Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kanker Payudara

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.

Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh

infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).

Menurut American Cancer Society (ACS) (2011) kanker payudara adalah

tumor ganas yang menyerang sel-sel payudara. Tumor ganas adalah sekelompok

sel-sel kanker yang dapat tumbuh dan menyerang jaringan sekitarnya atau

menyebar ke daerah lain pada tubuh. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada

wanita, tetapi dapat juga terjadi pada pria.

2.1.2 Faktor Resiko Kanker Payudara

Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun resiko untuk menderita

kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai faktor resiko. Yang

termasuk faktor resiko kanker payudara adalah :

1. Jenis kelamin

Insiden kanker payudara pada wanita dibanding pria lebih dari 100:1

secara umum 1 dari 9 wanita akan menderita kanker payudara

sepanjang hidupnya.

5
6

2. Umur

Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara.

Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40

tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker

payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40

tahun.

3. Menarche Usia Dini

Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang

mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur

menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan

hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh

terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

4. Menopause Usia Lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami

kanker payudara.sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi

jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker

payudara terjadi pada masa sebelum menopause.

5. Pernah menderita Kanker Payudara.

Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif

memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah

payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada

payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.

6. Riwayat Keluarga yang Menderita Kanker Payudara.


7

Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,

memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

7. Pemakaian alkohol.

Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko

terjadinya kanker payudara.

8. Bahan kimia.

Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang

menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk

industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker

payudara.

2.1.3 Patofisiologi Kanker Payudara

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain

obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-

zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat

menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,

dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel

dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma

in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk

bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk

dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat

dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika

sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering

terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
8

berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-

benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006).

Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-

kira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi

payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini

menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase

jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).

Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan

sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat

mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan

terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman

operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif.

Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron

endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh

dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan

banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan

syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya

syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme

untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam

amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di

perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan

mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut

menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
9

limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel

epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan

ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer , 2000).

2.1.4 Gejala Kanker Payudara

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena

awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah.

Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut,

karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa

sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.

Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada

stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker

stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil

peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini

maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada

stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.

Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak,

seperti:

a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan,

makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak

beraturan.

b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri)

saat payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.


10

c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi

pembengkakan.

d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil

dibawah ketiak.

e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke

dalam dan yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi

kecoklatan.

f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita

yang sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah

lama tidak sembuh walau sudah diobati.

g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat

dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan

pitting kulit.

2.1.5 Stadium dan Penyebaran Kanker Payudara

Stadium kanker payudara adalah sebagai berikut ( Smeltzer &Bare,2002 ) :

1. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran

(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan

penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak

metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.

2. Stadium II
11

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar

getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 -

40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II

biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada

seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk

memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

3. Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan

kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada

artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi

(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga

dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha

ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta

untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.

4. Stadium IV

Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan

kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker

sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru,

hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang

harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium

ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).

Dan klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah :


12

T : tumor primer

TX : tumor primer tidak dapat di tentukan

T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer

T1 : tumor < 2 cm

T2 : tumor 2-5 cm

T3 : tumor > 5 cm

T4 : tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan

tanda odem,

N : kelenjar getah bening regional

NX : kelenjar regional tidak dapat di tentukan

N0 : tidak teraba kelenjar aksila

N1 : teraba kelenjar aksila

N2 : teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat

pada jaringan sekitarnya

N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

M : metastase jauh

MX : tidak dapat di tentukan metastasis jauh

M0 : tidak ada metastasis jauh

M1 : terdapat metastasis jauh

2.1.6 Diagnosa Kanker Payudara

Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan

pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu:

a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)


13

b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman

c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Kanker Payudara

1. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk

mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi.

Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi

setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui

palpasi.

Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik

ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya.

Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy)

setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan

25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat digunakan baik sebagai

skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu

kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran

jaringan mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail

of Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih

baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.

Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara

dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%.

Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain

massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan
14

asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran

mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang

mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada. Mammografi

lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae

stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan

National Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita

diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di

atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan

pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening mammography,

menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III

dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi.

2. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk

membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan

untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan

dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas

dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa

payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau

bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma

mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas

tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-

needle aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada
15

lesi payudara. USG merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat

diterima oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada

mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada

pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan

untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil. MRI sangat sensitif tetapi

tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk skrining. Sebagai contoh,

MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan

parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita

dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama

karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.

4. Biopsi

Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan

sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional

dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam

diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan

sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive

dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative

sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan

massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi FNAB adalah negatif,

kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan

hasil negatif.
16

Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti

jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core

needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik

dan cost-effective dengan anestesi lokal.

Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum

memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat

dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan

hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya

negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy.Open biopsy dapat berupa

biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil

sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-

needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau

klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle

biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil.

2.1.8 Penatalaksanaan Kanker Payudara

Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara

adalah :

Pengobatan lokal kanker payudara dengan tujuan menyingkirkan adanya kanker

lokal:

1. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh

payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama

dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat


17

bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-

gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara

dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Mastektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan

sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian

radioterapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang

besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b. Mastektomi total (mastektomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang

iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

2. Radioterapi

Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.

Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah,

nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam,

serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau

masektomi.

3. Terapi Hormonal
18

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon estrogen,

oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat

menghambat laju perkembangan sel kanker. Terapi hormonal disebut

juga dengan therapy anti-estrogen karena sistem kerjanya menghambat

atau menghentikan kemampuan hormon estrogen yang ada dalam

menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

4. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh

sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan

kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah

serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada

saat kemoterapi.

2.1.9 Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara

atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha

pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan

mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa

pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan

tertier.

a. Pencegahan primordial

Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat yang

belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang
19

memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan membiasakan pola hidup

sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian

kanker payudara. Pencegahan primordial yang dapat dilakukan antara lain:

1) Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat dan

vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan radioprotektif,

serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, berbagai zat kimia dan

logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya radiasi.

2) Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung fitoestrogen

yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.

3) Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat meningkatkan

berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas yang merupakan faktor

risiko kanker payudara.

4) Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat

mengurangi risiko terkena kanker payudara.

5) Hindari alkohol, rokok, dan stress.

6) Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang bekerja di

bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.

b. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang sehat

yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan

terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Beberapa

usaha yang dapat dilakukan antara lain:

1) Penggunaan Obat-obatan Hormonal


20

Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter. Wanita

yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang

berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang

mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.

2) Pemberian ASI

Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin dapat

mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan selama

proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang dapat

mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen memegang peranan

penting dalam perkembangan sel kanker payudara.

3) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI setiap

bulan untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada payudara. Sebaiknya

SADARI dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah menstruasi terakhir ketika

payudara sudah tidak membengkak dan sudah menjadi lembut.

c. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap

penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah

positif menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan

penanganan yang tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara

sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah

komplikasi penyakit, dan memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan

sekunder dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) Pemeriksaan Klinis
21

Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker

payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau

kelainan lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar

getah bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan

penunjang dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu antara lain

dengan termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan

dengan pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti

penderita kanker payudara.

2) Penatalaksanaan Medis yang Tepat

Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan

semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker

didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi,

kemoterapi, dan terapi homonal.

d. Pencegahan tertier

Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan

tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat

progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta

perbaikan di bidang psikologis, sosial, dan spritual.

Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan Rehabilitasi

supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali.Upaya rehabilitasi

dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan

rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari

orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.


22

2.1.10 Komplikasi Kanker Payudara

Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :

1. Gangguan Neurovaskuler

2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang

panjang.

3. Fraktur patologi

4. Fibrosis payudara

5. Kematian

2.2 Konsep Depresi

2.2.1 Pengertian Depresi

Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa

pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan,


23

kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya,

perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.

Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa

sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda-tanda retardasi

psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan

fisiologis seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Depresi

Gangguan depresi terdiri dari 5 jenis, yaitu:

1. Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu

makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan

energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung

setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).

2. Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala-gejala

dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2

tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan

gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat

berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National Institute of Mental

Health, 2010).

3. Gangguan depresi minor


24

Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan

dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih

singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

4. Gangguan depresi psikotik

Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: halusinasi

dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).

5. Gangguan depresi musiman

Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada

musi semi dan musim panas (National Institute of Mental Health, 2010).

2.2.3 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Respon Reaksi Supresi Reaksi Mania/Depresi

kepekaan kehilangan kehilangan

kmosional yang wajar memanjang

Menurut Purwaningsih (2009)

1. Reaksi Emosi Adaptif.

Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan

yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :

a. Respon emosi yang responsive.


25

Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang

ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

b. Reaksi kehilangan yang wajar.

Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang

mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari

kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya Bersedih,

berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak

lama.

2. Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat

dibagi 3 tingkatan yaitu :

a. Supresi

Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,

menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap

lingkungan.

b. Reaksi kehilangan yang memanjang

Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu

Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.

c. Mania/Depesi

Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui

intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.

2.2.4 Faktor Penyebab Depresi

Menurut Lubis (2012) faktor-faktor penyebab timbulnya depresi yaitu :


26

1. Stres berat

2. Penyakit fisik kronis

3. Kematian anggota keluarga

4. Kematian orang yang dicintai

5. Perceraian atau kehilangan pekerjaan

Menurut Beck ada beberapa kondisi yang dapat menimbulkan depresi, berupa:

1. Stres yang Spesifik

Yaitu kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman

traumatik individu pada masa lalu. Pengalaman traumatik dimasa lalu

bertanggung jawab terhadap semakin kuatnya sikap-sikap negatif yang ada.

Beberapa situasi stres yang dapat menimbulkan keadaan depresi, yaitu

a. Situasi yang dapat menurunkan harga diri seseorang, seperti gagal ujian,

putus cinta, dipecat dari pekerjaan.

b. Situasi yang dapat menghambat tujuan penting atau menghadapi dilema

yang tidak dapat dipecahkan, seperti seseorang merasa depresi karena

harus mengikuti wajib militer yang menghambat cita-citanya masuk

sekolah kedokteran.

c. Penyakit atau gangguan fisik atau abnormalitas yang membuat atau

membangkitkan ide-ide mengenai kemunduran fisik atau kematian.

Misalnya wanita yang ketika memeriksakan kesehatannya didiagnosa


27

menderita penyakit kanker, menyebabkannya menjadi depresi, ia merasa

tidak berharga lagi dan menjadi beban setiap orang.

2. Stres Non Spesifik

Setiap individu dapat mengembangkan bentuk-bentuk gangguan

psikologis tertentu bila dihadapkan pada situasi stres. Kadang-kadang ditimbulkan

oleh serangkaian kejadian tetapi bukan kejadian yang traumatik. Situasi stres

nonspesifik tidak hanya menimbulkan depresi saja, tetapi dapat menimbulkan

reaksi patologis lainnya.

3. Faktor-faktor Lain

Merupakan faktor diluar faktor di atas, namun mampu mengembangkan

depresi. Faktor-faktor tersebut tidak didefinisikan secara khusus, tetapi Beck

menyebutkan salah satunya adalah ketegangan psikologis. Pada beberapa pasien

yang mengalami ketegangan psikologis yang berlebihan serta berkepanjangan

akan menderita depresi.

Selain faktor yang dsebutkan diatas, Hawari (dalam lubis 2009)

mengatakan bahwa depresi disebabkan oleh berbagai faktor yang dibedakan

menjadi faktor internal dan eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal :

1. Faktor Usia

Golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena

depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap

serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa remaja, remaja kedewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau
28

bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Hasil survei melarorkan

adanya prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia

muda yaitu 18-44 tahun (Wilkinson dalam lubis, 2009)

2. Jenis Kelamin

Perempuan pada umumnya memiliki risiko yang lebih tinggi terkena depresi

dibanding laki-laki. Perbedaan tersebut lebih ditentukan oleh faktor biologis

dan lingkungan, yaitu adanya perubahan peran sosial yang lebih cepat

sehingga menimbulkan berbagai konflik, adanya kondisi yang lebih stressor

bagi perempuan, serta adanya perbedaan fisiologis dan hormonal

dibandingkan dengan laki-laki.

3. Kepribadian

Indivdu yang lebih rentan terhadap depresi, mempunyai konsep diri serta pola

pikir yang negatif, psimis, dan tipe kepribadian yang introvert.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi depresi :

1. Faktor Keluarga

Adanya kedekatan, interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga,

dukungan emosinal dari pasangan, serta suasana dalam rumah tangga.

2. Faktor Lingkungan

Hubungan dan peran sosial dalam lingkungan, dukungan sosial, status sosial

ekonomi, serta latar belakang pendidikan.

3. Faktor Tekanan Hidup


29

Faktor tekanan hidup, yaitu berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan stres

atau trauma bagi individu.

Selain itu, Beck berpendapat bahwa adanya gangguan depresi adalah akibat dari

cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Pasien depresi cendrung menyalahkan

diri sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan kognitif terhadap diri,

dunia, dan masa depannya, sehingga dalam mengevaluasi diri dan

menginterpretasi hal-hal yang terjadi cenderung mengambil kesimpulan yang

tidak adekuat dan berpandangan negatif.

2.2.5 Gejala Depresi

Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara

spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Gejala-gejala tersebut adalah :

1. Gejala Fisik

a. Gangguan pola tidur, misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit

tidur.

b. Menurunnya tingkat aktivitas, orang yang depresi menunjukkan perilaku

yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti

menonton TV, makan, dan tidur.

c. Menurunnya efisiensi kerja. Orang dengan depresi akan sulit memfokuskan

perhatian atau pekerjaan, sehingga mereka akan sulit memfokuskan energi

pada hal-hal prioritas.

d. Menurunnya produktivitas kerja.


30

e. Mudah merasa letih dan sakit

2. Gejala Psikis

a. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami

depresi cendrung memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk

menilai diri sendiri.

b. Sensitif.

c. Merasa tidak berguna, perasaan tidak berguna muncul karena orang yang

depresi merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau

lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.

d. Perasaan bersalah. Orang yang mengalami depresi memandang suatu

kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman.

e. Perasaan terbebani. Orang yang depresi merasa terlalu dibebani tanggung

jawab yang berat

3. Gejala Sosial

Perilaku orang yang depresi akan mempengaruhi lingkungan dan

pekerjaan, seperti mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih

dan mudah sakit.


31

2.2.6 Diagnosis Depresi

Depresi dapat didiagnosis dengan beberapa instrument, seperti Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi keempat/DSM-IV dan Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi ke III/ PPDGJ III.

Di Indonesia, diagnosis dan derajat depresi cenderung berdasarkan kriteria PPDGJ

III yakni:

1. Gejala Utama:

a. Afek depresif.

b. Kehilangan minat dan kegembiraan.

c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

dan hipoaktivitas.

2. Gejala Lainnya:

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang.

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

d. Padangan masa depan yang suram dan pesimis.

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.

f. Tidur terganggu.
32

g. Nafsu makan terganggu.

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan depresi diperlukan masa

sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakan diagnosis, namun periode lebih

pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa berat dan berlangsung cepat.

2.2.7 Tingkatan Depresi

Menurut klasifikasi organisasi kesehatan dunia “World Health

Organization” (WHO) (dalam Lumongga, 2009), berdasarkan tingkat

penyakitnya, depresi menjadi:

1. Mild depression/minor depression dan dysthymic disorder. Pada depresi

ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah

kejadian stressfull yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga

tidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk

mengurangi depersi jenis ini. Minor depression ditandai dengan adanya

dua gejala pada depressive episode namun tidak lebih dari lima gejala

depresi muncul selama dua minggu berturut-turut, dan gejala itu bukan

karena pengaruh obatan-obatan atau penyakit. Bentuk depresi yang kurang

parah disebut distimia (Dystymic disorder). Depresi ini menimbulkan

gangguan Minor Depression ringan dalam jangka waktu yang lama

sehingga seseorang tidak dapat bekerja optimal. Gejala depresi ringan ada

gangguan distimia dirasakan minimal dalam jangka waktu dua tahun.

2. Moderate Depression. Pada depresi sedang mood yang rendah

berlangsung terus dan individu mengalami simtom fisik juga walaupun


33

berbeda-beda tiap individu. Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan

bantuan diperlukan untuk mengatasinya.

3. Severe depression/major depression. Depresi berat adalah penyakit yang

tingkat depresinya parah. Individu akan mengalami gangguan dalam

kemampuan untuk bekerja, tidur, makan, dan menikmati hal yang

menyenangkan dan penting untuk mendapatkan bantuan medis secepat

mungkin. Deperesi ini dapat muncul sekali atau dua kali dan beberapa kali

selama hdup. Major depression ditandai dengan adanya lima atau lebih

simtom yang ditunjukan dalam major depressive episode dan berlangsung

selama 2 minggu berturut-turut.

2.2.8 Akibat Depresi

1. Bunuh Diri

Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan

dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya

sendiri.

2. Gangguan Tidur

Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan depresi biasanya

cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita

depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. !5 % mengalami

depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala

gangguan mood.

3. Gangguan Interpersonal
34

Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang

berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari

oranglain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan

hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik.

4. Gangguan dalam pekerjaan

Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang

mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita

depresi cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan

aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Gangguan pola makan

Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan

pola makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita depresi terdapat

dua kecenderungan umum menegenai pola makan yang secara nyata

mempengaruhi berat tubuh yaitu :

a. Tidak selera makan

b. Keinginan makan-makanan yang manis bertambah

6. Perilaku-perilaku merusak

Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak

seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan

alkhohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.

2.2.9 Alat Ukur Depresi

Beck Depression Inventory (BDI) merupakan instrumen untuk mengukur

derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck. Skala BDI telah dibuktikan memiliki
35

validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran depresi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran depresi dengan menggunakan skala

BDI akan diperoleh hasil yang valid dan reliable. BDI Mengandung skala depresi

yang terdiri dari 21 item. Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin

dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63, nilai yang lebih

tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat. 21 item tersebut menggambarkan

kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, perasaan akan

hukuman, kekecewaan terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, keinginan

bunuh diri, menangis, iritabilitas, hubungan sosial, pengambilan keputusan,

ketidakberhargaan diri, kehilangan tenaga, insomnia, perasaan marah, anoreksia,

kesulitan berkonsentrasi, kelelahan, dan penurunan libido (Beck, 1985).

Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dimana skor :

1) Skor 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi adalah normal.

2) Skor 10-15 menunjukkan adanya depresi ringan.

3) Skor 16-23 menunjukkan adanya depresi sedang.

4) Skor 24-63 menunjukkan adanya depresi berat.

2.2.10 Penatalaksanaan Depresi

Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi,

dan dengan pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengomati diri

sendiri dengan alkhohol, merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang

terkandung di dalamnya dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan

masalah lain. Berikut beberapa cara penanganan depresi :

1. Perubahan pola hidup


36

a. Berolahraga

Orang yang menderita depresi mengalami stress, kecemasan, galau,

kebingungan dan kegelisahan yang berlarut-larut. Hal ini disebabkan oleh

pikiran dan perasaan yang negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi

munculnya mood negatif adalah dengan berolahraga.

b. Mengatur pola makan

Simptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di

dalam tubuh, yaitu:

1) Konsumsi kafein secara berkala

2) Konsumsi sukrosa (gula)

3) Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium

atau kelebihan magnesium dan tembaga

4) Ketidakseimbangan asam amino

5) Alergi makanan

c. Berdoa

Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk berpaling dari agama

dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Dengan berdoa seseorang

melakukan dan mengucap rasa syukur kepada Tuhan YME.

d. Memiliki keberanian untuk berubah.

Penderita depresi harus memiliki keberanian untuk melewati kegelapan

menuju terang, keberanian untuk berubah.

e. Rekreasi
37

Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran

menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang

menjadi minat sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing

dll yang bisa membuat penderita menjadi rileks dan nyaman.

2. Terapi psikologi

a. Terapi Interpersonal

Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog dalam jangka pendek

yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan

perkembangan symptom gangguan kejiwaan.

b. Konseling kelompok dan dukungan sosial

Mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling. Pelaksaan wawancara

konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan

beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil.

c. Terapi humor

Profesional medis yang membantu pasien untuk mempertahankan sikap

mental yang positif dan berbagai tawa merespons psikologis dari tertawa

termasuk meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi hormone, enzim

pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.

d. Terapi Kognitif (CBT)

Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang

berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan

ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau

pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak


38

rasional. Fokus dalam teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang

tidak logis menjadi logis.

3. Pengobatan

Berkonsultasi kepada dokter kejiwaan/psikiater. Beberapa obat

antidepresan yaitu: lithium, MAOIs, Tricyclics. Beberapa psikiater

meresepkan perangsang jiwa (psychostimulant), obat yang dipakai untuk

mengobati gangguan deficit perhatian (attention deficit disorder).

2.3 Kerangka Konseptual

Faktor Yang Mempengaruhi

Depresi

Faktor Internal :
Tingkat depresi pada
1. Usia
kanker payudara :
2. Jenis kelamin

3. Kepribadian 1. Ringan

Faktor eksternal : 2. Sedang

1. Keluarga 3. Berat

2. Lingkungan

3. Tekanan hidup
39

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Garis penghubung

Gambar 2.1 Kerangka konseptual tingkat depresi pada kanker payudara di

Wilayah kerja puskesmas Pacar Keling Surabaya

Anda mungkin juga menyukai