Prospek Kerjasama Energi Dengan Afrika
Prospek Kerjasama Energi Dengan Afrika
Abstrak
Dimulai dengan pemetaan energi sekilas dunia dan peta ekonomi dan energi Afrika Sub-Sahara
sebagai titik tolak analisis peluang kerjasama dan kesempatan jangka panjang, maka tulisan ini
membahas sekilas prospek Indonesia, dari segi hubungan LN terutama dari segi energi.
Diharapkan daripadanya dapat diperoleh bidang-bidang yang potensial strategis untuk dirintis
kerjasamanya dengan beberapa negara Afrika Sub-Sahara.
Pengantar
Sesuai dengan visi Departemen Luar Negeri yang telah dicanangkan, maka akan
dikembangkan dan dilaksanakan diplomasi total dalam mewujudkan Indonesia yang
dicita-citakan. Dalam mencapai visi yang multifaset tersebut dihadapi keadaan dunia
yang makin kompleks. Untuk itu tidak perlu kita kehilangan fokus mengingat adanya
keterbatasan sumberdaya negara, dan tetap dapat menentukan prioritas-prioritas
dengan tajam. Dari tujuh pernyataan misi, yang diturunkan menjadi limabelas tujuan
stratejik dan duapuluh sasaran stratejik telah disusun tigapuluh dua program. Dapat
dibayangkan berapa banyak analisis yang harus dibuat dan sumberdaya yang harus
digunakan untuk menyusunnya. Belum lagi jika diperhitungkan banyaknya negara
Afrika Sub-Sahara atau kelompok regionalnya, yang masing-masing mempunyai ciri
khasnya. Pedoman yang diberikan, dirumuskan dalam tigapuluh satu butir kebijakan.
Kalau dianggap bahwa berbagai rumusan tersebut bersifat jangka menengah, maka
mungkin kurang relevan dengan judul tulisan ini yang bersifat jangka panjang.
Kalau dipilih satu jalur yang mengait dengan energi di Afrika Sub-Sahara, agar
kajian ini lebih realistis, maka misi kerjasama pembangunan dan ekonomi, promosi
dagang dan investasi, kesempatan kerja dan alih teknologi, serta hubungan dan
kerjasama bilateral, regional dan internasional merupakan peluang yang dapat
ditempuh. Berbagai program kerjasama kandas karena lemahnya pendanaan dan
kelangkaan sumberdaya manusia, terutama karena meningkatnya jumlah pertemuan
yang harus dihadiri. Karena itu lalu dicarikan sumberdana dari pihak ketiga atau
ditempuh hubungan yang lebih bersifat komersial atau perdagangan. Di samping
bagaimana kerjasama tersebut akan dilaksanakan, tidak kalah rumitnya adalah
memilih tema program yang hendak dilaksanakan, mengingat persepsi masing-masing
terhadap masa depan, khususnya di bidang energi mungkin masih sangat berbeda.
1
Tulisan disampaikan pada Pertemuan Kelompok Ahli yang membahas "Diplomasi Energi Indonesia
dengan Negara-negara Kawasan Afrika Sub-Sahara: Tinjauan kritis terhadap Manfaat bagi
Kepentingan Nasional", diselenggarakan oleh BPPK Deplu, di Surabaya, 25-27 April 2007.
-1-
Peta energi dunia
Permintaan akan energi adalah permintaan jabaran dari kegiatan lain, terutama
kegiatan ekonomi, di samping kegiatan untuk meningkatkan kenyamanan yang dapat
digolongkan pada kegiatan non-ekonomi, karena bersifat preferensi perorangan.
Karena itu proyeksi kebutuhan energi di masa depan banyak dikaitkan dengan
proyeksi pertumbuhan ekonomi serta tingkat kesejahteraan masyarakat.
Persepsi dunia terhadap masalah energi dapat disingkat menjadi dua, yaitu
masalah keselamatan (security) 2 dan keterdukungan (sustainability). Yang pertama
terkait dengan penyediaan (supply) dan yang kedua terkait dengan permintaan,
beserta dampak ikutannya. Keseimbangan antara penyediaan dan permintaan ini
tercermin dalam harga energi, sekalipun gejolak harga tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor non-fundamental, seperti geopolitik 3 , gangguan dalam mata rantai
penyediaan, termasuk teknis dan cuaca, dan sebagainya.
Persepsi terhadap ketersediaan sumberdaya energi juga terbagi dua, yang
menganggap bahwa sumber energi dunia masih melimpah dan yang beranggapan
bahwa akan segera datang masa-masa sulit, berserta akibat-akibatnya. Yang
beranggapan bahwa sumber energi di dunia melimpah berpendapat bahwa banyak
sumber energi pengganti, bahkan yang terbarukan yang dapat digunakan bila bahan
bakar fossil habis 4 . Sebaliknya yang percaya bahwa akan datang masa2 sulit
berpendapat bahwa dibutuhkan waktu peralihan yang lama, karena sumber2 energi
pengganti tersebut terlalu mahal dan masih terlalu sulit untuk dikendalikan untuk
mendukung tingkat produktivitas ekonomi dan kehidupan yang diingini 5 .
Proyeksi permintaan akan energi primer dunia yang dilakukan oleh EIA
Departemen Energi AS 6 dan oleh Badan Energi Internasional OECD seperti
dilaporkan oleh Situmeang 7 menunjukkan bahwa permintaan tersebut akan naik dari
75 Gboe pada tahun 2004, menjadi 116 Gboe pada tahun 2030 8 (lihat Gb. 1). Bahan
bakar fossil masih akan menjadi sumber energi primer yang dominan. Kenaikan
terbesar terjadi pada permintaan akan batubara. Untuk sementara batubara belum
terlalu merisaukan, di samping cadangan dunia yang masih memadai, pengembangan
teknologi untuk mengurangi pencemaran terus digalakkan, serta kebijakan untuk
menekan pelepasan gas rumah kaca dikembangkan pada tingkat internasional 9 .
2
Masalah Energy Security di wilayah Asia baru-baru ini dibahas dalam Asia Cooperation Dialogue:
Co-Prime Movers on Energy Security di Bali, 11-12 April 2007.
3
Anggauta senior delegasi OPEC yang menghadiri pertemuan informal tingkat Menteri OPEC tanggal
18 April 2006, mengatakan bahwa kenaikan harga minyak akhir2 ini lebih banyak karena faktor
geopolitik daripada faktor fundamental.
4
David Sandalow, Ending Oil Dependence, The Brookings Institution, Washington DC, January 22,
2007.
5
Nader Elhefnawy, "US: Army War College on energy security", Parameters, 23 Feb 2006.
6
EIA DOE, International Energy Outlook 2006, Washington DC.
7
Hardiv Situmeang, "Overview of World's Energy and Its Impact to Developing Countries",
presentation at the ACD Co-prime Movers on Energy Security, Bali, 11-12 April 20007.
8
Satuan aslinya adalah toe. 1 toe = 6.84 boe (barrel of oil equivalent).
9
EIA DOE. op.cit.
-2-
Gb.1 Pangsa Bahan Bakar Fossil dalam Permintaan Energi Primer Dunia
Minyak Bumi
10
Situmeang, ibid.
11
R.C.Porter dalam Journal of Econ. Literature, Vol. XLIV (March 2006) p.186-190.
-3-
Gb.2 Cadangan Terbukti Minyak dan Gas yang dikuasai oleh Perusahaan
Sumber: Caruso 12
12
Guy Caruso, "When will World Oil Production Peak?". Presentation at the 10th Annual Asia Oil and
Gas Conference, Kuala Lumpur, June 13, 2005.
-4-
Gb.3 Kapasitas Kilang, Cadangan dan Produksi Minyak Global
Tenaga Nuklir
85% kapasitas PLTN terpasang di dunia berada di negara anggauta OECD (30
negara). Di negara2 tersebut tenaga nuklir memberikan hampir seperempat dari
penyediaan listrik. Bahan bakar PLTN tersebut, uranium belum merisaukan seperti
13
IMF, World Economic Outlook 2006.
-5-
yang dialami oleh minyak. Uranium adalah logam "biasa" yang ditemukan dalam
batu-batuan dan air laut sebagai larutan ( 0,003 ppm). Cadangan U yang dapat
ditambang (dengan biaya kurang dari $80/kg U) adalah sebesar 4,7 juta ton 14 .
Konsumsi saat ini adalah 66 500 ton U/tahun, yang mencukupi untuk puluhan tahun
ke depan. Harga, seperti terlihat dalam Gb. 6, menunjukkan adanya kenaikan akhir2
ini, tetapi diperkirakan akan turun setelah tambang2 baru dibuka. Harga ini juga akan
terpengaruh jika U dari negara bekas Uni Soviet masuk ke Eropa. Kenaikan harga U
tersebut tidak merisaukan karena pangsanya dalam biaya produksi listrik dalam PLTN
adalah kecil (pada saat ini bahan bakar nuklir dalam pembangkit listrik merupakan kl.
20% dari biaya total pembangkitan listrik) 15 .
Produsen U terbesar adalah Kanada dan Australia, tetapi sejak tahun 2005
Afrika Sub-Sahara mempunyai 3 tambang U yang termasuk 10 tambang U terbesar di
dunia. Tambang tersebut berada di Namibia (menghasilkan 7,6% produksi dunia), dan
2 tambang di Niger, masing2 menhasilkan 4,3% dan 3,2% produksi dunia. Gabon
sebagai eksportir U belum termasuk dalam 10 besar.
14
NEA - IAEA, Uranium 2005: Resources, Production and Demand, OECD, Paris, 2006.
15
5 kali kenaikan harga U3O8 menyebabkan 2 kali kenaikan biaya bahan bakar, yang selanjutnya
menyebabkan kenaikan pada total biaya pembangkitan listrik sebesar kl. 10%.
16
World Energy Council, The Role of Nuclear Power in Europe, WEC, London, Jan 2007.
17
Wikipedia, "Pebble bed Reactor", 31 January 2006.
18
Spencer Reiss, "Let a Thousand Reactors Bloom", Wired Magazine Frebruary 2005.
-6-
yang tidak harus besar, karena bersifat moduler, bersifat aman secara inheren, dan
pemanfaatan uranium yang lebih besar. Juga China berencana untuk membangun
PLTN jenis ini pada tahun 2007.
Tentangan pada pemanfaatan tenaga nuklir masih berlanjut, dan alasannya
masih tetap: tenaga nuklir tidak aman, karena pencemarannya, bahkan berbahaya,
serta cadangan bahan bakarnya terbatas, Bahkan ada yang menganggap bahwa dari
segi ilmu pengetahuan, penelitian untuk memanfaatkan tenaga nuklir adalah salah
arah.
Sumber: WNA 2002 Market Report dan IEA World Energy Outlook 2002.
Akhir-akhir ini banyak tulisan yang membahas masalah BBN, antara lain ada
ringkasan yang cukup baik yang dimuat dalam majalah Foreign Affairs 19 dan laporan
yang disampaikan pada Congress AS 20 . Tulisan lain yang masih relatif baru adalah
evaluasi yang dibuat oleh IEA-USDOE 21 , serta berbagai ulasan oleh AP, Platts dan
mongabay.com. BBN yang terbanyak dikembangkan adalah ethanol (produksi dunia
tahun 2005 adalah sekitar 37 juta kiloliter 22 ), 45,2% diproduksi di Brasilia dan 44,5%
di AS. Jika di Brasilia BBN tersebut dibuat dari tebu, di AS dibuat dari jagung.
Biodiesel lebih banyak dibuat di Eropa dari biji minyak (semacam lobak 23 ),
produksinya 3,8 juta kiloliter. Sedangkan di AS produksi biodiesel baru sekitar 400
000 kiloliter dan dihasilkan dari minyak nabati dan hewani (terkenal dengan "bertani
di kota"). Perbedaan produksi kedua jenis BBN di AS ini mencerminkan perbedaan
konsumsinya dalam sektor yang berbeda. BBM terbesar di AS digunakan dalam
sektor transpor, dan kendaraan bermotor terbanyak adalah berbahan bakar bensin.
19
C.Ford Runge dan B.Senauer, "How Biofuels Could Starve the Poor", Foreign Affairs, May/June
2007.
20
B.D.Yacobucci and R.Schnepf, "Ethanol and biofuels", US CRS RL33928, Mar 2007.
21
IEA, Market Evaluation: Fuel Ethanol, Unicamp, Jan 2007.
22
C.Ford Runge, op.cit. Satuan asli yang digunakan adalah gallon AS, yang sama dengan 3,79 liter.
23
C.Berg, ""World Fuel Ethanol Analysis and Outlook", F.O.Licht, Kent April 2004, menyatakan
bahwa perolehan ethanol dari lobak (Perancis) dalam liter per ha melebihi tebu (Brasil) dan jagung
(AS). Tetapi dari jumlah bahan bakunya perolehan ethanol dari jagung (AS) dalam liter per ton lebih
besar dari lobak maupun tebu. Biaya bahan baku bruto tebu menjadi yang paling murah dalam sen
US/liter dan lobak paling mahal.
-7-
Perkembangan industri kendaraan bermotor di China dan India layak untuk dicermati
dalam kaitan ini.
Uraian yang memperingatkan berbagai kelemahan pengembangan BBN bila
tidak ditangani dengan baik telah diterbitkan oleh IFPRI 24 , agar dengan demikian
dapat memberikan peluang bagi negara berkembang 25 . Ditekankan bahwa tantangan
yang dihadapi adalah, seperti diperingatkan oleh berbagai kalangan yang kurang
sependapat dengan pengembangan BBN –apapun tujuannya– adalah: meningkatnya
kesenjangan sosio-ekonomi yang biasanya mengikuti kenaikan produksi dan
produktivitas (karena mengejar skala ekonomi, karena itu harus dicari skala yang
tepat), pengalihan lahan pangan ke lahan energi (jadi tanaman harus menghasikan
energi yang jauh lebih tinggi nilainya dari pangan), penebangan hutan, hilangnya
keragaman hayati, masalah neraca energi dan neraca karbon, serta pemakaian pupuk
yang berlebihan, sehingga menyebabkan penurunan kualitas tanah dan air yang
menjadi tumpuan bagi si miskin. Untuk itu sektor publik harus berperan dalam
mengelola dan mengaturnya. Dari Brasil banyak yang dapat kita pelajari, maupun dari
perdebatan mengenai pangan versus energi (termasuk masalah kemiskinan).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga sumber energi tersebut akan
terkait dengan hubungan kerjasama Indonesia dengan Afrika Sub-Sahara di masa
dekat maupun jangka menengah.
Sejak laporan menyeluruh oleh EIA tahun 1999 27 , kegiatan ekonomi Afrika
Sub-Sahara terus berlanjut dengan mantap 28 . Tabel 1 menunjukkan PDB, laju
pertumbuhannya, dan jumlah penduduk. Kolom ke-6 menunjukkan komoditi utama
yang diekspornya. Dari 16 negara eksportir minyak, 6 berasal dari Afrika Sub-Sahara.
24
P.Hazell and J.von Braun, "Biofuels: A Win-Win Approach That Can Serve the Poor", dalam IFPRI
Forum, Washington D.C. June 2006.
25
J.von Braun and R.K.Pachauri, "The Promises and Challenges of Biofuels for the Poor in Developing
Countries", Essay IFPRI, Washington, DC, 2006.
26
IMF, World Economic Outlook 2006.
27
IEA USDOE, Energy in Africa, Washington DC, December 1999.
28
IMF, op.cit.
-8-
Gb.7 Peta Afrika dipisah menurut kelompok
Sekalipun ekonomi Afrika Sub-Sahara tumbuh dengan 5,5% dalam tahun 2005,
dari Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan tersebut tidak merata, beberapa negara
bahkan mengalami pengurangan laju pertumbuhannya. Negara yang mengekspor
minyak dan logam menikmati kenaikan2 harga komoditi tersebut. Beberapa negara
mengalami pertumbuhan di atas 7 prosen berkat upaya reformasi. Diperkirakan
pertumbuhan kegiatan ekonomi masih akan berlanjut, sekalipun dihadapi masalah
produksi bahan pangan karena pengaruh cuaca, pasar kapas yang melemah dan
penghapusan kuota tekstil.
Pengelompokan negara2 Sub-Sahara terkait dengan kelembagaan kerjasama
antar negara. Di Afrika Barat telah dibentuk sejak 1975 Komunitas Ekonomi Negara2
Afrika Barat (ECOWAS) yang mempunyai 15 anggauta. Komunitas tersebut hendak
mendorong integrasi regional dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya juga akan
menciptakan uni moneter di wilayah tersebut. Upaya integrasi tersebut tidak mudah
karena hambatan ketidakstabilan politik, perekonomian yang tidak cukup
terdiversifikasi, kurangnya prasarana dan sebagainya. Sebuah Kelompok Monitoring
(ECOMOG) yang dibentuk, telah terlibat dalam mengatasi perang sipil di wilayah
tersebut. Anggauta ECOWAS yang berbahasa Perancis telah membentuk Uni
Moneter Afrika Barat (UEMOA), dengan tujuan akhir menjadikannya bagi seluruh
anggauta Komunitas. Di Afrika Wilayah Danau Besar, yang negara2nya termasuk
dalam negara Miskin yang Berhutang Banyak (HIPC) telah diupayakan kerjasama
wilayah. Komunitas Afrika Timur (EAC) dihidupkan kembali sejak 1999 tiga negara
(Kenya, Tanzania dan Uganda) menggagas dibentuknya uni bea cukai, serta kemudian
29
EIA USDOE, Energy in Africa, Washington DC, December 1999.
-9-
menjadi uni moneter dan politik. Rwanda dan Burundi setelah berhasil mengatasi
ketidakstabilan politik, menunjukkan minatnya untuk bergabung dengan EAC.
-10-
Swaziland 1.2 2,000 1.2 1.0 (1)
Tanzania 34.5 9,119 5.8 7.0
Togo 4.7 1,259 4.2 4.5
Tunisia 9.7 20,035 5.8 6.0
Uganda 22.8 5,707 6.2 6.1 Non Bahan Bakar
Zambia 10.3 3,647 6.0 6.0 Non Bahan Bakar
Zimbabwe 12.8 9,057 –4.7 –4.1 Non Bahan Bakar
(1) EIA Country Analysis Brief, penduduk dan PDB tahun 2005.
(2) Encarta.
(3) Termasuk negara eksportir minyak sesuai kriteria IMF: selama 5 tahun yang lalu, pangsa ekspor minyak melebihi
40%.
Sumber:WB 30 , EIA 31 dan Encarta.
30
The World Bank, World Development Report 2003.
31
IEA, Country Analysis Brief, berbagai Negara, 2006.
-11-
Sumber: EIA Country Analysis Brief Sudan, March 2006 32
Kandungan gas juga tersebar di berbagai negara terutama di wilayah Barat dan
Tengah. Gb.10 menunjukkan cadangan gas di Afrika Sub-Sahara.
Gb.11 dan Gb.12 menunjukkan kegiatan di bidang gas, yang akan meningkatkan
produksi di waktu2 yang akan datang. Berbagai kegiatan Migas ini dilakukan dengan
kerjasama dengan perusahaan asing.
Gb.11 Pipa gas antar negara di Afrika Barat.
32
idem.
-12-
Gb.12 Pipa Gas antar negara di Afrika Tengah.
Cadangan batubara yang besar hanya terdapat di Afrika Selatan. Uranium terdapat di
beberapa negara seperti telah disebutkan di atas. Sumber2 Energi Baru dan
Terbarukan telah dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik, seperti di Kenya, di mana
telah dimanfaatkan biomassa dan panas bumi. Direncanakan juga membangun
pembangkit listrik dengan tenaga angin.
Prospek Indonesia
Pada tahun 2025 diperkirakan 20% dari penyediaan energi di Indonesia masih
bertumpu pada minyak. Sedangkan gas dan batubara masing2 memberikan pangsa
30% dan 33%. Bagaimana proyeksi tersebut akan dicapai belum banyak informasi
yang dikeluarkan. Apakah akan diserahkan kepada sektor swasta, yang berarti
33
IEA. op.cit.
34
Indarti, "Energy Conservation Efficiency Policies in Selected ASEAN Countries: Case of Indonesia",
paper presented at the Regional Workshop on Energy Efficiency Policies of the WEC, Bangkok, 12-13
October 2006.
-13-
diandalkan pada kekuatan pasar, atau sektor publik harus berperan agar kriteria
"optimal" tersebut dapat dicapai. Kerjasama di bidang migas akan tetap diperlukan
melihat prospek tahun 2025 tersebut. Di lain pihak kemungkinan dampak lingkungan
yang akan dihadapi, berkaitan dengan proyeksi tersebut, sudah pernah dibahas pada
pertemuan Kelompok Ahli pada tahun 2005 yang lalu35 .
Indonesia telah aktif dalam membina jaringan kerjasama di bidang energi, pada
tingkat pemerintah (a.l. ASEAN, berbagai dialog ASEAN+, APEC – beserta Working
35
Seminar Kelompok Ahli yang bertema "Diplomasi Energi Dalam Konstelasi Politik Kawasan",
Denpasar, 10-11 Juni 2005.
36
Wirawan, S.S. and A.H.Tambunan, "The Current Status and Prospects of Biodiesel Development in
Indonesia: a Review". Presentation in the 3rd Asia Biomass Workshop, Tsukuba, Nov 16, 2006.
37
Chatib Basri, BIES, Vol.42, No.3, December 2006.
38
KEHATI, Report Research Indonesian Path Toward Sustainable Energy: A case study of developing
palm oil as biomass in Indonesia submittted by KEHATI, 2006.
39
Soedyartomo Soentono, "Program Energi Nuklir di Indonesia", Penyajian pada Seminar Diplomasi
Energi dalam Pemantapan Pembangunan PLTN di Indonesia, Jakarta, 13-14 November 2006.
-14-
Groups-nya –, EASG), maupun yang non-pemerintah (track II), seperti WEC, EAVG,
NEAT, dan lain-lain. Rencana untuk menambah jangkauan jaringan kerjasama,
terutama dengan wilayah lain, perlu dipertimbangkan dukungan sumberdayanya,
terutama sumberdaya manusianya.
IMPOR EKSPOR
Migas Non migas Migas Non migas
Afrika Selatan Afrika Selatan Afrika Selatan Afrika Selatan
Gabon –
Kenya –
Nigeria Nigeria –
Mauritius –
Niger –
Senegal –
Sudan Sudan Sudan –
Lain-lain –
-15-
Gb.14 Impor - Ekspor non Migas ke Afrika, 2005
Beverages 11
Fertilizers, manufactured 56
Non-ferrous metals 68
Transport equipment 73
Furniture 82
Clothing 84
Footwear 85
Import Export
-16-
Kesimpulan
1. Peranan bahan bakar fossil, terutama minyak dan kemudian gas masih akan
berlanjut untuk beberapa puluh tahun mendatang, terutama di sektor transport dan
rumah tangga di negara berkembang. Peranan batubara juga akan berlanjut terutama
untuk pembangkitan listrik dan sektor industri. Untuk menghadapi itu perlu dikaji di
samping pengalokasian sumberdaya termasuk lahan, serta dampaknya pada
lingkungan, terutama pencemaran pada air dan udara serta pelepasan gas rumah kaca.
Tidak kalah pentingnya adalah siapa yang harus menanggung biayanya.
3. Peranan tenaga nuklir masih menghadapi persepsi yang berbeda. Pada saat ini
dirasakan sebagai satu-satunya alternatif peralihan sebelum sumber energi yang ideal
ditemukan. Untuk itu hukum fisika tetap berlaku, kita tidak dapat membuat
perpetuum mobile. Sebagian berpendapat bahwa tenaga nuklir dapat membahayakan
keselamatan dan sukar dikendalikan penyalahgunaannya. Di samping itu dampak
yang membahayakan cukup besar dibandingkan dengan pengurangan gas rumah kaca
karena tidak membakar bahan bakar fossil. Dari segi penguasaan teknologi, sebagian
masyarakat masih berpendapat bahwa teknologi nuklir masih di luar jangkauan
kemampuan nasional.
5. Pemerintah dapat memikirkan peranan apa saja yang dapat dilakukan untuk
pengembangan energi menghadapi peningkatan permintaan, sedangkan sumbernya
mulai menunjukkan adanya tekanan-tekanan. Terutama mana yang dapat diserahkan
pada mekanisme pasar, dan mana yang sektor publik harus memperbaiki kegagalan
pasar.-
-17-