Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Tuberkulosis Dalam Kehamilan” ini. Penyusunan referat ini merupakan tugas yang
harus diselesaikan pada Stase Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan
Kandungan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, baik
mengenai materi maupun teknik penyusunannya mengingat kemampuan penulis
yang masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sebagai perbaikan dari referat
ini.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bimbingan, bantuan, serta dukungan kepada dr. Ismu Setyo Djatmiko,
Sp.OG atas bimbingan dalam penyusunan referat ini dan pihak-pihak lain yang telah
membantu penyelesaian referat ini.
Akhir kata, penulis berharap referat ini dapat diterima dan bermanfaat bagi
para pembaca.
Jakarta, 11
Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dua dekade terakhir, terdapat penurunan angka kematian ibu. Pada
tahun 2013, angka kematian ibu secara global adalah 289.000, dimana angka ini
menunjukan penurunan sebanyak 45% dari tahun 1990. Penyebab utama kematian
maternal disebabkan oleh penyebab obstetric seperti perdarahan dan darah tinggi.
Namun, penyebab non-obstetrik termasuk penyakit infeksi, dekade ini berperan
dalam 28% mortalitas maternal.1 Penyakit TB merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada wanita usia reproduksi.2 Pada tahun 2013, sebanyak 3.300.000 kasus
TB dan 510.000 kematian akibat TB pada wanita secara global.1,2
Secara klinis, diagnosis TB pada kehamilan sulit akibat gejala yang tidak
spesifik terkait dengan respons fisiologis terhadap kehamilan. 1 ACOG dan CDC
merekomendasikan untuk melakukan skrining TB pada wanita dengan risiko tinggi,
dimulai dari kontrol antenatal pertama. 2,3 Asuhan antenatal merupakan suatu
kesempatan untuk melakukan evaluasi dan tatalaksana penyakit TB aktif maupun
laten.1 Untuk negara yang memiliki prevalensi TB yang tinggi, skrining dan
diagnosis TB yang digunakan sama dengan yang dipakai untuk mendeteksi pada
populasi umum, yaitu: mikroskopis, kultur, molecular, dan deteksi DNA seperti
Xpert MTB/RIF. Pemeriksaan radiografi juga direkomendasikan untuk wanita yang
memiliki kontak TB.1
Adanya TB selama kehamilan, persalinan dan masa nifas menunjukan keluaran
yang buruk untuk maternal dan fetal. Keluaran tersebut antara lain peningkatan
risiko kelahiran premature sebanyak 2x, berat badan lahir rendah, pertumbuhan janin
terhambat, dan penignkatan kematian perinatal sebanyak 6x. Salah satu komplikasi
TB yang muncul adalah TB pada infant. 15% wanita dengan TB aktif menularkan
infeksi TB pada anaknya dalam 3 minggu pertama kehidupan. 1Tatalaksana TB aktif
selama kehamilan memberikan keuntungan, namun tatalaksana TB laten dalam
kehamilan masih kontroversial. ACOG dan CDC menyarankan untuk menunda
tatalaksana TB laten sampai periode pos partum.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi multisistem yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri
berbentuk batang, gram +, yang tahan asam. Bakteri ini terutama berkembang
pada parenkim paru, di dalam sel makrofag, sehingga 85% pasien yang
terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis memiliki manifestasi paru.
Bakteri ini dapat menyebar keluar paru (ekstrapulmonal) melalui penyebaran
secara hematogen, limfogen dan secara perkontinuatum.
2.2. Epidemiologi
Pada tahun 2011, terdapat lebih dari 200.000 kasus TB aktif pada
kehamilan, secara global. Angka ini paling banyak ditemukan pada Afrika
(89.400) dan Asia Tenggara (67.500).1Pada tahun 2014, diperkirakan terdapat
9.6 juta kasus TB baru dimana 3.2 juta diantaranya adalah perempuan. Dari 1.5
juta kasus kematian TB, 480.000 diantaranya adalah populasi wanita, membuat
TB sebagai salah satu penyebab kematian utama wanita pada usia
reproduksi.2,3,4 Pada tahun 2014, di Indonesia sendiri memiliki jumlah kasus
baru sebanyak 1 juta, dengan angka kematian sebesar 100.000.5
Angka populasi tuberkulosis pada kehamilan sendiri masih rancu.
Diperkirakan pada tahun 2011 terdapat 216.500 wanita hamil menderita TB.
Sekitar 31% diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Indonesia sendiri
menyandang 4.4% dari keseluruhan kasus tuberkulosis pada kehamilan di
dunia berjumlah sekitar 9500 jiwa dengan rata-rata kejadian 2.7 untuk setiap
1000 wanita hamil.Adanya kehamilan tidak meningkatkan risiko kejadian TB,
sehingga epidemiologi TB sesuai dengan insidens TB pada populasi umum.1
2.3. Patogenesis
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri gram positif dan tahan
asam (bakteri tahan asam/BTA). Bakteri tuberkulosis ini masuk melalui droplet
ke saluran napas. Beberapa faktor risiko yang memepengaruhi infeksi TB
antara lain: kemiskinan; malnutrisi; higien dan sanitasi yang buruk; tinggal di
daerah yang padat penduduk; konsumsi susu yang tidak dipasturisasi; terdapat
kontak dengan penderita TB yang tidak diobati; dan keadaan
imunokompromais seperti pada kehamilan dan HIV.6
Pada kehamilan, ternyata tidak ditemukan perbedaan dalam patogenesis
TB pada kehamilan dengan keadaan non-hamil. Patogenesis TB secara umum
dibagi menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis sekunder:
- Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan
atau dibersihkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar
kita. Partikel ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel < 5 mikrometer. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial
bersama gerakan silia dengan sekretnya.7
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
dalam sitoplasma makrofag, kemudian terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sebagai
sarang primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat
terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke plera,
maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui
saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masukke dalam vena dan
menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian
paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfagenitis lokal), dan diikuti
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional.
Semua proses ini memakan waktu 3 – 8 minggu. Kompleks primer
ini selanjutnya dapat menjadi :7
- Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Hal ini yang
paling banyak tejadi
- Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis – garis
fibrotik, kalsifikasi di hilus. Pada keadaan ini, terdapat lesi
pneumonia yang luasnya > 5 mm dan ± 10% diantaranya dapat
terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant
- Berkomplikasi dan menyebar
Berbagai penelitian telah melaporkan bahwa kehamilan tidak
memberikan dampak positif maupun negatif terhadap penularan dan
progestivitas perjalanan penyakit tuberculosis.8,9
- Tuberkulosis sekunder
Tuberkulosis sekunder berasal dari reaktivasi fokus yang
dorman. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas yang menurun
seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, AIDS, gagal ginjal, dan
sebagainya. Reaktivasi tuberkulosis ini biasanya terjadi di apeks paru.
Lesi di apeks ini didapatkan melalui penyebaran hematogen selama
infeksi primer beberapa tahun sebelumnya. Segmen apikal dan
posterior dari lobus superior serta segmen apikal lobus inferior
merupakan tempat reaktivasi sering terjadi. Hal ini diakibatkan
tekanan oksigen di tempat tersebut merupakan yang paling tinggi
dibandingkan bagian paru lainnya. Penjelasan lain adalah sistem
pengaliran limfatik di daerah tersebut yang kurang baik.7
Tabel 2.1. Pengobatan Tuberkulosis Paru Aktif Pada Wanita Hamil dan Postpartum
Nama Obat Dosis
Isoniazid 5 mg/kg/hari
Rifampisin 10 mg/kg/hari
Etambutol 15 mg/kg/hari
Pirazinamid 25 mg/kg/hari
Piridoksin 10.25g/hari