Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Disusun Oleh :

YAUMIL KHAIRINI
1802110051

FAKULTAS EKONOMI AKUNTASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
TAHUN 2018/2019
BAB 5

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN DAERAH
Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan
penyertaan modal oleh pemerintah daerah.

DEFINISI PEMBIAYAAN

Pembiayaan didefinisikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai pembiayaan


daerah, yang mana semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. Sementara PSAP No. 2 Paragraf 50 mendefinisikan:

 Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik


penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
 Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi.
Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
modal oleh pemerintah.

KLASIFIKASI PEMBIAYAAN

1. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum


Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada fihak ketiga,penjualan investasi permanen lainnya, dan
pencairan dana cadangan.
2. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan
modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun
anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
3. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penerimaan oembaiayaan menrut PSAP No. 2 Paragraf 51 dan 54 adalah semua
penerimaan rekening kas umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daera, penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan innvestasi permanen lainnya, dan
pencairan dana cadangan. Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang
bersangkutan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
 sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
 pencairan dana cadangan
 hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
 penerimaan pinjaman daerah
 penerimaan kembali pemberian pinjaman
 penerimaan piutang daerah.

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah
antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu dan
pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Daerah.
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-
hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan
penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan dalam pos pendapatan
asli daerah lainnya.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
 pembentukan dana cadangan
 penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah
 pembayaran pokok utang
 pemberian pinjaman daerah.

PEMBIAYAAN NETTO
Pembiayaan netto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Pembiayaan Netto.

Sisa Lebih/kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SiKPA)


Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara
realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
SiLPA/SiKPA.
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup
pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan
penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

Susunan Pembiayaan
Struktur pembiayaan daerah mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Pembiayaan dirinci menurut Kelompok, Jenis dan Obyek Pembiayaan
 Kelompok Pembiayaan terdiri atas: Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.
 Kelompok Pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam Jenis Pembiayaan. Misalnya
Kelompok Pembiayaan Penerimaan Daerah dirinci lebih lanjut ke dalam jenis
pembiayaan antara lain berupa: sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer
dari dana cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi dan penjualan aset Daerah
yang dipisahkan.
 Jenis Pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam Obyek Pembiayaan. Misal Jenis
Pembiayaan: penerimaan pinjaman dan obligasi dirinci lebih lanjut dalam obyek
pembiayaan antara lain berupa: pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

PEMBIAYAAN DANA BERGULIR


Dalam Buletin Teknis No. 4 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Pemerintah dijelaskan bahwa bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang
diniatkan akan dipungut/ditarik kemballi oleh pemerintah apabila kegiatannya telah berhasil
dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana
bergulir. Rencana pemberian bantuan kelompok masyarakt tersebut tercantum dalam
APBN/APBD dan dikelompokkan pada pengeluaran pembiayaan, yaitu pengeluaran investasi
jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan
disajikan sebagai penerimaan pembiayaan investasu jangka panjang. Dengan demikian, dana
bergulir atau bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai belanja bantuan sosial karena
pemerintah mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan digulirkan kembali
kepada kelompok masyarakat yang mebutuhkannya. Pengeluaran tersebut mengakibatkan
timbulnya investasi jangka panjang yang bersifat nonpermanen dan disajikan di neraca
sebagai investasi jangka panjang.

PENGAKUAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN


 Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. (PSAP No. 2Paragraf 52 dan 56).
 Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. (PSAP No. 2Paragraf 52 dan 56).
 Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu
periode pelaporan dicatat (diakui sebagai) dalam Pembiayaan Netto.

PENGUKURAN PEMBIAYAAN
Diungkapkan pada Modul Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri (2014) bahwa
pengukuran menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima
atau yang akan diterima oleh nilai sekarang kas yang dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan.
Pembiayaan yang diatur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uamg rupiah
berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi pembiayaan.

 Menurut PSAP No. 2 Paragraf 53 bahwa Akuntansi penerimaan pembiayaan


dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
 Sedangkan PSAP No. 3 Paragraf 51 menyatakan bahsa investasi pemerintah dalam
perusahaan negara/daerah dan kemitraan dicatat sebesar nilai kas yang dikeluarkan.
 Dalam hal pembiayaan yang terkait dengan LRA, Selisih lebih/kurang antara
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam
pos SiLPA/SiKPA.
 Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.

PENGUNGKAPAN PEMBIAYAAN
Pembaiayaan disajikan berdasarkan jenis pembiayaan dalam laporan realisasi
anggaran dan rincian lebih lanjut jenis pembiayaan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Penjelasan mengenai sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam atas catatan atas
laporan keuangan.
Hal-hal yang peru diungkapkan terkait dengan pembiayaan, antara lain:
 Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal
berakhirnya tahun anggaran.
 Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman,
pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset daerah yang dipisahkan,
penyertaan modal Pemerintah Daerah.
 Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi pembiayaan yang didasarkan
pada Permendagri No. 13 tahun 2006 dan perubahannya dengan Permendagri No. 59
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang didasarkan pada PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
 Informasi lainnya yang diangggap perlu.

PENCATATAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN


 Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan dilakukan dua kali karena transaksi ini akan
dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO).
 Dalam akuntansi keuangan pemda, pembiayaan dibagi menjadi dua, yakni
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan
memiliki saldo normal “Kredit”. Artinya, jika terjadi transaksi yang menambah
penerimaan pembiayaan, maka akan dicatat di sisi “Kredit”. Sebaliknya jika terjadi
transaksi yang mengurangi penerimaan pembiayaan, maka akan dicatat di sisi
“Debit”.
 Sedangkan, pengeluaran pembiayaan memiliki saldo normal “Debit”. Artinya, jika
terjadi transaksi yang menambah pengeluaran pembiayaan, maka akan dicatat di
sisi “Debit”. Sebaliknya jika terjadi transaksi yang mengurangi pengeluaran
pembiayaan, maka akan dicatat di sisi “Kredit”.

PROSEDUR AKUNTANSI PEMBIAYAAN


1. Fungsi – fungsi terkait
Berikut fungsi-fungsi terkait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas yang berasal
dari penerimaan.
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Pejabat pengelola keuangan daerah selaku bendahara umum daerah, benadahara
pengeluaran.
c. Fungsi akuntansi satuan kerja perangkat daerah.
d. Fungsi akuntansi satuan kerja pengelola keuangan daerah.

2. Dokumen yang digunakan


Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas yang
berasal dari penerimaan pembiayaan.
a. Kontrak/perjanjian
b. Surat keputusan pencairan dana cadangan
c. Kuintansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen tanda
bukti pembayaran.
d. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
e. Nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang ke rekening kas umum daerah.
f. Bukku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
g. Buku besar merupakan cacatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntasi untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari
jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban, ekuitas
dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
h. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

Saldo normal rekening buku besar penerimaan pembiayaan adalah saldo kredit. Artinya,
rekening ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya akan
berkurang dengan adanya transaksi yanng mendebitnya. Sebaliknya, saldo normal rekening
buku besar pengeluaran pembiayaan adalah saldo debit. Artinya, rekening ini akan bertambah
dengan adanya transaksi yanng mendebitnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya
transaksi yang mengkreditnya.
Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan terdiri dari 2 (dua) kali pencatatan, yaitu
untuk keperluan penyususnan neraca (basis akrual) dan penyususnan LRA (basis kas).
Pencatatan untuk penerimaan pembiayaan, diawali pada saat pembiayaan diterima.
Pencatatan untuk keperluan penyusunan LRA adalah kas bertambah disebelah debit dan
penerimaan pembiayaan bertambah disebelah kredit. Pencatatan untuk keperluan penyusunan
neraca adalah kas bertambah disebelah debit dan jenis sumber pembiayaan bertambah
disebelah kredit.

Contoh Ringkasan Catatan Atas Laporan Keuangan Pembiayaan


Terdapat selisih kurang (negatif) senilai Rp 100.000.000,- dari realisasi pinjaman
dalam negeri-lembaga keuangan yakni dari BPD. Hal ini dikarenakan kecukupan dana yang
mampu diberikan oleh pihak BPD hanya Rp 700.000.000,-. Nilai ini lebih rendah
dibandingkan asumsi yang dibuat pada saat penganggaran yakni Rp 800.000.000,-.

Anda mungkin juga menyukai