BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang digunakan, pada
umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas, dan status gizi. Derajat kesehatan
Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit. Derajat kesehatan
masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari
sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,
melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor
lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Pembangunan kesehatan saat ini telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. AKI
dan AKB senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Pada
periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan AKI dari 307 per 100.000 kelahiran hidup
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 35 per 1000 kelahiran hidup menjadi 34
per 1000 kelahiran hidup. Namun demikian keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan,
mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) lainnya. Target Rancangan Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 mengamanatkan agar AKI dapat
diturunkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Selain itu, kesepakatan
global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan AKB menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun (www.depkes.go.id).
Menurut Menteri Kesehatan (2007), berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (2001),
penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya BBLR (berat badan lahir rendah)
29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan
hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13% (SKRT, 2001).
BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 33%-38% dan lebih
sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang. Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 9% - 30%
(WHO, 2007).
Menurut Mitayami (2011) faktor penyebab BBLR adalah komplikasi obstetri, komplikasi medis,
faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu diantaranya adalah dikarenakan penyakit, usia ibu, keadaan
sosial ekonomi dan kondisi ibu saat hamil. Penyebab langsung kematian bayi adalah komplikasi
pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi. Penyebab tidak langsung AKB
adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan sendiri.
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan
dalam kandungan sangat meningkat.Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal
dan neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat lahir yang rendah. Kalaupun
bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental
(Mochtar, 1998).
Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar
kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat.
Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada Ibu, tetapi karena proses tersebut
merupakan pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dapat
dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang
optimal. Memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir merupakan bagian
esensial asuhan bayi baru lahir.
Dari penjelasan latar belakang diatas maka kami mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Ny “L” Umur 1 Hari dengan BBLR Di Ruang Mawar RSUD dr. Moewardi Surakarta” .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan kebidanan
nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian menyeluruh pada bayi baru lahir dengan BBLR.
b. Menentukan diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
c. Melaksanakan tindakan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
d. Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi RSUD dr. Moewardi Surakarta
Dapat menjadi masukan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan dalam memperkaya bahan materi asuhan kebidanan tentang BBLR.
3. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis tentang BBLR.
BAB II
LANDASAN TEORI
Skor
0
1
2
Angka
Appearance color (warna)
Pucat
Jumlah
(Mochtar, 1996)
Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh lebih berkembang
dibandingkan dengan bayi prematur BB sama, karena itu akan lebih mudah hidup diluar rahim,
namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan BB
normal.
4. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama.Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka
kematian yang tinggi etrutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal
seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini
selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ
yang rendah dan gangguan lainnya. (Mochtar, 1996)
5. Penanganan
a) Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat.
b) Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatian prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi.
c) Pengawasan nutrisi / ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus di lakukan
dengan cermat.
d) Penimbangan ketat
Perubahan BB mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya rahan
tubuh, oleh sebab itu penimbangan BB harus dilakukan dengan ketat.
Kapasitas lambungBBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam.Perhatikan
apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadibiru, atau perut
membesar/kembung.
Kebutuhan cairan untuk BBL 120-150 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari.Pemberian dilakukan
secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk sesegera mungkin mencukupi kebutuan
cairan/kalori.
(YBP-SP: Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal: 133-139)
6. Metode Kangguru
Salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian BBLR adalah dengan Perawatan
Metode Kangguru (PMK) atau perawatan bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK
adalah perawatan bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit
ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Perawatan metode ini sangat menguntungkan
terutama untuk BBLR.
Syarat PMK adalah bayi BBLR yang stabil (sudah bernafas spontan dan tidak memiliki masalah
kesehatan serius). Tanda-tanda bayi BBLR yang memerlukan PMK adalah :
1. Tubuh bayi dingin (suhu badan di bawah 36,5o Celcius)
2. Bayi menjadi gelisah, mudah terangsang, lesu dan tidak sadarkan diri, demam (suhu badan
di atas 37,5o Celcius).
3. Bayi malas menyusu, tidak minum dengan baik, muntah-muntah.
4. Bayi kejang.
5. Mengalami kesulitan bernafas, yaitu napas cepat (lebih dari 60 kali per menit dan mengalami
berhenti napas selama 20 detik).
6. Diare atau mencret.
7. Kulit tampak kuning atau biru, terutama pada mulut/ bibir bayi.
8. Menunjukkan gejala lain yang mengkhawatirkan.
Keuntungan dan manfaat PMK adalah: suhu tubuh bayi tetap normal, mempercepat
pengeluaran air susu ibu (ASI) dan meningkatkan keberhasilan menyusui, perlindungan bayi dari
infeksi, berat badan bayi cepat naik, stimulasi dini, kasih sayang, mengurangi biaya rumah sakit
karena waktu perawatan yang pendek, tidak memerlukan inkubator dan efisiensi tenaga kesehatan.
Perawatan Metode Kanguru dibagi menjadi dua:
1. PMK intermiten, yaitu PMK dengan jangka waktu yang pendek (perlekatan lebih dari satu jam
per hari) dilakukan saat ibu berkunjung. PMK ini diperuntukkan bagi bayi dalam proses
penyembuhan yang masih memerlukan pengobatan medis (infus, oksigen). Tujuan PMK
intermiten adalah untuk perlindungan bayi dari infeksi.
2. PMK kontinu, yaitu PMK dengan jangka waktu yang lebih lama daripada PMK intermiten.
Pada metode ini perawatan bayi dilakukan selama 24 jam sehari.
Adapun tahap-tahap PMK yang harus dilakukan adalah:
1. Cuci tangan, keringkan dan gunakan gel hand rub.
2. Ukur suhu bayi dengan dengan termometer.
3. Pakaikan baju kanguru pada ibu.
4. Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru, menggunakan topi, popok dan kaus kaki
yang telah dihangatkan lebih dahulu.
5. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan
kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan
tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit
mendongak.
6. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan di
antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jatuh.
7. Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi. Selanjutnya ibu
bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa bayinya dalam posisi tegak lurus di
dada ibu (skin to skin contact) seperti kanguru.
8. Jika ibu lelah, dapat digantikan oleh orang lain (suami).
(http://bayikangguru.wordpress.com/).
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1. Definisi
Asuhan kebidanan adalah aktifitas dan interaksi yang dilakukan oleh Bidan kepada klien yang
membutuhkan atau memempunyai permasalahan dalam bidang pengetahuan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, Bidan menggunakan metode pendekatan
pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses sistematis dan analisis dalam
memberikan asuhan kebidanan. Kita menggunakan 4 langkah manajemen kebidanan SOAPyaitu :
a. Data Subyektif
b. Data Objektif
c. Assessment atau Diagnosa
d. Planning
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh badan bayi.
- Ketuban pecah spontan/amniotomi
- Komplikasi persalinan
- Untuk mengetahui keadaan abnormal pada bayi dan Ibu.
- Keadaan BBL
Nilai Apgar Score, normal : 7-10
- Resusitasi
Dilakukan jika bayi mengalami kesulitan bernafas setelah 60 detik pasca persalinan.
b. Data Obyektif
Adalah data pengkajian yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan secara langsung
kepada pasien dengan tujuan untuk mengetahui keadaan pasiennya sekarang.
1) Pemeriksaan fisik
Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik klien, pemeriksaan ini dilakukan secara “head to toe”
a) Tanda-tanda vital
- Keadaan umum : Baik
- Suhu : normal 36 0C, suhu rektal 36,5 – 37,8 0C
- Pernafasan : BBL bernafas tidak teratur dengan jumlah pernafasan 30-80 x/menit,
dengan rata-rata ± 40 x/menit
- Nadi : BBL frekuensinya 110-160 x/menit dan rata-rata ± 130 x/menit
- BB sekarang : Bayi aterm dengan BBL > 2500 gr
b) Pemeriksaan fisik secara sistematis
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi
1. Kepala
- Pemeriksaan kesimetrisan
- Adanya kelainan cephal hematoma, caput succep daneum, anenchepalus, hidrocepalus,
meningokel.
- Ubun-ubun
Periksa aturannya
- Sutura frontalis dextra + sinistro
- Sutura corona (sel mahkota)
- Sutura lamdoidea (sela lamda)
- Sutura sagitolis (sela panah)
2. Muka
Adanya kelainan seperti tidak mengerutnya dahi/menutup mata sebelah, sudut bibir tertarik ke
satu sisi (paralysis wajah).
3. Mata
- Periksa pupil, sclera, conjungtiva
- Tanda-tanda inspeksi seperti pus
- Telinga
- Periksa kesimterisan dengan menarik garis antara telinga dan mata bayi.
4. Hidung
- Periksa adanya pernafasan cuping hidung
- Periksa kesimetrisan hidung kanan dan kiri
- Mulut
- Periksa adanya labiopalatoskizis
- Periksa bibir dan palatum
- Refleks hisap dan menoleh dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu
5. Leher
- Periksa adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe.
6. Dada
- Periksa bentuk dada
- Puting susu menonjol (pada ♀)
- Dengarkan bunyi nafas dan jantung
7. Tali pusat
- Periksa penonjolan disekitar tali pusat pada saat bayi menangis.
- Adanya perdarahan tali pusat atau tidak
- Tali pusat lembek pada saat bayi menangis
8. Punggung
- Periksa adanya spina bifida/meningokel
9. Ekstrimitas
- Periksa adanya kelainan pada bagian jari :
- Mikro amelia : jari pendek-pendek
- Polidaktili : jumlah jari > 5
- Amelia : tidak punya jari
- Sindaktili : jari seperti bebek, antara satu dan yang lain disatukan dengan sebuah
selaput
- Andaktili : jumlah jari < 5
- Periksa adanya kelainan pada kaki
- Pes varus : kaki mengarah kedalam, seperti huruf “O”
- Pes valgus : kaki mengarah keluar, seperti huruf “X”
Refleks
a. Refleks moro
Refleks memeluk, terjadi jika menepuk tangan, bayi akan kaget yang ditandai dengan pergerakan
tangan secara spontan.
b. Refleks rooting
Refleks menoleh dengan menyentuh pipi bayi maka, bayi akan menoleh kesumber rangsangan.
c. Refleks walking
Refleks berjalan, terjadi jika bayi diletakkan diperut Ibu, maka bayi akan merangkak menuju
puting susu Ibu (tanpa digendong)
d. Refleks graphs/planter
Refleks tangan menggenggam, dilakukan dengan merangsang tangan bayi dengan jari kita, maka
bayi akan menggenggam jari tangan kita.
e. Refleks sucking
Refleks menghisap, terlihat pada saat bayi menyusu ibunya.
f. Refleks tonickneck
Refleks mengangkat kepala, secara spontan ketika bayi ditengkurapkan diatas perut Ibu untuk
menyusu.
10. Antropometri
a. Lingkaran kepala dibagi :
- SOB (Sub Occipito Bregmatica)
Pengukuran mulai Sub Occipito – UUB, normalnya = 32 cm
- FO (Fronto Occipito)
Pengukuran mulai pangkal hidung-belakang kepala, normalnya = 34 cm
- MO (Mento Occipito)
Pengukuran mulai dagu-belakang kepala, normalnya = 35 cm
b. Lingkar dada = normalnya 32 cm
c. Lila = normalnya 6-9,5 cm
11. Eliminasi
- Miksi : sudah keluar apa belum
- Mekonium : sudah keluar apa belum
d. Planning
Menggabarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi dengan rasional, meliputi :
1. Terapi dan asuhan 4. Kolaborasi
2. Pendidikan kesehatan 5. Rujukan
3. Konseling 6. Tindak lanjut
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI Ny “L” UMUR 1 HARI DENGAN BBLR
DI RUANG MAWAR RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA
Tanggal : 29November 2013
Jam : 09.00 WIB
A. Data Subyektif
Nama Bayi : Bayi Ny “L”
Umur : 1 hari
Tgl/jam/lahir :28November 2013/10.00WIB/normal (spontan belakang kepala)
Jenis kelamin : Laki-laki (♂)
Refleks
Refleks moro : lemah
Refleks rooting : lemah
Refleks sucking : lemah
Refleks graphs : lemah
Refleks tonik neck : lemah
Refleks walking : lemah
·
Antropometri
Lingkar kepala
SOB : 31 cm
FO : 32 cm
MO : 33 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkarabdomen : 24 cm
LiLA : 7 cm
Eliminasi
Miksi : Sudah keluar, warna jernih, tgl 28November 2013,
pukul : 10.25 WIB.
Mekonium : Sudah keluar, warna hijau kehitaman, tgl 28November2013,
pukul :11.05 WIB.
C. Assessment / Diagnosis
Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan usia 1 hari dengan BBLR
D. Planning
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi à sudah dilakukan.
2. Mengobservasi keadaan umum, kesadaran, TTV, intake parenteral, saturasi setiap jam à hasil
pemeriksaan bayi dicatat dalam lembar observasi.
3. Mengobservasi pola eliminasi atau cairan keluar / ganti popok setiap 3 jam à hasil
pemeriksaan bayi dicatat dalam lembar observasi.
4. Memberikan ASI melalui NGT sebanyak 8 x 1 cc àASI sudah diberikan.
5. Menjaga kehangatan bayi àbayi sudah dibedong dan diletakkan di bawah sinar lampu.
6. Memposisikan kepala bayi ekstensi dan menengadahkan kepala bayiuntuk melonggarkan
jalan napas à bayi sudah diposisikan sesuai kebutuhan.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan metode kangguru pada bayinya setelah keadaan bayi
stabil à ibu mengerti dan berjanji akan melakukan metode kangguru pada bayinya.
8. Menerapkan minimal handling à sudah diterapkan.
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lanjut à kolaborasi telah
dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas masalah – masalah yang terjadi pada by.L usia 1
hari. Penulis melaksanakan asuhan kebidanan kepada by.L pada tanggal 29 November 2013di
ruang NICU RSUD dr. Moewardi Surakarta.Semuanya dikaitkan dengan teori yang dibahas dalam
tinjauan pustaka.
Pada kasus ini, by.L didiagosa sebagai bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sesuai
dengan teori Wiknjosastro tahun 2006 yang menyebutkan bahwa BBLR kondisi dimana berat bayi
saat dilahirkan tidak mencapai 2,5 kg (2500 gram) tanpa memandang usia kehamilan karena berat
badan lahir by.L sebesar 2250gram. Kasus by.L ini disebabkan karena kehamilan premature yang
umumnya menyebabkan adanya pertumbuhan janin yang kurang sehingga mengalami BBLR
sesuai degan teori yang ada, semuanya saling berhubungan.
Dari ciri-ciri yang biasa ditemukan pada bayi BBLR pada teori yang telah dikemukakan
terdapat beberapa ciri-ciri yang sama yaitu kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan telinga sangat
lunak atau belum terbentuk, pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, pernafasan tidak
teratur, aktivitas dan tangisannya lemah, daya hisap dan menelan masih lemah, panjang badan <
45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
Untuk penanganan kasus by.L dengan BBLR ini sudah terhitung tepat, yaitu dengan
memperhatikan hal-hal seperti mempertahankan suhu dengan ketat, suhu inkubator yang
digunakan 34°C untuk memberikan kehangatan pada by.L, mencegah infeksi dengan ketat salah
satuya juga dengan cara minimal handling, pengawasan nutrisi / ASI sesuai instruksi dokter
diberikan 8 x 1 cc, dan penimbangan ketat dilakukan setiap minggunya.
Salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian BBLR adalah dengan Perawatan
Metode Kangguru (PMK) yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan bayi baru
lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh
bayi tetap hangat. Syarat PMK adalah bayi BBLR yang stabil.Pada by.L metode kangguru belum
dapat dilakukan karena keadaan bayi belum stabil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi dua yaitu bayi normal (sehat) yang memerlukan perawatan
biasa dan bayi gawat (high risk baby) yaitu yang memerlukan penanggulangan khusus.
Dinilai dari landasan teori dalam kasus ini telah diuraikan bahwa bayi BBLR adalah bayi baru
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram.Disebutkan pula bahwa BBLR sangat
rentan terhadap hipotermi dan infeksi, dari kasus yang telah diikaji dan telah dilakukan
penatalaksanaan yang adekuat ternyata tidak jauh berbeda dengan teori yaitu Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tetapi dari kasus bayi
Ny “L” tidak menderita hipotermi ataupun infeksi karena tenaga kesehatan/Bidan melakukan
pemantauan ketat pada bayi dan juga telah dilakukan penanganan pada BBLR dengan baik.
Tenaga kesehatan (Bidan) juga telah menangani bayi sesuai dengan yang telah dijelaskan pada
teori yaitu mempertahankan suhu tubuh bayi, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi/ASI eksklusif
dan penimbangan BB bayi dengan ketat.
B. Saran
1. Petugas Kesehatan (Bidan)
a. Bidan yang profesional harus mampu mengambil tindakan cepat jika ada masalah yang
muncul.
b. Mampu memberikan nasehat-nasehat apa yang harus dilakukan pasien dalam menghadapi
masalah kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai acuan dalam memberikan materi/mata ajar untuk Mahasiswa.
b. Sebagai masukan terhadap kemungkinan adanya kekurangan dalam pembelajaran kepada
Mahasiswa.
3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai acuan atau perbandingan yang harus dipelajari dan diteliti kembali.
b. Diharapkan dengan adanya Asuhan Kebidanan ini Mahasiswa mampu
merealisasikan dalam praktek dilapangan
DAFTAR PUSTAKA
Foto saya
Ulfah Luksitasari
Kebumen/Surabaya, Jawa Tengah/Jawa Timur, Indonesia
Seorang anak yang sedang berjuang untuk membahagiakan kedua orang tua, menempuh studi di
S1 Pend.Bidan Univ. Airlangga
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.