Formasi Geologi
Wilayah yang diberi kotak terdiri atas berbagai formasi geologi, yaitu alluvium,
endapan undak, formasi halang, anggota breksi formasi halang, formasi waturanda, formasi
penosogan, formasi karangsambung, anggota tuf formasi waturanda. Formasi alluvium terdiri
dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.
Endapan undak terdapat di bagian atas dengan susunan batupasir, batulanau, tufaan,
napal, batulempung, konglomerat, dan batugamping yang telah diendapkan pada masa
Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini mengandung batubara atau minyak bumi yang
membentang luas di Kecamatan Libureng, Kecamatan Lapri, Kecamatan Kahu, Kecamatan
Salomekko, Kecamatan Patimpeng dan Kecamatan Ponre.
Formasi camba merupakan batuan sedimen laut yang berseling dengan batuan gunung
api terdiri atas breksi, lava, tufa, konglomerat, dan batugamping. Formasi ini terdapat di
Kecamatan Libureng, Kecamatan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kecamatan Patimpeng,
Kecamatan Tontra dan Kecamatan Salomekko.
Formasi tonasa berupa batugamping banyak terdapat di bagian tengan dan barat daya
yaitu di Kecamatan Bonto Cani dan di perbatasan antara Kecamatan Patimpeng dengan
Kecamatan Libureng.
Formasi malawa berupa batupasir kuarsa yang terdiri atas mineral kuarsa, lempung
dan silika dengan porositas sedang, batulanau yang mengandung mineral gypsum dengan
porositas sedang, batugamping pasiran yang merupakan fragmen fosil Mollusca, foraminifera
besar, konglomerat, batulempung yang berisi mineral pyrate dan batubara dengan warna
hitam.
Formasi Salo Kalumpang merupakan batuan sedimen berseling dengan batuan
gunung api berupa batuan klastika. Formasi ini terdapat di Kecamatan Ponre, Kecamatan
Libureng, Kecamatan Patimpeng dan Kecamatan Salomekko.
Formasi Marada merupakan batuan sedimen yang banyak terdapat di Kecamatan
Kahu dan sedikit di Kecamatan Bonto Cani. Formasi Lompobatang berupa breksi, endapan
lahar dan tufa.
Struktur Geologi
Struktur sesar atau patahan terdapat di Kecamatan Ponre, Mare, Patimpeng, Tontra,
Salomekko, Kahu, Bonto Cani dan Libureng. Di Kecamatan Libureng, terdapat sesar naik
dan turun.
Di Kecamatan Kahu terdapat lipatan berupa sinklinal, yaitu bagian lipatan yang
memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan ini membentuk
lembah.
Di Kabupaten Bone terdapat beberapa foraminifera baik kecil maupun besar.
Foraminifera kecil banyak terdapat di Kecamatan Kahu sedangkan foraminifera besar banyak
terdapat di Kecamatan Ponre, Libureng, dan Kahu.
ANALISIS
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bone memiliki potensi mineral non logam, antara
lain: batubara, batugamping, batusabak, kuarsa dan basal yang tersebar di beberapa wilayah
seperti Kecamatan Bonto Cani, Patimpeng dan Ponre. Wilayah tersebut dapat dijadikan
sebagai kawasan budidaya dengan peruntukan pertambangan.
Wilayah dengan komposisi batuan lempung dan lanau kurang cocok untuk didirikan
bangunan karena tidak memiliki daya ikat antar batuan yang tidak kompak.
Tanah latosol dari pasir dan breksi cukup baik dalam menahan air dan tahan terhadap
erosi sehingga daerah tersebut cukup baik untuk dibangun bangunan dengan bobot tidak
besar di atasnya. Jenis tanah ini sangat mudah mengalami penguapan air sehingga mudah
mengalami kekeringan dan daya ikat antar elemen matriks penyusun tanah kurang solid
sehingga berpotensi terjadinya longsor. Namun, jenis tanah ini bersifat gembur sehingga
cocok untuk tanaman tahunan, perkebunan, dan persawahan.
Sebagian wilayah di Kecamatan Ponre, Mare, Patimpeng, Tontra, Salomekko, Kahu,
Bonto Cani dan Libureng terdapat sesar yang memiliki potensial terjadinya perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng sehingga merupakan kawasan rawan banjir
dan tanah longsor. Daerah tersebut tidak cocok untuk dijadikan kawasan permukiman namun
sebagai kawasan lindung dengan peruntukan kawasan rawan bencana alam.
Wilayah yang banyak mengandung foraminifera baik kecil maupun besar seperti di
Kecamatan Kahu, Ponre dan Libureng dapat dijadikan kawasan budidaya dengan peruntukan
pertambangan minyak bumi.
Namun, arahan penataan ruang tersebut belum cukup ideal karena kondisi data dan
informasi yang diperlukan belum lengkap. Perlu adanya kelengkapan data dan informasi agar
penataan ruang dapat dilakukan lebih optimal juga diperlukan adanya skala geologi 1:50.000
yang sesuai dengan skala penataan ruang agar informasi yang diberikan dapat lebih rinci.