Anda di halaman 1dari 5

Malaria berat atau malaria serebral adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum stadium

aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium
(WHO, 2015): 1

1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)

2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)

3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam

4. Distres pernafasan


5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak:
<70 mmHg)

6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)

7. Hemoglobinuria

8. Perdarahan spontan abnormal
 9. Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%

Gambaran laboratorium :


1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)


2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).

3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis sedang-rendah), pada
dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)

4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di daerah endemis rendah atau
> 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di daerah endemis tinggi)

5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)



6. Hemoglobinuria


7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)

Gejala Neuorologis yang ditemukan pada Malaria Serebral dapat berupa gejala sakit
kepala, fotofobia, agitasi, psikosis, kejang, yang paling sering gangguan kesadaran. Bisa terjadi
spastik, meningismus, tanda upper motor neuron (UMN) simetris, tanda batang otak atau tanda
neurologi fokal, pada koma lebih dalam disertai dekortikasi, deserebrasi, opistotonus, tekanan
intrakranial meningkat, pupil ukuran normal dan reaktif, funduskopi bisa normal atau papiledema
atau dapat terjadi perdarahan retina, cortical blindness jarang, gejala motorik (tremor, mioklonus,
korea, athetosis), ataksia serebelar jarang, kejang biasanya kejang umum.2

PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis malaria serebral adalah ditemukannya :
a. Gejala klinik: trias malaria (demam, menggigil dan berkeringat), sakit kepala, gangguan
mental, nyeri tengkuk, kaku otot dan kejang umum.
b. Pemeriksaan fisik:
1) Sering dijumpai splenomegali dan hepatomegali.
2) Gangguan kesadaran atau koma (biasanya 24 – 72 jam)  dewasa GCS < 11 dan
anak Blantyre coma score < 3.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pada pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dijumpai bentuk aseksual dari
Plasmodium falciparum.
2) Tidak ditemukan infeksi lain.
3) Hipoglikemi, hiponatremi, hipofosfatemi, pleositosis sampai 80 sel/mikron 3,
limfosit sampai 15 sel/mikron3.
4) Analisa cairan serebrospinal  adanya peningkatan limfosit > 15/ul.
5) CT dan MRI  edema serebral.
Anamnesis
 Keluhan Utama : deman ,mengilgil,dan dapat disertai sakit kepala,mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal
 Riwayat berkunjung dan bermalam 1~4 minggu yang lalu ke daerah Endemik malaria
 Riwayat tinggal di daerah endemic malaria
 Riwayat sakit malaria
 Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
 Riwayat mendapat tranfusi darah
 Gejala klinis pada anak dapat tidak khas.

Untuk penderita tersangka malaria berat, tanyakan mengenai beberapa gejala berikut :
 Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat. Kelemahan umum (tidak bisa
duduk/bediri).
 Kejang~kejang
 Panas sangat tinggi .
 Mata atau tubuh kuning .
 Pendarahan gusi, hidung atau saluran cerna .
 Nafas cepat dan atau sesak nafas .
 Muntah terus menerus .
 Tidak dapat makan dan minum .
 Warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman.
 Jumlah air seni kurang (oliguria)sampai tidak ada (anuria )
 Telapak tangan sangat pucat

Pemeriksaan Fisik
 Deman (perabaan atau pengukuran dengan thermometer )
 Pucat pada kojugtiva palpebra atau telapak tangan .
 Pembesaran limpa (splenomegali). Pembesaraan hati (hepatomegali).

Pada tersangka malaria berat dapat ditemukan satu atau lebih tanda klinis berikut ;
 Temperatur aksila >40 C.
 Tekanaan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa da anak-anak <50 mmHg.
 Nadi cepat dan lemah/kecil
 Frekuensi nafas >35 x per menit pada orang dewasa atau 40 x per menit pada balita, anak
dibawah 1 tahun > 50 x per menit.
 Penurunan derajat kesadaran
 Manifesstasi perdarahan (petekie, purpura, hematom).
 Tanda dehidrasi (mata cekung, tugor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi
air seni kurang).
 Tanda-tanda anemia berat (konjuntiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat).
 Terlihat mata kuning/ ikterik.
 Adanya ronki pada kedua paru.
 Pembesaran limpa dan atau hepar.
 Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
 Gejala neurologi (kaku kuduk, refleks patologi).

Pemeriksaan Laboratorium \
Pemeriksaan Darah dan Cairan Serebro Spinal
Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan parasit melalui sediaan tetes tebal atau hapusan
darah. Hemoglobin menurun, lekosit meningkat, ureum kreatinin meningkat, glukosa darah
menurun dan gangguan fungsi hati (Adam RD. 1993, Mardjono M. 1990).
Pemeriksaan cairan serebro spinal bisa diperoleh : tekanan meningkat, sel meningkat, glukosa
normal atau menurun, eritrosit yang mengandung parasit dan protein sedikit meningkat
(Bradley. 1991, Harsono. 1996).
Pemeriksaan Patologi Anatomi
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pada pemeriksaan makroskopik didapat gambaran otak dengan hemoragik fokal berupa petekia.
Odema yang khas pada malaria serebral terjadi pada substantia putih (white matter). Bila odema
sangat luas dapat dilihat pendesakan jaringan otak dan penyempitan ventrikel. Pada otopsi
ditemukan pembuluh darah yang tersumbat oleh eritrosit yang mengandung parasit dan jaringan
nekrosis disekitarnya. (Poirier J. 1990, Robins K. 1987).
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Gambaran mikroskopik malaria serebral, pada pembuluh kapiler didapatkan eritrosit yang
mengandung parasit menempel pada jaringan endotel. Di sekeliling pembuluh darah kapiler
dapat dilihat perdarahan, pigmen malaria, sel-sel radang, juga daerah iskemik dan nekrosis.
Parasit dapat dilihat dengan gambaran small basophilic rings. “Durck’s Glial Nodes” adalah
granuloma malaria yang terdiri dari eritrosit berparasit yang menempel pada endotel pembuluh
darah, pigmen malaria dan makropag. Granula tersebut merupakan daerah nekrosis di sekeliling
sel Glia. (Gilroy. 1992, Curran RC. 1985).

Source:
1. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta; 2017
2. M. Husna. B. Prasetyo. ASPEK BIOMOLEKULER DAN UPDATE TERAPI MALARIA
SEREBRAL. Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya;
Malang; 2016

Anda mungkin juga menyukai