Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Diare”
dengan baik dan tepat waktunya. Sebagai salah satu tugas mata kuliah
Kegawatdarutan Komunitas pada semester VII Program Sarjana Terapan
Kebidanan Stikes Karya Husada Semarang. Adapun beberapa pihak-pihak
yang membantu saya dalam menyelesaikannya makalah ini yaitu :

1) Dosen Pembimbing mata kuliah Kegawatdarutan Komunitas yang telah


memberikan tugas ini.
2) Orang tua yang telah mendukung saya, sehingga saya bisa menyelesaikan
dengan baik
Demikianlah tugas ini saya buat, semoga bermanfaat dan jika ada
kesalahan dalam penulisan maupun pembaca salah mengartikan maksud dari
isi makalah ini saya mohon maaf. Terimakasih.

Semarang, Maret 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................i


Daftar Isi ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Diare ................................................................................4
B. Etiologi Diare ................................................................................4
C. Patogenesis Diare...........................................................................5
D. Patofiologis Diare..............................................................................7
E. Patogenesis Diare Akut......................................................................9
F. Patogenesis Diare Kronik.................................................................10
G. Cara Penuluran Diare........................................................................11
H. Tanda Dan Gejala Diare.................................................................11
I. Akibat Dari Diare...........................................................................11
J. Komplikasi Diare...........................................................................12
K. Jenis Diare .....................................................................................13
L. Pencegahan Diare ..........................................................................13
M. Penanganan diare............................................................................14
N. Rencana Terapi Berdasarkan Derajat Dehidrasi...................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................23
B. Saran .......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
disertai dengan kematian.
Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat
diare pada balita dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare
menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh
dunia terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data WHO (2017)
menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka
kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya.
Target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang ke
sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita Diare SU
(Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita di satu wilayah kerja dalam satu
tahun). Cakupan pelayanan penderita diare Balita secara nasional tahun
2017, dengan provinsi tertinggi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat
(96,94%), Tenggara Timur (17,78%), Sumatera Utara (15,40%) dan Papua
Barat (4,06%).
Tahun 2017 terjadi 21 kali KLB Diare yang tersebar di 12 provinsi,
17 kabupaten/kota. Kabupaten Polewali Mandar, Pohuwato, Lampung
Tengah dan Merauke masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah penderita
1.725 orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%).
Angka kematian (CFR) saat KLB Diare diharapkan <1%.
Rekapitulasi KLB Diare dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017.
Terlihat bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada
tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan tahun 2017
CFR Diare saat KLB mengalami penurunan dibanding tahun 2016 yaitu
menjadi 1,97 %.
Kejadian luar biasa diare masih sering terjadi terutama di daerah
yang pengendalian factor resiko, kesehatan lingkungan yang buruk serta
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih rendah. Untuk mewujudkan

1
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, maka diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan penyakit
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari
bakteri atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius
disertai dengan muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak
cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang
tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan
anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam
tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika
dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus
segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya
pengobatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi diare ?
2. Bagaimana etiologi diare ?
3. Bagaimana patogenesis diare ?
4. Bagaimana patofisiologis diare akut ?
5. Bagaimana patogenesis diare akut ?
6. Bagaimana patogenesis diare kronis ?
7. Bagaimana cara penuluran diare ?
8. Apakah tanda dan gejala diare ?
9. Bagaimana akibat dari diare ?
10. Bagaimana komplikasi diare ?
11. Bagaimana jenis diare ?
12. Bagaimana pencegahan diare ?
13. Bagaimana penanganan diare ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi diare
2. Untuk mengetahui etiologi diare
3. Untuk mengetahui patogenesis diare
4. Untuk mengetahui patofisiologi diare
5. Untuk mengetahui patogenesis diare akut
6. Untuk mengetahui patogenesis diare kronis
7. Untuk mengetahui cara penularan diare
8. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare
9. Untuk mengetahui akibat dari diare

2
10. Untuk mengetahui komplikasi diare
11. Untuk mengetahui jenis diare
12. Untuk mengetahui pencegahan diare
13. Untuk mengetahui penanganan diare

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Diare
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati,
dan rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum
untuk orang yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau
terlalu encer”.
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar.
B. Jenis Diare

3
1) Diare menurut sifatnya
a) Diare akut
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lebih lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung kurang dari 2 minggu
b) Diare kronis
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu
2) Diare menurut mekanismenya
a) Diare sekretori
Diare yang umumnya terjadi bila telah timbul cedara pada usus dan
terjadi sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus
b) Diare osmotik
Diare yang biasanya disebabkan oleh solut yang sulit diabsorbsi di
dalam usus. Penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa dan
penelanan laksatif asmotik.

C. Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor :
1. Infeksi
a. Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:
1)Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya;
2)Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya.
3)Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas
hominis), serta jamur (Candida albicans)
b. Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi

4
Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan
bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
3. Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.
4. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.

5. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan
cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok
ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
kesehatan yang diperoleh si anak.

6. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko
lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.

7. Faktor umur balita


Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.

8. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

5
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.

9. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.

10. Faktor sosial ekonomi masyarakat


Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor
penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,
tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan.

11. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi


Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada
orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut
dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur.
Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba
colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta
parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).

12. Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng)


Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar

6
daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi
berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan
pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI
mengandung antibody yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman
penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.
D. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya
sehingga timbul diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara
isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara
osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan
hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi
berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan
ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan
cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus
yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan
Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin menyebabkan
villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi
air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare mengakibatkan terjadinya: (1) Kehilangan air dan elektrolit
serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik

7
dan hypokalemia. (2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan
hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai
dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan
asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak cepat
diobati penderita dapat meninggal. (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat
keluarnya cairan yang berlebihan karena diare dan muntah. Kadang-kadang
orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya
muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk
diencerkan. Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya
telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan,
sehingga akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
menyebabkan kejang dan koma

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi
usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.
Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari
peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.

E. Patofisiologis Diare
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus,
Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan
infeksi pada sel- sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin. Penyebab
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis
akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi

8
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a)
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan
sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi
darah.
Saat diare, tubuh akan kehilangan banyak cairan dan ion tubuh. Hal
ini membuat orang yang mengalami diare rentan dehidrasi. Ketika kadar cairan
dalam tubuh berkurang, maka keseimbangan ion dalam tubuh juga terganggu.
Akibatnya, fungsi organ dan jaringan tubuh tidak bisa bekerja optimal. Jika
dehidrasi sudah masuk dalam fase yang parah, seseorang akan lebih berisiko
mengalami berbagai komplikasi serius seperti gangguan fungsi ginjal, kejang,
asidosis metabolik, hingga syok hipovolemik akibat kehilangan cairan yang
terlalu banyak. Syok ini bisa menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) atau
bahkan kematian.
Manisfestasi klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin
lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus
dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata

9
dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas
plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.

F. Patogenesis Diare Akut


a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus.
c. Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
d. Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
G. Patogenesis Diare Kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi
bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan
elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi
akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah),
hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

H. Cara Penularan Diare


Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi
secara langsung, seperti :
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan kotor
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus
ini dapat bertahan dpermukaan udara sampai beberapa hari.
3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.
I. Tanda dan Gejala

10
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
1 Cengeng, rewel
2 Gelisah
3 Suhu meningkat
4 Nafsu makan menurun
5 Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.
Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam
6 Anus lecet
7 Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan akhirnya syok.
8 Berat badan menurun
9 Turgor kulit menurun
10 Mata dan ubun- ubun cekung
11 Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

J. Akibat Diare
1. Dehidrasi

Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi.


Hal ini disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada
saat diare.
Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan
yang dapat berakibat kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila
tidak segera diatasi.
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolisme tubuh.
Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini
disebabkan kehabisan cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang
dengan pengeluaran melalui muntah dan berak meskipun berlangsung
sedikit demi sedikit. Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara
pengeluaran zat besi terus berjalan
Penilaian derajat dehidrasi penderita diare
Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat

11
ringan/sedang

Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tak sadar


Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut,lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Sangat haus Malas/tidak bisa
minum
Kekenyalan kulit Normal Kembali lambat Kembali sangat lambat

K. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat,
antara lain:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot,
kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada pemeriksaan EKG
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena
kerusakan vili mukosa usus halus
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita
mengalami kelaparan.

L. Pencegahan Diare
1) Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan
atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat-rapat agar terhindar
dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain anak.
2) Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum
hingga mendidih
3) Sanitas air bersih

12
4) Kebersihan perorangan
5) Cucilah dengan sabun sebelum dan sesudah makan
6) Biasakan buang air besar pada tempatnya
7) Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering
dengan sampah basah
8) Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
9) Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan sekitar.

M. Penatalaksanaan diare
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
Menurut Kepmenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada
balita adalah LINTAS DIARAE ( Lima Langkah Tuntaskan Diarae), yang di
dukung oleh ikatan dokter indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu”nya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus
serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi untuk mengobati diare. Adapun
progam LINTAS DIARE yaitu
a. Dehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat di lakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolalitas rendah, dan bila
tidak tersedia di berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolalitas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang baik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak minum harus segera
di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
infus. Pemberian oralit berdasarkan derajat dahidrasi (Kepmenkes RI
2011).
1) Diare tanpa dihidrasi
Umur <1 tahun : ¼ sampai ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 -4 tahun : ½ sampai 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 tahun : 1 sampai 1 ½ gelas setiap kali anak mencret
2) Diare dengan dehidrasi sedang

13
Dosis oralit yang di berikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg BB dan
selanjutnya di teruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi
3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera di rujuk
ke puskesmas untuk di infus.
4) Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang


diberikan tiap BAB disediakan dirumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/ hari (2
bungkus )
<1 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4
bungkus)
>5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-
5bungkus)
Dewasa 300-400ml 1200-2800ml/hari

Usia anak dbawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan


sendok dengan cara 1 sendok setiap 1-2 menit. Pemberian dengan botol
tidak boleh dilakukan anak yang lebih besar dapat minum langsung dari
gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit, kemudian
mulai lagi dengan berlahan lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.
Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 har berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikro nutrien yng penting dalam tubuh,
zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible nitric oxide Synthc),
dimana eksresi enzim meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus, zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan formologi dan fungsi selama kejadian diare.
( KEMENKES RI 2011).
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, menguarangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare

14
pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus
diberi zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian zinc pada balita:
1) Umur <6 bulan : ½ tablet (mg) / hari selama 10 hari
2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) / hari dalam 10 hari
c. Teruskan pemberian ASI dan makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan pada harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.
Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
d. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakansecara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang di sebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigell osis), suspeccolera.
Obat obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
di anjurkan kecuali muntah berat. Obat obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
(amoeba, giardia).
e. Nasehat kepada orang tua/ pengasuh
Menurut Kepneskes RI (2011), ibu atau pengasuh yang
berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1) Cara memberikan cairan dan obat dirumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a) diare lebih sering
b) muntah berulang
c) sangat haus
d) makan atau minum sedikit
e) timbul demam

15
f) tinja berdarah
g) tidak membaik dalam waktu 3 hari.
4. Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini
diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium.
b. Sesuaikan dengan umur anak:
1) <2 tahun diberikan ½ gelas;
2) 2-6 tahun diberikan 1 gelas;
3) >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan
cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
d. Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)
1) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok teh
garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat
2) Air tajin (2 liter + 5g garam)
a) Cara tradisional
3 liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-
60 menit
b) Cara biasa
2 liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga
mendidih

N. Rencana Terapi Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Penilaian Derajat A B C
Dehidrasi
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar Gelisash, rewel Lesu, lunglai/tidak sadar
Mata Normal Cekung Cekung
Rasa haus (beri Tidak haus Haus, ingin Males minum atau tidak bisa
air minum) minum banyak minum
Raba/periksa
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat (>2
detik)
Tentukan derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat

16
dehidrasi sedang
Rencana terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi c
pengobatan

Rencana Terapi Berdasarkan Derajat Dehidrasi sebagai beerikut :


Berdasarkan hasil penelitian derajat dehidrasi gunakan bagan
pengobatan yang sesuai
1. Rencani Terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi dirumah
2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan sampai
sedang di sarana kesehtan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam
3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat disarana
kesehatan dengan pemberian cairan intravena

Rencana terapi A Untuk terapi diare tanpa dehidrasi


Menerangkan 5 lamngkah terapi diare dirumah
1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
b. Anak yang mendapat ASI ekslusif beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
c. Anak yang belum mendapatkan ASI ekslusif, beri susu yang biasa
diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebgai tambahan ( Kuah
sayur, air tajin, air matang, dsb )
d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan di
anjurkan sedikit demi sedikit :
Umur >1 tahun di beri 50-100 ml setiap kali berak
Umur < 1tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
e. Anak harus diberi 6 bungkus oralit ( 200 ml) bila :
Telah di obari dengan rencana terapi B atau C. Tidak dapat kembali
kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri obat zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau di larutkan dalam 1 sendok air
matang/ ASI
a. Umur >6 bulan di beri 10 mg ( setengah tablet )
b. Umur < 6 bulan diberi 20 mg ( satu tablet perhari)
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang smaa pada waktu anak
sehat
b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan

17
c. Beri makanan yang kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air
kelapa hijau
d. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap
3-4 jam)
e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
4. Antibiotic hanya di berikan sesuai indikasi
Misal : disentri, kolera, dll.
5. Nasehat ibu atau pengasuh
Untuk membawa anak kembali kepetugas kesehatan bila :
a. Bercak cair lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sanghat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN ATAU
SEDANG
1. Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan
oralit yang di berikan = 75ml x BB anak
a. Bila BB tidak di ketahui berilah oralit sesuai dengan table dibawah ini

Umur < 1.4 Tahun >5


1 Tahun tahun
Jumlah 300ml 600ml 1200
Oralit ml

b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah


c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
d. Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendpat ASI berikan 100-200 ml air
masak selama masa ini
e. Untuk anak > 6 bulan, tundak pemberian makan selama 3 Jam kecuali
ASI dan oralit
f. Beri obat zinc selama 10 hari berturut turut
2. Amati anak dengan sesame dan bantu ibu memberikan oralit
a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus di berikan
b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
c. Periksa dari waktu kewaktu bila ada masalah

18
d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan
air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembekakak
telah hilang
3. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penelitian,
kemuadian pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi
a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti kerencana terapi A. Bila dehidrasi telah
hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau sedang ulangi rencana
terapi B
c. Anak mulai diberi makanan dan sari buah
d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terapi C
4. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus di habiskan dalam terapi 3 jam di
rumah
b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah
c. Jelaskan 5 langkah terapi A untuk mengobati anak dirumah

RENCANA TERAPI C UNTUK TERAPI DEHIDRASI BERAT


Bila terdapat tanda 2 atau lebih :
1. Lesu lunglai dan tidak sadar
2. Matas cekung
3. Males minum
4. Cubitan kulit perut atau turgor sangat lambat
Jika terdapat 2 tanda atau lebih segera lakukan :
1. Pemberian cairan intravena segera
2. Ringer laktat atau nacl 0,9% (bila RL tidak tersedia 100 ml/kgBB
3. Diulang lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teradba
4. Nilai kembali tiap 15 menit sampai 30 menit. Bila nadi tidak teraba beri
tetesan lebih cepat
5. Juga beri oralit (5 ml/kilo/jam) bilas penderita bisa minum, biasanya 3-4
jam (bayi ) atau 1-2 jam (anak ).
6. Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut
7. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian
pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar.
Sekitar 80 % kematian karena diare terjadi pada usia dibawah 2 tahun,
untuk mencegah kejadian tersebut, diperlukan pemahaman tentang cara
pencegahannya sebelum terjadinya diare, dan penanganan apabila telah terjadi
daire. Supaya bayi dan anak tumbuh dengan sehat tanpa ada gangguan
pertumbuhan.

B. Saran
Persoalan penyakit diare sebagai penyumbang penyebab kematian
pada anak, oleh karena itu semua pihak dapat mengupayakan strategi dalam
rangka mengurangi kematian anak akibat diaren demi peningkatan kualitas
anak.

20
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti.2010.Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sudarti & Afroh Fauziah 2012. Buku Ajar Kebidanan Neonatus, Bayi,Dan anak
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Jurnal diare, universitas sumatera utara (diunduh pukul 19:00 WIB), Selasa 12
maret 2019.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat
Jenderal PPM dan PL tahun 2011
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta : Kemenkes RI;
2018

21

Anda mungkin juga menyukai