Dosen Pengampu:
Asirin, S.T., M.T.
Adnin Musabri Asbi, S.Hu., M.Sc
Diyanti Isnani Siregar, S.Hut., M.Sc
Kelompok 3:
Meishara Purnama Sari 22115059
Syafira Ken Chandra A. 22115005
Handoko Ardiwinata 22115053
Gomgom Perwira Solagratia S. 22115067
Ghufran Aditia Ramadhan T. 22115029
1
DAFTAR ISI
Table of Contents
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1 Landasan Teori.......................................................................................................... 6
2.1.1 Bencana .............................................................................................................. 6
2.1.2 Tsunami.............................................................................................................. 6
2.2.1 Kondisi Topografi ............................................................................................ 10
2.2.2 Hidrologi .......................................................................................................... 13
2.2.3 Vegetasi............................................................................................................ 13
2.2 Kajian potensi bencana dan Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat .......................... 14
BAB III METODOLOGI .................................................................................................. 18
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................................ 18
3.2 Penyiapan Data ....................................................................................................... 18
3.3 Metode Penentuan Kerentanan terhadap Tsunami .................................................. 19
3.3.1 Metode Kerentanan terhadap Tsunami ............................................................ 19
3.3.2 Parameter Kerentanaan terhadap Tsunami....................................................... 19
3.4 Metode Penentuan Risiko ................................................................................. 20
3.5 Diagram Alir Analisis Risiko menggunakan GIS ................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 22
4.1 Bahaya Tsunami...................................................................................................... 22
4.2 Kerentanan Tsunami ............................................................................................... 22
4.3 Risiko Tsunami ....................................................................................................... 27
4.4 Manajemen Bencana (Pra, Saat, dan Pasca terjadinya bencana) ............................ 28
BAB V KESIMPULAN dan SARAN .............................................................................. 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 35
5.2 Saran ....................................................................................................................... 35
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
`BAB I PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif
yaitu lempeng Indo-Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia dibagian utara
dan lempeng Pasiik dibagian timur. Pergerakan antar lempeng menimbulkan jalur
gempa, rangkaian gunurng merapi aktif dan patahan. Kondisi ini menjadikan
Indonesia menjadi daerah rawan bencana. Bencana seperti gunung berapi, tsunami
dan letusan gung berapi dapat terjadi kapanpun. Salah satu pulau yang dilewati
oleh lempeng dunia yaitu Pulau Sumatera. Pula Sumatera yang terdiri dari sepuluh
Provinsi. Yang terdiri dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera
Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi
Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dan Provinsi Lampung. Sumatera yang dilalui lempeng dan juga
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki berbagai potensi bencana
sebagaimana dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan
Badan Geospasial di Sumatera terdapat lima Provinsi yang memiliki resiko
bencana yang cukup tinggi diantaranya Provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung. Dari kelima Provinsi
tersebut diaman resiko bencana tertinggi dipulau Sumatera berada di Provinsi
Sumatera Barat dengan resiko bencana tinggi berupa banjir, tsunami, gempa bumi,
dan longsor yang memiliki garis pantai dan yang kedua yaitu Provinsi Lampung
dengan resiko bencana tinggi yaitu banjir, tsunami, dan gempa bumi yang
memiliki garis pantai.
1
Provinsi Lampung yang memiliki garis pantai dan berbatasan langsung
dengan samudera hindia tak luput dari resiko bencana tsunami. Provinsi yang
menjadi gerbang utama dari Pulau Jawa menuju Sumetera memiliki ancaman
bencana yang cukup banyak. Bencana alam yang terdapat dibeberapa wilayah
Provinsi Lampung diantaranya bencana banjir, gempa bumi, tsunami, angin
putting beliung ,dan lainnya. Bencana tsunami yang mengancam Provinsi
Lampung terdapta dibeberapa Kabupaten seperti Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupatn Tanggamus, Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pesisir Barat.
Kabupaten Pesisir Barat yang berbatasan Langsung dengan Samudera Hindia dan
juga dilalui patahan semangka menjadikan kabupaten ini memilki resiko bencana
tsunami yang cukup tinggi. Walaupun berdasarkan data yang terekam belum ada
kejadian tsunami yang terjadi di kabupaten ini namun potensi tsunami cukup
besar karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Belum adanya
penelitian terkait potensi bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat maka perlu
dilakukan penelitian terkait kerentanan Kabupaten Pesisir Barat terhadap bencana
tsunami.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka diperlukan tjuan
penelitian, adapun tujuan peneltian ini untuk mengetahui resiko bencana tsunami
di Kabupaten Pesisir Barat sehingga dapat direncakan manajemen bencana yang
berguna dimasa yang akan datang.
2
1. Menambah wawasan dan pengentahuan mengenai darah rawan bencana
tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi dan rekomendasi
dalam pengelolaan dan pengembangan wilayah dala hal mitigasi Bencana
Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi identifikasi, pemetaan kawasan
rawan bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.
BAB I Pendahuluan
Pada bagian tinjauan pustaka menjelaskan mengenai teori terkait penelitian yang
digunakan sebagai substansi penelitian serta penelitinyag relevan.
Pada bab ini akan menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam
penelitian serta alat, bahan, penyiapan data dan diagram alir analisis resiko
menggunakan GIS.
Pada bab ini akan menjelaskan tentang hasil dari analisis dari bahaya tsunami,
kerentanan tsunami, risiko bencana tsunami serta manajemen bencana di
Kabupaten Pesisir Barat.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang
telah dilakukan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas mengenai landasan teori yang berisi mengenai teori-
teori tekait dengan pnelitian, dan gambaran umum dari lokasi penelitian yang
dijadikan wilayah studi.
6
2.2 Kondisi Umum Lokasi Kajian
KabupatenPesisirBaratdenganibukotaKruiadalahsalahsatudarilimabelas
kabupaten/kotadiwilayahProvinsiLampung.KabupateninidibentukberdasarkanUndan
g-UndangNo.22Tahun2012(LembaranNegaraNomor231,TambahanLembaranNegara
Nomor5364)tentangPembentukanDaerahOtonomiBaru(DOB)KabupatenPesisirBarat
Provinsi Lampung tertanggal 16 November
2012dandiundangkanpadatanggal17November2012,denganbatas:
b. SebelahTimurberbatasandenganDesaTampang
TuaKecamatanPematangSawa,DesaSedayu,DesaSidomulyoKecamatanSem
akaKabupatenTanggamus;
c. SebelahSelatanberbatasandenganSamuderaHindia;dan
d. SebelahBaratberbatasandenganDesaTebingRambutanKecamatanNasalKabu
paten KaurProvinsiBengkulu.
WilayahKabupatenPesisirBaratmemilikiluas±2.907,23
km2atau8,39%dariLuasWilayah
ProvinsiLampung,denganmatapencaharianpokoksebagianbesarpenduduknyasebagaip
etanidannelayan.
WilayahKabupatenPesisirBaratsecaraadministrativeterdiridari11kecamatandengan11
7
6desa(diPesisirBaratdisebutPekon)dan2Kelurahan,denganjumlahpenduduksebesar
±136.370jiwa.
8
Gambar 2. 1. Peta Administrasi Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Peta Administrasi Kabupaten – BPS, 2010
9
2.2.1 Kondisi Topografi
Daerah dataran rendah(ketinggian 0–600 meter dari permukaan laut)
KeadaanwilayahsepanjangPantaiPesisirBaratumumnyadatarsampaiberombakde
ngankemiringanberkisar3%sampai5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat
terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung
Sebayan(1.744m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak
(1.744 m).
Klimatologi
1. Zone
A(Jumlahbulanbasah>9Bulan)terdapatdibagianbaratTamanBukitBarisan
SelatanTermasukKruidanBintuhan.
2. ZoneBL(Jumlahbulanbasah7–9bulan)terdapatdibagiantimurTamanNasional
BukitBarisanSelatan.
BerdasarkancurahhujandariLembagaMeteorologidanGeofisika,curahhujanPesisi
rBaratberkisarantara2.500–3.000milimetersetahun.
BerdasarkanpetageologiProvinsiLampungskala1:250.000
yangdisusunolehS.Gafoer,TC
Amin,AndiMangga(1989),PesisirBaratterdiridaribatuanvulkantua(OldQuarternary
Young),FormasiSimpangAur,FormasiRanau,FormasiBal,BatuanIntrusif.
MengingatgeologiwilayahPesisirBaratcukupkompleksmenyebabkankeanekarag
aman endapanmineral/bahangaliansebagaipotensialamyangsangatbermanfaatbagi
pembangunan.SebaranbahangaliangolonganA(strategis)yangdiperkirakanadayaitu
batubaradanradioaktif,tetapimasihperludilakukanpenyelidikandanpenelitianlebih
10
lanjut. Bahan galiangolongan Byang ada yaitu Emas,Perak, Timbal, Tembaga,
Seng,Belerang,PasirBesi,Mangan,dansebagainyamasihperlupenyelidikansecaramend
etail. Bahan galian golonganCmeliputi Batu apung,Tufa, Perlit,Tras, Batuan Beku,
BatuGamping,Marmer,Pasir,Krakas,Diatoxmi,Kaolin,TanahLiat,dansebagainya.Pen
gusahaan bahan galian ini masih diusahakan kecil-kecilan. Daerah Pesisir Barat
cukup kaya akan berbagai sumberdaya energi seperti gas bumi/panas bumi, tenaga
air (airterjun, air deras dan gelombang laut, tenaga angin, dan sebagainya).
11
Gambar 2. 2. Peta Geologi Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Peta Administrasi Kabupaten – BPS, 2010)
12
2.2.2 Hidrologi
Wilayah Pesisir Barat dibagian barat mempunyai sungai-sungai yang
mengalir pendek dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini
ditandai dengan jarangnya banjir sebab pada saat musim hujan datang bersamaan
air tidak terkonsentrasi dan timinglag-nya menjadi lambat. Delta marine ditandai
dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air
besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai-sungai yang berukuran
pendek dan mengalir dilereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk irigasi,
kecuali yang sudah mengalir didaerah delta pantai, umumnya mudah
dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut laut. Pada bagian
timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchmentarea)
sungai-sungai besar yang mengalir kearah timur antara lain: Way Besai, Way
Seputih dan sebagainya. Proses erosi yang sudah lanjut, besarnya material yang
terangkut (sedimentload) menyebabkan makin cepatnya daerah ini mengalami
kemiskinan unsur hara tanah.
Dengan berkurangnya flora penutup tanah dan sifat drainase tanah yang baik
(terdiri dari lempung pesiran bergeluh) praktis daya simpan air daerah ini sangat
kecil, ini menyebabkan fluktuasi aliran permukaan (runoff) makin besar, sungai-
sungai yang mengalir kesebelah timur menjadi terganggu kestabilannya.
Umumnya sungai-sungai yang mengalir kesebelah barat masih stabil karena
didukung oleh banyaknya flora penutup tanah dan belum terganggunya airtanah
dangkal sebagai sumber mata air.
2.2.3 Vegetasi
Vegetasiutamayangmenyusunbukitbarisan,terdiridarihutan hujan dataran rendah
dan hutan hujan tengah.
HutanHujanDataranRendah
Hutanhujandataranrendahterdiri dari:
FormasiHutanPantai(LittoralForest)
DisampingsemenanjungselatanTamanNasionalBukitBarisan,dipantaibaratya
ngterendahpadaketinggian0–2meterdaripermukaanlaut.Jenis-
13
jenisvegetasinyaantara
lainTerminalia,Ahesbiskussp,Barbaringtonia,Calophylum,Casuarinas.,Pand
anussp.,danFicussp..
FormasiDataranRendah(LowlandPlanis)
Tipe
formasiiniterletakdisepenanjungselatan(pertengahanjalankeutara)TamanNa
sional BukitBarisan Selatanyangmemilikiketinggian0–
500meterdaripermukaanlaut.
FormasiHutan HujanBawah.
TipehutaniniterletakdisebelahDanauRanaubagianbaratdanselatandanberada
pada ketinggian500–1.000meterdaripermukaanlaut.Jenis-
jenispohonyangadaadalahdari
familyDipterocarpaceae,Myrtaceae,danAnnonaceaeantaralainUqeniaoferc
ulutadan Naucleapurpurescens.Jenis-
jenistumbuhanbawahdansemakantaralainNeolitcea
cassinefolia,Psychotriarhinocerotis,Areceasp.danGlobbapandela.
TipehutaniniterletakdidaerahSekincauditengahpegunungansebelahutarapad
a ketinggian1.000–1.500meterdaripermukaanlaut. Jenis-jenis tumbuhan
dari famili Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Fagaceae antara
lain Qercussp., selain itu terdapat juga padang rumput(grazingarea)
didaerah Danau Mengukut, jenis vegetasi yang terdapat adalah gajah
(Penesetumpurpureum).
14
di sepanjang pantai, sehingga beresiko tinggi terhadap bencana tsunami yang
bersumber dari pusat-pusat gempa di perairan baratnya.
Punggung sebelah barat Lampung adalah bagian dari Bukit Barisan yang
merupakan geantiklinal dengan sinklinal yang terdapat di sebelah timurnya.
Punggung pegunungan dari Zaman Kapur (Cretaceous) ini mengalami deformasi
pada Zaman Tersier yaitu terjadinya gejala-gejala patahan (gaya vertikal)
sehingga terjadi fenomena geologi seperti patahan Semangka yang panjang
menyusuri Way Semangka dan Teluk Semangka, gunung api yang berbentuk oval
(Tanggamus, Rindingan, Rebang dan lain-lain di sekitarnya). Depresi tektonik
seperti lembah-lembah Suoh, Gedong Surian dan Way Lima yang ditutupi oleh
sedimen-sedimen vulkanis.
15
Bahaya bencana banjir selain merupakan bahaya bencana yang disebabkan
oleh proses alamiah siklus air, juga banyak dipengaruhi oleh perbuatan manusia
dalam mengolah alam dan sumber dayanya yang menyebabkan keseimbangan
ekosistem dan alam menjadi tidak stabil. Salah satu penyebab terjadinya banjir
yang terjadi di wilayah Kabupaten Pesisir Barat adalah adanya perilaku merusak
(vandalism) yang dilakukan oleh manusia antara lain perusakan hutan, kawasan
penyangga dan daerah aliran sungai mengakibatkan siklus air yang secara alami
terjadi menjadi tidak seimbang antara run off dan serapan serta antara hulu dan
hilir yang mengakibatkan bencana banjir dan juga tanah longsor.
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Kabupaten Pesisir Barat merupakan
wilayah dengan potensi bencana yang cukup beragam antara lain gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, kekeringan dan lainnya.
Seluruh wilayah Kabupaten Pesisir Barat masuk dalam peta rawan bencana
nasional, disebabkan:Kondisi geografis wilayah di sebelah barat yang memanjang
dari utara ke selatan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sehingga
memiliki resiko bencana tsunami;Berada di atas lempeng Patahan Semangko
(cesar- semangko) di sebelah barat Pulau Sumatra yang beresiko terjadinya gempa
16
bumi tektonik;Di lewati 13 Daerah Aliran Sungai (DAS) antara lain DAS :
Malaya, Kemala/Laay, Tenumbang, Biha, Ngambur, Tembulih, Ngaras, Pintau,
Bambang, Pemerihan, Menanga Kiri, Pemerihan, dan Belimbing sehingga
beresiko tinggi terjadinya bencana banjir;Di wilayah Pesisir Barat sebelah utara
sering terjadi bencana tanah longsor karena karena topografi tanah banyak
terdapat tebing dan berada di lereng pegunungan Bukit Barisan Selatan. Selain itu
angin puting beliung, kekeringan dan angin barat yang cukup besar yang beberapa
kali terjadi.
17
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini akan dijelakan mengenai metodologi yang digunakan dalam
penelitian meliputi alat dan bahan, penyiapan data, metode penentuan bahaya
tsunami baik dari metode penetuan maupun parameter bahaya tsunami.
1. Data aspek sosial antara lain luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadaatan
penduduk.
2. Dataaspek ekonomi antara lain data PDRB.
3. Menghitung bobot kerentanan ekonomi.
4. Data aspek lingkungan diantaranya luas lahan lindung, huan alam, hutan bakau,
semak belukar dan rawa.
5. Menghitung Bobot kerentanan lingkungan.
6. Mengklasifikasikan tingkat kerentanan.
7. Dan lain-lain.
18
data yang berbentuk angka-angka dengan menggunakan skor (Numerik). Adapun
dalam penetapan resiko bencana menggunakan rumus
19
a) Keterampilan / Pengetahuan
b) Mental (Sikap ketidaktahuan, kurang percaya diri, tidak menyadari,
dll)
c) Pengalaman (experience)
20
R = bahaya x Kerentanan
Ket : R = Resiko
3.5 Diagram Alir Analisis Risiko menggunakan GIS
DATA
Kerentanan sosial
Bahaya Tsunami Kerentanan Kerentanan Fisik
Kerentanan ekonomi
Kerentanan lingkungan
overlay
Risiko
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memenuhi data yang diperlukan,
kasusnya disini adalah data bahaya tsunami. setelah data tersebut diperoleh maka
barulah dapat dibuat peta bahaya tsunami dan peta kerentanan. kerentanan
bencana tsunami terdiri dari 4 jenis yaitu kerentanan sosial, kerentanan fisik,
kerentanan ekonomi dan kerentanan lingkungan. Setelah diperoleh kedua peta
tersebut maka selanjutnya adalah melakukan overlay untuk memperoleh peta
resiko.
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang hasil dari analisis dari bahaya tsunami,
kerentanan tsunami, risiko bencana tsunami serta manajemen bencana di
Kabupaten Pesisir Barat.
22
kerentanan ekonomi, dan kerentanan lingkungan. Dari hasil analisis yang telah
dilakukan maka diperoleh hasil kerentanan tsunami diantaranya:
23
4.2.2 Kerentanan Sosial
24
4.2.3 Kerentanan Lingkungan
25
4.2.4 Kerenatanan Fisik
Dari Peta dapat dilihat bahwa dari kerentanan fisik diperoleh tingkat kerentanan
fisik yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat kerentanan fisik yang tinggi berada
di sekitar pesisir bagian bawah yang berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia. Dimana kerentanan fisik bias dilihat dari lahan terbangun dari daerah
tersebut dalam hal ini kami menggambil data dari jumlah sarana dan prasarana
berupa sekolah dan lain-lain.
26
4.3 Risiko Tsunami
Peta Risiko diperoleh dari pengkalian bahaya dan total kerentanan yang
sebelumnya telah dianalisis addapun dari analisis telah diperoleh bahwa didapat
tiga klasifikasi resiko tsunami di Kabupaten Pesisir Barat. Adapun tiga klasifikasi
yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk persebarannya sendiri Resiko Ringgi
berada di bagian barat atas kabupaten pesisir barat sedangkan untuk resiko sedang
berada di daerah yang berada di pinggir pantai yang langsung berbatasan dengan
Samudera Hindia. Hal ini dapat terjadi karena didalam penentuan risiko bencana
tidak hanya memperhatikan satu aspek saja.
Adanya bencana tsunami sendiri memberikan dampak negatif dan juga dampak
positif bagi manusia dan lingkungan disekitarnya, seperti:
27
penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan
konstruksi yang lebih baik
28
menghadapi ancaman bencana. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat. Mitigasi bencana merupakan bagian dari kegiatan pra bencana
yang merupakan upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan dari suatu bencana untuk itu dalam pelaksanaan mitigasi bencana
harus dilakukan secara terencana dan komperhensif.
Terdapat empat upaya pendekatan dalam melakukan upaya mitigasi bencana
yaitu pendekatan teknis, manusia, administratif, dan kultural. Adapun upaya
mitigasi bencana tsunami yang dapat dilakukan berdasarkan empat pendekatan
tersebut adalah:
1. Pendekatan Teknis
Pendekatan secara teknis dalam mitigasi bencana tsunami mengarah dalam
pembuatan sistem, rancangan, teknis pengamanan, atau membuat material
yang dapat memberikan efek dalam mengurangi dampak terjadinya bencana
tsunam. Salah satu yang dapat dilakukan ialah pembangunan sistem
peringatan dini tsunami, seperti Tsunami Early Warning System.
Indonesia Tsunami Early Warning System yang disingkat InaTEWS
merupakan proyek nasional yang melibatkan berbagai institusi dalam negeri di
bawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK).
Gejala- gejala seperti gempa bumi yang berpusat di laut serta titik pusat
dimana terjadinya gempa akan terdeteksi oleh tsunami warning system. Badan
yang berwenang untuk mengelola data tersebut adalah BMKG yang berpusat
di Jakarta.
Terdapat dua komponen utama yang ada di dalam InaTEWS. Pertama adalah
komponen struktural (sensor-sensor pendeteksi tsunami). Contohnya adalah
seismometer, stasiun pasang surut dan tsunami buoy. Seismometer
dioprasikan oleh BMKG, sedangkan stasiun pasang surut digunakan untuk
mengukur keadaan muka air laut yang dipasang di pantai atau di pelabuhan.
Tsunami buoy adalah sebuah alat yang dipasang di laut dalam. Di Indonesia
sekarang menggunakan 4 jenis buoy yang sedang beroperasi di perairan
Indonesia, yaitu Buoy Tsunami Indonesia, Deep Ocean Assessment and
Reporting Tsunamis (DART) Amerika, German-Indonesian Tsunami Warning
System (GITWS) dan Buoy Wavestan. Pada buoy ini terdapat OBU (Ocean
Bottom Unit) dimana nantinya alat inilah yang mendeteksi adanya gelombang
yang berpotensi sebagai tsunami yang lewat di atasnya. Komponen yang
kedua adalah komponen kultural (BMKG, 2010).
Kekurangan dari tsunami warning system ini adalah manusia tidak dapat
terlindungi dari tsunami yang terjadi secara mendadak. Dengan kata lain,
sistem peringatan dini tsunami belum pernah menyelamatkan seorang pun dari
29
bencana tsunami yang secara tiba-tiba. sistem peringatan dini tsunami ini
dapat bekerja efektif jika jarak pusat gempa sangat jauh. Sehingga masyarakat
dan pihak berwenang dapat mengevakuasi sehingga dapat meminimalisasi
kerusakan yang akan terjadi setelah bencana itu terjadi.
Selain pemasangan alat pendeteksi tsunami selanjutnya diperlukan juga
berupa pendekatan teknis lainnya dalam hal ini pembangunan rumah atau
gedung yang tahan terhadap bahaya tsunami sebagai salah satu perencanaan
guna menghadapi bencana tsunami, selain tiu juga bisa dengan pembangunan
atau pembuatan batu-batu pemecah ombak sehingga jika terjadi tsunami air
yang masuk kepermukaan sdh terpecah sehingga tidak dalam kapasitas air
yang besar namun telah terpecah sehingga mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh bencana tsunami. Selain itu penanaman mangrove dan
danaman lainnya di sepanjang garis pantai dapat meredam gaya air tsunami
dan juga dapat sebagai bentuk mitigasi bencana tsunami. Pembangunan dan
pemeliharaan tempat-tempat evakuasi yang aman disekitar daerah
permukiman. Dimana tempat evakuasi ini harus cukup tinggi dan mudah
diakses untuk menghindari ketinggian tsunami.
2. Pendekatan Manusia
Pendekata ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui dan sadar mengenai
bencana tsunami, sehingga dalam penerapan pendekatan ini perilaku dan cara
hidup manusia dapat diperbaiki. Dalam hal ini dilakukan dengan memeberikan
pendidikan kepada masyarakat tentang karkteristik dan pengenalan bahaya
tsunami dalam hal ini bisa melalui peran lembaga dan juga pemeritah. Selain
pengenalan bahaya perlu juga dilakukan bagaimana memahami cara
penyelamaan diri jika tiba-tiba terlihat tanda tsunami. Selain itu masyarakat
perlu juga dikenalkan dengan peta rawan bencana, peta resiko bencana guna
menambah wawasan masyarakat menegenai bencana tsunami.
3. Pedekatan Administratif
Pendekatan administratif dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun organisasi
secara administrative dalam melakukan manajemen bencana, hal yang dapat
dilakukan berupa penyusunan paying hokum yang efektif dalam mewujudkan
upaya-upaya mitigasi bencana, pengembangan peraturan dan perencanaan dan
pelaksanaan bangunan tahan bencana, serta penegakan hokum terkait mitigasi
bencan. Meyeleggarakan simulasi terhadap bencana tsunami sebagai bentuk
upaya mitigasi bencana dalam pendekatan administratif. Selain itu
penigkatana peran dan kerjasama antara stakeholder dalam pembangunan
perlu ditingkatkan guna mencapai efisiensi dan efektivias dalam
penanggulangan bencana khususnya bencana tsunami.
4. Pendekatan Kultural
Memberikan pemahaman kepaa masyarakat bahwa teradinya bencana bukan
takdir yang hanya diterima begitu saja dengan apa adanya, diaman anggapan
30
masyarakat ini tidak benar dimana masyarakat bisa melakukan pencegahan
dan penaggulangan yang dapat dilakukan. Dalam hal inimasyarakata diberi
pemahaman lebih yang sesuai dengan kultur masyarakat sekitar, dengan
melakukan mitigasi yang mampu meningkatkan niali ekonomi kawasan,
meningkatkan keamanan dan kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan
perekonomian sebagaimana disampaikan oleh Keendagri pada tahun 2006.
Dalam hal ini akan mnumbuhkan semangat masyarakat untuk melakukan
upaya mitigasi bencana dan kegiatan ekonomi masyarakat juga dapat
meningkat.
4.4.2 Kesiap-siagaan(Preparedness)
Kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana dalam hal ini adalah persiapan
rencana untuk bertindak ketika terjadi atau akan terjadi bencana. Perencanaan
terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan dalam keadaan darurat bisa dilihat dari
sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan mayarakat jika terjadi bencana.
Perencanaan bisa mengurangi dampak buruk dari ancaman.
4.4.3 Tanggap Darurat (Emergency Response)
Upaya tanggap darurat dilakukan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan
tanggap darurat untuk emringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search
and rescue (SAR) dan juga bisa dalam bentuk pemberian bantuan darurat dan
pengungsian.
4.4.4 Pasca Bencana
Upaya yang dilakukan pasca bencana terjadi yaitumencakup kegiatah pemulihan,
rehabilitasi, dan rekonstruksi. Pemulihan (Recovery) adalah suatu proses yang
dilalaui agar kebutuhan pokok kembali terpenuhi.
31
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisis yang telah dialkukan diperoleh kesimpulan bahwa untuk penentuan
risiko diperlukan data berupa kerentanan baik itu fisik, lingkungan, ekonomi dan
sosial yang selanjutnya dikalikan dengan bahaya sehingga diperoleh resiko . Dari
resiko yang telah analisis diperoleh tiga klasifikasi kerentanan yaitu rendah,
sedang, dan tinggi, untuk hasilnya sendiri mayoritas atau didominansi oleh tingkat
kerentanan sedang. Hal ini dikarenakan data yang digunakan untuk menganalisis
risiko bencana tsunami tidak hanya menggunakan satu indikator saja.
5.2 Saran
Mengingat tingkat resiko bencana tsunami yang dilihat secara umum tingkat
risiko sedang maka perlu dilakukan penangan berupa mitigasi bencana sehingga
jika terjadi bencana dampak yang ditimbulkan dapat di kurangi. Selain itu peran
pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan dalam mengurangi tingkat
resiko terhadap bencana tsunami. Pemerintah juga harus mengupdate data yang
ada sehingga dapat dilakukan penelitian yang lebih detai .
35
LAMPIRAN
Kerentanan Sosial
2 Pesisir Selatan 24375 289 109 15,91 0 35,47 16,70713468 Sedang SEDANG (11 - 25)
3 Lemong 10602 166 117 15,91 0 35,47 17,47101621 Sedang RENDAH (0 - 10)
Satuan
Kerentanan Ekonomi
No Kecamatan/ Harga lahan produktif (Rp) Total PDRB sektor Kerentanan Ekonomi Tingkat
pertanian
Kelurahan Total (Rp) Keselurahan
1 Pesisir Selatan Rp 6.182.500.000.000,00 Rp 6.182.500.000.000,00 Rp Tinggi
6.182.500.000.000,00
2 Bengkunat Rp 2.026.250.000.000,00 Rp 2.026.250.000.000,00 Rp Tinggi
2.026.250.000.000,00
3 Bengkunat Belimbing Rp 1.990.000.000.000,00 Rp 1.990.000.000.000,00 Rp Tinggi
1.990.000.000.000,00
4 Ngambur Rp 3.688.750.000.000,00 Rp 3.688.750.000.000,00 Rp Tinggi
3.688.750.000.000,00
5 Pesisir Tengah Rp 625.000.000.000,00 Rp 625.000.000.000,00 Rp 625.000.000.000,00 Tinggi
6 Karya Penggawa Rp 1.568.750.000.000,00 Rp 1.568.750.000.000,00 Rp Tinggi
1.568.750.000.000,00
7 Way Kruii Rp 845.000.000.000,00 Rp 845.000.000.000,00 Rp 845.000.000.000,00 Tinggi
8 Krui Selatan Rp 1.053.750.000.000,00 Rp 1.053.750.000.000,00 Rp Tinggi
1.053.750.000.000,00
9 Pesisir Utara Rp 1.262.500.000.000,00 Rp 1.262.500.000.000,00 Rp Tinggi
1.262.500.000.000,00
10 Lemong Rp 1.300.000.000.000,00 Rp 1.300.000.000.000,00 Rp Tinggi
1.300.000.000.000,00
11 Pulau Pisang Rp Rp Rp Rendah
- - -
(0,4 x lahan produktif) + (0,6 x total PDRB)
36
Kerentanan Lingkungan
37
N Kecamatan Jumlah Tot Tingkat
o al Kerenta
T SD SMP SM Masj Mush Pur RumahS Puskesmas/ Posyan Poskesd PraktekDo Polikli
nan
K Neg Neg U id ola a akit PuskesmasPem du es/ kter nik
eri eri bantu Polinde
s
1. Lemong 1 17 6 1 33 6 0 - 3 - - - - 78 sedang
2
2. Pesisir 7 12 2 1 29 6 0 - - - - - - 57 rendah
Utara
3. PulauPisan 1 2 1 0 6 4 0 - 1 - - - - 15 rendah
g
4. KaryaPengg 4 12 1 1 22 16 0 - 4 - - 1 - 61 sedang
awa
6. Pesisir 5 13 3 3 18 16 0 - - - - - - 58 rendah
Tengah
9. Ngambur 7 11 5 1 32 8 9 - 6 - - 1 - 80 sedang
1 Ngaras 3 6 4 1 19 6 0 - 1 - 3 - - 43 rendah
0.
1 Bangkunat 8 15 5 1 73 36 4 - 7 - 3 - - 152 tinggi
1.
38
DAFTAR PUSTAKA
https://beritagar.id/artikel/berita/indeks-risiko-bencana-di-34-ibu-kota-provinsi-se-
indonesiadiakses pada 3 Desember 2018, pukul 11.23 WIB
https://www.academia.edu/5406695/BAB_III_METODE_PENELITIAN_Tabel_1
_Daftar_Jenis_Data_Dasardiakses pada 3 Desember 2018, pukul 9.11 WIB
https://www.academia.edu/21204180/Proposal_PKM-
P_2015_TINGKAT_KESIAPSIAGAAN_DAN_IMPLEMENTASI_MITIGASI_
BENCANA_BAGI_PELAJAR_DI_LERENG_GUNUNG_MERAPI_diakses
pada 4 Desember 2018, pukul 16.12 WIB
https://www.scribd.com/document/363725142/Gadar-Manajemen-Bencana-
Tsunami diakses pada 4 Desember 2018, pukul 16.40 WIB
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/abbf7e649748d49cbf426b1
db1b8bc01.pdf
39