Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Delirium adalah suatu kondisi akut pada penurunan perhatian dan disfungsi

kognitif, merupakan sindrom klinis yang umum, mengancam hidup, dan dapat dicegah

secara umumnya terjadi pada individu berusia 65 tahun atau lebih. Sindrom delirium ini

didefinisikan sebagai kegagalan otak secara akut yang berhubungan dengan disfungsi

otonom, disfungsi motorik, dan kegagalan homeostasis kompleks dan multifaktorial,

sering tidak terdiagnosis dan ditangani dengan buruk. Dalam dunia medis, kata

“delirium” awalnya digunakan untuk menggambarkan gangguan mental selama

demam atau cedera kepala, kemudian berkembang menjadi pengertian yang lebih luas,

termasuk istilah “status konfusional akut”, “sindrom otak akut”, “insufisiensi serebral

akut”, “ensefalopati toksik-metabolik”. Seiring waktu, istilah delirium berkembang

untuk menjelaskan suatu kondisi akut transien, reversibel, berfluktuasi, dan timbul

pada kondisi medis tertentu. Sindrom delirium sering muncul sebagai keluhan utama,

atau tak jarang justeru terjadi pada hari pertama pasien dirawat, akan menunjukkan

gejala berfluktuasi yang tidak khas. Setidaknya 32-67% sindrom ini tidak terdiagnosis

oleh dokter, padahal kondisi ini dapat dicegah4.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi

2.1.1 Anatomi Otak

Otak terdiri dari tiga bagian yaitu otak bagian depan, tengah dan belakang. Otak

bagian depan terdiri dari dua bagian yaitu telensefalon dan diensefalon. Cerebrum

(Telensefalon) merupakan bagian terbesar otak dan menempati fossa cranial tengah dan

anterior. Cerebrum juga disebut dengan cerebral cortex, forebrain atau otak depan.

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.

Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,

kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau

IQ manusia juga ditentukan oleh kualitas cerebrum6.

Seterusnya, cerebrum dibagi oleh suatu celah yang dalam, fissura serebri

longitudinal, menjadi hemisfer kiri dan kanan, dimana setiap hemisfer ini berisi satu

ventrikel lateral. Di otak bagian dalam, hemisfer dihubungkan oleh massa substansi

albikan (serat saraf) yang disebut korpus kallosum (corpus callosum). Bagian

superfisial cerebrum terdiri atas badan sel saraf atau substansi grisea, yang membentuk

korteks serebri,dan lapisan dalam yang terdiri atas serat saraf atau substansi albikan6.

Secara umum, belahan belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan

belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreatifitas dan

kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikiran rasional6.

Cerebrum dibagi menjadi 4 bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang

menonjol disebut girus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.

Kesemua lobus-lobus tersebut adalah6 :


1) Lobus Frontal terletak di daerah otak sekitar dahi. Lobus frontal berfungsi sebagai

tempat pemprosesan emosi, perencanaan, kreatifitas, penilaian, gerakan dan

pemecahan masalah. Lobus frontal dibagi lagi ke dalam korteks prefrontal, area

premotor, dan area motor.

2) Lobus Parietal terletak di belakang lobus frontal dan di bagian belakang atas otak.

Ia adalah tempat pengaturan suhu, rasa tekanan, sentuhan dan rasa sakit

dikendalikan di lobus parietal. Beberapa fungsi bahasa juga dapat dikendalikan di

lobus parietal.

3) Lobus Temporal terletak di setiap sisi otak. Kebanyakan pendengaran dan fungsi

bahasa dikendalikan di lobus temporal. Proses emosi, belajar dan pendengaran juga

terletak di lobus temporal.

4) Lobus Oksipital terletak di bagian punggung bawah otak di bagian belakang kepala.

Penglihatan dan kemampuan untuk mengenali obyek dikendalikan di lobus

oksipital. Retina mata mengirimkan masukan ke lobus oksipital otak yang

kemudian menafsirkan sinyal sebagai gambar.

2.1.2 Fisiologi Kesadaran

Secara fisiologik, kesadaran memerlukan interaksi yang terus-menerus dan

efektif antara hemisfer otak dan formasio retikularis di batang otak. Kesadaran dapat

digambarkan sebagai kondisi awas-waspada dalam kesiagaan yang terus menerus

terhadap keadaan lingkungan atau segala hal dalam pikiran kita. Hal ini bermaksud

bahwa seseorang menyadari seluruh asupan dari panca indera dan mampu bereaksi

secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

Orang normal dengan tingkat kesadaran yang normal mempunyai respon penuh

terhadap pikiran atau persepsi yang tercermin pada perilaku dan bicaranya serta sadar

akan diri dan lingkungannya. Dalam kehidupan seharian kita, status kesadaran normal
bisa mengalami fluktuasi dari kesadaran penuh (tajam) atau konsentrasi penuh yang

ditandai dengan pembatasan area atensi sehingga berkurangnya konsentrasi dan

perhatian, tetapi pada individu normal dapat segera mengantisipasi untuk kemudian

bisa kembali pada kondisi kesadaran penuh lagi. Mekanisme ini adalah hasil dari

interaksi yang sangat kompleks antara bagian formasio retikularis dengan korteks

serebri dan batang otak serta semua rangsang sensorik11.

Pada saat manusia semua lagi tidur, sebenarnya terjadi sinkronisasi pada semua

bagian otak. Bagian rostral substansia retikularis yang disebut sebagai pusat penggugah

atau arousal centre, merupakan pusat aktivitas yang menghilangkan sinkronisasi

(melakukan desinkronisasi), di mana keadaan tidur diubah menjadi kepada keadaan

awas-waspada. Manakala, apabila pusat tidur tidak diaktifkan, maka pembebasan dari

inhibisi mesensefalik dan nuklei retikularis pons bagian atas membuat area ini menjadi

aktif secara spontan. Justeru, keadaan ini sebaliknya akan merangsang korteks serebri

dan sistem saraf tepi, yang keduanya kemudian mengirimkan banyak sinyal umpan

balik positif kembali ke nuklei retikularis yang sama agar sistem ini tetap aktif. Begitu

timbul keadaan siaga, maka ada kecenderungan secara alami untuk mempertahankan

kondisi ini, sebagai akibat dari seluruh ativitas umpan balik positif tersebut11.

Tambahan lagi, masukan impuls yang menuju Sistem Saraf Pusat yang berperan

pada mekanisme kesadaran pada prinsipnya ada dua tipe, yaitu input yang spesifik dan

non-spesifik. Yang pertama, input spesifik merupakan impuls aferen khas yang

meliputi impuls protopatik, propioseptif dan panca-indera. Penghantaran impuls ini

dari titik reseptor pada tubuh melalui jaras spinotalamik, lemniskus medialis, jaras

genikulo-kalkarina dan sebagainya menuju ke suatu titik di korteks perseptif primer.

Impuls aferen spesifik ini yang sampai di korteks akan menghasilkan kesadaran yang

sifatnya spesifik yaitu perasaan nyeri di kaki atau tempat lainnya, penglihatan,
penghiduan atau juga pendengaran tertentu. Sebagian impuls aferen spesifik ini melalui

cabang kolateralnya akan menjadi impuls non-spesifik karena penyalurannya melalui

lintasan aferen non-spesifik yang terdiri dari neuronneuron di substansia retikularis

medulla spinalis dan batang otak menuju ke inti intralaminaris thalamus (disebut

neuron penggalak kewaspadaan) berlangsung secara multisinaptik, unilateral dan

lateral, serta menggalakkan inti tersebut untuk memancarkan impuls yang menggiatkan

seluruh korteks secara difus dan bilateral yang dikenal sebagai diffuse ascending

reticular system. Neuron di seluruh korteks serebri yang digalakkan oleh impuls aferen

non-spesifik tersebut dinamakan neuron pengemban kewaspadaan. Lintasan aferen

non-spesifik ini menghantarkan setiap impuls dari titik-titik manapun pada tubuh ke

titik-titik pada seluruh sisi korteks serebri. Jadi pada kenyataannya, pusat-pusat bagian

bawah otaklah yaitu substansia retikularis yang mengandung lintasan non-spesifik

difus, yang bertanggungjawab menimbulkan “kesadaran” dalam korteks serebri11.

Justeru, derajat kesadaran itu sendiri ditentukan oleh berapa banyaknya neuron

penggerak atau neuron pengemban kewaspadaan yang aktif. Kemampuan untuk dapat

digalakkan sehingga menimbulkan potensial aksi adalah unsur fungsional utama

neuron-neuron tersebut. Selain itu juga, hal itu juga didukung oleh proses-proses yang

memelihara kehidupan neuron-neuron serta unsur-unsur selular otak melalui proses

biokimiawi, karena derajat kesadaran bergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut

yang aktif. Adanya gangguan-gangguan baik pada neuron-neuron pengemban

kewaspadaan ataupun penggerak kewaspadaan akan menimbulkan gangguan

kesadaran. Struktur yang berperan dalam kesadaran antara lain adalah11:

1. Reticular Activating System (RAS)

Jaringan neuron dan serat saraf di batang otak yang menerima input dari traktus

spinothalamikus (sensorik) dan diteruskan ke seluruh korteks serebral. Arousal yaitu


keaktifannya bergantung sepenuhnya pada fungsi RAS yang adekuat. Arousal tidak ada

hubungannya dengan fungsi berpikir otak. Respon buka mata saat dipanggil berarti

RAS berfungsi tapi tidak berarti orang tersebut sadar atau aware.

2. Korteks Serebri

Fungsi korteks serebri adalah untuk memodulasi informasi yang berasal dari

RAS karenanya korteks membutuhkan RAS untuk berfungsi dengan baik. Awareness

itu berarti korteks serebral bekerja dengan baik dan pasien dapat berinteraksi dan

menginterpretasi lingkungan di sekitarnya.

Gambar 1 Pusat-pusat kesadaran pada otak

Anda mungkin juga menyukai