Anda di halaman 1dari 37

Tugas Besar Aspek Kebencanaan Dalam Perencanaan Pl4103

Analisis Manajemen Risiko Bencana Tsunami Di Kabupaten Pesisir Barat

Dosen Pengampu:
Asirin, S.T., M.T.
Adnin Musabri Asbi, S.Hu., M.Sc
Diyanti Isnani Siregar, S.Hut., M.Sc

Kelompok 3:
Meishara Purnama Sari 22115059
Syafira Ken Chandra A. 22115005
Handoko Ardiwinata 22115053
Gomgom Perwira Solagratia S. 22115067
Ghufran Aditia Ramadhan T. 22115029

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Institut Teknologi Sumatera
2018

1
DAFTAR ISI
Table of Contents
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1 Landasan Teori.......................................................................................................... 6
2.1.1 Bencana .............................................................................................................. 6
2.1.2 Tsunami.............................................................................................................. 6
2.2.1 Kondisi Topografi ............................................................................................ 10
2.2.2 Hidrologi .......................................................................................................... 13
2.2.3 Vegetasi............................................................................................................ 13
2.2 Kajian potensi bencana dan Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat .......................... 14
BAB III METODOLOGI .................................................................................................. 18
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................................ 18
3.2 Penyiapan Data ....................................................................................................... 18
3.3 Metode Penentuan Kerentanan terhadap Tsunami .................................................. 19
3.3.1 Metode Kerentanan terhadap Tsunami ............................................................ 19
3.3.2 Parameter Kerentanaan terhadap Tsunami....................................................... 19
3.4 Metode Penentuan Risiko ................................................................................. 20
3.5 Diagram Alir Analisis Risiko menggunakan GIS ................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 22
4.1 Bahaya Tsunami...................................................................................................... 22
4.2 Kerentanan Tsunami ............................................................................................... 22
4.3 Risiko Tsunami ....................................................................................................... 27
4.4 Manajemen Bencana (Pra, Saat, dan Pasca terjadinya bencana) ............................ 28
BAB V KESIMPULAN dan SARAN .............................................................................. 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 35
5.2 Saran ....................................................................................................................... 35
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Bahaya Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat ............................... 22


Gambar 2 Peta Kerentanan Ekonomi .................................................................... 23
Gambar 3 Peta Kerentanan Sosial Kabupaten Pesisir Barat ................................. 24
Gambar 4 Peta Kerentanan Lingkungan Kabupaten Pesisir Barat........................ 25

iii
`BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tsunami merupakan salah satu kejadian alam yang dipengaruhi karena adanya
aktifitas yang terjadi di dasar laut. Aktifitas yang terjadi didasar laut maupun
didaratan bisa berupa gempa laut, letusan gunung berapi, pergerakan lempeng,
meteor jatuh di laut, maupun longsor di dasar laut. Tsunami meupakan salah satu
bencana alam yang menimbulkan kerusakan yang cukup besar hingga korban jiwa
pada daerah atau tempat yang dilaluinya. Tsunami telah terjadi diberbagai benua
seperti Asia, Afrika, Australia, Eropa dan Amerika. Kerusakan yang cukup parah
jika terjadi tsunami berada disekitar pesisir pantai.

Wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif
yaitu lempeng Indo-Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia dibagian utara
dan lempeng Pasiik dibagian timur. Pergerakan antar lempeng menimbulkan jalur
gempa, rangkaian gunurng merapi aktif dan patahan. Kondisi ini menjadikan
Indonesia menjadi daerah rawan bencana. Bencana seperti gunung berapi, tsunami
dan letusan gung berapi dapat terjadi kapanpun. Salah satu pulau yang dilewati
oleh lempeng dunia yaitu Pulau Sumatera. Pula Sumatera yang terdiri dari sepuluh
Provinsi. Yang terdiri dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera
Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi
Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dan Provinsi Lampung. Sumatera yang dilalui lempeng dan juga
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki berbagai potensi bencana
sebagaimana dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan
Badan Geospasial di Sumatera terdapat lima Provinsi yang memiliki resiko
bencana yang cukup tinggi diantaranya Provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung. Dari kelima Provinsi
tersebut diaman resiko bencana tertinggi dipulau Sumatera berada di Provinsi
Sumatera Barat dengan resiko bencana tinggi berupa banjir, tsunami, gempa bumi,
dan longsor yang memiliki garis pantai dan yang kedua yaitu Provinsi Lampung
dengan resiko bencana tinggi yaitu banjir, tsunami, dan gempa bumi yang
memiliki garis pantai.

1
Provinsi Lampung yang memiliki garis pantai dan berbatasan langsung
dengan samudera hindia tak luput dari resiko bencana tsunami. Provinsi yang
menjadi gerbang utama dari Pulau Jawa menuju Sumetera memiliki ancaman
bencana yang cukup banyak. Bencana alam yang terdapat dibeberapa wilayah
Provinsi Lampung diantaranya bencana banjir, gempa bumi, tsunami, angin
putting beliung ,dan lainnya. Bencana tsunami yang mengancam Provinsi
Lampung terdapta dibeberapa Kabupaten seperti Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupatn Tanggamus, Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pesisir Barat.
Kabupaten Pesisir Barat yang berbatasan Langsung dengan Samudera Hindia dan
juga dilalui patahan semangka menjadikan kabupaten ini memilki resiko bencana
tsunami yang cukup tinggi. Walaupun berdasarkan data yang terekam belum ada
kejadian tsunami yang terjadi di kabupaten ini namun potensi tsunami cukup
besar karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Belum adanya
penelitian terkait potensi bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat maka perlu
dilakukan penelitian terkait kerentanan Kabupaten Pesisir Barat terhadap bencana
tsunami.

1.2 Rumusan Masalah


Kabupaten Pesisir Barat yang terletak dipesisir pantai menjadikan kerawanan
bencana tsunami yang cukup tinggi maka dari itu diperlukan rumusan masalah
pada penelitian ini. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana tingkat kerawanan bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat?


2. Bagaimana tingkat risiko bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat?
3. Bagaimana manajemen bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat?

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka diperlukan tjuan
penelitian, adapun tujuan peneltian ini untuk mengetahui resiko bencana tsunami
di Kabupaten Pesisir Barat sehingga dapat direncakan manajemen bencana yang
berguna dimasa yang akan datang.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian tingkat kerawanan bencana yaitu sebagai berikut:

2
1. Menambah wawasan dan pengentahuan mengenai darah rawan bencana
tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi dan rekomendasi
dalam pengelolaan dan pengembangan wilayah dala hal mitigasi Bencana
Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi identifikasi, pemetaan kawasan
rawan bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun Sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan, bab ini menjelaskan bahwa penulis menguraikan


tentang latar belakang pengambilan masalah, rumusan masalah, tujuan yang ingin
dicapai, manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Teori

Pada bagian tinjauan pustaka menjelaskan mengenai teori terkait penelitian yang
digunakan sebagai substansi penelitian serta penelitinyag relevan.

BAB III Metodelogi

Pada bab ini akan menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam
penelitian serta alat, bahan, penyiapan data dan diagram alir analisis resiko
menggunakan GIS.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan menjelaskan tentang hasil dari analisis dari bahaya tsunami,
kerentanan tsunami, risiko bencana tsunami serta manajemen bencana di
Kabupaten Pesisir Barat.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang
telah dilakukan.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas mengenai landasan teori yang berisi mengenai teori-
teori tekait dengan pnelitian, dan gambaran umum dari lokasi penelitian yang
dijadikan wilayah studi.

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Bencana
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam yang tidak dapat dihindari diantaranya berupa
peristiwa gempa bumi, gunung meletus, angin topan, banjir, kekeringan, dan tanah
longsor yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2.1.2 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan Nami = gelombang.
Jadi Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Secara singkat Tsunami dapat
dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan
oleh oleh suatu gangguan impulsive yang terjadi pada medium laut, seperti gempa
bumi, erupsi vulkanik atau longsoran (Ramli, 2010). Gangguan impulsive tsunami
biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu: gempa didasar laut, letusan gunung
api di dasar laut, dan longsoran yang terjadi di dasar laut. Gelombang tsunami yang
ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu gelombangnya bersifat sesar.
Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat
kontinyu, seperti gelombang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa.
Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami mempunyai
panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat
gelombang tsunami di laut dalam mencapai 500-1000 km/jam. Apabila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat
merusak daerah pantai yang dilaluinya. Gelombang tsunami yang pernah terjadi di
Indonesia mencapai 36 meter yang terjadi saat letusan gunung api krakatau (Tika,
2012).
Tsunami dapat terjadi setiap saat, pada pagi, siang, sore maupun malam hari. Oleh
karena itu perlu kesiapsiagaan bagi seluruh warga yang bertempat tinggal pada
daerah yang berisiko terhadap tsunami seperti kawasan pesisir pantai. Sehingga
mereka harus mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah
tsunami agar risiko bencana alam tsunami dapat diminimalisir. Dengan
ditetapkannya Undang - undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, maka penanggulangan bencana diharapkan akan semakin efektif dalam
meminimalisir dampak dari bencana tersebut. Penanggulangan bencana dapat
dilakukan secara terarah mulai pra-bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.

6
2.2 Kondisi Umum Lokasi Kajian
KabupatenPesisirBaratdenganibukotaKruiadalahsalahsatudarilimabelas
kabupaten/kotadiwilayahProvinsiLampung.KabupateninidibentukberdasarkanUndan
g-UndangNo.22Tahun2012(LembaranNegaraNomor231,TambahanLembaranNegara
Nomor5364)tentangPembentukanDaerahOtonomiBaru(DOB)KabupatenPesisirBarat
Provinsi Lampung tertanggal 16 November
2012dandiundangkanpadatanggal17November2012,denganbatas:

a. SebelahUtaraberbatasandengan Desa Ujung Rembun,DesaPancurMas,Desa


SukabanjarKecamatanLumbokSeminung,DesaKubuPrahuKecamatanBalikB
ukit,DesaKutabesi,DesaSukabumiKecamatanBatuBrak,DesaSukamarga,Des
a Ringinsari,DesaSumberAgung,DesaTuguratu,DesaBandingAgung
Kecamatan Suoh, Desa Hantatai,DesaTembelang,Desa GunungRatu
Kecamatan
BandarNegeriSuohKabupatenLampungBarat,DesaGunungDohKecamatanB
andarNegeriSemuong,DesaNgarit,DesaRejosari,DesaPetekayu,DesaSirnaga
lihKecamatanUluBelu,DesaDatarLebuayKecamatanNaninganKabupaten
Tanggamus,DesaWayBeluah,danDesaMelayaKecamatanBandingAgungKa
bupatenOganKomeringUluSelatanProvinsiSumateraSelatan;

b. SebelahTimurberbatasandenganDesaTampang
TuaKecamatanPematangSawa,DesaSedayu,DesaSidomulyoKecamatanSem
akaKabupatenTanggamus;

c. SebelahSelatanberbatasandenganSamuderaHindia;dan

d. SebelahBaratberbatasandenganDesaTebingRambutanKecamatanNasalKabu
paten KaurProvinsiBengkulu.

WilayahKabupatenPesisirBaratmemilikiluas±2.907,23
km2atau8,39%dariLuasWilayah
ProvinsiLampung,denganmatapencaharianpokoksebagianbesarpenduduknyasebagaip
etanidannelayan.
WilayahKabupatenPesisirBaratsecaraadministrativeterdiridari11kecamatandengan11

7
6desa(diPesisirBaratdisebutPekon)dan2Kelurahan,denganjumlahpenduduksebesar
±136.370jiwa.

Tabel 1Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat

No Kecamatan Luas (km2) Presentase

1 Pesisir Selatan 409,17 14,17

2 Bengkunat 215,03 7,45

3 Bengkunat belimbing 943,70 32,69

4 Ngambur 327,17 11,33

5 Pesisir Tengah 120,64 4,18

6 Karya Penggawa 211,11 7,31

7 Way Krui 40,92 1,42

8 Krui Selatan 36,25 1,26

9 Pesisir Utara 84,27 2,92

10 Lemong 454,97 15,76

11 Pulau Pisang 64,00 1,51

Jumlah 2.907,23 100,00

Sumber: Pesisir Barat dalam Angka, 2013

8
Gambar 2. 1. Peta Administrasi Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Peta Administrasi Kabupaten – BPS, 2010

9
2.2.1 Kondisi Topografi
 Daerah dataran rendah(ketinggian 0–600 meter dari permukaan laut)

 Daerah berbukit(ketinggian 600 sampai 100 meter dari permukaan laut)

 Daerah pegunungan(daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter


dari permukaan laut)

KeadaanwilayahsepanjangPantaiPesisirBaratumumnyadatarsampaiberombakde
ngankemiringanberkisar3%sampai5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat
terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung
Sebayan(1.744m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak
(1.744 m).

Klimatologi

Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai


pegunungan Bukit Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2(dua) zone iklim, yaitu:

1. Zone
A(Jumlahbulanbasah>9Bulan)terdapatdibagianbaratTamanBukitBarisan
SelatanTermasukKruidanBintuhan.
2. ZoneBL(Jumlahbulanbasah7–9bulan)terdapatdibagiantimurTamanNasional
BukitBarisanSelatan.

BerdasarkancurahhujandariLembagaMeteorologidanGeofisika,curahhujanPesisi
rBaratberkisarantara2.500–3.000milimetersetahun.

Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

BerdasarkanpetageologiProvinsiLampungskala1:250.000
yangdisusunolehS.Gafoer,TC
Amin,AndiMangga(1989),PesisirBaratterdiridaribatuanvulkantua(OldQuarternary
Young),FormasiSimpangAur,FormasiRanau,FormasiBal,BatuanIntrusif.

MengingatgeologiwilayahPesisirBaratcukupkompleksmenyebabkankeanekarag
aman endapanmineral/bahangaliansebagaipotensialamyangsangatbermanfaatbagi
pembangunan.SebaranbahangaliangolonganA(strategis)yangdiperkirakanadayaitu
batubaradanradioaktif,tetapimasihperludilakukanpenyelidikandanpenelitianlebih

10
lanjut. Bahan galiangolongan Byang ada yaitu Emas,Perak, Timbal, Tembaga,
Seng,Belerang,PasirBesi,Mangan,dansebagainyamasihperlupenyelidikansecaramend
etail. Bahan galian golonganCmeliputi Batu apung,Tufa, Perlit,Tras, Batuan Beku,
BatuGamping,Marmer,Pasir,Krakas,Diatoxmi,Kaolin,TanahLiat,dansebagainya.Pen
gusahaan bahan galian ini masih diusahakan kecil-kecilan. Daerah Pesisir Barat
cukup kaya akan berbagai sumberdaya energi seperti gas bumi/panas bumi, tenaga
air (airterjun, air deras dan gelombang laut, tenaga angin, dan sebagainya).

11
Gambar 2. 2. Peta Geologi Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Peta Administrasi Kabupaten – BPS, 2010)

12
2.2.2 Hidrologi
Wilayah Pesisir Barat dibagian barat mempunyai sungai-sungai yang
mengalir pendek dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini
ditandai dengan jarangnya banjir sebab pada saat musim hujan datang bersamaan
air tidak terkonsentrasi dan timinglag-nya menjadi lambat. Delta marine ditandai
dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air
besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai-sungai yang berukuran
pendek dan mengalir dilereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk irigasi,
kecuali yang sudah mengalir didaerah delta pantai, umumnya mudah
dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut laut. Pada bagian
timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchmentarea)
sungai-sungai besar yang mengalir kearah timur antara lain: Way Besai, Way
Seputih dan sebagainya. Proses erosi yang sudah lanjut, besarnya material yang
terangkut (sedimentload) menyebabkan makin cepatnya daerah ini mengalami
kemiskinan unsur hara tanah.

Dengan berkurangnya flora penutup tanah dan sifat drainase tanah yang baik
(terdiri dari lempung pesiran bergeluh) praktis daya simpan air daerah ini sangat
kecil, ini menyebabkan fluktuasi aliran permukaan (runoff) makin besar, sungai-
sungai yang mengalir kesebelah timur menjadi terganggu kestabilannya.
Umumnya sungai-sungai yang mengalir kesebelah barat masih stabil karena
didukung oleh banyaknya flora penutup tanah dan belum terganggunya airtanah
dangkal sebagai sumber mata air.

2.2.3 Vegetasi
Vegetasiutamayangmenyusunbukitbarisan,terdiridarihutan hujan dataran rendah
dan hutan hujan tengah.

 HutanHujanDataranRendah

Hutanhujandataranrendahterdiri dari:

FormasiHutanPantai(LittoralForest)

DisampingsemenanjungselatanTamanNasionalBukitBarisan,dipantaibaratya
ngterendahpadaketinggian0–2meterdaripermukaanlaut.Jenis-

13
jenisvegetasinyaantara
lainTerminalia,Ahesbiskussp,Barbaringtonia,Calophylum,Casuarinas.,Pand
anussp.,danFicussp..

FormasiDataranRendah(LowlandPlanis)

Tipe
formasiiniterletakdisepenanjungselatan(pertengahanjalankeutara)TamanNa
sional BukitBarisan Selatanyangmemilikiketinggian0–
500meterdaripermukaanlaut.

FormasiHutan HujanBawah.

TipehutaniniterletakdisebelahDanauRanaubagianbaratdanselatandanberada
pada ketinggian500–1.000meterdaripermukaanlaut.Jenis-
jenispohonyangadaadalahdari
familyDipterocarpaceae,Myrtaceae,danAnnonaceaeantaralainUqeniaoferc
ulutadan Naucleapurpurescens.Jenis-
jenistumbuhanbawahdansemakantaralainNeolitcea
cassinefolia,Psychotriarhinocerotis,Areceasp.danGlobbapandela.

 Hutan Hujan Tengah (Lower Montain Rain Forest)

TipehutaniniterletakdidaerahSekincauditengahpegunungansebelahutarapad
a ketinggian1.000–1.500meterdaripermukaanlaut. Jenis-jenis tumbuhan
dari famili Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Fagaceae antara
lain Qercussp., selain itu terdapat juga padang rumput(grazingarea)
didaerah Danau Mengukut, jenis vegetasi yang terdapat adalah gajah
(Penesetumpurpureum).

2.2 Kajian potensi bencana dan Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat


Pantai barat Lampung termasuk kawasan yang mempunyai potensi tinggi
terhadap bencana, baik gempa maupun tsunami. Pusat gempa tidak hanya berasal
dari zona tumbukan lempeng yang berada di perairan barat Lampung, tetapi juga
berasal dari daratan yaitu sepanjang Zona Patahan Sumatera (Semangka) yang
memanjang dari Kota Liwa sampai Kota Agung yang menerus ke Selat Sunda.
Kawasan pantai barat Lampung banyak terbentuk morfologi yang landai terutama

14
di sepanjang pantai, sehingga beresiko tinggi terhadap bencana tsunami yang
bersumber dari pusat-pusat gempa di perairan baratnya.

Punggung sebelah barat Lampung adalah bagian dari Bukit Barisan yang
merupakan geantiklinal dengan sinklinal yang terdapat di sebelah timurnya.
Punggung pegunungan dari Zaman Kapur (Cretaceous) ini mengalami deformasi
pada Zaman Tersier yaitu terjadinya gejala-gejala patahan (gaya vertikal)
sehingga terjadi fenomena geologi seperti patahan Semangka yang panjang
menyusuri Way Semangka dan Teluk Semangka, gunung api yang berbentuk oval
(Tanggamus, Rindingan, Rebang dan lain-lain di sekitarnya). Depresi tektonik
seperti lembah-lembah Suoh, Gedong Surian dan Way Lima yang ditutupi oleh
sedimen-sedimen vulkanis.

Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi


Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, potensi terjadi tanah longsor dan
banjir bandang terdapat di seluruh wilayah Lampung dengan intensitas menengah
dan tinggi. Potensi bencana yang mungkin terjadi baik di wilayah Kabupaten
Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat, yaitu antara lain pergerakan tanah di
Kecamatan Balik Bukit (menengah–tinggi), Batu Brak (menengah), Bengkunat
(menengah), Bengkunat Belimbing (menengah), Belalau (menengah–tinggi),
Gedung Surian (menengah), Karya Penggawa (menengah), Lemong (menengah),
Ngambur (menengah), Sekincau (menengah), Sukau (menengah), Suoh
(menengah), Way Tenong (menengah). Kemudian di Kecamatan Sumberjaya
(menengah–tinggi), Belalau (menengah–tinggi), Pesisir Selatan (menengah–
tinggi), Pesisir Tengah (menengah–tinggi), Pesisir Utara (menengah).

Kabupaten Pesisir Barat memiliki daerah pegunungan dan perbukitan yang


diikuti lembah-lembah disekitarnya dengan memiliki kemiringan lahan lebih dan
kawasan yang memiliki jenis tanah redzina dan litosol. Pada kawasan yang
memiliki kriteria tersebut seharusnya penggunaan lahan sedapat mungkin berupa
hutan lindung atau hutan rakyat. Namun, pada realitanya kawasan-kawasan lereng
yang rentan terjadi longsor seringkali dipergunakan oleh masyarakat untuk
mendirikan bangunan baik tempat tinggal maupun tempat usaha sehingga kondisi
ini menyebabkan adanya ancaman bagi masyarakat jika terjadi bencana.

15
Bahaya bencana banjir selain merupakan bahaya bencana yang disebabkan
oleh proses alamiah siklus air, juga banyak dipengaruhi oleh perbuatan manusia
dalam mengolah alam dan sumber dayanya yang menyebabkan keseimbangan
ekosistem dan alam menjadi tidak stabil. Salah satu penyebab terjadinya banjir
yang terjadi di wilayah Kabupaten Pesisir Barat adalah adanya perilaku merusak
(vandalism) yang dilakukan oleh manusia antara lain perusakan hutan, kawasan
penyangga dan daerah aliran sungai mengakibatkan siklus air yang secara alami
terjadi menjadi tidak seimbang antara run off dan serapan serta antara hulu dan
hilir yang mengakibatkan bencana banjir dan juga tanah longsor.

Titik-titik rawan kejadian banjir di wilayah Kabupaten Pesisir Barat sangat


erat kaitannya dengan keberadaan sungai – sungai utama yang ada yaitu Sungai
Way Tenumbang, Sungai Way Basoh, dan sungai-sungai lainnya yang ada di
wilayah Kabupaten Pesisir Barat dimana sungai-sungai tersebut sebagian besar
merupakan hulu dari sungai-sungai yang ada di Provinsi Lampung. Saat ini
penggunaan lahan di kawasan rawan banjir di Kabupaten Pesisir Barat adalah
sebagai kawasan permukiman maupun lahan pertanian.

Di wilayah Kabupaten Pesisir Barat juga sering terjadi bencana kebakaran


yang melanda bangunan milik warga. Kondisi ini tentu saja menjadi tantangan
yang harus dihadapi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Pesisir Barat melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemadam Kebakaran
mengingat sarana prasarana untuk penanggulangan bencana yang dimiliki masih
kurang maksimal. Namun demikian, kondisi ini tidak menjadikan kendala bagi
BPBD dalam mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Dilihat dari potensi bencana yang ada, Kabupaten Pesisir Barat merupakan
wilayah dengan potensi bencana yang cukup beragam antara lain gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, kekeringan dan lainnya.
Seluruh wilayah Kabupaten Pesisir Barat masuk dalam peta rawan bencana
nasional, disebabkan:Kondisi geografis wilayah di sebelah barat yang memanjang
dari utara ke selatan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sehingga
memiliki resiko bencana tsunami;Berada di atas lempeng Patahan Semangko
(cesar- semangko) di sebelah barat Pulau Sumatra yang beresiko terjadinya gempa

16
bumi tektonik;Di lewati 13 Daerah Aliran Sungai (DAS) antara lain DAS :
Malaya, Kemala/Laay, Tenumbang, Biha, Ngambur, Tembulih, Ngaras, Pintau,
Bambang, Pemerihan, Menanga Kiri, Pemerihan, dan Belimbing sehingga
beresiko tinggi terjadinya bencana banjir;Di wilayah Pesisir Barat sebelah utara
sering terjadi bencana tanah longsor karena karena topografi tanah banyak
terdapat tebing dan berada di lereng pegunungan Bukit Barisan Selatan. Selain itu
angin puting beliung, kekeringan dan angin barat yang cukup besar yang beberapa
kali terjadi.

17
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini akan dijelakan mengenai metodologi yang digunakan dalam
penelitian meliputi alat dan bahan, penyiapan data, metode penentuan bahaya
tsunami baik dari metode penetuan maupun parameter bahaya tsunami.

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain alat yang
digunakan untuk mengolah data menjadi peta menggunaka Program software Arc
GIS 10.3, MS.Office serta Laptop dan Printer. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Peta Jenis Tanah Kabupaten Pesisir Barat, Peta Jenis
Batuan Kabupaten Pesisir Barat, Peta Kerentanan Kabupaten Pesisir Barat, Peta
Curah Hujan Kabupaten Pesisir Barat, Peta Penutuapan Lahan Kabupaten Pesisr
Barat, dan Peta RTRW Kabupaten Pesisir Barat.

3.2 Penyiapan Data


Untuk memeperoleh peta resiko bencana diperlukan peta kerentanan baik
kerentanan fisik, lingkngan, social dan ekonomi. Petta tersebut dibuat degan
memasukkan data data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Pesisir Barat
diantaranya:

1. Data aspek sosial antara lain luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadaatan
penduduk.
2. Dataaspek ekonomi antara lain data PDRB.
3. Menghitung bobot kerentanan ekonomi.
4. Data aspek lingkungan diantaranya luas lahan lindung, huan alam, hutan bakau,
semak belukar dan rawa.
5. Menghitung Bobot kerentanan lingkungan.
6. Mengklasifikasikan tingkat kerentanan.
7. Dan lain-lain.

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitati dan kuantitatif. Metode


kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk non numerik atau
data-data yang tidak berupa angka-angka dengan menggunakan analisa overlay
dari peta yang telah didigitasi. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisa

18
data yang berbentuk angka-angka dengan menggunakan skor (Numerik). Adapun
dalam penetapan resiko bencana menggunakan rumus

3.3 Metode Penentuan Kerentanan terhadap Tsunami


3.3.1 Metode Kerentanan terhadap Tsunami
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk non numerik atau
data-data yang tidak berupa angka-angka dengan menggunakan analisa overlay
dari peta yang telah didigitasi. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisa
data yang berbentuk angka-angka dengan menggunakan skor (Numerik).
Kemudian dari analisis yang telah diperoleh dapat didukung dengan metode
deskriptif untuk menjelaskan dari data dan interpretasi dari peta yang ada.
3.3.2 Parameter Kerentanaan terhadap Tsunami
Adapun parameter kerentanan yang digunakan untuk kerentanan tsunami adalah
sebagai berikut:

3.3.2.1 Kerentanan sosial


Kerentanan sosial kependudukan menggambarkan perkiraan tingkat kerentanan
terhadap keselamatan/kesehatan penduduk, bila terjadi bahaya tsunami. Berikut
merupakan indicator yang menjadi kerentanan sosial apabila terjadi tsunami:
A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Semakin padat penduduk di suatu kawasan, maka akan semakin rentan
akan bahaya tsunami, karena besaran “obyek” atau jiwa yang terpapar
akan semakin besar.
B. Penduduk Rentan
Merupakan kelompok usia penduduk yang rentan terhadap bahaya
tsunami. Kelompok usia ini dianggap memiliki kemampuan yang relatif
rendah untuk menyelamatkan diri dari bencana alam.
a) Persentase penduduk usia lanjut dan balita
Kelompok penduduk usia (>65 tahun) dan anak usia balita (<5
tahun)
b) Masyarakat berkebutuhan khusus
Rasio penduduk cacat
c) Rasio Jenis Kelamin
Persentase jumlah penduduk perempuan
d) Rasio Penduduk Miskin
C. Kepekaan Sosial
Kondisi tingkat kerapuhan dalam menghadapi bahaya. Pada kondisi sosial
yang rentan makan jika terjadi bencana dapat dipastikan akan
menimbulkan dampak kerugian yang besar

19
a) Keterampilan / Pengetahuan
b) Mental (Sikap ketidaktahuan, kurang percaya diri, tidak menyadari,
dll)
c) Pengalaman (experience)

3.3.2.2 Kerentanan fisik


Kerentanan fisik/ infrastruktur menggambarkan perkiraan tingkat kerusakan
terhadap fisik atau infrastruktur bila ada suatu faktor bahaya (hazard) tertentu.
Kerentanan fisik ini berkaitan dengan keberadaan bangunan dan infrastruktur baik
fasos maupun fasum
A. Fasilitas
a) Tk f) Rumah sakit
b) SD g) Posyandu
c) SMP h) Poskesdes
d) SMU i) Klinik dokter
e) Masjid/mushala/pura j) Poliklinik

3.3.2.3 Kerentanan Ekonomi


Kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam menghadapi bencana yangakan
mempengaruhi besarnya dampak negatif dari bencana tsunami terhadap kegiatan
/aktivitas ekonomi dan pendapatan penduduk di suatu wilayah.
A. PDRB sektor pertanian
B. Penggunaan Lahan
a) Lahan pertanian

3.3.2.4 Kerentanan Lingkungan


Mengetahui kerentanan lingkungan untuk menghadapi tsunami di wilayah
terdampak.
A. Hutan lindung
B. Hutan produksi

3.4 Metode Penentuan Risiko


Berdasarkan International Strategy for Disaster Reduction (ISDR) Resiko
diperoleh dari pengkalian bahaya dengan kerentanan. Pengkajian/analisis
risiko (risk assessment/analysis) adalah suatu metodologi untuk menentukan
sifat dan cakupan risiko dengan melakukan analisis terhadap potensi bahaya
dan mengevaluasi kondisi-kondisi kerentanan yang ada dan dapat
menimbulkan suatu ancaman atau kerugian bagi penduduk, harta benda,
penghidupan, dan lingkungan tempat tinggal (ISDR, 2004 dalam MPBI,
2007).
Dengan perhitungan sebagai berikut :

20
R = bahaya x Kerentanan
Ket : R = Resiko
3.5 Diagram Alir Analisis Risiko menggunakan GIS

DATA

 Kerentanan sosial
Bahaya Tsunami Kerentanan  Kerentanan Fisik
 Kerentanan ekonomi
 Kerentanan lingkungan

overlay

Risiko

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memenuhi data yang diperlukan,
kasusnya disini adalah data bahaya tsunami. setelah data tersebut diperoleh maka
barulah dapat dibuat peta bahaya tsunami dan peta kerentanan. kerentanan
bencana tsunami terdiri dari 4 jenis yaitu kerentanan sosial, kerentanan fisik,
kerentanan ekonomi dan kerentanan lingkungan. Setelah diperoleh kedua peta
tersebut maka selanjutnya adalah melakukan overlay untuk memperoleh peta
resiko.

21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang hasil dari analisis dari bahaya tsunami,
kerentanan tsunami, risiko bencana tsunami serta manajemen bencana di
Kabupaten Pesisir Barat.

4.1 Bahaya Tsunami


Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 1 Peta Bahaya Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat


Sumber: Peneliti, 2018
Peta bahaya tsunami di Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada peta diatas
bahwa rawan tsunami berada di sekitar pesisir pantai yang berbatasan langsung
dengan Samudera Hindia.
4.2 Kerentanan Tsunami
Kerentanan adalah suatu kondisi atau kecenderungan yang berlaku untuk
individu, kelompok individu atau masyarakat, yang menyebabkan masyarakat
tersebut tidak mampu menghadapi bencana. Konndisi tersebut memengaruhi
kapasitas mereka untuk mengantisipasi, mengatasi, menolak, dan memulihkan
dari dampak bahaya (UU No 24 tahun2007).

Kerentanan juga terdapat didalam bencana, begitupun bencana tsunami .


kerentanan pada bencana tsunami ini dapat dilihat mulai dari kerentanan sosial,

22
kerentanan ekonomi, dan kerentanan lingkungan. Dari hasil analisis yang telah
dilakukan maka diperoleh hasil kerentanan tsunami diantaranya:

4.2.1 Kerentanan Ekonomi

Gambar 2 Peta Kerentanan Ekonomi


Sumber: Peneliti, 2018
Pada gambar diatas dijelaskan peta kerentanan ekonomi bencana Tsunami.
Pada peta tersebut dapat dilihat ada dua warna yang terdapat dalam peta, yaitu
warna hijau dan warna merah. Warna hijau menandakan bahwa kerentanan
ekonomi yang ada mempunyai tingkatan yang rendah, sedangkan warna merah
merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi. Dari peta
tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas kerentanan dari adanya bencana
tsunami di Kabupaten Pesisir barat adalah kerentanan tinggi.

23
4.2.2 Kerentanan Sosial

Gambar 3 Peta Kerentanan Sosial Kabupaten Pesisir Barat


Sumber: Peneliti, 2018
Pada gambar diatas dijelaskan peta kerentanan sosial bencana tsunami
Kabupaten pesisir barat. Pada peta tersebut dapat dilihat ada tiga warna yang
terdapat dalam peta, yaitu warna kuning, hijau dan warna merah. Warna kuning
menandakan bahwa kerentanan sosial yang ada mempunyai tingkatan yang
rendah, Warna hijau menandakan bahwa kerentanan sosial yang ada mempunyai
tingkatan yang sedang, sedangkan warna merah merupakan daerah yang
mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi. Dari peta ini dapat disimpulkan
bahwa kerentanan sosial dari adanya bencana tsunami bagi kabupaten pesisir barat
adalah kerentanan sedang.

24
4.2.3 Kerentanan Lingkungan

Gambar 4 Peta Kerentanan Lingkungan Kabupaten Pesisir Barat


Sumber: Analisis Peneliti, 2018

Pada gambar diatas dijelaskan peta kerentanan lingkungan bencana


tsunami Kabupaten pesisir barat. Pada peta tersebut dapat dilihat warna kuning
yang menandakan kerentanan dalam keadaan rendah, warna hijau muda yang
menandakan kerentanan dalam keadaan sedang, dan warna hijau tua yang
menandakan kerentanan dalam keadaan tinggi. Dari peta tersebut dapat
disimpulkan bahwa kerentanan lingkungan yang timbul dari adanya bencana
tsunami bagi kabupaten pesisir barat adalah kerentanan tinggi di bagian tengah
wilayah, sementara kerentanan rendah di pinggir pantai.

25
4.2.4 Kerenatanan Fisik

Dari Peta dapat dilihat bahwa dari kerentanan fisik diperoleh tingkat kerentanan
fisik yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat kerentanan fisik yang tinggi berada
di sekitar pesisir bagian bawah yang berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia. Dimana kerentanan fisik bias dilihat dari lahan terbangun dari daerah
tersebut dalam hal ini kami menggambil data dari jumlah sarana dan prasarana
berupa sekolah dan lain-lain.

26
4.3 Risiko Tsunami

Peta Risiko diperoleh dari pengkalian bahaya dan total kerentanan yang
sebelumnya telah dianalisis addapun dari analisis telah diperoleh bahwa didapat
tiga klasifikasi resiko tsunami di Kabupaten Pesisir Barat. Adapun tiga klasifikasi
yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk persebarannya sendiri Resiko Ringgi
berada di bagian barat atas kabupaten pesisir barat sedangkan untuk resiko sedang
berada di daerah yang berada di pinggir pantai yang langsung berbatasan dengan
Samudera Hindia. Hal ini dapat terjadi karena didalam penentuan risiko bencana
tidak hanya memperhatikan satu aspek saja.

Adanya bencana tsunami sendiri memberikan dampak negatif dan juga dampak
positif bagi manusia dan lingkungan disekitarnya, seperti:

Dampak positif dari tsunami adalah:

 Menjalin kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban


bencana,menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling
membutuhkan satu sama lain
 Kita bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan
kita serta kelemahannya dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk

27
penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan
konstruksi yang lebih baik

Dampak negatif dari tsunami adalah:

 Merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan


mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
 Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk
mencari lagi tenaga ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaanya
 Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana
karena faktor dana yang besar
 Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana
yang kehilangan segalanya
 Melumpuhkan semua aktivitas masyarakat sekjitar sehingga kegiatan
ekonomi menjdi terhenti.

4.4 Manajemen Bencana (Pra, Saat, dan Pasca terjadinya bencana)


Manajemen bencana adalah suatu proses terencana yang dilakukan untuk
mengelola bencana dengan baik dan aman. Manajemen bencana terdiri dari tiga
thapan yaitu pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
4.4.1 Manajemen Pra Bencana
Dalam Penerapan manajemen Pra Bencana di Kabupaten Pesisr Barat Bisa
dilakukan melalui kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaaan, serta peringatan
dini.
 Pencegahan (Prevension)

Upaya untuk mengurangi kemungkinan timbulnya ancaman seperti pembuatan


bangunan pemecah ombak, penanaman mangrove di pinggir pantai, walaupun
tidak akan mengurangi 100 persen dari ancaman yang akan terjadi jika
bencana tsunami terjadi namun hal ini cukup akan membantu dalam upaya
pencegahan dalam menghadapi bencana.
 Mitigasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008


tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

28
menghadapi ancaman bencana. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat. Mitigasi bencana merupakan bagian dari kegiatan pra bencana
yang merupakan upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan dari suatu bencana untuk itu dalam pelaksanaan mitigasi bencana
harus dilakukan secara terencana dan komperhensif.
Terdapat empat upaya pendekatan dalam melakukan upaya mitigasi bencana
yaitu pendekatan teknis, manusia, administratif, dan kultural. Adapun upaya
mitigasi bencana tsunami yang dapat dilakukan berdasarkan empat pendekatan
tersebut adalah:
1. Pendekatan Teknis
Pendekatan secara teknis dalam mitigasi bencana tsunami mengarah dalam
pembuatan sistem, rancangan, teknis pengamanan, atau membuat material
yang dapat memberikan efek dalam mengurangi dampak terjadinya bencana
tsunam. Salah satu yang dapat dilakukan ialah pembangunan sistem
peringatan dini tsunami, seperti Tsunami Early Warning System.
Indonesia Tsunami Early Warning System yang disingkat InaTEWS
merupakan proyek nasional yang melibatkan berbagai institusi dalam negeri di
bawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK).
Gejala- gejala seperti gempa bumi yang berpusat di laut serta titik pusat
dimana terjadinya gempa akan terdeteksi oleh tsunami warning system. Badan
yang berwenang untuk mengelola data tersebut adalah BMKG yang berpusat
di Jakarta.
Terdapat dua komponen utama yang ada di dalam InaTEWS. Pertama adalah
komponen struktural (sensor-sensor pendeteksi tsunami). Contohnya adalah
seismometer, stasiun pasang surut dan tsunami buoy. Seismometer
dioprasikan oleh BMKG, sedangkan stasiun pasang surut digunakan untuk
mengukur keadaan muka air laut yang dipasang di pantai atau di pelabuhan.
Tsunami buoy adalah sebuah alat yang dipasang di laut dalam. Di Indonesia
sekarang menggunakan 4 jenis buoy yang sedang beroperasi di perairan
Indonesia, yaitu Buoy Tsunami Indonesia, Deep Ocean Assessment and
Reporting Tsunamis (DART) Amerika, German-Indonesian Tsunami Warning
System (GITWS) dan Buoy Wavestan. Pada buoy ini terdapat OBU (Ocean
Bottom Unit) dimana nantinya alat inilah yang mendeteksi adanya gelombang
yang berpotensi sebagai tsunami yang lewat di atasnya. Komponen yang
kedua adalah komponen kultural (BMKG, 2010).
Kekurangan dari tsunami warning system ini adalah manusia tidak dapat
terlindungi dari tsunami yang terjadi secara mendadak. Dengan kata lain,
sistem peringatan dini tsunami belum pernah menyelamatkan seorang pun dari

29
bencana tsunami yang secara tiba-tiba. sistem peringatan dini tsunami ini
dapat bekerja efektif jika jarak pusat gempa sangat jauh. Sehingga masyarakat
dan pihak berwenang dapat mengevakuasi sehingga dapat meminimalisasi
kerusakan yang akan terjadi setelah bencana itu terjadi.
Selain pemasangan alat pendeteksi tsunami selanjutnya diperlukan juga
berupa pendekatan teknis lainnya dalam hal ini pembangunan rumah atau
gedung yang tahan terhadap bahaya tsunami sebagai salah satu perencanaan
guna menghadapi bencana tsunami, selain tiu juga bisa dengan pembangunan
atau pembuatan batu-batu pemecah ombak sehingga jika terjadi tsunami air
yang masuk kepermukaan sdh terpecah sehingga tidak dalam kapasitas air
yang besar namun telah terpecah sehingga mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh bencana tsunami. Selain itu penanaman mangrove dan
danaman lainnya di sepanjang garis pantai dapat meredam gaya air tsunami
dan juga dapat sebagai bentuk mitigasi bencana tsunami. Pembangunan dan
pemeliharaan tempat-tempat evakuasi yang aman disekitar daerah
permukiman. Dimana tempat evakuasi ini harus cukup tinggi dan mudah
diakses untuk menghindari ketinggian tsunami.
2. Pendekatan Manusia
Pendekata ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui dan sadar mengenai
bencana tsunami, sehingga dalam penerapan pendekatan ini perilaku dan cara
hidup manusia dapat diperbaiki. Dalam hal ini dilakukan dengan memeberikan
pendidikan kepada masyarakat tentang karkteristik dan pengenalan bahaya
tsunami dalam hal ini bisa melalui peran lembaga dan juga pemeritah. Selain
pengenalan bahaya perlu juga dilakukan bagaimana memahami cara
penyelamaan diri jika tiba-tiba terlihat tanda tsunami. Selain itu masyarakat
perlu juga dikenalkan dengan peta rawan bencana, peta resiko bencana guna
menambah wawasan masyarakat menegenai bencana tsunami.
3. Pedekatan Administratif
Pendekatan administratif dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun organisasi
secara administrative dalam melakukan manajemen bencana, hal yang dapat
dilakukan berupa penyusunan paying hokum yang efektif dalam mewujudkan
upaya-upaya mitigasi bencana, pengembangan peraturan dan perencanaan dan
pelaksanaan bangunan tahan bencana, serta penegakan hokum terkait mitigasi
bencan. Meyeleggarakan simulasi terhadap bencana tsunami sebagai bentuk
upaya mitigasi bencana dalam pendekatan administratif. Selain itu
penigkatana peran dan kerjasama antara stakeholder dalam pembangunan
perlu ditingkatkan guna mencapai efisiensi dan efektivias dalam
penanggulangan bencana khususnya bencana tsunami.
4. Pendekatan Kultural
Memberikan pemahaman kepaa masyarakat bahwa teradinya bencana bukan
takdir yang hanya diterima begitu saja dengan apa adanya, diaman anggapan

30
masyarakat ini tidak benar dimana masyarakat bisa melakukan pencegahan
dan penaggulangan yang dapat dilakukan. Dalam hal inimasyarakata diberi
pemahaman lebih yang sesuai dengan kultur masyarakat sekitar, dengan
melakukan mitigasi yang mampu meningkatkan niali ekonomi kawasan,
meningkatkan keamanan dan kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan
perekonomian sebagaimana disampaikan oleh Keendagri pada tahun 2006.
Dalam hal ini akan mnumbuhkan semangat masyarakat untuk melakukan
upaya mitigasi bencana dan kegiatan ekonomi masyarakat juga dapat
meningkat.
4.4.2 Kesiap-siagaan(Preparedness)
Kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana dalam hal ini adalah persiapan
rencana untuk bertindak ketika terjadi atau akan terjadi bencana. Perencanaan
terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan dalam keadaan darurat bisa dilihat dari
sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan mayarakat jika terjadi bencana.
Perencanaan bisa mengurangi dampak buruk dari ancaman.
4.4.3 Tanggap Darurat (Emergency Response)
Upaya tanggap darurat dilakukan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan
tanggap darurat untuk emringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search
and rescue (SAR) dan juga bisa dalam bentuk pemberian bantuan darurat dan
pengungsian.
4.4.4 Pasca Bencana
Upaya yang dilakukan pasca bencana terjadi yaitumencakup kegiatah pemulihan,
rehabilitasi, dan rekonstruksi. Pemulihan (Recovery) adalah suatu proses yang
dilalaui agar kebutuhan pokok kembali terpenuhi.

31
BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari analisis yang telah dialkukan diperoleh kesimpulan bahwa untuk penentuan
risiko diperlukan data berupa kerentanan baik itu fisik, lingkungan, ekonomi dan
sosial yang selanjutnya dikalikan dengan bahaya sehingga diperoleh resiko . Dari
resiko yang telah analisis diperoleh tiga klasifikasi kerentanan yaitu rendah,
sedang, dan tinggi, untuk hasilnya sendiri mayoritas atau didominansi oleh tingkat
kerentanan sedang. Hal ini dikarenakan data yang digunakan untuk menganalisis
risiko bencana tsunami tidak hanya menggunakan satu indikator saja.

5.2 Saran
Mengingat tingkat resiko bencana tsunami yang dilihat secara umum tingkat
risiko sedang maka perlu dilakukan penangan berupa mitigasi bencana sehingga
jika terjadi bencana dampak yang ditimbulkan dapat di kurangi. Selain itu peran
pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan dalam mengurangi tingkat
resiko terhadap bencana tsunami. Pemerintah juga harus mengupdate data yang
ada sehingga dapat dilakukan penelitian yang lebih detai .

35
LAMPIRAN
Kerentanan Sosial

N Kecamatan/Ke Jumlah Kepadatan Rasio Rasio Rasio Rasio INTERVAL


o lurahan Penduduk Penduduk Jenis Kemiskina Orang Kelompok KLASIFIKASI
Kelamin n Cacat Umur
1 Pesisir Tengah 19354 43 107 15,91 0 35,47 16,38302027 Sedang TINGGI (26 - 40)

2 Pesisir Selatan 24375 289 109 15,91 0 35,47 16,70713468 Sedang SEDANG (11 - 25)

3 Lemong 10602 166 117 15,91 0 35,47 17,47101621 Sedang RENDAH (0 - 10)

4 Pesisir Utara 8244 39 111 15,91 0 35,47 16,77665969 Sedang

5 Karya 15410 377 109 15,91 0 35,47 16,7244512 Sedang


Penggawa
6 Pulau Pisang 1612 13 118 15,91 0 35,47 17,4050915 Sedang

7 Way Krui 9256 255 109 15,91 0 35,47 16,69898103 Sedang

8 Krui Selatan 9993 24 109 15,91 0 35,47 16,54503169 Sedang

9 Ngambur 20218 62 109 15,91 0 35,47 16,60685875 Sedang

1 Bengkunat 8494 40 110 15,91 0 35,47 16,678309 Sedang


0
1 Bengkunat 27939 30 113 15,91 0 35,47 16,95956819 Sedang
1 Belimbing
Total

Satuan

Kerentanan Ekonomi

No Kecamatan/ Harga lahan produktif (Rp) Total PDRB sektor Kerentanan Ekonomi Tingkat
pertanian
Kelurahan Total (Rp) Keselurahan
1 Pesisir Selatan Rp 6.182.500.000.000,00 Rp 6.182.500.000.000,00 Rp Tinggi
6.182.500.000.000,00
2 Bengkunat Rp 2.026.250.000.000,00 Rp 2.026.250.000.000,00 Rp Tinggi
2.026.250.000.000,00
3 Bengkunat Belimbing Rp 1.990.000.000.000,00 Rp 1.990.000.000.000,00 Rp Tinggi
1.990.000.000.000,00
4 Ngambur Rp 3.688.750.000.000,00 Rp 3.688.750.000.000,00 Rp Tinggi
3.688.750.000.000,00
5 Pesisir Tengah Rp 625.000.000.000,00 Rp 625.000.000.000,00 Rp 625.000.000.000,00 Tinggi
6 Karya Penggawa Rp 1.568.750.000.000,00 Rp 1.568.750.000.000,00 Rp Tinggi
1.568.750.000.000,00
7 Way Kruii Rp 845.000.000.000,00 Rp 845.000.000.000,00 Rp 845.000.000.000,00 Tinggi
8 Krui Selatan Rp 1.053.750.000.000,00 Rp 1.053.750.000.000,00 Rp Tinggi
1.053.750.000.000,00
9 Pesisir Utara Rp 1.262.500.000.000,00 Rp 1.262.500.000.000,00 Rp Tinggi
1.262.500.000.000,00
10 Lemong Rp 1.300.000.000.000,00 Rp 1.300.000.000.000,00 Rp Tinggi
1.300.000.000.000,00
11 Pulau Pisang Rp Rp Rp Rendah
- - -
(0,4 x lahan produktif) + (0,6 x total PDRB)

36
Kerentanan Lingkungan

No Kecamatan Jenis Luas(Ha) Bobot Keterangan


1 Pesisir Selatan Hutan Bakau 4468,236 1 Rendah
2 Pesisir Selatan Hutan Lindung 2304,682 3 Tinggi
3 Pesisir Selatan Hutan Produksi 943,7148 3 Tinggi
4 Pesisir Tengah Hutan Bakau 2600,33 1 Rendah
5 Way Krui Hutan Bakau 1323 1 Rendah
6 Krui Selatan Hutan Bakau 504,231 1 Rendah
7 Ngambur Hutan Bakau 5674,324 1 Rendah
8 Ngambur Hutan Lindung 875,235 3 Tinggi
9 Ngaras Hutan Bakau 3456,887 1 Rendah
10 Bangkunat Hutan Bakau 3876,665 1 Rendah
11 Bangkunat Hutan Produksi 656,828 3 Tinggi

37
N Kecamatan Jumlah Tot Tingkat
o al Kerenta
T SD SMP SM Masj Mush Pur RumahS Puskesmas/ Posyan Poskesd PraktekDo Polikli
nan
K Neg Neg U id ola a akit PuskesmasPem du es/ kter nik
eri eri bantu Polinde
s
1. Lemong 1 17 6 1 33 6 0 - 3 - - - - 78 sedang
2
2. Pesisir 7 12 2 1 29 6 0 - - - - - - 57 rendah
Utara

3. PulauPisan 1 2 1 0 6 4 0 - 1 - - - - 15 rendah
g

4. KaryaPengg 4 12 1 1 22 16 0 - 4 - - 1 - 61 sedang
awa

5. Way Krui 3 5 1 0 14 5 0 - 1 - - 1 - 30 rendah

6. Pesisir 5 13 3 3 18 16 0 - - - - - - 58 rendah
Tengah

7. Krui Selatan 3 8 2 1 11 4 0 - 2 - - - - 31 rendah

8. Pesisir 1 17 5 1 43 17 4 - 3 - 2 - 1 105 tinggi


Selatan 2

9. Ngambur 7 11 5 1 32 8 9 - 6 - - 1 - 80 sedang

1 Ngaras 3 6 4 1 19 6 0 - 1 - 3 - - 43 rendah
0.
1 Bangkunat 8 15 5 1 73 36 4 - 7 - 3 - - 152 tinggi
1.

38
DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/5270/2/1MTF01907.pdf diakses pada 1 Desember 2018,


pukul 14.30 WIB

http://eprints.polsri.ac.id/2146/2/BAB%20I.pdfdiakses pada 1 Desember 2018,


pukul 15.10 WIB

http://repository.ump.ac.id/2846/2/BAB%20I.pdfv diakses pada 1 Desember


2018, pukul 15.15 WIB

http://repository.unand.ac.id/21612/3/bab%201.pdf diakses pada 3 Desember


2018, pukul 10.30 WIB

https://beritagar.id/artikel/berita/indeks-risiko-bencana-di-34-ibu-kota-provinsi-se-
indonesiadiakses pada 3 Desember 2018, pukul 11.23 WIB

https://www.academia.edu/5406695/BAB_III_METODE_PENELITIAN_Tabel_1
_Daftar_Jenis_Data_Dasardiakses pada 3 Desember 2018, pukul 9.11 WIB

https://www.academia.edu/21204180/Proposal_PKM-
P_2015_TINGKAT_KESIAPSIAGAAN_DAN_IMPLEMENTASI_MITIGASI_
BENCANA_BAGI_PELAJAR_DI_LERENG_GUNUNG_MERAPI_diakses
pada 4 Desember 2018, pukul 16.12 WIB

http://eprints.ums.ac.id/49655/4/BAB%20I.pdfdiakses pada 4 Desember 2018,


pukul 16.30 WIB

https://www.scribd.com/document/363725142/Gadar-Manajemen-Bencana-
Tsunami diakses pada 4 Desember 2018, pukul 16.40 WIB

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/abbf7e649748d49cbf426b1
db1b8bc01.pdf

39

Anda mungkin juga menyukai