Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL DASAR TEKNIK PROSES BIOSISTEM

PENGARUH PENYIMPANAN SUHU RUANG BAWANG MERAH (Allium


ascalonicum L.) DAN KEDELAI TERHADAP KUALITAS BENIH

DISUSUN OLEH :
WASGINA
J1B116010

DOSEN PENGAMPU :
MONIKA MARPAUNG S.TP, M.P

TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bawang merah merupakan tanaman holtikultura yang banyak dibudidayakan
di Indonesia. Kebutuhan bawang merah untuk rumah tangga dan industri cukup
banyak namun selalu terjadi fluktuasi harga, begitu juga dengan kedelai. Kedelai
merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena
memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu sebesar 37% dan kandungan lemak sebesar
16% (Tatipata et. al. 2004). Kedelai sering dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
berbagai produk pangan, baik dalam bentuk kering, segar maupun dalam bentuk
makanan fermentasi, seperti susu, tahu, tempe, kecap. Salah satu faktor pembatas
produksi bawang merah dan kedelai di daerah tropis adalah masih rendahnya
pemakaian benih bermutu tinggi oleh petani.
Tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan benih adalah benih
sulit diperoleh menjelang musim tanam, harga benih yang mahal, kualitas benih yang
rendah karena terinfeksi penyakit dan harga saat panen murah. Produktivitas yang
masih rendah disebabkan masih rendahnya penerapan teknologi diantaranya
penyimpanan benih. Penyimpanan adalah salah satu penanganan pascapanen yang
memiliki peranan penting pada bawang merah dan kedelai, karena dengan melakukan
penyimpanan yang baik maka persediaan benih dapat dikendalikan secara kontinyu
dengan mutu yang dapat diterima oleh pasar, dan akhirnya diharapkan dapat
mengendalikan fluktuasi harga. Metode penyimpanan bawang merah dan kedealai
berpengaruh terhadap mutu benih yang dihasilkan.
Penyimpanan pada suhu rendah dapat memperlambat proses metabolisme
sehingga akan memperpanjang masa simpan (Julianti 2011). Suhu ruang simpan
berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang
dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu
rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Kondisi tersebut dapat
mempertahankan viabilitas benih lebih lama. Kadar air yang aman untuk
penyimpanan benih dalam suhu ruang selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%.
Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan
dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi
dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis,
sehingga benih akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-
faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan.
Penyediaan benih bawang dan kedelai berkualitas diperlukan inovasi teknologi
penyimpanan benih yang mampu memperpanjang masa simpan dengan kualitas yang
tetap terjaga. Salah satu alternatif untuk memperpanjang umur simpan benih adalah
penyimpanan pada suhu rendah.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penyimpanan suhu ruang
terhadap kualitas benih bawang merah dan kedelai.
BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah
varietas Bima yang diperoleh dari petani bawang merah di Kabupaten Brebes dengan
umur panen 60 HST (Hari Setelah Tanam). Sebelum dilakukan pengemasan yang
dilanjutkan dengan penyimpanan, bawang merah di kelompokkan berdasarkan ukuran
yang terdiri dari bawang merah berukuran besar (>9g), sedang (5-9g) dan kecil (<5g).
Masing-masing kelompok dikemas dalam jala plastik dengan berat 2 kg untuk
masing-masing kemasan.
Benih kedelai yang digunakan adalah kedelai kuning varietas Wilis dan
kedelai hitam varietas lokal Ciwalen.

2.2 Metode Penelitian


2.2.1 Pengaruh penyimpanan suhu ruang benih bawang merah
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penyimpanan
benih dalam kemasan jala plastik pada suhu 0,5, 10oC dengan RH 60-70% dan suhu
ruang 25-30oC yang disimpan selama 3 bulan (12 minggu). Tahapan kedua yaitu
penanaman benih, pada tahapan ini umbi yang telah disimpan selama 12 minggu pada
berbagai perlakuan suhu dipaparkan disuhu ruang selama 1 hari sebelum penanaman.
Kemudian pengujian pertumbuhan benih dilakukan pada lahan percobaan dengan
kondisi yang seragam yaitu pada box dengan ukuran 60 x 80 cm dengan jarak 15cm x
20cm dengan satu umbi perlubang. Untuk merangsang awal pertumbuhan, dilakukan
pemupukan menggunakan pupuk NPK dengan dosis 51g/L dan dolomit dengan dosis
34g/L sampai pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian gulma serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pengukuran
Parameter mutu yang diukur adalah susut bobot, kadar air, kerusakan yang
meliputi hampa, berakar, bertunas dan chilling injury untuk masing-masing ukuran
bawang merah. Adapun cara menentukan kerusakan selama penyimpanan yaitu
mengidentifikasi, memilih dan memisahkan umbi benih seperti hampa, berakar,
bertunas dan CI dari umbi yang baik dan normal. Parameter mutu di lapang yaitu
viabilitas benih, tinggi tanaman, jumlah daun dan persentase bunga. Pengukuran
dilakukan tiga kali ulangan dengan menggunakan tiga buah umbi benih bawang
merah yang berbeda untuk masing-masing bentuk ukuran. Peralatan yang digunakan
pada penelitian ini adalah lemari pendingin (cold storage) yang dapat diatur suhunya,
timbangan Mettler PM 4800 dan oven.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) 1 faktor, yaitu suhu penyimpanan yang terdiri suhu 0, 5,
10oC dan ruang serta bentuk ukuran umbi bawang merah yang terdiri dari ukuran
besar, sedang dan kecil. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data hasil
pengamatan kemudian dianalisis sidik ragam, apabila berpengaruh nyata dilanjutkan
dengan uji beda DMRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf 5%.

2.2.2 Pengaruh penyimpanan suhu ruang benih kedelai


Penelitian ini menggunakan rancangan 2 x 2 Faktorial yang disusun dalam
Rancan gan Acak Lengkap dengan ulangan 4 kali. Faktor pertama adalah
warna kulit biji yaitu kedelai hitam dan kedelai kuning. Faktor kedua adalah suhu
ruang simpan yaitu suhu rendah 21o – 23oC (di Ciwalen) dan suhu tinggi 27o – 29oC
(di Yogyakarta). Setiap kombinasi perlakuan masing-masing terdiri dari 6 kemasan
benih dalam kantong plastik dan kaleng yang terbagi dalam enam bulan
penyimpanan. Setiap bulan dilakukan pengujian kualitas benih selama enam bulan,
meliputi daya tumbuh, vigor, pertumbuhan bibit (tinggi, panjang akar, berat kering
bibit).
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis varians dengan taraf
5%. Apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji
jarak berganda (DMRT) dengan taraf 5%.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kadar Air


3.1.1 Bawang Merah
Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan selama
penyimpanan karena dapat mempengaruhi kualitas pada bahan pangan. Bawang
merah yang disimpan pada suhu 0oC, 5oC dan 10oC mengalami penurunan kadar air
hingga akhir penyimpanan, baik untuk benih bawang merah umbi ukuran besar,
sedang maupun benih bawang merah ukuran kecil. Hasil penelitian menunjukkan
penurunan kadar air tertinggi pada benih ukuran besar, sedang dan kecil selama
penyimpanan pada suhu 10oC masing-masing sebesar 2.39, 5.06 dan 3.26%
sedangkan penurunan kadar air benih bawang merah yang terendah pada suhu 0 oC
masing-masing sebesar 0.19%, 2.21% serta pada suhu 5oC sebesar 0.95%. Hal ini
terjadi karena adanya proses transpirasi dan respirasi selama penyimpanan sehingga
menyebabkan kadar air mengalami penurunan hingga akhir penyimpanan. Perubahan
kadar air benih bawang merah selama penyimpanan terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan kadar air umbi bawang merah ukuran (a) besar, (b) sedang, (c)
kecil selama penyimpanan pada suhu 0, 5, 10oC dan suhu ruang.

Perubahan kadar air umbi bawang merah pada suhu ruang terjadi perubahan
selama penyimpanan, baik untuk ukuran umbi besar, sedang dan kecil. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi suhu dan RH ruang yang tidak tetap selama penyimpanan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan kadar air pada umbi bawang merah
selama penyimpanan (Priyantono et al. 2013). Sesuai dengan penelitian (Khairun
Mutia 2014), penggunaan suhu ditempat penyimpanan dengan kisaran (26-32oC) dan
kelembaban dengan kisaran (52-88%). Kondisi yang tidak tetap tersebut
menyebabkan benih umbi bawang merah dengan mudah menyerap dan menguapkan
air dari dalam umbi yang menyebabkan terjadinya perubahan kadar air.
3.1.2 Kedelai
Sebelum benih disimpan, dilakukan pengujian kualitas benih awal.
Pengamatan meliputi kadar air benih, vigor, daya tumbuh benih, suhu dan
kelembaban ruang simpan (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil pengamatan kualitas awal benih kedelai

Kondisi awal kualitas benih kedelai kuning maupun kedelai hitam mempunyai
daya tumbuh dan vigor yang tinggi masing-masing yaitu > 90%, kadar air 9%,
kondisi lingkungan dengan suhu rendah 20,6oC kelembaban 86% di Ciwalen dan
suhu tinggi 27oC kelembaban 67,5% di Yogyakarta. Benih disimpan selama enam
bulan, setiap bulan dilakukan pengujian kualitas benih, meliputi daya tumbuh dan
vigor, serta pertumbuhan bibit yang merupakan vigor lapangan (diamati mulai bulan
ke empat, karena kualitas benih kedelai dalam label dapat berlaku sampai tiga bulan).

3.2 Daya Tumbuh Tanaman


3.2.1 Bawang Merah
Viabilitas benih menunjukkan daya tumbuh benih, aktif secara metabolisme
dan memiliki enzim yang dapat mengatalisis reaksi metabolisme yang diperlukan
untuk pertumbuhan benih. Berdasarkan hasil penelitian tanaman benih bawang merah
yang tumbuh pada umur 2 minggu setelah tanam terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase viabilitas umbi bawang merah ukuran (a) besar, (b) sedang, (c)
kecil setelah penyimpanan pada suhu 0, 5, 10°C dan suhu ruang.
Penyimpanan pada suhu 0, 5, 10oC dan suhu ruang pada umbi ukuran kecil
menghasilkan daya tumbuh sebesar 100%. Sedangkan benih bawang merah dengan
ukuran sedang dan besar pada suhu 5oC, 10oC dan suhu ruang juga sebesar 100%.
Tingginya nilai persentase tanaman bawang merah yang tumbuh berkorelasi positif
terhadap kualitas umbi yang baik. Semakin baik kualitas benih terutama berkaitan
dengan kebersihan sumber pathogen, maka persentase yang tumbuh juga semakin
tinggi pula. Sementara bawang merah dengan ukuran sedang pada suhu 0 oC memiliki
persentase daya tumbuh sebesar 80%. Sedangkan pada benih bawang merah dengan
ukuran besar pada suhu 0oC memiliki persentase daya tumbuh sebesar 40%. Hal ini
diduga adanya penggunaan suhu rendah yang menyebabkan umbi chilling injury
(kerusakan pada sel membran).
3.2.2 Kedelai
Berdasarkan hasil analisis varians daya tumbuh dan vigor menunjukkan
bahwa terdapat interaksi antara warna kulit dan suhu ruang simpan. Penyimpanan
benih kedelai hitam dalam kantong plastik maupun kaleng pada suhu rendah dan
tinggi sampai 6 bulan masih mempunyai daya tumbuh dan vigor yang tinggi (> 90%),
hanya pada suhu tinggi sudah mulai menurun menjadi 80% dan berbeda nyata dengan
kedelai kuning. Kedelai kuning dalam kantong plastik maupun kaleng setelah
disimpan selama enam bulan , daya tumbuh dan vigor benihnya masih tinggi (>80%)
pada suhu rendah. Pada suhu tinggi telah mulai menurun setelah disimpan 2 bulan
dan pada akhir penyimpanan daya tumbuh turun sampai 41%. Hal ini disebabkan
adanya perubahan kadar air benih telah naik sekitar 1 % dari kadar air awal mulai
bulan keempat penyimpanan, perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas
benih.

Gambar 3. Pengaruh suhu simpan terhadap daya tumbuh kedelai hitam dan kuning
selama 6 bulan penyimpanan
Secara genetik permeabilitas kulit benih kedelai kuning lebih tinggi
dibandingkan dengan kedelai hitam, karena kandungan lignin kedelai hitam
var.Merapi lebih tinggi (15,31%) dibandingkan kedelai kuning var.Lampo-Batang
(1,43%). Permeabilitas kulit benih yang tinggi akan memudahkan masuknya air dan
oksigen kedalam benih yang segera akan mengaktifkan enzim-enzim yang berperan
dalam metabolisme benih.
3.3 Tinggi Tanaman
3.3.1 Bawang Merah
Pada umumnya penanaman bawang merah dilakukan dengan menggunakan
umbi yang ditanam secara utuh sebagai bahan perbanyakan. Teknologi perbanyakan
umbi bawang merah secara konvensional, yaitu dengan menggunakan umbi, masih
disukai petani karena caranya yang lebih mudah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tinggi tanaman benih bawang merah selama 2 minggu setelah tanam terdapat
pada Gambar 4.

Gambar 4. Perubahan tinggi tanaman umbi bawang merah ukuran (a) besar, (b)
sedang, (c) kecil setelah penyimpanan pada suhu 0, 5, 10oC dan suhu ruang.

Tinggi tanaman bawang merah terus meningkat seiring dengan bertambahnya


umur tanaman. Berdasarkan hasil penelitian di lapang selama 2 minggu setelah
tanam, Gambar 4 menunjukkan tinggi tanaman terbaik ditunjukkan pada suhu ruang
untuk semua kelompok ukuran benih, namun tanaman yang tertinggi terdapat pada
umbi ukuran sedang sebesar 27.69 cm. Keadaan ini disebabkan karena umbi yang
berukuran sedang maupun besar mempunyai lapisan umbi yang relatif lebih banyak,
kemampuan untuk tumbuh akan lebih kuat pula. Disamping itu benih yang berukuran
sedang maupun besar mempunyai daerah penampang akar yang lebih luas sehingga
jumlah akar yang tumbuh lebih banyak, dengan demikian dapat meningkatkan tinggi
tanaman. Sedangkan tanaman yang terendah terdapat pada umbi ukuran besar pada
suhu 0oC sebesar 8.41 cm. Hal tersebut dipengaruhi oleh penyimpanan suhu rendah
dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan unsur hara dari lingkungan seperti
air, suhu dan matahari. Kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara selama
pertumbuhan dan perkembangannya terutama pengambilan atau penyerapan adalah
tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian selama 2 minggu setelah tanam dengan
berbagai perlakuan, suhu berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi anaman di
lapang.

3.3.2 Kedelai
Penurunan daya tumbuh dan vigor benih kedelai nampaknya diikuti pula
dengan pertumbuhan bibit yang rendah. Benih kedelai kuning yang mempunyai daya
tumbuh dan vigor yang sudah menurun, pertumbuhan bibitnya yang meliputi tinggi
bibit, panjang akar dan berat kering bibit juga rendah (lambat) dibandingkan benih
kedelai hitam. Hal ini menyebabkan tanaman kurang mampu beradaptasi dengan
lingkungan, sehingga lebih peka terhadap tempaan hujan deras, angin kencang, panas
matahari yang terik dan serangan hama penyakit. Pertumbuhan bibit dari benih
kedelai hitam yang disimpan pada suhu rendah nampak paling baik dan tinggi
dibanding perlakukan yang lain karena daya tumbuh dan vigornya juga paling tinggi
(gambar 4)

Gambar 5. Pengaruh suhu simpan terhadap tinggi bibit kedelai hitam dan
kuning selama 6 bulan penyimpanan

Kebocoran membran sel akibat deteriorasi menyebabkan penurunan vigor


dipercepat. Semakin lama benih disimpan semakin bertambah tua sel-sel dalam
benih. Proses penuaan pada kedelai kuning yang disimpan pada suhu tinggi nampak
dipercepat dibanding kedelai hitam, sehingga kebocoran membran sel-sel benih
semakin tinggi dan permeabilitas sel juga menurun. Hal ini nampak pada penurunan
daya tumbuh dan vigor benihnya menjadi 41% setelah disimpan selama enam bulan
dan berbeda nyata dengan kedelai hitam yang masih tinggi yaitu > 90%. Kerusakan
membran sel akibat deteriorasi akan mempengaruhi keadaan embrio dan kotiledon
yang sebagian besar terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak yang berguna untuk
pertumbuhan awal benih. Ternyata penurunan vigor benih diikuti pula turunnya
pertumbuhan bibitnya nampak dari grafik tinggi bibit, panjang akar dan berat kering
bibit paling rendah atau lambat. Hal ini sesuai hasil penelitian Viera et.al., (2001),
benih kedelai yang disimpan dalam aluminium foil pada suhu 20oC daya tumbuh dan
vigor menurun dengan cepat dan elektrikal konduktivitas meningkat dengan cepat.
Setelah benih dipindah pada suhu 10oC, vigor terus menurun dan elektrikal
konduktivitas tetap selama periode simpan. Jadi menurun pada semua kondisi
lingkungan, tetapi elektrikal konduktivitas hanya meningkat pada suhu tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan selama
penyimpanan karena dapat mempengaruhi kualitas pada bahan pangan.
Bawang merah yang disimpan pada suhu 0oC, 5oC dan 10oC mengalami
penurunan kadar air hingga akhir penyimpanan, sedangkan kedelai selama
penyimpanan mengalami perubahan kadar air benih naik sekitar 1 % dari
kadar air awal mulai bulan keempat penyimpanan ini sangat berpengaruh
terhadap kualitas benih.
2. Viabilitas benih menunjukkan daya tumbuh benih, aktif secara metabolisme
dan memiliki enzim yang dapat mengatalisis reaksi metabolisme yang
diperlukan untuk pertumbuhan benih. Penyimpanan pada suhu 0, 5, 10oC dan
suhu ruang pada umbi bawang merah menghasilkan daya tumbuh sebesar
100%.
3. Penyimpanan benih kedelai hitam dalam kantong plastik maupun kaleng pada
suhu rendah dan tinggi sampai 6 bulan masih mempunyai daya tumbuh dan
vigor yang tinggi (> 90%), hanya pada suhu tinggi sudah mulai menurun
menjadi 80% dan berbeda nyata dengan kedelai kuning.
4. Tinggi tanaman bawang merah terus meningkat seiring dengan bertambahnya
umur tanaman. tinggi tanaman terbaik ditunjukkan pada suhu ruang untuk
semua kelompok ukuran benih, namun tanaman yang tertinggi terdapat pada
umbi ukuran sedang sebesar 27.69 cm.
5. Pertumbuhan bibit kedelai meliputi tinggi bibit, panjang akar dan berat kering
bibit rendah (lambat) karena daya tumbuh dan virgornya menurun. Hal ini
nampak pada penurunan daya tumbuh dan vigor benihnya menjadi 41%
setelah disimpan selama enam bulan dan berbeda nyata dengan kedelai hitam
yang masih tinggi yaitu > 90%.
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, E. 2011. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan Terhadap


Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea). Jurnal. Horti Indonesia
2(1): Hal. 14-20.
Mardiana.2016. Pengaruh Penyimpanan Suhu rendah Benih Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Benih 4 (1) : 67-74
Purwanti, S.2004.Kajian Suhu Ruang Simpan terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning 11 (1) : 22-31
Viera,et all. 2001. Electrical conductivity of Soybean seeds sfter storage in several
environments. Seed Science and Technology., 29. 599-608.
Tatipata et. al. 2004.

Anda mungkin juga menyukai