Anda di halaman 1dari 12

Perumusan Pancasila dan UUD 1945

Proses Perumusan Pancasila


Pada tanggal 17 september 1944, Perdana Menteri Jepang Koiso mengemukakan akan memberi
kemerdekaan kepada bangsa indonesia, maka tanggal 1 maret 1945 pemerintah militer jepang
mengumumkan dalam waktu dekat akan dibentuk badan yang bertugas menyelidiki dan
menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kemerdekaan tersebut. Pada tanggal 29 april 1945
dibentuklah suatu badan yang diberi nama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zunbi Choosakai dengan ketua Dr.K.R.T.
Radjiman Wediodiningrat, tanggal 28 mei 1945 BPUPKI dilantik oleh Saiko Syikikan
pemerintah militer jepang yang dihadiri Jenderal Itagaki, Panglima Tentara VII bermarkas di
Singapura, dan Letjen Nagaki, Panglima XVI di jawa dan diadakan pula pengibaran bendera
kebangsaan jepang hinomaru oleh Mr.a.g.pringgodigdo dan bendera sang merah putih oleh
Toyohiku Masuda.
Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut,
yakni:
Sidang I tanggal 29 mei sampai dengan 1 juni 1945.
Dengan tujuan mengumpulkan tentang segala pandangan sebagai dasar negara. Adapun
pandangannya :
pidato pertama oleh Mr. Muhammad Yamin tanggal 29 Mei 1945.

1 Menyampaikan usul rumusan konsep dasar Indonesia merdeka secara lisan dan tulisan yaitu:
Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan
lima calon dasar negara yaitu:
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri ke-Tuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Rumusan Tertulis
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar
negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kebangsaan Persatuan Indonesia
Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2 Tokoh-tokoh islam
seperti K.H.Wahid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, dll, tanggal 30 mei 1945 mengusulkan
dasar Negara islam
Prof.Dr.Mr.R.Soepomo tanggal 31 mei 1945
yang isinya :
Negara harus berdasarkan Negara Kesatuan yang bersifat integralistis.
Tiap warga negara dianjurkan berKetuhanan.
Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk badan permusyawaratan rakyat, agar kepala
negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-wakil rakyat.
Sistem ekonomi hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan, sistem tolong-menolong dan
koperasi.
Negara Indonesia yang besar atas semangat kebudayaan indonesia yang asli, dengan sendirinya
akan bersifat negara asia timur raya.
Disamping itu beliau mengusulkan dasar Negara, yaitu :
Persatuan
Kekeluargaan
Keseimbangan Lahir Dan Batin
Musyawarah
Keadilan Rakyat
Ir.Soekarno
Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar negara,
diantaranya adalah Ir Sukarno.
Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila. Usul
Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima
prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan
istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli
bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno
di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
Rumusan Pancasila
Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
Mufakat,-atau demokrasi
Kesejahteraan sosial
ke-Tuhanan yang berkebudayaan
Ke lima asas tersebut kemudian diberi nama Pancasila, kemudian diperas menjadi tiga sila yang
disebut Tri Sila, yaitu :
Socio-Nationalisme, Perasan Sila I&II
Socio-Democratis, Perasan Sila III&IV
Ketuhanan
Ketiga sila itu lalu diperas lagi menjadi satu sila dan disebut Ekasila yaitu : gotong royong.
Karena masing-masing usul setelah dibahas berkesimpulan tidak sepakat maka dibentuklah
panitia kecil penampung dan pemeriksa usul-usul yang beranggotakan 8 orang dan disebut
panitia 8 yaitu :

Ir. Soekarno (ketua), Mr.A.A. Maramis, Ki Bagoes Hadikoesoemo, K.H. Wahid Hasjim,
M.Soetradjo Karthadikoesoemo, Rd. Otto Iskandardinata, Mr.Muh. Yamin, Drs.Moh. Hatta.
Sidang II Panitia Kecil 22 Juni 1945
Dalam sidang pertama BPUPKI disepakati bahwa untuk menindak lanjuti sidang yang belum
mencapai kesimpulan dibentuk Panitia Kecil. Panitia Kecil ini bertugas merumuskan hasil sidang
I dengan lebih jelas. Anggota Panitia Kecil ada Sembilan orang sehingga sering disebut Panitia
Sembilan. Kesembilan tokoh tersebut ialah:
Ir. Soekarno (Ketua merangkap anggota)
Drs. Mu. Hatta (Wakil Ketua merangkap anggota)
A.A. Maramis, S.H. (anggota)
Abikusno Cokrosuyoso (anggota)
Abdul Kahar Muzakkir (anggota);
Haji Agus Salim (angota);
K.H. Wahid Hasyim (anggota);
Achmad Soebardjo, S.H. (anggota);
Mr. Muh. Yamin (anggota).
Sidang Panitia Sembilan ini dilaksanakan tanggal 22 Juni 1945 di Gedung Jawa Hokokai Jakarta.
Selain panitia sembilan, anggota BPUPKI lainnya juga hadir dalam rapat tersebut, sehingga
jumlah peserta rapat ada 38 orang.Dalam sidang Panitia Kecil tanggal 22 Juni 1945 dihasilkan
piagam Jakarta. Isi Piagam Jakarta selengkapnya adalah sebagai berikut:

“Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa menghan-tarkan rakyat.”
Indonesia kepada pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya. Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia
yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan, dengan
berdasar kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Sidang III BPUPKI
Sidang II BPUPKI diselenggarakan pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945.
Dalam sidang ini dibicarakan mengenai penyusunan Rencana Pembukaan Undang-undang Dasar
dan rencana Undang-undang Dasar serta rencana lain yang berhubungan dengan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Dalam rapat tanggal 11 Juli 1945 dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan
susunan sebagai berikut:
Ir. Sukarno;
R. Otto Iskandardinata;
B.P.H. Purbaya;
K.H. Agus Salim;
Mr. Achmad Subarjo;
Mr. R. Supomo;
Atas usul dari Husein Jayadiningrat dan Mr. Muh. Yamin, maka dalam Panitia Perancang
Undang-undang Dasar dibentuk Panitia Kecil dengan susunan sebagai berikut:
Panitia Kecil Declaration of Rights, dengan susunan anggota Mr. Achmad Subardjo (Ketua),
Parada Harahap, dan dr. Sukirman Wiryosanjoyo.
Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar dengan susunan Mr. Soepomo (Ketua), Mr.
Achmad Soebardjo, K.P.R.T. Wongsonegoro, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, K.H. Agus
Salim, dr. Sukirman Wiryosanjoyo.
Dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, terdapat nilai-nilai juang yang
digunakan para pejuang bangsa kita. Di antara nilai-nilai juang tersebut adalah:
Nilai persatuan dan kesatuan mereka begitu menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Nilai keikhlasan. Para perumus dasar negara kita saat itu tidak terpikir untuk mendapat imbalan.
Mereka ikhlas demi bangsa dan negaranya.

Berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Demi keadilan, mereka berani melakukan
perjuangan di tengah-tengah bahaya.
Toleran terhadap perbedaan. Perumusan dasar negara diwarnai dengan sikap menghargai
perbedaan.
Nilai musyawarah mufakat. Mereka merumuskan dasar negara dengan asas musyawarah untuk
mencapai kata mufakat.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah :
Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945
Pada tanggal 22 juni 1945 sembilan tokoh yang terdiri dari : Ir. Soekarno, Wachid Hasyim, Mr
Muh. Yamin, Mr Maramis, Drs. Moh. Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Abdul Kahar Moezakir,
Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim yang juga tokoh Dokuriti Zyunbi Tioosakay
mengadakan pertemuan untuk membahs pidto serta usul-usul mengenai dasar Negara yang telah
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik. Sembilan tokoh tersebut dikenal dengan “Panitia
Sembilan” setelah mengadakan siding berhasil menyusun sebuah naskah piagam yag dikenal
denga “Piagam Jakarta”.
Adapun rumusan pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta antara lain :
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar – tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27 Desember
1949
Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus 1950
Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit
Presiden 5 Juli 1959)
B. Proses Perumusan Undang-undang Dasar 1945
Rumusan UUD 1945 yang ada saat ini merupakan hasil rancangan BPUPKI. Naskahnya
dikerjakan mulai dari tanggal 29 Mei sampai 16 Juli. Jadi, hanya memakan waktu selama 40 hari
setelah dikurangi hari libur. Kemudian rancangan itu diajukan ke PPKI dan diperiksa ulang.
Dalam sidang pembahasan, terlontar beberapa usulan penyempurnaan. Akhirnya, setelah melalui
perdebatan, maka dicapai persetujuan untuk diadakan beberapa perubahan dan tambahan atas
rancangan UUD yang diajukan BPUPKI.
Perubahan pertama pada kalimat Mukadimah. Rumusan kalimat yang diambil dari Piagam
Jakarta,” …dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dihilangkan. Kemudian pada pasal 4. Semula hanya terdiri dari satu ayat, ditambah satu ayat lagi
yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD”. Dan, juga dalam pasal ini semula tertulis,” wakil presiden ditetapkan dua orang” diganti
menjadi “satu Wakil Presiden”.

Juga pada Pasal 6 ayat 1, kalimat yang semula mensyaratkan presiden harus orang Islam dicoret.
Diganti menjadi,” Presiden adalah orang Indonesia asli”. Dan, kata “mengabdi” dalam pasal 9
diubah menjadi “berbakti”. Tampaknya, BPUPKI, Panitia Perancang UUD dan juga Muh.
Yamin lalai memasukkan materi perubahan UUD sebagaimana terdapat dalam setiap konstitusi.
Hingga sidang terakhir pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI sama sekali tidak menyinggungnya.
Walaupun saat itu, sempat muncul lontaran dari anggota Kolopaking yang mengatakan, ” Jikalau
dalam praktek kemudian terbukti, bahwa ada kekurangan.
Usulan mengenai materi perubahan UUD baru muncul justru muncul saat menjelang berakhirnya
sidang PPKI yang membahas pengesahan UUD. Di tanggal 18 Agustus 1945 itu, Ketua Ir
Soekarno mengingatkan masalah tersebut. Kemudian forum sidang menyetujui untuk diatur
dalam pasal tersendiri dan materinya disusun oleh Soepomo. Tak kurang dari anggota
Dewantara, Ketua Soekarno serta anggota Soebarjo turut memberi tanggapan atas rumusan
Soepomo. Tepat pukul 13.45 waktu setempat, sidang menyetujui teks UUD.
Dalam pidato pe-nutupan, Ketua Ir Soekarno menegaskan bahwa UUD ini bersifat sementara
dan, “Nanti kalau kita bernegara didalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan
mengumpulkan kembali Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat UUD yang lebih
lengkap dan lebih sempurna.” Dari pidato ini, implisit tugas yang diemban oleh UUD 1945
sebatas mengantar gagasan (konsepsi) Indonesia masuk dalam wilayah riel bernegara. Setelah
itu, akan disusun UUD baru yang lebih lengkap dan sempurna.

Namun,dalam perjalanan selanjutnya, eksperimen ketatanegaraan tak kunjung berhasil


menetapkan UUD baru. Upaya yang dilakukan sidang Dewan Kontituante berakhir dengan
kegagalan. Walhasil, hingga 1959 belum juga mampu disusun satu UUD baru yang lebih
lengkap dan sempurna. Solusinya, UUD 1945 diberlakukan kembali. Kesejarahan konstitusi ini,
jelas mengakibatkan banyak dampak politis. Tulisan ini membatasi diri hanya pada kajian
sejarah. Utamanya yang berkait dengan watak asali dari UUD 1945. Apakah dengan dekrit –
yang melahirkan kesan inkonsistensi sikap Soekarno, sifat kesemntaraan UUD 1945 berubah
menjadi definitif atau tetap. Satu dari dua kemungkinan yang jelas akan berakibat serius pada
perjalanan ketatanegaraan selanjutnya.
Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut:
Pembukaan (mukadimah) UUD 1945
Terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara
yang berbunyi sebagai berikut.
Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan
tambahan.
Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
1.http://poetra-buana.blogspot.com/2011/10/proses-perumusan-pancasila-dan-uud-1945.html
2.http://jamarisonline.blogspot.com/2011/05/proses-perumusan-pancasila-sebagai.html
3.(Http://2011/10/proses-perumusan-pancasila-dan-uud-1945.html)
5.http://pancasilasebagaidsarnegara.blogspot.com/2012/11/kronologis-perumusan-dan-
pengesahan.html

 Pengesahan Undang-undang Dasar sebagai Hukum Dasar Negara atau Konstitusi


Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonegia (PPKI) pada tanggal l8 Agustus
1945.
Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3
keputusan penting, yaitu sebagai berikut :
Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar sebagai
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membantu presiden.
12
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia oleh PPKI dilakukan dalam
dua tahap, yaitu sebagai berikut.
Pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terdiri dari 4
alinea.
Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terdiri atas 16
bab,37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
Jadi, pada waktu itu yang disahkan PPKI adalah UUD negara Indonesia yang terdiri atas
dua bagian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya.
Konstitusi RIS atau UUD RIS 1949 terdiri atas:
a. Mukadimah yang terdiri atas 4 alinea.
b. Bagian batang tubuh yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.
Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain:
Bentuk negara adalah serikat, sedang bentuk pemerintahan adalah republik
Sistem pemerintahan adalah parlementer. Dalam Sistem Pemerintahan ini, kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang perdana menteri Perdana Menteri RIS saat itu adalah
Moh. Hatta
UUDS 1950 terdiri atas :
Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea.
Batang Tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 146 pasal.
Isi pokok yang diatur dalam UUDS 1950 antara lain:

a. Bentuk negam kesatuan dan bentuk pemerintahan republik;


b. Sistem pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950
c. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950 Pendidikan Kewarganegaraan
pada tanggal 5 Juli 1959 presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang isinya
sebagai berikut:
a. Menetapkan pembubaran Konstituante;
b. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Proses Amandemen UUD 1945
Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian (Taufiqurohman
Syahuri,2004), yaitu
a. amandemen konstitusi (constitutional amendment);
b. pembaruan konstitusi (constitutional reform).
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbarui konstitusi
negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Mengapa UUD
1945 perlu diamandemen atau diubah? Secara filosofis, konstitusi suatu negara dalam
jangka waktu tertentu harus diubah.tentang perubahan undang-undang dasar dinyatakan
pada Pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut :

(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawatalan Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah. anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permusyaw ar atan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada
Sidang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 Oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian
UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut.
Amandemen Pertama Terjadi pada Sidang Umum MPR Tahun 1999, Disahkan 19
Oktober 1999
Amandemen Kedua Terjadi pada Sidang Tahunan MPR, Disahksn 18 Agustus 2000
Amandemen Ketiga Terjadi pada Sidang Tahunan MPR Disahkan 10 November 2001
Amandemen Keempat Terjadi pada sidang Tahunan MPR, Disahkan 10 Agustus 2002

Isi Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945


UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan dan
bagian pasal-pasal. Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam
konstitusi negara Indonesia. Pembukaan UUD 1945 berisi 4 alinea sebagai pernyataan
luhur bangsa Indonesia. Selain berisi pernyataan kemerdekaan, ia juga berisi cita-cita dan
keinginan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Pengesahan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dengan tindakan pengesahan atas UUD NKRI oleh PPKI, maka terhitung sejak saat
ituPancasila sebagai Dasar Negara RI,telah berlaku resmi dan merupakan rumusan
yangfinal, karena pengesahannya dilakukan oleh suatu Badan Nasional yang
merupkaanPembentuk Negara RI, dan menurut Hukum Tata Negara mempunyai
wewenang untuk meletakkan Pokok Kaidah Negara yang fundamental.Perumusan-
perumusan lain mengenai Pancasila yang pernah berlaku di Negara RI pasca- proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, ialah sebagaimana tercantum dalam :
Konstitusi RIS (1949) yang meliputi :
Ketuhanan yang Maha Esa
Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kerakyatan
Keadailan sosial
b. UUDS (1950)
yang memuat perumusan yang sama.Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dinyatakan
kembali kepada UUD 1945, yang berarti perumusan Pancasila dalam UUD 1945 itulah
yang berlaku secara sah danresmi hingga sekarang.

BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses perumusan pancasila, UUD 1945, dan Pengesahan Pancasila sebagai Dasar negara
dan Undang – undang Dasar Negara sebagai Hukum Dasar Negara atau Konstitusi.
Perjuangan yang selama ini dilakukan bangsa Indonesia telah berbuah hasil dengan
adanya berdirinya Negara republik Indonesia. Untuk mewujudkan suatu Negara
diperlukan adanya dasar Negara dan hukum-hukum yang dirumuskan para pendiri
Negara yang berbentuk pancasila, UUD 1945. Proses yang dilakukan dengan kerja keras
para pendiri Negara kita pada sidang BPUPKI pertama, sidang BPUPKI ke-2 Piagam
Jakarta dan sidang PPKI. Sedangkan untuk mewujudkan suatu negara perlu adanya dasar
Negara dan Hukum-hukum yang disahkan para pendiri Negara yang berbentuk
Pancasiala dan UUD 1945,melalui beberapa proses.

SARAN
Kita harus menyadari pentingnya pancasila, UUD 1945
Pancasila yang merupakan iddeologi bangsa harus kita jaga

Anda mungkin juga menyukai