sejumlah uang. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 606 a Rv,
sebagai berikut:
“Voor zoover een vonnis inhoudt eene veroordeeling tot iets anders dan de
betaling van eene geldsom, kan worden bepaald, dat, indien, zoolang of zoo
dikwijls de veroordeelde aan die veroordeeling niet voldoet, door hem zal zijn
verbeurd eene bij het vonnis vast te stellen geldsom, dwangsom genaamd.”
Ketentuan Pasal 606 a Rv tersebut di atas sejalan pula dengan Yurisprudensi Mahkamah
Agung RI No.: 791 K/Sip/1972 tertanggal 26 Februari 1973 dan pendapat hukum Prof.
Subekti, S.H., dalam bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata, Cetakan Kedua,
Penerbit Bina Cipta, Jakarta, 1992, halaman 133, masing-masing sebagai berikut:
“Uang paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan untuk membayar uang.”
“Dalam pasal 606 a RV. itu ditegaskan juga bahwa lembaga uang paksa itu tidak
dapat diterapkan dalam suatu putusan yang mengandung diktum penghukuman
membayar sejumlah uang.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 606a Rv, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 791
K/Sip/1972, dan Pendapat Hukum Prof. Subekti, S.H. tersebut di atas, maka jelas tuntutan
uang paksa (dwangsom) yang diajukan oleh Pemohon Renkonvensi tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dan oleh karena Majelis berpendapat bahwa
tuntutan uang paksa tersebut sudah sepatutnya untuk ditolak.