A. PENGERTIAN K3
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan,
memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga
kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal, sehingga dapat
berproduksi secara maksimal pula.
Menurut Depkes 2003, kesehatan kerja adalah cabang ilmu kesehatan yang
mempelajari tentang teknik, metoda serta berbagai upaya penyerasian antara beban
kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja.
Di Indonesia kesehatan kerja mulai diperkenalkan oleh Belanda sejak abad ke 17.
Rekomendasi Komite bersama ILO dan WHO tahun 1995 mengenai tujuan kesehatan
kerja menekankan upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan kapasitas kerja,
perbaikan lingkungan dan pekerjaan yang mendukung kesehatan dan keselamatan
pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar tercapai iklim sosial
yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan produktivitas.
1. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah unsur- unsur penunjang yang mendukung terciptanya
suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil.
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya baju kerja,
helm, kacamata, sarung tangan, dan sepatu. Sedangkan unsur-unsur penunjang
keamanan yang bersifat nonmaterial adalah buku petunjuk penggunaan alat,
rambu-rambu dan isyarat bahaya, himbauan dan petugas keamanan.
2. KesehatanKerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun.penyakit.umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari
penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB
I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani,
dan kemasyarakatan.
3. KeselamatanKerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu
faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini
yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung
pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
B. TUJUAN K3
1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
3. Menjamin proses produksi berjalan lancer
C. MANFAAT K3
Bagi pihak manajemen tempat kerja :
1. Meningkatnya dukungan terhadap program kesehatan dan keselamatan pekerja di
tempat kerja
2. Citra positif (tempat kerja yang maju & peduli kesehatan)
3. Meningkatnya moral staf
4. Menurunnya angka kemangkiran karena sakit
5. Meningkatnya produktivitas
6. Menurunnya biaya kesehatan
Bagi pekerja :
1. Meningkatnya percaya diri
2. Menurunnya stress
3. Meningkatnya semangat kerja
4. Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit
5. Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar
Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan trias
epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan populasi
pekerja, host digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena terkait dengan sifat
bahaya kerja, sehingga diasumsikan bahwa semua individu pekerja dan kelompok
beresiko terkena bahaya kerja. Agent adalah faktor yang berhubungan dengan
penyakit dan cedera, diklasifikasikan menjadi biologi, kimia, ekonomi, fisik, atau
psikososial. Environment, berhubungan dengan kondisi eksternal yang berpengaruh
terhadap interaksi host dan agents.
Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan, maka
timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut ada dalam
lingkungan pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa semua pekerja yang
ada dalam lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk sakit atau cedera, dengan
demikian proaktif dari perawat menjadi hal yang penting dalam upaya mencegah
terjadinya penyakit atau cedera akibat kerja melalui design yang efektif melalui 3
level prevensi; primer,sekunder dan tersier. Lingkup Kegiatan Program Keperawatan
Kerja:
a. Riwayat kesehatan terutama para pekerjadan keluarga pekerja
b. Pengkajian atau screening
c. Surveillance atau monitoring
d. Primary health care
e. Konseling
Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayananparipurna,
terdiridari 3 level prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier yang
dilaksanakan dalam suatu sistem yang terpadu.
1) Pelayanan prevensi primer, kegiatannya antara lain:
a. Pemeriksaan kesehatanawal, berkala dan khusus
b. Immunisasi
c. Kesehatan lingkungan kerja
d. Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya perkerjaan
e. Penyerasaian manusia dengan mesin dan alat kerja(ergonomik)
f. Pengendalian bahayalingkungan kerja
g. Pendidikan dan penyuluhan tentangkesehatan kerja
h. Pemeliharaan berat badan ideal
i. Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat dan aman
j. Olahraga
2) Pelayanan Prevensi sekunder
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang sudah mengalami gangguan pekerjaan.
Pelayanan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit
akibat kerja, kegiatannya antara lain:
a. Konseling
b. Screening adanya gangguan akibat kerja
c. Penatalaksanaan kasus
d. Penanganan kegawat daruratan baik fisik maupun psikologis akibat kerja
e. Rujukan
f. HomeVisite terhadap pekerjayangmengalamigangguanakibat kerja
3) Pelayanan Prevensi tersier
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang telah menderita cacat sehingga
menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen baik sebagian maupun
seluruh kemampuan bekerjanya. Kegiantannya antara lain:
a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya
yang masih ada secara maksimal.
b. Penempatan kembali pekerja yang secara selektif sesuai kemampuannya.
E. SYARAT-SYARAT K3
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan atas
keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta
d. Nilai-nilai agama
1) Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang
biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman
pyogenic,colli,bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-
benda yang terkontaminasi dan udara.Virus yang menyebar melalui kontak
dengan darah dan sekret (misalnya HIVdan Hepatitis B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelumbekerjadilakukan pemeriksaankesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badani, punyacukupkekebalan alami untuk
bekrjadengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Pengelolaan limbah infeksiusdengan benar
d. Kebersihan diri dari petugas
2) Faktor Kimia
Petugas dilaboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan
kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent
yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat
memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan
yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada
umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubberbulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekatan antara mata
dan lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3) Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan
alat,cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai Tofitthe Job tothe Manandtofitthe
Mantothe Job. Sebagian besar pekerja diperkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah,bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang
digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam
jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)
dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain).
4) Faktor Fisik
Faktor fisik dilaboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi :
1. Kebisingan,getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian.
2. Pencahayaanyang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi ditempat kerja.
4. Terimbas kecelakaan/kebakaranakibat lingkungansekitar.
5. Terkenaradiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak
dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
a. Pengendalian cahayadi ruangkerja
b. Pengaturan ventilasi danpenyediaanair minumyangcukup memadai.
c. Menurunkangetaran dengan bantalanantivibrasi.
d. Pengaturan jadwal kerjayangsesuai.
e. Pelindungmatauntuk sinarlaser
f. Filteruntuk mikroskop
5) Faktor Psikososial Beberapa contoh factor psikososial yang dapat
menyebabkan stress
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja dilaboratorium kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja disektor formal
ataupun informal.
G. INDIKATOR K3
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja
adalah:
1) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesaat
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya
2) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan
Penerangan
L. ASUHAN KEPERAWATANKESEHATANKERJA
1. Pengkajian
a. Inti (core)
i. Histori
Kapan mulai bekerja
Usia mulai bekerja
Alasan bekerja
Pengalaman pekerja
b. Demografi: Distribusipekerjaberdasarkanjeniskelamin,usia, pendidikan,
jenis pendidikan, kecelakaan kerja, keamitian akibat kerja jumlah
tanggungan, pekerjaan sampingan pekerja, kebiasaan pekerja, jenis
olahraga
c. Subsistem
1. LingkunganFisik
1) Iklim/cuaca
2) Suhu ruangan
3) Tingkat kebisingan, paparan zat kimia
4) Penataan ruangan kerja
5) Penataan eksteriorperusahaan
6) Pengaruh penataan terhadap pekerja
7) Dampak lingkungan fisikterhadap pekerja
2. Pendidikan
a. Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga
b. Jenjang karir dan pendidikan
c. Penghargaan terhadap pendidikan pekerjadan keluarga
d. Fasilitas pendidikan di perusahaan
e. Jenis pendidikanyangdiberikan
3. Keamanan dan Transportasi
a. Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerjadan keluarga
b. Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja
c. Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerjadan
keluarga
4. Politik dan Pemerintahan
a. Jenis aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
b. Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c. Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan keluarga
d. Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga
5. Pelayanan Umum dan Kesehatan
a. Jenis pelayanan umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga
(sarana olahraga, klinik, RS, sarana penyaluran hobi/bakat)
b. Kondisi sarana umum dan kesehatan
c. Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan
keluarga
d. Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan
keluarga
6. Komunikasi
a. Jenis sarana komunikasi yang diberikan perusahaan
b. Cara pemanfaatan sarana komunikasi
c. Acara yang berhubungan dengan pertemuan direksi, pekerja dan
keluarga (formal/informal)
d. Dampak sarana komunikasi bagi pekerjadan keluarga
7. Ekonomi
a. Penghasilan pekerja (berdasarkanUMR/kelayakan hidup)
b. Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga
pekerja
c. Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan yang diberikan
perusahaan
d. Tingkat kesejahteraan pekerjadan keluarga
8. Rekreasi
a. Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan
b. Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c. Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain dari
perusahaan
d. Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi
e. Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja
2. Analisis Data
Prioritas:
a. Masalah (aktual, resiko,potensial)
b. Ketersediaan sarana
c. Kemauan pekerjadan keluarga Kemauan perusahaan
Analisa masalah berdasarkan data fokus, antara lain:
a. Kecelakaan kerja yang sering terjadi
b. Perilaku yang tidak sehat
c. Lingkungan yang tidak sehat
d. Penyakit akibat kerja
e. Pengetahuan yang kurang
f. Kurangnya fasilitas pendukung
5. Implementasi
Perawat bertanggungjawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yangsifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah.
b. Mendidik komunitasi tentangperilaku sehat.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligusmenfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan
pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara
umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh:
imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam
kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnose dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit,
Contoh: Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak,
memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata,gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk
melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses,hasil.
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/kemajuan proses, kesesuaian dengan perencanaan, peran
pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
b. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
c. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai,apakah masyarakat
puas.
Proses Evaluasi:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanyakasus baruyg dirujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA
Tenaga Kerja.
4.Silalahi,BennettN.B.danSilalahi,Rumondang.1991.Manajemenkeselamatan dan
kesehatan kerja: PustakaBinaman Pressindo.
5.Suma'mur. 1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji
Masagung