Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan dengan pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi dan
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses
pengakhiran (abortus) maka disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET). Sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopi (90-95%) dengan 70-80% di ampula. Sangat jarang terjadi di
ovarium, cavum abdominal, canalis servikalis, dan intraligamenter. Menurut World Health Organization
(2007), kehamilan ektopik adalah Penyebab hampir 5% kematian di negara maju.
Di indonesia kejadian sekitar 5 – 6 perseribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan
ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat
sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh diluar
rongga rahim.

1
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 DEFENISI

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik
berada disaluran telur (tuba fallopii).

3. 2 ETIOLOGI

Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah
dimengerti sesuai dengan proses kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi
diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan
demikian, faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke
endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik. Faktor – faktor yang disebutkan adalah
berikut :
A. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau
buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang berkelok-kelok
panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik.
B. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar maka zigot akan
tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran
tuba.
C. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar
D. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteon dapat mengakibatkan
pergerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik.

2
E. Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses peradangan dapat
timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
ektopik.
3.3 PATOFISIOLOGI

Kehamilan ektopik terjadi > 95% terjadi di tuba, dimana pars ampularis 55% , pars
ismika 25%, pars fimbrae 17% dan pars interstitialis 2%. Kehamilan ektopik lain <5% antara lain
terjadi di serviks uterus, ovarium atau abdominalis.

Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk
proses nidasi, maka embrio akan dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami
beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu
media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah. Maka pertumbuhan dapat mengalami
beberapa perubahan dalam bentuk berikut.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi


Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh
apa-apa, hanya haidnya saja yang terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus tubaria
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari koriales pada dinding
tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi
sebagian atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian
didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung
pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba
pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales kea rah peritoneum
biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars
amoullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi
dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit

3
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai berubah menjadi mola kruenta.
Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan masuk rongga abdomen dan terkumpul secara khas
di kavum Douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup,
tuba fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping. Dan selanjutnya
darah mengalir kerongga perut melalui ostium tuba. Darah ini akan terkumpul di kavum douglas
dan akan membentuk hematokel retrouterina.

3 Ruptur dinding tuba


Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus danbiasanya pada kehamilan
muda. Sebaliknya ruptur pada parsinterstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor
utamayang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalamlapisan muskularis tuba
terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadisecara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus
dan pemeriksaan vaginal.
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,tetapi bila robekan tuba
kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsidikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada
tuanya kehamilandan kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat
diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi olehkantong amnion dan dengan
plasenta masih utuh kemungkinan tumbuhterus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan
ektpik lanjut ataukehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makananbagi
janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya kejaringan sekitarnya misalnya ke
sebagian uterus, ligamentum latum,dasar panggul dan usus

4
Gambar 3.1 Ruptur Tuba

3.4 GAMBARAN KLINIK


Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, penderita maupun
dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya
abortus tuba atau ruptur tuba. Pada umumnya penderita menunjukan gejala-gejala kehamilan
muda, dan mungkin merasa sedikit nyeri diperut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek walaupun mungkin tidak sebesar tuanya
kehamilan.
Gejala dan tanda kehamilan tuba tergangu sangat berbeda-bedadari perdarahan banyak
yang tiba-tiba dalam rongga perut sampaiterdapatnya gejala yang tidak jelas. Gejala dan tanda
bergantung padalamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya
kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umumpenderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama padakehamilan ektopik terganggu (KET). Pada ruptur
tuba, nyeri perutbagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapatmenurun dan nadi
meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapatmenimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat,
basah dan dingin. Rasanyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah masuk
kedalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah ataukeseluruh perut bawah dan bila
membentuk hematokel retrouterinamenyebabkan defekasi nyeri.

5
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua padakehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin danberasal dari kavum uteri karena pelepasan
desidua. Perdarahan dariuterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi
perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguanpembentukan Hcg (human
chorionic gonadotropin).
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik walaupun
penderita sering menyebutkan tidak jelasnya amenorea, karena tanda dan gejala kehamilan
ektopik terganggu bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada saluran tuba
yang kemudian disusul dengan ruptur tuba karena tidak bisa menampung pertumbuhan mudigah
selanjutnya. Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin. Sebagian penderita tidak
mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

3.5 DIAGNOSIS

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikan
besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur tuba sebelum
keadaan menjadi jelas. Alat diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi
atau kuldoskopi.
1. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subjektif
kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus dapat dinyatakan. Perdarahan
pervaginam terjadi setelah nyeri perut bawah.

2. Pemeriksaan fisik
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal, usaha
menggerakan servik uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri goyang (+) atau
slingger pijn. Demikian pula kavum douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena
terisi oleh darah. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor disamping uterus
dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba
sebagai tumor dikavum daouglasi. Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah
dapat menurun dan nadi meningkat bahkan bisa menimbulkan syok.

6
3. Pemeriksaan laboratorium
biasanya menggunakan beta-human chorionic gonadotropin (β-
hCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan untuk membantu menentukan potensi pasien
mengalami kehamilan ektopik. β-hCG diproduksi oleh trofoblas dan dapat dideteksi dalam
serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid berikutnya. Jika serum β-hCG negative,
kemunkinan besar tidak terjadi kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan
pasien dengan tes serum β-hCG negative dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal
kenaikan kadar β-hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai
puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai nilai
puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG. Pemeriksaan
tunggal tes β-hCG kuantitatif ini berguna untuk mendiagnosis kehamilan, namun tidak dapat
membedakan antara kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine. Pemeriksaan
laboratorium umum lainnya adalah pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar
hemoglobin yang dapat rendah bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar
leukosit untuk membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan
ektopik ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi
hingga dapat lebih dari 20.000.

4. Pemeriksaan Penunjang

Kuldosintesis suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum douglas ada
darah. Caraini sangat berguna untukmembuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik
kuldosentesisyaitu :

- Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.


- Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengantenakulum, kemudian dilakukan
traksi ke depan sehingga forniksposterior ditampakkan
- Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dandengan semprit 10 ml dilakukan
pengisapan
- Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa
diperhatikan

7
Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku ; darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk
Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau yang berupa bekuan kecil-
kecil darah ini menunjukan adanya hematokel retrouterina.

Ultrasonografi Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanyakehamilan ektopik


adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Carayang terbaik untuk mengkonfirmasi satu
kehamilan intrauteri adalahdengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas
daridiagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini
mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknyaidentifikasi kehamilan ektopik
dengan ultrasonografi lebih sulit (kurangsensitif) dan kurang spesifik.

Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhiruntuk kehamilan


ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yanglain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagiandalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus,
ovarium,tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadiindikasi untuk dilakukan
laparotomi.

3.6 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu ialah infeksi pelvis, abortus iminens,kista
folikel, korpus luteum yang pecah, kista ovarium dengan putaran tangkai, sertaapendisitis.
Penyakit-penyakit ini dapat memberikan gambaran klinis yang hampir samadengan KET.
Perbedaan dari masing-masing penyakit tersebut adalah sebagaiberikut:

1. Infeksi pelvis
Gejala yang menyertai infeksi pelvis biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah
amenore. Gejala tersebut berupa nyeri perut bawah dan tahanan yang dapat diraba pada
pemeriksaan vagina, yang pada umumnya bilateral. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
perbedaan suhu rektal dan aksila melebihi 0,5 0C, sedangkan pada pemeriksaan

8
laboratorium didapatkan leukositosis yang lebih tinggi daripada KET serta tes kehamilan
negatif.

2. Abortus iminens atau insipiens


Pada abortus iminens maupun insipiens, perdarahan umumnya lebih banyak dan lebih
merah sesudah amenore. Rasa nyeri yang muncul berlokasi di daerah median.Sedangkan pada
pemeriksaan fisik tidak dapat diraba tahanan di samping atau dibelakang uterus serta gerakan
servik uteri tidak menimbulkan nyeri.

3. Ruptur korpus luteum


Terjadi pada pertengahan siklus haid dan biasanya tanpa disertai perdarahan
pervaginam, serta tes kehamilan (-).

4. Torsi kista ovarium dan apendisitis


Umumnya tidak ada gejala dan tanda kehamilan muda, amenore dan perdarahanpervaginam.
Torsi kista ovarii biasanya lebih besar dan lebih bulat daripada kehamilan ektopik. Pada
apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan serviks kurang nyata, serta lokasi
nyeri perutnya di titik McBurney

3.7 PENATALAKSANAAN
Penangan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan pertimbangan yaitu: kondisi penderita saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi keahmilan ektopik, kondisi anatomik
organ pelvis. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukansalpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahankonservatif yaitu hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba.Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan
syok, lebih baikdilakukan salpingektomi.

 Terapi Bedah
Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan tindakan
bedah.Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif ( biasanya salpingotomi

9
)dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau laparatomi. Laparatomi
merupakanteknik yang lebih dipilih bila pasien secara hemodinamik tidak stabil, operator yang
tidakterlatih dengan laparaskopi, fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi
kurang,atau ada hambatan teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus, pasien-
pasien inimembutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa
kasus sajasalpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang hemodinamiknya
stabildan dikerjakan salpingotomi dapat dilakukan dengan teknik laparaskopi.
Salpingotomilaparaskopik diindikasikan pada pasien hamil ektopik yang belum rupture dan
besarnya tidaklebih dari 5 cm pada diameter transversa yang terlihat komplit melalui
laparaskopi.
Linier salpingektomi pada laparaskopi atau laparatomi dikerjakan pada pasien hamilektopik
yang belum rupture dengan menginsisi permukaan antimesenterik dari tuba dengankauter kecil,
gunting, atau laser. Kemudian diinjeksikan pitressin dilute untuk memperbaikihemostasis.
Gestasi ektopik dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yangberdarah di kauter.
Pengkauteran yang banyak didalaam lumen tuba dapat mengakibatkanterjadinya sumbatan, dan
untuk itu dihindari. Penyembuhan secara sekunder atau denganmenggunakan benang
menghasilkan hasil yang sama. Tindakan ini baik untuk pasien dengantempat implantasi di
ampulla tuba. Kehamilan ektopik ini mempunyai kemungkinan invasitrofoblastik kedalam
muskularis tuba yang lebih kecil dibandingkan dengan implantasi pada isthmus.
 Terapi Medikamentosa
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah dicoba ditangani
dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan, kriteria kasus yang
diobati dengan cara ini ialah:
1. kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
2. diameter kantong gestasi ≤4 cm
3. perdarahan dalam rongga perut ≤100 ml
4. tanda vital baik dan stabil

obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/Kg IV dan faktor sitrovorum 0,1 mg/Kg IM,
berselang-seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu kasus yang
dilakukan salpingektomi pada hari ke 12 karena gejala abdomen akut, sedangkan 5 kasus
berhasil diobati dengan baik.

10
3.8 PROGNOSIS
Kematian kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Hellman dan kawan-kawan (1971) melaporkan 1 kematian
diantara 826 kasus, dan wilson dan kawan-kawan (1971) 1 dianatara 591. Akan tetapi bila
pertolongan terlambat angka kematian tinggi.
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral, sebagian
perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0 % sampai 14,6 %. Untuk perempuan
dengan jumlah anak yang cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateral.

11
BAB IV

LAPORAN KASUS

4. 1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : WNI
Alamat : jl. P antasari RT 29 RW 20 Talang Banjar
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Rekam Medik : 057071
Tgl MRS : 05/03/2019

4.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama: Nyeri perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri seperti kram, tidak menjalar, nyeri terus menerus, pasien mengatakan pernah pingsan
pada waktu nyeri muncul, mual (+) muntah disangkal, demam disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.

Riwayat hipertensi, dibetes mellitus, asma, disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Didalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

Dari dalam keluarga riwayat hipertensi, asma, diabetes mellitus disangkal oleh pasien.

12
Riwayat Obstetri:

Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 13 tahun, Lama haid 7
hari. Pasien memiliki siklus haid tidak teratur. Pasien menikah usia 22 tahun.
HPHT: lupa
Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai berikut :
2018 ; abortus komplit

2019 ; abortus komplit

Riwayat KB : disangkal

4.3 STATUS GENERALIS


Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign :

 Tek. Darah : 110/70 mmHg


 N : 98 x/mnt
 RR : 24 x/mnt
 T : 36,8 °C

Kepala – Leher

 Kepala : bentuk simetris, deformitas (-)


 Mata :anemis -/-, ikterik -/-
 Hidung : tidak ada kelainan
 Telinga : tidak ada kelainan
 Leher : pembesaran KGB (-), massa (-)
Thorax-Cardiovascular

 Inspeksi : dinding simetris, gerak simetris, retraksi (-)

13
 Palpasi : fremitus vokalis (+/+)
 Perkusi : paru (sonor), jantung (sulit dievaluasi)
 Auskultasi :
 Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

 Inspeksi : distensi (-), luka bekas operasi (-), striae gravidarum (-)
 Auskultasi : bising usus (+) N
 Palpasi : nyeri tekan (+).
 Perkusi : timpani

Ekstremitas atas
deformitas (-), edema (-), pembesaran KGB(-), akral hangat

4.4 STATUS GYNECOLOGY

Abdomen :
 Inspeksi → bentuknya normal, tidak tampak adanya pembesaran, tidak ada tanda-
tanda peradangan, bekas operasi (-).
 Palpasi → defense muscular (-), nyeri tekan (+), nyeri lepas (+) TFU tidak teraba.

Pemeriksaan Dalam (VT) :


 Dinding vagina normal, massa (-)
 Porsio licin, nyeri goyang porsio (+).
 Penonjolan kavun douglas, nyeri perabaan (+).

4.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Laboratorium:

WBC : 9.160

RBC :3,92

14
Hb : 12.6

HCT : 37,8

PLT :238.000

Tes kehamilan : +

Tws HBSAG : -

Hasil USG :

4.6 DIAGNOSIS
G3p0A2 gravida 4-5 minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu

4.7 DIAGNOSIS BANDING


- Kehamilan Ektopik Terganggu
- Appendisitis Akut
- Infeksi Pelvis

4.8 RENCANA TINDAKAN


• pro cito laparatomi

4.9 FOLLOW UP

Jam S O A P
05/03/2019 Pasien KU :sedang Post Laparotomi - Observasi
mengeluhkan Kes: Salpingektomi H1 keadaan
masih nyeri composmentis umum dan
pada bekas TD : 110/70 vital sign
operasi N : 88/ menit - Inj.
RR: 24/menit Metronidazo
T:36oC l 3x500 mg
- Inj. As.
Tranexamat

15
2x500 mg
- Kaltrofen
supp 3x1
- Cek HB
06/03/2019 - nyeri pada KU :sedang Post Laparotomi - Observasi
bekas Kes: Salpingektomi H2 keadaan
operasi composmentis umum dan
berkurang TD : 110/70 vital sign
N : 80/ menit - Cefixime
RR: 20/menit 2x1
T:36oC - Kaltofren
2x1
- Emineton
1x1
07/03/2019 nyeri pada KU :sedang Post Laparotomi - Terapi
bekas operasi Kes: Salpingektomi H3 teruskan
sudah composmentis - Boleh pulang
berkurang TD : 100/70
N : 84/ menit
RR: 18/menit
T:36oC

16
BAB V

PAMBAHASAN

Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain
cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Kehamilan ektopik pada
dasarnya disebabkan oleh segala hal yang menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri

Pada kasus ini kehamilan terjadi di pars ampularis tuba kanan sehingga secara rasional
sesuai dengan etiologis umum seperti yang disebutkan diatas, namun secara lebih mendetail
faktor resiko yang melatar belakangi terjadinya hal tersebut belum jelas karena dari anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan tidak menunjukan tendensi ke faktor resiko
tertentu.
Dari gejala subjektif dan temuan objektif pada kasus ini di peroleh manifestasi klinis
berupa nyeri perut hebat bagian bawah, lemas, nyeri tekan seluruh lapang abdomen, nyeri
goyang porsio dan cavum douglas menonjol. Manifestasi klinis tersebut terjadi akibat komplikasi
dari pendarahan intraabdominal yang terjadi secara terus-menerus. Darah yang masuk ke dalam
rongga abdomen akan merangsang peritoneum, sehingga pada pasien akan ditemukan tanda-
tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas). Bila perdarahan berlangsung
secara gradual, dapat dijumpai tanda anemia pada pasien dan bila pendarahan yang terjadi
banyak maka akan timbul gejala gangguan hemodinamik yaitu syok hipovolemik akibat
kehilangan darah yang berlebihan. Selanjutnya akan timbul Hematosalping yang teraba sebagai
tumor di sebelah uterus dan adanya Hematokel Retrouterina sehingga kavum Douglas teraba
menonjol dan nyeri pada pergerakan (nyeri goyang porsio). Tapi pada pasien ini tidak ditemukan
penurunan HB.
Pada saat laparotomi di temukan asal kehamilan dari ampularis tuba kanan terjadi
pendarahan yang sifatnya aktif sehingga tindakan operasi yang sesuai salpingektomi dextra.

17

Anda mungkin juga menyukai