1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini, karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan guna memacu
kami menciptakan karya-karya yang lebih baik.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada:
1. dr. Nurhikmawati, M.Kes,Sp.JP,FIHA selaku Sekretaris Blok
Kardiovaskular
2. dr. Edward Pandu Wiriansya, Sp.P. selaku tutor
3. Teman-teman yang telah mendukung dan turut memberikan motivasi dalam
menyelesaikan laporan tutorial ini.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala kebaikan dan
pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal A’lamiin.
Kelompok 5
2
SKENARIO 1 :
Seorang Perempuan berusia 21 tahun datang ke UGD dengan keluhan
sesak napas, terutama setelah aktivitas yang berat dan merasa mudah lelah.
Pasien saat ini kontrol teratur di Ahli jantung dan masih mengkonsumsi
Eritromicyn dan digoxin. Saat itu pasien juga sering mengeluh nyeri
tenggorokan dan rasa ngilu pada persendian.
Tanda vital : denyut jantung 110 kali per menit, pulsus deficit,
irregular, tekanan darah 130/80, respirasi 16 kali per menit Terdengar adanya
bunyi ronchi basah halus pada kedua paru dan didapatkan S3 gallop disertai
mid sistolik murmur
KATA SULIT
Erytromicin : Antibiotik spektrum luas yang dihasilkan oleh
Streptococcus erythreus
Digoxin : Glikosida kardiotonik dari daun Digitalis lanata (obat
pengikat antigen)
Pulsus Deficit : Selisih antara denyut jantung dan denyut nadi pada
fibrilasi atrium
Gallop : Kelainan irama jantung
KATA KUNCI:
Perempuan 21 tahun
Sesak napas setelah aktivitas berat
Mudah lelah
Pasien kontrol teratur di ahli jantung
Mengonsumsi Erytromicin dan Digoxin
Nyeri tenggorokan dan nyeri sendi
Tanda Vital:
3
o Denyut jantung : 110 kali/ menit
o Tekanan Darah : 130/80 mmHg
o Respirasi 16 kali/ menit
o Suara ronchi basah
o Terdapat S3 Gallop
o Bunyi sistolik murmur
PERTANYAAN:
1. Bagaimana mekanisme sesak?
2. Apa perbedaan sesak napas pada penyakit kardiovaskuler dan penyakit
non-kardiovaskuler?
3. Apa hubungan sesak napas dengan gejala lainnya?
4. Bagaimanakah langkah-langkah diagnosisnya?
5. Apa saja diagnosis banding sesuai skenario
6. Bagaimana pencegahan sesak napas pada penyakit kardiovaskuler?
7. Apa saja perspektif islam sesuai skenario?
4
PEMBAHASAN:
1. Jelaskan tentang nyeri dada tipikal dan atipikal serta jenis-jenis nyeri
dada!
A. Anatomi Katup Jantung
5
Katup mitral terdiri dari daun katup mitral anterior dan daun katup
mitral posterior. Daun katup anterior lebih lebar dan mudah bergerak,
melekat seperti tirai dari basal ventrikel kiri dan meluas secara diagonal
sehingga membagi ruang aliran menjadi alur masuk dan alur keluar. Alur
masuk ventrikel kiri berbentuk seperti corong, mulai dari annulus mitral,
kemudian dengan daun katup mitral melekat pada otot papilaris melalui
korda tendinae. Alur keluar ventrikel kiri dibatasi oleh daun katup anterior,
septum dan dinding depan ventrikel kiri.
6
Katup semilunar (bulan sabit) menghalang darah kembali ke ventrikel
apabila ventrikel mengendur. Katup semilunar terdiri dari :
7
B. Fisiologi Jantung
8
Pola ini diulangi terus menerus, menyebabkan darah mengalir terus
menerus ke jantung, paru-paru dan tubuh. Katup atrioventrikular, Katup
A-V (katup trikuspidalis dan katup mitralis) mencegah aliran balik darah
yang berasal dari ventrikel menuju ke atrium selama fase sistolik, dan
katup semilunaris ( yakni katup aorta dan pulmonaris) mencegah aliran
balik darah yang berasal dari aorta dan arteri pulmonalis kembali ke
ventrikel selama diastolik. Semua katup tersebut, membuka dan menutup
secara pasif. Yaitu, katup katup-katup ini akan menutup sewaktu gradient
tekanan balik mendorong darah kembali ke belakang, dan katup-katup ini
akan membuka bila gradient tekanan ke arah depan mendorong darah ke
depan.
Dengan alasan anatomi yang jelas, penutupan katup A-V yang tipis
dan mirip selaput ini hampir tidak membutuhkan aliran balik darah,
sedangkan katup semilunaris yang jauh lebih tebal membutuhkan aliran
balik yang agak kuat selama beberapa milidetik untuk menutup.
9
Selain itu, pasien dapat mengalami ortopnea atau paroxymal nocturnal
dyspnea. Edema paru akut adalah manifestasi paling dramatis dari
kelebihan overload vena paru-paru dan dapat terjadi pada infark miokard
baru atau pada tahap terakhir dari kegagalan ventrikel kiri kronis.
Kardiovaskular penyebab dispnea di antaranya adalah penyakit katup
(stenosis mitral dan insufisiensi terutama aorta), Arrhythmia Paroksismal
(seperti atrial fibrilasi), Efusi Perikardial dengan tamponade, Hipertensi
Sistemik atau Paru-paru, Kardiomiopati, dan Miokarditis. Asupan atau
administrasi cairan pada pasien dengan Gagal Ginjal Oliguri juga
kemungkinan dapat berperan pada terjadinya kongesti paru dan dyspnea.
10
Adapun mekanisme sesak akibat penyakit kardiovaskuler terjadi
ketika adanya peningakatan pengisisan bilik kiri (left ventricular filling
pressure) menyebabkan peningkatan pada permeabilitas vaskuler. Yang
menyebabkan terjadinya kongesti pada vena pulmonalis, yang normalnya
berkisar 5 mmHg mengalami peningkatan tekanan sekitar 25 mmHg.
Sehingga plasma yang terdapat dalam vaskuler keluar dari sel endotel
karena perbedaan tekanan pembuluh darah dengan daerah intertisial dan
membuat plasma membanjiri daerah intertisial. Kemudian transudat akan
berkumpul dan sebagian masuk ke dalam alveoli yang menyebabkan
pertukaran udara kurang maksimal sehingga tubuh melakukan kompensasi
yaitu hiperventilasi untuk mencukupi kekurangan oksigen ke jaringan, hal
inilah yang menyebabkan pasien mengelami sesak.1,2
11
menyebabkan oksigenasi jaringan berkurang dan membuat kebutuhan
akan oksigen meningkat. Peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba-tiba
akan memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk proses metabolisme
sehingga di kirimlah impuls ke medulla oblongata setelah itu impulskan
aku diteruskan efektor yang terdapat pada otot-otot thoraks untuk
berkontraksi lebih cepat sebagai kompensasi tubuh untuk mendapatkan
oksigen lebih banyak, hal inilah yang menyebabkan seseorang mengalami
sesak.
12
3. Apa hubungan sesak napas dengan gejala lainnya?
A. Nyeri tenggorokan :
a. Berdasarkan riwayat obat Erythromycin yang dikonsumsi oleh pasien
kemungkinan pasien memiliki riwayat infeksi bakteri, yaitu bakteri
Streptococcus Beta Hemolyticus grup A yang menghasilkan respon
inflamasi akut yang berlangsung 3-5 hari dengan salah satu tandanya,
yaitu nyeri pada tenggorok dimana bakteri ini sering berkolonisasi dan
berproliferasi di daerah tenggorokan. Respon imun tubuh akan
mencetus perjalanan penyakit Rheumatic Fever.
b. Penelitian tentang genetik marker menunjukan bahwa gen Human
Leukocyte-associated Antigen (HLA) kelas II berpotensi dalam
perkembangan penyakit Rheumatic Fever dan Rheumatic Heart
Disease. Gen HLA kelas II yang terletak pada kromosom 6 berperan
dalam kontrol imun respon. Molekul HLA kelas II berperan dalam
presentasi antigen pada reseptor T sel yang nantinya akan memicu
respon sistem imun selular dan humoral. Dari alel gen HLA kelas II,
HLA-DR7 yang paling berhubungan dengan Rheumatic Heart Disease
pada lesi-lesi valvular. Lesi valvular pada Rheumatic Fever akan
dimulai dengan pembentukan verrucae yang disusun fibrin dan sel
darah yang terkumpul di katup jantung. Setelah proses inflamasi
mereda, verurucae akan menghilang dan meninggalkan jaringan parut.
Jika serangan terus berulang veruccae baru akan terbentuk didekat
veruccae yang lama dan bagian mural dari endokardium dan korda
tendinea akan ikut mengalami kerusakan.
c. Manifestasi yang berkelanjutan akan melibatkan kelainan pada katup
dan endocardium yang akan menyebabkan timbulnya Regurgitasi
Katup Mitral.
13
B. Rasa ngilu pada persendian
a. Adanya infeksi bakteri atau inflamasi akan menimbulkan adanya
leukositosis dalam tubuh. Peningkatan kadar leukosit merupakan suatu
respon normal sumsum tulang terhadap proses infeksi atau inflamasi.
Kebanyakan dari sel ini merupakan Polimorfonuklear Leukosit (PML)
yang berpindah ke tempat terjadinya injury maupun infeksi sehingga
diikuti oleh pelepasan leukosit yang banyak. Pelepasan leukosit ini
akan menimbulkan gejala rasa ngilu atau nyeri pada persendian.
C. Mudah lelah
a. Mudah lelah bisa menjadi tanda pasien mengalami Anemia. Anemia
pada pasien ini dapat merupakan penyebab atau komplikasi dari gagal
jantung. Anemia dapat terjadi pada gagal jantung karena produksi
sitokin yang berlebihan, seperti Tumor Necrosis Factor-alfa (TNF-α)
dan Interleukin-6 (IL-6) yang dapaat mengurangi sekresi
Erithropoietin (EPO) terkait dengan aktivitas EPO di sumsum tulang
dan mengurangi suplai zat besi ke sumsum tulang
D. Sesak nafas
a. Dari manifestasi klinis yang dialami pasien hingga terjadi regurgitasi
katup mitral yang akan mengakibatkan resistensi pengosongan
ventrikel kiri menjadi menurun, sehingga terjadi peningkatan volume
ventrikel kiri dan penurunan Cardiac Output. Pada fase akut sering
disebabkan adanya kelebihan volume di atrium dan ventrikel kiri.
Ventrikel kiri menjadi overload oleh karena tiap kontraksi tidak hanya
memompa darah menuju aorta (Cardiac Output atau Stroke Volume
kedepan) tetapi juga terjadi regurgitasi ke atrium kiri (Regurgitasi
Volume). Pada kompensasi kronik, Tekanan pada atrium kiri akan
menimbulkan tekanan pada vena pulmonalis maka vena pulmonalis
14
akan meregang dan dinding bronkus akan terjepit dan mengalami
edema. Jika tekanan vena pulmonalis naik lebih lanjut dan melebihi
tekanan onkotik plasma, jaringan paru akan menjadi lebih kaku karena
edema intertisial (peningkatan kerja otot pernapasan untuk
mengembangkan paru dan timbul sesak napas.
15
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk menilai kecepatan pernapasan dan
memperhatikan deformitas thoraks, seperti pektus eskavatum (sternum
cekung), yang dapat menggeser apeks jantung ke kiri dan mem berikan kesan
palsu adanya kardiomegali, atau menyebabkan murmur aliren ejeksi ‘inosen’
akibat kompresi ringan alur keluar venrikel kanan. Pektus karinatum (dada
merpati) dan kifoskoliosis dapat berkaitan dengan gejala.
Palpasi
Carilah posisi denyut apeks dengan ujung jari, kemudian rabalah dengan
telapaktangan untuk menentukan sifat denyut, terletak sedikit medial dan
diatas ruang interkostal ke lima di garis mid-kalvikular. Seringkali denyutnya
tidak teraba pada posisi terlentang, terutama pada manula, tapi lebih mudah
jika pasien dimiringkan ke kiri. saat memeriksa ekstremitas atas Pada pasien
jantung, berikut merupakan temuan yang paling penting untuk diperhatikan:
a. Sianosis perifer, dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan
penurunan kecepatan aliran darah ke perifer, sehingga perlu waktu yang
lebih lama bagi hemoglobin mengalami desaturasi. Normal terjadi pada
vasokonstriksi perifer akibat udara dingin, atau pada penurunan aliran
darah patologis, misalnya, syok jantung.
b. Pucat, dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskuler
sistemik.
c. Waktu pengisian kapiler (CRT = Capillary Refill Time), merupakan
dasar memperkirakan kecepatan aliran darah perifer. Untuk menguji
pengisian kapiler, tekanlah dengan kuat ujung jari dan kemudian
lepaskan dengan cepat. Secara normal, reperfusi terjadi hampir seketika
16
dengan kembalinya warna pada jari. Reperfusi yang lambat
menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang melambat, seperti
terjadi pada gagal jantung.
Tes CRT dilakukan dengan memegang tangan pasien lebih
tinggi dari jantung (mencegah refluks vena), lalu tekan lembut kuku jari
tangan atau jari kaki sampai putih,kemudian dilepaskan. Catatlah waktu
yang dibutuhkan untuk warna kuku kembali normal (memerah) setelah
tekanan dilepaskan.Pada bayi yang baru lahir, pengisian kapiler dapat
diukur dengan menekan pada tulang dada selama lima detik dengan jari
telunjuk atau ibu jari, dan catat waktu yang dibutuhkanuntuk warna kulit
kembali normal setelah tekanan dilepaskan. Jika aliran darah baik ke
daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik. Pada
bayibaru lahir batas normal pengisian kapiler adalah 3 detik
d. Temperatur dan kelembapan tangan dikontrol oleh sistem saraf
otonom. Normalnya tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan
stress, akan terasa dingin dan lembab. Pada syok jantung, tangan sangat
dingin dan basah akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan
mengakibatkan vasokonstriksi. Tangan yang hangat menandakan adanya
vasodilatasi perifer. Pasien dengan payah jantung biasanya terjadi
vasokonstriksi, sehingga tangannya terasa dingin dan kadangkadang
berkeringat akibat peningkatan sekresi adrenaline.
e. Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah dilipat.
f. Penurunan turgor kulit terjadi pada dehidrasi dan penuaan.
g. Penggadaan (clubbing) jari tangan dan jari kaki menunjukkan
desaturasi hemoglobin kronis, seperti pada penyakit jantung congenital
h. Tanda-tanda lain, misal finger Splinter haemorhage dan osler node,
mungkin dapat dijumpai pada endokarditis bakterial subakut.
17
Auskultasi
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan cara mendengar
bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan
kegiatan jantung dan hemodinamik darah dalam jantung.
Ketika memulai auskultasi keadaan lingkungan sekitar harus tenang dan
mulailah dengan mendengarkan dengan cepat diatas perikordium dengan
menggunakan diafragma dan corong, pasien dengan sikap setengah duduk
(40ᵒ) hal ini akan memberikan kesan memperkeras bunyi dan murmur dari
katup aorta dan pulmonal, dan mungkin katup tricuspid, pasien sebaiknya
miring ke depan dan untuk katup mitral agar badan miring ke kiri. Pada setiap
pergerakan, fase pernapasan perlu dimanfaatkan untuk mendapatkan data
yang maksimal.
1. Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun dalam
keadaan beristirahat)
2. Skan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
18
3. Sonogram (Ekocardiogram, Ekokardiogram Dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
4. Kateterisasi Jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi.
5. Rongent Dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
6. Enzim Hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
8. Oksimetri Nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
19
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid
sebagai pre pencetus gagal jantung.
B. Patogenesis
Penyakit jantung rematikmerupakan manifestasi demam
rematik berkelanjutan yang melibatkan kelainan pada katup dan
endokardium. Lebih dari 60% penyakit rheumatic fever akan
berkembangmenjadi rheumatic heart disease. Adapun kerusakan
yang ditimbulkan pada rheumatic heart diseaseyakni kerusakan
katup jantungakan menyebabkan timbulnya regurgitasi. Episode
yang sering dan berulang penyakit ini akan menyebabkan
penebalan pada katup, pembentukan skar(jaringan parut),
kalsifikasi dan dapat berkembang menjadi valvular stenosis.
Sebagai dasar dari rheumatic heart disease, penyakitrheumatic
feverdalam patogenesisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Adapun beberapa faktor yang berperan dalam patogenesis
penyakit rheumatic feverantaralain faktor organisme, faktor host
dan faktor sistem imun.
20
Lesi valvularpada rheumatic feverakan dimulai dengan
pembentukan verrucaeyang disusun fibrindan sel darah yang
terkumpul di katup jantung. Setelah proses inflamasi mereda,
verurucaeakan menghilang dan meninggalkan jaringan parut. Jika
serangan terus berulang veruccaebaru akan terbentuk didekat
veruccae yang lama dan bagian mural dari endokardium dan korda
tendineaakan ikut mengalami kerusakan. Kelainan pada valvular
yang tersering adalah regurgitasi katup mitral(65-70%
kasus).4Perubahan struktur katup diikuti dengan pemendekan dan
penebalan korda tendineamenyebabkan terjadinya insufesiensi
katup mitral. Karena peningkatan volume yang masuk dan proses
inflamasi ventrikel kiri akan membesar akibatnya atrium kiri akan
berdilatasi akibat regurgitasi darah. Peningkatan tekanan atrium
kiri ini akan menyebabkan kongesti parudiikuti dengan gagal
jantung kiri. Apabila kelainan pada mitral berat dan berlangsung
lama, gangguan jantung kanan juga dapat terjadi. Kelainan
katuplain yang juga sering ditemukanberupa regurgitasi
katupaorta akibat dari sklerosis katupaorta yang menyebabkan
regurgitasi darah ke ventrikel kiri diikuti dengan dilatasi dan
hipertropi dari ventrikel kiri. Di sisi lain,dapat terjadi.
C. Anamnesis
- Riwayat sakit tenggorokan 1-5 minggusebelumnya (pada 70%
anak dan dewasa muda).
- Demam, disertai tanda klinis yang tak spesifikseperti: rash, nyeri
kepala, berat badan turun, epistaksis, rasa lelah, malaise, keringat
berlebihan, pucat, nyeri dada dengan ortopnu, nyeri abdomen,
muntah.
- Keluhan yang lebih spesifik untuk DRA:
Nyeri sendi yang berpindah-pindah
Nodul subkutan
Iritabel, konsentrasi menurun, perubahankepribadian
seperti gangguan auto immune neuropsychiatric (pada
anak dengan infeksi streptococcus)
Disfungsi motoric
21
Riwayat demam rematik sebelumnya (ada
kecenderungam berulang)
D. Pemeriksaan Fisik
1. Pericarditis:
- Friction rub
- Pericardial efusi, ditandai dengan bunyi jantung menjauh;
2. Miokarditis:
- Tanda-tanda gagal jantung yang tidak jelas penyebabnya
- Fungsi ventrikel kiri jarang terganggu.
3. Endokarditis / Valvulitis:
- Pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung rematik:
terdengar bising regurgitasi mitral diapeks (dengan atau
tanpa bising mid diastolik, Carey Coombs murmur).
- Pada pasien dengan riwayat penyakit jantung rematik: ada
perubahan karakteristik bising atau terdengar bising baru.
E. Diagnosis
Kriteria yang digunakan untuk diagnosis : kriteria Jones.
3. EKG: interval PR
3. Syndenham Chorea
memanjang
4. Eritema marginatum
5. Nodul Subkutan
22
Demam rematik berulang pada pasien dengan penyakit jantung
rematik Memenuhi 2 kriteria minor + bukti infeksi GAS + sequel
penyakit jantung rematik sebelumnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Foto rontgen dada
3. Lab : darah rutin ,LED, CRP, ASTO, kultur swab
tenggorokan
4. Ekokardiografi.
G. Penatalaksanaan
- Eradikasi:
- Benzatin penisilin :1,2 juta U IM (BB <27 Kg:600.000 U IM)
- Phenoxymethil Penicillin (Penicilin V) selama10 hari
o Dewasa dan remaja : 750- 1000 mg/hari dibagi 2-4
dosis
o Anak: 500 –750 mg/hari dibagi 2-3 dosis
- Amoxicilin: 25–50 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis (dosis
maximal 750-1000 mg/hari) selama 10 hari
23
B. GAGAL JANTUNG KONGESTIF
a. Definisi CHF
b. Etiologi CHF
2. Aterosklerosis Koroner
24
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun .
6. Faktor Sistemik
25
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
c. Patofisiologi CHF
26
Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik
tetapi secara klinis tidak tampak tanda - tanda gagal jantung
karena beban jantung yang ringan. Pada awal gagal jantung
akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan sistem Renin Angiotensin
Aldosteron, serta pelepasan Arginin Vasopressin yang
kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan
kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung
yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan
penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan
merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral.
27
darah, embolisasi sistemik dari trombus mural, dan disritmia
ventrikel refrakter. Disamping itu keadaan penyakit jantung
koroner sebagai salah satu etiologi CHF akan menurunkan
aliran darah ke miokard yang akan menyebabkan iskemik
miokard dengan komplikasi gangguan irama dan sistem
konduksi kelistrikan jantung.
28
kan curah jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa
pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu :
29
1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi,
mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala,
mimpi buruk sampai delirium.
e. Komplikasi CHF
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena
(thrombosis vena dalam atau deep venous thrombosis dan
emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi, terutama
pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi
pemantauan denyut jantung (dengan digoxin atau β b locker
dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan
diuretik dengan dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop
atau sudden cardiac death (225 - 50%% kematian CHF). Pada
pasien yang berhasil diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan
vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai peranan.
f. Penatalaksanaan CHF
30
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung
dengan bahan - bahan farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan
dengan terapi diuretik diet dan istirahat.
g. Terapi Farmakologi
31
juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg
menyeba bkan peningkatan curah jantung.
B. STENOSIS MITRAL
Mitral stenosis adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah
dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolic akibat penyempitan
katup mitral. Penyebab MS paling sering demam rematik, penyebab lain
adalah Karsinoid, Sistemik Lupus Eritematosus, Rheumatoid Artritis,
Mukopolin- Sakharidosis dan kelinan bawaan
a. Patogenesis
proses perusakan katup mitral pada demam rematik sebetulnya
adalah suatu proses antigen – antibody atas infeksi kuman
streptokokkus beta hemolitikus grup A. Antibody tersebut ternyata
tidak hanya menyerang kuman tersebut, tetapi juga menyerang katup
mitral, dan merusak katup tersebut.
Katup mitral yang terkena rematik akan menebal, mengalami
fibrosis dan terjadi perlengketan pada tepi katup. Hasil akhir dari
proses patologis ini adalah penyempitan area katup mitral. Hambatan
aliran darah pada katup mitral ini akan menyebabkan peningkatan
tekanan atrium kiri diikuti dilatasi atrium kiri maupun vena
pulmonalis yang kemudian akan menyebabkan peningkatan tekanan
32
vena pulmonalis.
Pada saat aktifitas fisik meningkat, frekuensi denyut jantung
juga meningkat, sehingga fase diastolic memendek dan waktu yang
diperlukan untuk mengosongkan atrium kiri pendek.Akibat dari
kondisi ini, terjadilah peningkatan tekanan di atrium kiri dan vena
pulmonalis, yang akhirnya menimbulkan edema paru.
b. Gambaran Klinis
Keluhan yang lazim dirasakan oleh pasien dengan MS adalah
lekas lelah, sesak bila aktifitas yang makin lama makin berat.Pada MS
yang berat, keluhan sesak dapat timbul saat tidur malam, bahkan
dalam keadaan istirahat sambil berbaring.Kadang juga didapatkan
keluhan berdebar bila ada irama fibrilasi atrium.
c. Pemeriksaan Fisik
pada penderita MS yang berat sering ditemukan warna
kebiruan pada kedua pipi yang dikenal sebagai wajah mitral, kondisi
ini terjadi karena curah jantung yang rendah dalam waktu lama
Palpasi :
- Pulsasi nadi biasanya lemah dan kecil
- Tapping Apex – teraba S1
- Opening Snap mungkin teraba disamping buny jantng 1 dan
- Aktivitas ventrikel kanan teraba keras
- Bunyi jantung 2 yang keras bias teraba
Auskultasi :
- Bunyi jantung 1 yang mengeras
- Bunyi jantung 2 normal atau mengeras bila sudah terjadi hipertensi
pulmoner
- Bunyi jantung tambahan : opening snap menandai daun katup mitral
33
yang asih lentur ketika membuka pada fase diastolic.
- Terdengar bising / murmur mid diastolic di daerah apekx jantung.
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan MS secara umum dibagi dua, yaitu
medikamentosa dan intervensi mekanik meliputi intervensi bedah dan
intervensi perkutan.
Terapi medika mentosa ditujukan untuk mencegah atau
mengurangi kelebihan cairan dengan pemberian diuretic dan
memperlambat frejuensi denyut jantung secara digitalis, beta blocker
atau antagonis kalsium golongan non – dihidropirin
Intervensi mekanik non bedah pada saat ini menjadi pilihan
utama baginMS sedang sampai berat, apabila kondisi katup mitral
cukup ideal, yaitu skor wilkins ≤ 8. Bahkan dikatakan skor
wilkins<10 masih bias dilakukan percutaneous balllon mitral
34
valvuloplasty (PBMV) bila skor pengapuran atau kalsifikasinya <3.
Tindakan intervensi bedah menjadi pilihan pada MS apabila terdapat :
- Skor wilkins > 10
- Skor pengapuran ≥ 3
- Thrombus yang besar atau yang sulit dihilangkan dengan
antikoagulan
- Regurgitasi mitral derajat sedang sampai berat
- Kelainan katup lain yang juga memerlukan tindakan bedah
- Penyempitan arteri coroner yang memerlukan operasi bedah pintas
coroner
35
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta
rahmat baggi orang yang beriman” (QS:Yunus 57).
Kandungan Surah Yunus ayat 57
Dari sisi lain, kitab suci ini memberikan keterangan dan penjelasan
mengenai kufur dan azab Ilahi guna dapat memantik pengertian dan kesadaran
manusia, sehingga jiwa dan ruhnya menjadi bersih. Dengan demimian
diharapkan manusia terjauhkan dari melakukan kejahatan dan dosa. Sudah
barang tentu jiwa dan ruh yang sehat, bersih dan suci dapat memudahkan jalan
untuk mendapatkan petunjuk dan rahmat Allah. Oleh karena itu, Allah Swt
berkata kepada Nabi-Nya agar menyampaikan kepada orang-orang Mukminin,
Sebaik-baik investasi dan sesuatu yang mereka kumpulkan adalah iman kepada
kitab suci Allah, mengikuti ajaran dan petunjuknya, dan hendaknya hati mereka
bergembira atas nikmat besar, dan sekali-kali bukan dengan membanggakan
kekayaan dunia yang menumpuk."
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran adalah sebaik-baik obat untuk menyembuhkan hati, jiwa dan ruh
yang sakit.
2. Untuk menyembuhkan penyakit dan berbagai problema baik individu
maupun sosial dewasa ini, manusia harus mengkaji dan merenungi kitab
suci Al-Quran.
3. Al-Quran merupakan harta karun yang lebih baik dari segala kekayaan
dunia. Orang miskin yang sebenarnya adalah orang yang tidak
mendapatkan dan mengenyam pendidikan kitab suci Ilahi ini, sekalipun ia
memiliki seluruh harta dunia. Sebaliknya, orang yang kaya adalah orang
yang hidupnya bersama l-Quran, sekalipun secara lahiriah ia dalam
kesempitan dan tidak mempunyai uang.
36
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” (HR. Muslim)
Kandungan Hadist berdasarkan skenario :
Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang
sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang
ditentukan oelh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan
sembuh. Dan Allah akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Kardiologi FKUI. Cetakan 2004
2. Joewono, B.S. 2003, IlmuPenyakitJantung, Airlangga University Press,
Surabaya. Mansjoer, Arief, dkk., 2005, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga
Jilid 2,Media Aesculapius, Penerbit FK UI, Jakarta
3. Surya Sanjaya, dkk. Insuffisiensi Katup Mitral pada Seorang Penderita Lupus
Eritematosus.l muPenyakit dalam.FK Unud/ RSUP Sanglah,.Denpasar
4. Fabbela Khoiriah1, Dian Isti Anggraini. Congestive Heart Failure NYHA IV et
causa Penyakit Jantung Rematik dengan Hipertensi Grade II dan Gizi Kurang
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Ilmu Gizi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung
5. Pande Made Indra Premana.2018. Penyakit Jantung Rematik. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W. “Kapita
Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
7. Gray H. huon, lecture notes kardiologi. Penerbit erlangga. Hal 1-20
8. Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK
PENYAKIT HIPERTENSI. 2006
9. Rilantono, lyli l. 2015. Penyakit kardiovaskuler. Jakarta. Edisi 3. Halamam 280 –
287
10. Bakta, made, dkk., 2000, gawat darurat di bidang penyakit dalam, Jakarta:EGC,
hal 3.
11. Kabo, Peter. 2008, mengungkap pengobatan penyakit jantung koroner,
Jakarta:Gramedia pustaka utama, hal 62.
12. Panduan praktik klinis dan clinical pathway penyakit jantung dan pembuluh.
2016. Edisi 1. Perhimpunan spesialis kardiovaskular indonesia
38