Muh Kadarisman
Universitas Muhammadiyah Jakarta
muh.kadarisman@umj.ac.id
ABSTRACT
The research aimed to analyze maritime safety and security policy in supporting of marine
transportation system. This study uses descriptive method, because the data collected in the
form of words, images, and not the numbers. The data comes from interviews, field
observations, focus group discussions, videotapes, photos, notes or memos, and other
official documents. Data analysis with ethical and emic approach and triangulation
process. Determination of Informant with purposive technique. Result of research: Sea
transport in Indonesia not yet optimally developed, but has strong potency to be developed,
considering its characteristic able to do mass transportation. Therefore, the safety and
security system is a key factor to be considered and as a basis and benchmark for decision
makers. The safety and security system of sea transportation in Indonesia has not run
optimally, there are still many accidents both because of natural factors and human factors.
Government policies in the maritime field, whether the fishery industry or the shipping
industry have not been implemented consistently in accordance with applicable law. So far,
the development of maritime potential has been hit by structural problems, and there is no
national political awareness of the magnitude of the economic, fisheries and maritime
potentials. Little is known about the potential content of Indonesia’s marine resources, thus
opening the door for various research and development of biodiversity.
ABSTRAK
177
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
faktor kunci yang harus diperhatikan dan sebagai dasar serta tolok ukur bagi pengambil
keputusan. Sistem keselamatan dan keamanan transportasi laut di Indonesia belum berjalan
optimal, masih sering terjadi kecelakaan baik karena faktor alam mau pun karena faktor
manusia. Kebijakan pemerintah di bidang maritim, baik industri perikanan mau pun industri
pelayaran belum dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku. Selama ini pengembangan potensi maritim terbentur masalah struktural, dan belum
ada kesadaran politis secara nasional tentang betapa besarnya potensi ekonomi, perikanan,
dan maritim tersebut. Masih sedikit yang diketahui tentang kandungan potensi sumber daya
kelautan Indonesia, sehingga membuka pintu bagi dilakukannya berbagai penelitian dan
pengembangan keanekaragaman hayati tersebut.
178
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
179
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
180
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
saat ini yang terjadi adalah banyaknya Lebih lanjut hasil FGD menjelaskan
instansi yang terlibat atau berkepentingan bahwa dalam UU No. 17 Tahun 2008
dalam pelaksanaan penegakan hukum, tersebut, tepatnya Pasal 1 butir 32
keselamatan, dan keamanan di laut. Oleh menegaskan bahwa keselamatan dan
karena itu, tujuan penelitian di sini adalah keamanan pelayaran merupakan keadaan
untuk menganalisis kebijakan keselamatan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan
dan keamanan maritim dalam menunjang keamanan yang menyangkut angkutan di
sistem transportasi laut. Penelitian ini perairan, ke pelabuhan, dan lingkungan
menggunakan metode deskriptif, karena maritim. Sedangkan Pasal 1 butir 33 UU
data dikumpulkan berupa kata-kata, Nomor 17 Tahun 2008 menyatakan, bahwa
gambar, dan bukan angka-angka. Data kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal
tersebut berasal dari naskah wawancara, yang memenuhi persyaratan keselamatan
catatan lapangan, Focus Group Discussion kapal, pencegahan pencemaran perairan
(FGD), videotape, foto, catatan atau dari kapal, pengawakan, garis muat,
memo, dan dokumen resmi lainnya. Semua permuatan, kesejahteraan awak kapal dan
data yang dikumpulkan berkemungkinan kesehatan penumpang, status hukum kapal,
menjadi kunci terhadap apa yang sudah manajemen keselamatan dan pencegahan
diteliti. Dalam laporan penelitian ini pencemaran dari kapal, serta manajemen
dikemukakan hasil analisis data yang keamanan kapal untuk berlayar di perairan
sangat kaya tersebut, dan sejauh mungkin tertentu. Dikemukakan bahwa luas wilayah
dalam bentuk aslinya. laut Indonesia adalah sebesar kurang lebih
3.257.483 km2 atau ¾ dari wilayah daratan,
sehingga 70 persen wilayah Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut adalah wilayah perairan.
Informasi tersebut didukung hasil
A. Jaminan Keselamatan dan wawancara mendalam (indepth interview)
Keamanan Kegiatan Pelayaran dengan para Informan Kunci mau pun
Dalam membahas hal ini, hasil Informan Pendukung bahwa untuk
FGD menegaskan bahwa keselamatan menghadapi perubahan ke depan, pelayaran
pelayaran di sini adalah keadaan yang atau angkutan laut mempunyai potensi kuat
terwujud dari penyelenggaraan pelayaran dikembangkan, mengingat karakteristiknya
secara lancar, sesuai dengan prosedur mampu melakukan pengangkutan secara
operasi dan persyaratan kelaikan teknis massal di Indonesia. Dengan demikian,
terhadap sarana dan prasarana beserta maka, sistem keselamatan dan keamanan
penunjangnya. Sedangkan keamanan menjadi faktor kunci yang harus
pelayaran adalah keadaan yang terwujud diperhatikan dan sebagai dasar serta tolok
dari penyelenggaraan pelayaran yang ukur bagi pengambil keputusan (decision
bebas dari gangguan dan/atau tindakan maker) guna menentukan kelayakan dan
yang melawan hukum. Merujuk pada keselamatan pelayaran.
amanat Undang-Undang Nomor Nomor 17 Kedua aspek tersebut, dapat dilihat dari
Tahun 2008, bahwa pelayaran di sini sisi sarana berupa kapal mau pun prasarana
adalah bagian dari sarana transportasi laut seperti sistem navigasi serta Sumber Daya
yang sangat strategis bagi wawasan Manusia (SDM) yang terlibat di dalamnya.
nasional serta menjadi sarana vital yang Di samping itu, kebijakan keselamatan
menunjang tujuan persatuan dan kesatuan dalam pelayaran atau transportasi laut
nasional, dikarenakan dapat menunjang tersebut, juga diatur oleh lembaga
dan mempermudah akses penghubungan internasional yaitu International Maritime
dan penjangkauan wilayah satu dengan Organization (IMO) dan bernaung di bawah
yang lainnya melalui perairan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
181
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
182
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
183
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
184
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
meliputi bahan bangunan dan galian hayati dan non-hayati yang terkandung di
seperti granit, kapur, tanah liat, kaolin dan wilayah pesisir dan laut yang sangat tinggi
pasir). Sedangkan jasa-jasa lingkungan potensinya untuk lebih dimanfaatkan.
(environmental services) meliputi fungsi Kedua, posisi geografis Indonesia yang
kawasan lingkungan pesisir dan lautan sangat strategis baik secara fisik mau pun
sebagai sarana rekreasi, media transportasi ekonomi, telah dan akan terus menjadi
dan komunikasi, sumber energi, sarana pusat perhatian masyarakat dunia, baik
pendidikan dan penelitian, pertahanan dari segi ekonomi mau pun dari segi
keamanan, penampungan limbah, pengatur ilmiah. Ketiga, tingginya keanekaragaman
iklim (climate regulator), kawasan hayati (biodiversity) di wilayah pesisir dan
perlindungan (konservasi dan preservasi), perairan laut Indonesia membuka pintu
dan sistem penunjang kehidupan serta bagi dilakukannya berbagai penelitian dan
fungsi ekologis lainnya. pengembangan keanekaragaman hayati
Sedangkan hasil proses triangulasi pesisir dan lautan dunia (Humas Dithubla,
menunjukkan bahwa sumber daya kelautan 2017).
juga sering diklasifikasikan dalam dua Sedangkan dari hasil FGD
kelompok, yaitu (Sudwikatmono, 2001): memberikan penjelasan bahwa hingga saat
(a) sumber daya hayati (living resources), ini, sektor kelautan di Indonesia masih
dan sumber daya non-hayati (non-living belum dikembangkan secara optimal
resources) (Dahuri, 2003). Pengelompokan dalam pembangunan nasional. Sebagian
semacam ini dijumpai dalam Undang- besar potensi laut masih dimanfaatkan
Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona oleh pertambangan (32,4 persen dari total
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Pasal 1 investasi pembangunan di lautan),
butir (a) dan (b) UU No. 5 Tahun perhubungan (28,6 persen), industri (20,8
1983 memberikan definisi sebagai berikut: persen), dan perikanan (16,1 persen),
(a) Sumber daya alam hayati adalah semua sementara peranan wisata bahari baru
jenis binatang dan tumbuhan termasuk mencapai 1,9 persen. Sumber daya hayati
bagian-bagiannya yang terdapat di dasar yang telah dimanfaatkan atau
laut dan ruang air ZEE Indonesia; (b) didayagunakan adalah: a. Sumber daya
Sumber daya alam non hayati adalah unsur perikanan, baik melalui perikanan tangkap
alam bukan sumber daya alam hayati yang mau pun perikanan budidaya. Potensi
terdapat di dasar laut dan tanah di lestari sumber daya perikanan dari
bawahnya serta ruang ZEE Indonesia. perairan Indonesia dan ZEE yang dapat
Negara Republik Indonesia mempunyai dimanfaatkan adalah 6,7 juta ton/tahun; b.
sumber daya kelautan dan perikanan yang Sumber daya non-ikan, seperti kerang
cukup melimpah (Tribawono, 2002). mutiara dan jenis-jenis kerang lainnya
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk perhiasan; c. Binatang dan
setelah diratifikasinya Konvensi Hukum tumbuhan laut untuk obat-obatan bahan
Laut 1982 dengan UU Nomor 17 Tahun bioaktif. d. Terumbu karang (coral reef)
1985, luas wilayah perairan Indonesia dan hutan bakau (mangrove) sebagai
menjadi 5,8 juta km2, yang terdiri dari ekosistem, terutama dimanfaatkan sebagai
perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan daya tarik wisata bahari.
Kepulauan 2,9 juta km2, dan Zona Selanjutnya dijelaskan bahwa
Ekonomi Eksklusif Indonesia 2,7 juta km2. sumber daya kelautan non-hayati yang
Di samping itu, jumlah pulau yang tercatat telah didayagunakan sampai saat ini
adalah 17.508 buah dan garis pantai misalnya minyak bumi dan gas alam, yang
Indonesia membentang sepanjang 81.000 masih memegang peran sangat penting
km2 (Dahuri et al, 2015). Pertama, sumber dalam mendukung pembangunan nasional
daya kelautan, terutama sumber daya Indonesia. Namun, sumber daya
185
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
ini merupakan sumber daya kelautan yang permasalahannya akan bertambah parah,
tak terbarukan (non renewable resources), dengan meningkatnya pencemaran baik
sehingga perlu dimanfaatkan dengan penuh yang berasal dari darat mau pun dari kapal
pertimbangan ke masa datang. Selain itu, atau kegiatan anjungan lepas pantai.
pemanfaatan sumber daya ini harus Kawasan pantai dengan desa pesisir adalah
dilakukan di tempat sumber daya tersebut kawasan dengan degradasi lingkungan
ditemukan dan tidak dapat dipindah- yang tinggi perlu dipertahankan
pindahkan. Luas Lautan 5,8 juta km2 (75% kelestarian lingkungan laut dan pesisirnya,
dari wilayah), yaitu 0,3 juta km2 Laut agar tetap bisa mendukung pengambilan
Teritorial; 2,9 juta km2 Perairan Kepulauan; kekayaan laut secara berkesinambungan.
dan 2,7 juta km2 ZEE, Garis Pantai 81.000 Di sini terdapat ketidakseimbangan antara
km. Perkiraan Potensi Lestari Ikan laut 6,7 kebutuhan untuk pembangunan di satu
juta ton/tahun, yaitu potensi perairan pihak dengan keperluan untuk melindungi
Indonesia: 4,4 juta ton/tahun; ZEE : 2,3 juta kelestarian lingkungan di pihak lain
ton/tahun. Angka aktual penangkapan ikan (Haeruman, 2001).
3,6 juta ton/tahun; Ekspor perikanan US $ Ditegaskan bahwa ketiadaan
2,2 juta/tahun; Angka perkiraan nilai illegal, pengaturan yang terpadu untuk pengelolaan
Unregulated and Unreported (IUU) Fishing sumber daya kelautan telah menyebabkan
US $ 2 miliar per tahun (Dahuri dkk, 2015). tumpang-tindihnya kewenangan antar
Hasil FGD juga memberikan departemen atau instansi Pusat dan Daerah
keterangannya bahwa menurut (Wahyono, 2000). Di laut hampir semua
Sudwikatmono, (2001), kemajuan yang telah sektor mempunyai kewenangan. Visi
dicapai dalam pembangunan untuk sektoral pengelolaan sumber daya kelautan,
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan telah mendorong Departemen atau instansi
masyarakat Indonesia, ternyata diiringi berlomba membuat peraturan perundang-
dengan kemunduran kemampuan SDA yang undangan sendiri untuk mengelola sumber
terbarui sebagai penjaga ketertiban. Padahal daya kelautan sesuai kepentingan masing-
UUD 1945 menegaskan bahwa SDA masing. Demikian pula, ada kecenderungan
tersebut, merupakan aset bangsa yang daerah membuat peraturan daerah
tunduk di bawah otoritas Negara. Artinya berdasarkan kepentingan daerah masing-
potensi sumber daya dan jasa lingkungan masing. Hukum sumber daya kelautan
kelautan selayaknya dikelola secara terpadu Indonesia masih perlu memberikan ruang
untuk kepentingan dan kemakmuran seluruh pada pluralisme hukum, karena persoalan
rakyat Indonesia. kelautan di Indonesia berbeda dengan
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa negara maritim lainnya (Dahuri et al, 2015).
wilayah laut dengan pantai merupakan Pengelolaan potensi laut yang
kawasan yang sangat menarik tempat meliputi pengelolaan hasil penangkapan
konsentrasi hasil produk hasil bumi/daratan ikan dan biota laut, SDA, transportasi laut,
dan hasil laut yang paling produktif, karena industri maritim dan jasa maritim
terletak di sepanjang garis khatulistiwa mempunyai ciri-ciri kelautan yang sama
beriklim tropis yang panas, lembab dengan yaitu kegiatan bermedia kelautan yang
curah hujan yang tinggi. Sedangkan Pasal seyogyanya mempunyai landasan
33 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa kebijaksanaan yang saling mengait dan
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang mendukung. Dengan demikian pengelolaan
terkandung di dalamnya dikuasai oleh tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri
Negara dan dipergunakan untuk sebesar- yang mungkin dapat terjadi perbenturan
besarnya kemakmuran rakyat.” antar instansi yang satu dengan instansi lain,
Penjelasan tersebut dipertegas dari Pemerintah Pusat dan Daerah (Syaukani, et
hasil observasi di lapang penelitian bahwa al, 2003). Oleh karena itu,
186
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
187
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
188
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
dan ketentuan pidana pada pasal-pasal konvensi tersebut telah diratifikasi masing-
119, 120, dan 121 sebagaimana dapat masing dengan Keputusan Presiden Nomor
dirangkum berikut ini: Resume Ps 65- 46 Tahun 1986 tentang Ratifikasi Konvensi
68 UU Pelayaran. Setiap kapal, dilarang MARPAL dan UU Nomor 17 Tahun
melakukan pembuangan limbah atau bahan 1985 tentang Ratifikasi UNCLAS’82.
lain kalau tidak memenuhi persyaratan. Ditegaskan bahwa pengertian pencemaran
Wajib dilengkapi dengan peralatan pen- adalah memasukkan secara langsung atau
cegahan pencemaran sebagai bagian tidak langsung ke dalam lingkungan laut,
persyaratan kelaiklautan kapal. termasuk estuari suatu zat atau energi yang
Selanjutnya hasil proses triangulasi dapat mengakibatkan kerusakan sumber
menjelaskan bahwa setiap Nakhoda, daya laut, berbahaya terhadap kesehatan
wajib mencegah terjadinya pencemaran manusia, mematikan usaha perikanan,
yang bersumber dari kapalnya. Wajib dan menurunkan kualitas laut sampai
menanggulangi pencemaran yang tingkat tertentu sehingga tidak dapat lagi
bersumber dari kapalnya. Wajib melaporkan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
pencemaran laut yang bersumber dari Dalam rangka melindungi dan
kapalnya atau dari kapal lain. Setiap memelihara kelestarian lingkungan laut
operator, bertanggung jawab terhadap dari berbagai macam pencemaran terlebih
pencemaran yang bersumber dari kapalnya. pencemaran minyak yang bersumber dari
Wajib mengasuransikan tanggung jawabnya kapal, perangkat hukum nasional dan
terhadap pencemaran yang bersumber internasional telah diberlakukan (Mauna,
dari kapalnya. Resume ps 119-121 UU 2001), yakni 1) Undang-Undang Pelayaran
Pelayaran, bahwa perorangan/oknum, pasal-pasal 65-68 dan 119-1; 2) konvensi
membuang limbah dipidana penjara 5 tahun MARPOL’73/78 yang terdiri dari 20
atau denda Rp120.000.000. Membuang pasal, 3 protokol, 5 lampiran (annex I dan
limbah mengakibatkan kerusakan II mandatary), dan beberapa lampiran
lingkungan hidup dipindana 10 tahun atau tambahan; dan 3) konvensi PBB tentang
denda Rp240.000.000. Nakhoda, tidak hukum laut atau UNCLOS’82 pada part
melakukan penanggulangan pencemaran XII pasal 192-237 mengatur pencemaran
yang bersumber dari kapalnya dipidana bersumber dari kapal dan non kapal. ISM
penjara 2 tahun atau denda Rp48 juta. code dan SMS pada hakikatnya merupakan
Operator kapal, tidak mengasuransikan seperangkat metode meningkatkan kualitas
tanggung jawabnya atas pencemaran yang manajemen perusahaan pelayaran dalam
bersumber dari kapalnya dipidana penjara rangka menghindari risiko kecelakaan
3 bulan atau denda Rp12 juta. dan pencegahan serta penanggulangan
Terdapat hal yang perlu dielaborasi pencemaran yang bersumber dari kapal.
bahwa pada tingkat internasional, Dalam UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang
pencegahan dan penanggulangan Pelayaran, ditegaskan bahwa angkutan
pencemaran diatur dengan konvensi laut diatur dalam Pasal 27 dan 28, dalam
International Maritime Organizatian (IMO) Pasal 27 dijelaskan yaitu; untuk melakukan
melalui Marine Environment Protectian kegiatan angkutan di perairan orang
Committee (MEPC) yaitu yang dikenal perseorangan warga negara Indonesia atau
dengan sebutan Konvensi MARPAL’73/78, badan usaha wajib memiliki izin usaha.
khusus pencemaran yang bersumber dari
kapal (Nonet, 2003). Sedangkan untuk
pencemaran yang bersumber dari kapal SIMPULAN
mau pun non-kapal diatur di dalam 46
pasal konvensi UNCLAS’82 yakni pasal- Pelayaran atau angkutan laut di Indonesia
pasal 192 sampai dengan 237. Kedua belum secara optimal berkembang namun
189
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
190
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Maritim dalam Menunjang Sistem Transportasi Laut
191
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Muh Kadarisman ISSN 2355-4721
192
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017