Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES

“Biodiesel”

Disusun Oleh :

Ganang Setyo Nugroho (2B D3 TK/1731410051)

Mauliyah Lailatul Umro (2B D3 TK/1731410118)

Salsabilah Putri Romadhan (2B D3 TK/1731410149)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018
BIODIESEL

A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan Percobaan dari praktikum biodiesel adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel banyaknya NaOH yang digunakan
dalam pembuatan Biodiesel
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel perbandingan banyaknya metanol
yang digunakan dalam pembuatan Biodiesel

B. Prosedur Percobaan
a. Alat dan Bahan
- Water bath - NaOH
- Motor pengaduk - Metanol
- Minyak curah kelapa sawit
b. Diagram alir
a. Uji kadar FFA (Free Fatty Acid)

Menimbang 20 g sampel (minyak) dalam erlenmeyer

Menambahkan 50 ml etanol panas dan 3 tetes indikator


phenolphtalein (PP) ke dalam minyak

Mendinginkan pada suhu ruang

Mentitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan


warna menjadi merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik
Mentitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna menjadi merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik

Mencatat volume titran (ml) dan hitung kadar FFA. Asam lemak
bebas dinyatakan
Gambar 1. Diagram sebagai
Alir Uji Kadar %FFA
FFA (Free Fatty Acid)

b. Proses trans-esterifikasi

Sampel minyak yang digunakan memiliki kadar FFA < 2%, jika melebihi
maka perlu dilakukan proses esterifikasi terlebih dahulu

Menimbang sampel sebanyak 500 g

Menimbang katalis sebanyak 0,5 – 2 % dari berat sampel minyak (variabel)

Menimbang metanol dengan perbandingan mol 3 : 1 dari berat minyak


(variabel)
Mencampurkan terlebih dahulu katalis dan metanol, panaskan pada suhu
40℃ disertai dengan pengadukan

Memanaskan sampel suhu 60℃, masukkan perlahan campuran katalis


Melakukan pengadukan selama 60 menit

Setelah dingin, melakukan pemisahan lapisan biodiesel dan campuran

Memisahkan lapisan biodiesel dari gliserol selama 24-48 jam, kemudian


cuci bidiesel dengan air panas (suhu 80-90℃)

Mencuci menggunakan air panas, dilakukan beberapa kali hingga


didapatkan metil ester bersih

Penguapan sisa air pencuci yang ada di metil ester dengan memanaskan
metil ester sampai temperatur 90-100℃

Gambar 3. Diagram Alir Proses Trans-esterifikasi

C. Variabel Percobaan
Variabel yang digunakan dalam percobaan biodesel sebagai berikut :
 Variabel Percobaan 1 :
 Massa minyak curah kelapa sawit 250 gram
 Katalis NaOH 0,8% dari massa minyak curah kelapa sawit yakni
sebesar 2,01 gram
 Methanol yang digunakan sebesar 3:1 dari massa minyak curah kelapa
sawit yakni sebesar 93,58 gram

 Variabel Percobaan 2 :
 Massa minyak curah kelapa sawit 250 gram
 Katalis NaOH 0,6% dari massa minyak curah kelapa sawit yakni
sebesar 1,5 gram
 Methanol yang digunakan sebesar 2,8:1 dari massa minyak curah
kelapa sawit yakni sebesar 87,98 gram

D. Hasil dan Pembahasan


 Percobaan 1
Tabel 1. Hasil Data Pengamatan Analisa % FFA
No Komposisi Pengamatan
1 0,4 gram NaOH + aquades → Larutan tercampur sempurna,
larutan 1 bening tidak berwarna

2 20 gram minyak suhu 40oC + 50 ml Masing-masing bahan tercampur


ethanol + 3 tetes indikator PP → sempurna
larutan 2

3 10 ml larutan 2 + larutan 1 → hasil - Setelah dititrasi terjadi


titrasi perubahan warna larutan
menjadi merah jambu
- %FFA < 2% yakni 0,135%
dilakukan proses
transesterifikasi

Tabel 2. Hasil Data Pengamatan Proses Trans-Esterifikasi Pembuatan Biodiesel

No Komposisi Pengamatan
1 2,01 gram NaOH + 93,58 gram Kedua bahan tercampur
methanol → larutan 1 sempurna saat dipanaskan

2 250 gram minyak → larutan 2 -

3 Larutan 2 + larutan 1→ larutan 3 - Warna campuran berubah


menjadi krem
- Setelah 60 menit
pengadukan larutan terpisah
menjadi dua lapisan
- Lapisan atas : Biodiesel
- Lapisan bawah : Gliserin
4 Biodiesel kotor → dicuci menggunakan - Pencucian dilkukan
air panas → hingga bersih sebanyak 15 kali
 Percobaan 2
Tabel 3. Hasil Data Pengamatan Proses Trans-Esterifikasi Pembuatan Biodiesel

No Komposisi Pengamatan
1 1,5 gram NaOH + 87,98 gram Kedua bahan tercampur
methanol → larutan 1 sempurna saat dipanaskan

2 250 gram minyak → larutan 2 -

3 Larutan 2 + larutan 1→ larutan 3 - Warna campuran berubah


menjadi krem
- Setelah 60 menit
pengadukan larutan terpisah
menjadi dua lapisan
- Lapisan atas : Biodiesel
- Lapisan bawah : Gliserin
4 Biodiesel kotor → dicuci menggunakan - Pencucian dilkukan
air panas → hingga bersih sebanyak 13 kali
Tabel 4. Hasil Analisa Biodiesel 1 dan 2
No Ukuran Satuan Variabel 1 Variabel 2
1 Massa biodiesel Gram 222,49 228,66
2 Volume biodiesel ml 261 264
3 Densitas biodiesel kg/m3 821,9 872,6
4 Viskositas biodiesel mm2/s 5,771 6,627

Pengujian kadar FFA (Free Fatty Acid) dari minyak sawit curah dengan
metode titrasi didapatkan kadar FFA <2% yaitu 0,135%. Prosentase perolehan
asam lemak bebas tersebut telah sesuai sebagai syarat bahan baku reaksi
transesterifikasi untuk produksi biodisel, sehingga tidak perlu dilakukan proses
esterifikasi. Efek kadar FFA minyak diatas 1% akan menurunkan tingkat
rendemen yang dihasilkan dan meningkatkan pembentukan sabun, sehingga
proses pemisahan biodesel dan gliserol menjadi sulit. Hasil pengujian kadar FFA
menyebabkan proses langsung dilakukan dengan menggunkan reaksi trans-
esterifikasi. Reaksi trans-esterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan
alkohol membentuk metil ester asam lemak (FAME) dan gliserol sebagai produk
samping. Reaksi trans-esterifikasi ini menggunakan bantuan katalis NaOH dan
Methanol.

Hasil yang didapatkan dalam percobaan 1 dapat dilihat pada Tabel 1.


Sedangkan hasil yang didapatkan dalam percobaan 2 dapat dilihat pada Tabel 3.
Rasio molar antara alkohol dengan minyak sangat berpengaruh terhadap metil
ester (biodiesel) yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah alkohol yang
digunakan, konversi ester yang dihasilkan bertambah banyak. Perbandingan molar
antara alkohol dan minyak nabati yang biasa digunakan dalam proses industri
untuk mendapatkan produksi metil ester NaOH yang lebih besar dari 98% berat
adalah 6 : 1 (Freedman dkk, 1984).

Jenis katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dan menurunkan energi


aktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung pada suhu kamar sedangkan tanpa
katalis reaksi dapat berlangsung pada suhu 250°C. Katalis yang biasa digunakan
dalam reaksi trans-esterifikasi adalah katalis basa seperti kalium hidroksida
(KOH) dan natrium hidroksida (NaOH). Reaksi transesterifikasi dengan katalis
basa akan menghasilkan konversi minyak nabati menjadi metil ester yang
optimum (94% - 99%) dengan jumlah katalis 0,5% – 1,5% bb minyak nabati
(Darnoko, 2000).
Semakin banyak metanol yang digunakan maka akan semakin banyak metil
ester yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan antara percobaan
1 dengan percobaan 2 dimana pengaruh methanol di atas yang menunjukkan
adanya peningkatan berat metil ester dari kadar metanol 3 : 1 dengan kadar
metanol 2,8 : 1, baik pada saat jumlah katalis NaOH 0,8% maupun jumlah katalis
0,6%.
Jumlah katalis 0,6% dapat menghasilkan metil ester yang lebih banyak
dibandingkan jumlah katalis 0,8%. Semakin besar jumlah katalis basa yang
digunakan dalam reaksi transesterifikasi pada pembuatan metil ester, maka akan
menyebabkan jumlah metil ester yang dihasilkan semakin berkurang. Hal ini
disebabkan oleh reaksi berlebih dari katalis dengan trigliserida yang membentuk
sabun dan menghasilkan produk samping berupa gliserol yang lebih banyak.
Pengaruh kadar methanol dan jumlah katalis terhadap densitas dapat
dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan bahwa semakin besar kadar metanol maka
semakin kecil densitas dari biodiesel yang dihasilkan. Semakin besar kadar
metanol maka semakin sedikit gliserol yang dihasilkan sehingga semakin sedikit
zat-zat pengotor pada biodiesel yang menyebabkan densitasnya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar metanol yang lebih sedikit. Penurunan nilai dari
densitas menyebabkan nilai viskositas akan semakin kecil, dimana juga dapatt
terlihat pada tabel 4. Selain itu, nilai viskositas mengalami penurunan yang
disebabkan oleh semakin lamanya waktu reaksi serta semakin meningkatnya
temperatur (Wahyuni, 2010).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 7182:2015), densitas
biodiesel yang diukur pada suhu 40oC adalah 850-890 kg/m3 dan viskositas
kinematik biodiesel yang diukur pada suhu 40oC adalah 2,3 – 6,0 mm2/s. Hasil
analisa densitas pada tiap-tiap variabel dapat dilihat pada tabel 4, diperoleh
densitas sebesar 821,9 kg/m3 dan 872,6 kg/m3, sehingga biodiesel dari minyak
curah sawit ini memenuhi standar densitas biodiesel. Viskositas pada variable
pertama yaitu 5,771 mm2/s sudah memenuhi standar SNI, namun pada variable
kedua yaitu 6,627 mm2/s tidak memenuhi standar SNI. Penyimpangan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam menghitung waktu alir dari kecepatan biodiesel
yang melewati viskometer Ostwald serta terhalangnya biodiesel untuk mengalir
yang disebabkan oleh tersumbatnya biodiesel untuk mengalir pada alat yang
belum steril dibersihkan

Tabel 5. Persyaratan Kualitas Biodiesel Menurut SNI 7182:2015

Parameter dan satuannya Satuan, min/maks Persyaratan


Massa jenis pada 40℃ kg/m3 850-890
Viskositas kinematik pada 40℃ mm2/s (cSt) 2,3-6,0
Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5
Gliserol bebas %-berat, maks 0,02

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum biodiesel, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin banyak kadar metanol yang digunakan dalam reaksi trans-
esterifikasi, maka metil ester yang dihasilkan akan bertambah banyak.
2. Semakin sedikit katalis basa yang digunakan pada reaksi transesterifikasi,
maka semakin banyak jumlah metil ester yang dihasilkan karena katalis
basa yang berlebih akan menyebabkan reaksi penyabunan.

F. Daftar Pustaka
Auriyani, W. dkk. (2013): Pengaruh Kadar Methanol, Jumlah katalis, dan
waktu reaksi pada pembuatan biodiesel dari lemak sapi melalui proses
trans-esterifikasi, 19, 30-36.

Katsiroh, F. (2017): Pengaruh rasio molar minyak ethanol terhadap konversi


Biodiesel dari minyak goring bekas dengan modifikasi preparasi katalis
CaO kulit telur. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukoharjo.

Rhofita, I.E. (2015): Penurunan kadar FFA pada reaksi esterifikasi dalam
proses produksi Biodiesel : Kajian waktu reaksi dan temperature reaksi.
11, 39-40.
LAMPIRAN 1

Gambar 1. Penimbangan 20 gram Gambar 2. Mentitrasi sampel


minyak sawit curah minyak sawit curah

Gambar 3. Hasil titrasi analisa % FFA

Gambar 4. Pengadukan campuran Gambar 5. Produk hasil


Minyak sait curah, methanol dan Atas : Biodiesel
NaOH menggunakan motor pengaduk Bawah :Gliserol
LAMPIRAN 2

 Perhitungan Pada Percobaan 1

- Perhitungan Variabel

- Perhitungan Densitas

- Perhitungan Viskositas

 Perhitungan Pada Percobaan 2


- Perhitungan Variabel

- Perhitungan Densitas

- Perhitungan Viskositas

Anda mungkin juga menyukai