berasal dari bahasa
Yunani yaitu caryon (= biji, walnut), dan kara (= head), dan mengacu pada buah
globular. Nama "pequi" berasal dari kata masyarakat pribumi sekitar yaitu pychi,
py (= kulit, kulit kayu), qui (= duri), yang berarti "kulit berduri", karena memiliki
duri endokarp. Spesies Caryocar coriaceum Wittm. ditemukan di "Chapada do
Araripe" di mana buah dan hutan dieksplorasi secara komersial dan memiliki
peran penting dalam bidang sosial-ekonomi di kawasan tersebut (Albuquerque et
al., 2011; de Oliveira Campos dkk., 2015; Júnior et al., 2013; Silva et al., 2015).
Buahnya digunakan dalam makanan dan dalam pengobatan tradisional sebagai
antiinflamasi serta mendukung proses penyembuhan (Ribeiro et al., 2014). Fixed
oil of Caryocar coriaceum (OFCC) serta minyak zaitun dan minyak nabati
lainnya kaya akan kandungan asam oleat (Ramos dan Souza, 2011; Sena et al.,
2010), lemak tak jenuh yang dapat digunakan sebagai tambahan dalam
pengobatan hiperlipemia dengan efek kardioprotektif potensial (Salgado et al.,
2008), antibakteri (Saraiva et al., 2011a, 2011b), antiinflamasi (de Oliveira et al.,
2015; Saraiva dkk., 2011a, 2011b) dan efek luka (da Silva Quirino et al., 2009).
Bagian lain dari tanaman ini juga dipelajari dan menunjukkan potensi terapi yang
penting sebagai antiinflamasi (Araruna et al., 2014) dan antimikroba (Araruna et
al., 2013).
Meskipun dideskripsikan untuk pengobatan berbagai macam penyakit,
tidak ada penelitian yang secara detail mengevaluasi efek dari tanaman Caryocar
coriaceum kemungkinan aktivitasnya sebagai agen antiinflamasi. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari administrasi harian
minyak lemak dari bubur buah Caryocar coriaceum Wittm. terhadap parameter
biokimia tikus sehat dan menganalisis efek in vivo dan in vitro antiinflamasi dari
kandungan minyaknya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah minyak lemak dari bubur buah Caryocar coriaceum Wittm
memiliki aktivitas anti inflamasi?
2. Bagaimana efek in vivo kandungan minyak lemak bubur buah Caryocar
coriaceum Wittm.?
3. Bagaimana efek in vitro kandungan minyak lemak bubur buah Caryocar
coriaceum Wittm.?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah minyak lemak dari bubur buah Caryocar coriaceum
Wittm memiliki aktivitas anti inflamasi.
2. Mengetahui efek in vivo minyak lemak dari bubur buah Caryocar
coriaceum Wittm.
3. Mengetahui efek in vitro minyak lemak dari bubur buah Caryocar
coriaceum Wittm

1.4 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Memberikan informasi bahwa minyak tetap dari daging buah biji buah
Caryocar coriaceum Wittm memiliki aktivitas anti inflamasi.
2. Memberikan informasi tentang efek in vivo minyak lemak dari bubur buah
Caryocar coriaceum Wittm.
3. Memberikan informasi tentang efek in vitro minyak lemak dari bubur buah
Caryocar coriaceum Wittm.
BAB II
METODE PENELITIAN

Bahan dan Metode


2.1 Hewan coba
Tikus wistar dari Fakultas Kedokteran Estacio Juazeiro yang telah
diadaptasikan dalam ruangan berisi gas polypropilen bersuhu 22-24C dengan
atau tanpa cahaya selama 12 jam dengan konsumsi makanan dan minuman yang
cukup dengan protokol pengujian ini telah didaftarkan pada komisi Etik di
Universias Cairi.

2.2 Obat
Obat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu obat Tiloxapol dan
Gemfibrozil yang berstandar analisis.

2.3 Preparasi Tanaman untuk OFCC (Isolat minyak Caryocar coriaceum)


Pengumpulan buah tanaman Caryocar coriaceum dilakukan sejak Oktober
2010 dan dilakukan pemisahan bagian buah serta ekstraksi dengan air hingga
didapatkan supernatan yang merupakan bagian minyak sebanyak 1 liter yang
kemudian difiltrasi dengan kertas saring menggunakan Na2 SO4 anhidrat.
2.4 Profil Kimia
Penentuan asam lemak dilakukan secara tidak langsung dengan cara metil
ester. Minyak (0,2g) disabunifikasi selama 30 menit di bawah refluks dengan
larutan kalium hidroksida metanolat sesuai dengan metodologi yang dijelaskan
oleh Hartmanand Lake (1973). Setelah penyesuaian pH, asam lemak bebas
dimetilasi dengan metanol dalam katalisis asam, untuk memperoleh masing-
masing metil ester.
Analisis dari konstituen volatil dilakukan pada GC / MS Hewlett-Packard
Model 5971, menggunakan kolom kapiler non polar DB-1, menggunakan gas
helium, laju aliran 0,8 ml/menit, dan dalam mode split. Suhu injektor dan detektor
masing – masing 200˚C dan 250˚C. Temperatur kolom diprogram dari 35°C ke
180°C pada 4°C/menit, dan kemudian dari 180°C ke 250°C pada 10°C/menit.
Spektrum massa tercatat 30-450 m/z. Komponen individu diidentifikasi dengan
mencocokkan spektrum massa mereka di 70 eV, dengan database menggunakan
literatur yang dibangun oleh spektrometer Wiley, dan dua komputer menggunakan
retensi untuk seleksi awal. Perbandingan visual dari pola fragmentasi dengan yang
dilaporkan dalam literatur juga digunakan.

2.5 Penilaian profil lipid pada tikus dengan OFCC


Penilaian profil lipid kelompok-kelompok hewan yang berbeda diobati
dengan OFCC 500,1000 dan 2000 mg / kg dan 0,9% saline (p.o.) untuk 7, 15, dan
30 hari. Pada akhir setiap periode, hewan ditimbang dan berpuasa selama 12 jam,
untuk pengambilan darah nanti. Sampel darah (2ml) dikumpulkan di bawah
pleksus orbital dalam tabung, pengumpulan serum 2ml dengan gel pemisah dan
dievaluasi untuk mengetahui parameter biokimia: kolesterol total, HDLC, LDL-C
dan trigliserida.

2.6 Evaluasi potensi penurun lipid OFCC pada tikus dengan dislipidemia
yang disebabkan oleh Triton WR-1339
Enam kelompok hewan dengan pemberian selama 15 hari dengan : saline
(1 ml/kg; p.o.), saline (1ml/kg; p.o.), Gemfibrozil (100mg/kg; p.o.), OFCC
(500mg/kg; p.o.), OFCC (1000mg/kg; p.o.) dan OFCC (2000mg/kg; p.o.).
Mengikuti metodologi yang sama seperti yang digunakan oleh Mathur, setelah 15
hari pemberian, dislipedimia diinduksi oleh Triton WR-1339 (Tyloxapol) pada
400 mg/kg ip. Pada jam ke 24 dan 48 sampel darah dikumpulkan sebanyak 2 ml. 2
ml tabung serum dengan pemisah gel dan dievaluasi untuk mengetahui parameter
biokimia : total cholesterol, HDL-C, LDL-C dan trigliserida. Penentuan masing-
masing analit dilakukan sesuai metode kolorimetrik yang dijelaskan oleh pabrikan
(Labtest). Untuk setiap hewan, aorta, jantung dan hati dengan cepat dibedah dan
tetap dalam formalin (10%). Setelah fiksasi, fragmen stent pada permukaan
dipotong dari masing-masing segmen 5 mm. Fragmen-fragmen terpilih dengan
hati-hati menarik keluar dari parafin-embedding. Jaringan dalam parafin dipotong
pada ketebalan 5 μm dan diwarnai dengan hematoxylin-eosin dan dievaluasi
dengan mikroskop.
2.7. Evaluasi efek anti-inflamasi in vivo OFCC
Berbagai kelompok hewan diobati dengan OFCC pada dosis 500, 1000,
2000 mg / kg, dan 0,9% saline (po) selama 7, 15, 30 hari serta pada akhir setiap
periode, volume awal (Vi) dari kaki belakang sebelah kanan diukur menggunakan
plethysmograph (Ugo Basiles). Setelah 1 jam, setiap hewan diinjeksi dengan
carrageenan secara intra-plantar 2% (b / v) di kaki belakang kanan (0,2 ml / paw).
Volume kaki belakang kanan setiap hewan dievaluasi lagi dengan plethysmograph
pada jam ke 1, 2, 3, dan 4 setelah diinjeksi agen phlogistic. Hasilnya dinyatakan
sebagai perbedaan antara volume akhir kaki pada setiap waktu (Vf) dan volume
awal (Vi) diwakili oleh rumus: Ve¼VfVi, di mana Ve adalah volume edema (ml).
Kemudian, satu kelompok hewan diobati dengan Indomethacin 10 mg / kg, i.p.
sebagai kontrol untuk efek anti-inflamasi.

2.8. Evaluasi efek in-vitro anti-inflamasi OFCC


Sel polimorfonuklear, terutama neutrofil (80-90%) diperoleh dari darah
manusia. Sel-sel diisolasi sesuai dengan metode yang dijelaskan oleh Henson
(1971), kemudian dimodifikasi oleh Lucisano dan Mantovani (1984). Suspensi
neutrofil (5 106 sel / ml) diinkubasi dengan minyak Caryocar coriaceum (OFCC;
1, 10, 50, 100 dan 200 μg / ml), indometasin (35,7 mg / ml, standar), dan vesikel
(DMSO (Dimethylsulfoxide ) 1% dalam air) atau larutan Hanks. Setelah 15 menit,
bahan disentrifugasi. Supernatan yang mengandung banyak enzim dari pelepasan
oleh degranulasi sel darah putih, digunakan untuk mengukur myeloperoxidase
menggunakan metodologi yang dijelaskan oleh Ubeda et al. (2002). Supernatan
ditambahkan PBS (fosfat buffer larutan garam), buffer fosfat, dan H2O2. Setelah
15 menit pada suhu 37°C ditambahkan 3,3 ′, 3,5′-tetramethylbenzidine (TMB),
dan reaksi dihentikan dengan menambahkan natrium asetat. Ditentukan
absorbansi pada panjang gelombang 620 nm. Konstruksi kurva standar dengan
menambahkan peningkatan jumlah MPO (0,125-3 U / ml) memungkinkan
hubungan antra absorbansi yang diperoleh dengan enzim dalam unit / ml.
Pembacaan dilakukan dalam replikasi (tiga hingga enam), dan diulang selama tiga
hari berturut-turut.
2.9. Analisis statistik
Hasilnya dinyatakan sebagai mean ± standard error of mean (SEM) yang
dianalisis dengan one way atau two way ANOVA, dan sebagai post hoc, diikuti
tes oleh Student-Newman-Keuls atau Dunnett. Hasil dengan nilai p < 0.05
dianggap signifikan secara statistik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Dalam penelitian diperoleh rerata 4,5 g minya pulp dengan persentase
4,5%. Menggunakan analisis GC/MS dapat mengidentifikasi keberadaan senyawa
tidak jenuh (64,2%), dibandingkan senyawa dengan asam lemak jenuh (35,8%)
(Tabel 1). Selama pemerian dengan OFCC pada dosis 500 mg/kg, 1000mg/kg dan
2000 mg/kg , tidak terjadi perubahan perilaku, perubahan fisik, atau kematian
pada kelompok eksperimental. Tidak ada peningkatan berat badan yang
signifikan (Tabel 2), profil lipid pada hewan (Tabel 3) dan selama 30 hari
pengobatan, menunjukkan kadar kolesterol serum total mengalami penurunan
16% pada kelompok yang diinjeksikan OFCC 2000 mg/kg dibandingkan dengan
kontrol saline. Demikian pula, kadar trigliserida mengalami penurunan sebesar
23% pada kelompok yang diinjeksikan OFCC 2000 mg/kg dibandingkan kontrol.
Pengobatan dengan OFCC secara signifikan meningkatkan kadar HDL-C pada
hewan yang diobati selama 15 hari [500 mg/kg (35%), 1000 mg/kg (41%) dan
2000 mg/kg (39%)], dan pada 30 hari [500 mg/kg/hari (44%), 1000 mg/kg/hari
(62%), dan 2000 mg/kg/hari (71%)]. Tidak ada perubahan dalam profil lipid yang
diamati dengan pengobatan OFCC selama tujuh hari.
Hipertrigliseridemia yang diinduksi dengan Tyloxapol dikurangi oleh
OFCC pada ketiga dosis yang diuji dalam percobaan bila dibandingkan dengan
kontrol yang diterapi dengan saline (Tabel 4). OFCC menyebabkan peningkatan
serum HDL-C pada 24 jam [1000 mg/kg (26%) dan pada 48 jam [1000 mg/kg
(100%) setelah induksi dislipidemia]. Pentingnya OFCC memiliki efek yang mirip
dengan Gemfibrozil yang dengan sendirinya tidak dapat meningkatkan kadar
HDL-C plasma seperti halnya OFCC.
Pengobatan dengan OFCC selama 7 hari secara signifikan mengurangi
edema pada kaki yang diinduksi oleh karaginan (T0-T24). Indomethacin (10
mg/kg, p.o.) mengurangi jumlah edema secara signifikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol [dalam T3 (30%)]. Pengobatan dengan OFCC selama 15 hari
secara signifikan mengurangi edema kaki yang diinduksi oleh karaginan pada
dosis 500 mg/kg dibandingkan dengan kelompok yang diobati dengan saline.
Indomethacin (10 mg/kg, po) mengurangi jumlah edema secara signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi tidak ada perbedaan dibandingkan
dengan hewan yang diberi streata. Pengobatan dengan OFCC selama 30 hari juga
secara signifikan mengurangi edema pada kaki pada dosis 500 mg/kg, 1000 mg/kg
dan 2000 mg/kg dibandingkan dengan kontrol salin. Demikian pula, indometasin
(10 mg/kg, po) secara signifikan mengurangi volume edema dibandingkan dengan
kelompok yang diobati dengan saline (Table 5), tanpa ada perbedaan dalam
kaitannya dengan kelompok hewan yang diobati dengan OFCC.
Analisis histopatologi aorta dan jantung tidak menunjukkan perubahan
pada jaringan pola struktur setelah pemberian 2000 mg/kg, 1000 mg/kg dan
500mg/kg minyak konstan (OFCC) pada tikus dalam 7, 15 dan 30 hari. Namun,
liver menunjukkan steatosis fokal hanya dalam dua kali perawatan hewan selama
30 hari dengan dosis 2000 mg/kg, kemudian OFCC menunjukkan efek biphasic
pada aktivitas myeloperoxidase. Pada konsentrasi rendah (0,05 μg/ml, 0,1 μg/ml,
dan 1 μg/ml) minyak mampu menghambat aktivitas MPO sama dengan
indometasin 37,7 μg/ml. Di sisi lain, pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 10
μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, dan 200 μg/ml, penghambatan aktivitas enzimatik
MPO menghilang.
Analisis histopatologi aorta dan jantung tidak menunjukkan perubahan
pada pola struktur jaringan setelah pemberian 2000 mg/kg, 1000 mg/kg dan 500
mg/kg minyak atsiri (OFCC) pada tikus selama 7, 15 dan 30 hari (Gambar 2, 3
dan 4). Tapi, pada hati menunjukkan steatosis fokal hanya pada dua dari sepuluh
hewan uji selama 30 hari dengan dosis 2.000 mg/ kg (Gambar 5).
OFCC menunjukkan efek biphasic pada aktivitas myeloperoxidase. Pada
konsentrasi rendah, minyak mampu menghambat aktivitas MPO sama
dibandingkan dengan indometasin. Di sisi lain, pada konsentrasi yang lebih tinggi
meyebabkan hilangnya aktivitas inhibisi enzimatik MPO 6.5 (Gambar 1).

3.2 PEMBAHASAN
Karagenan digunakan dalam model edema cakar sebagai agen untuk
menyebabkan inflamasi, meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas darah, dan
nyeri. Satu jam setelah pemberian karagenan, terjadi pelepasan histamin, dan
serotonin, serta mediator inflamasi awal lainnya, peningkatan volume telapak
dapat diamati. Puncak pembengkakan maksimum terjadi pada jam ke 3 - 4,
bertepatan dengan peningkatan eicosanoid pro inflammatory (mediator lambat).
Pengobatan dengan OFCC selama 7, 15 dan 30 hari secara signifikan mengurangi
edema yang disebabkan oleh karagenan pada semua dosis yang diuji. Dalam
literatur, beberapa penelitian menunjukkan bahwa keberadaan asam lemak dalam
OFCC mungkin terkait dengan aktivitas antiinflamasi. Mekanisme perlindungan
asam oleat terhadap inflamasi telah dikaitkan dengan penurunan kadar asam
linoleat LDL. Asam lemak oleat dan palmitat terbukti menghambat agregasi
trombosit secara moderat seperti yang diinduksi oleh asam arakidonat, dan sedikit
menghambat pembentukan tromboksan.
Dalam penelitian Henry dkk. (2002) mengamati bahwa asam oleat
menunjukkan aktivitas penghambatan yang sedang terhadap COX-1 yaitu sebesar
25% (Henry et al., 2002). Asam oleat dan palmitat, menjadi komponen utama
OFCC, ditemukan dalam kandungan kimia dan dengan pemberian oral terbukti
dapat memberikan penurunan aktivitas inflamasi. Asam linoleat, merupakan
lemak poli tak jenuh ditemukan di OFCC, telah diidentifikasi dalam literatur
sebagai anti-inflamasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa asam linoleat dapat
menghambat COX-1 dan COX-2 secara in vitro, dan pada sel THP-1 monositik
manusia yang diobati secara in vitro dengan LA menunjukkan penurunan yang
signifikan pada sekresi IL-6, IL-1β , TNF-α, dan faktor transkripsi NF-kB (Zhao
et al., 2005).
Myeloperoxidase (MPO) adalah protein dengan berat molekul 144 kD,
terdiri dari dua dimer, mengandung satu subunit dengan rantai ringan dan berat,
dan dengan kelompok heme yang identik secara fungsional yang digabungkaan
oleh jembatan disulfida. Enzim ini adalah konstituen utama granul azurofil dari
neutrophil yang juga ditemukan di monosit dan jaringan makrofag. Enzim ini
berasal dari leukosit dan mengkatalisis pembentukan banyak spesies oksidan
reaktif, berkontribusi terhadap respon imun bawaan tubuh, dan pada kerusakan
jaringan selama inflamasi. Dalam penelitian ini, OFCC pada konsentrasi rendah
mengurangi pelepasan MPO dari sell polimorfonuklear. Hasil ini menguatkan
efek anti-inflamasi secara in vivo pada OFCC.
3.3 Kesimpulan

Caryocar coriaceum memiliki efek anti inflamatori baik secara in vivo dan
in vitro. Penelitian ini menunjukkan bahwa asam linoleat yang terdapat dalam
Caryocar coriaceum dapat menghambat COX-1 dan COX-2 secara in vitro, dan
pada sel THP-1 monositik manusia yang diobati secara in vitro dengan LA
menunjukkan penurunan yang signifikan pada sekresi IL-6, IL-1β , TNF-α, dan
faktor transkripsi NF-kB dan OFCC pada konsentrasi rendah mengurangi
pelepasan MPO dari sell polimorfonuklear.

3.4 Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan aktifitas tumbuhan
tesebut secara klinis.

Anda mungkin juga menyukai