Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Dimana suatu

negara didalam melakukan pembangunan nasional dan untuk mensejahterakan

rakyatnya, memerlukan banyak dana. Baik dana yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri. Salah satunya dana tersebut adalah berasal dari pajak. Pengertian

Pajak itu sendiri merupakan suatu sumber anggaran penting dalam pembiyaan

pembangunan nasional. Menurut Soemitro (2003) pajak adalah merupakan suatu

iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut

ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya

imbalan jasa (kontraprestasi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum negara. Maka dari itu, semua rakyat yang menurut undang-

undang termasuk sebagai wajib pajak harus membayar pajak sesuai dengan

kewajibannya Suminarsasi (2012 ).

Pajak juga merupakan sumber penerimaan dan pendapatan utama yang

digunakan dalam pembiayaan dalam pembangunan. Hal tersebut tertuang dalam

Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang mana pajak merupakan

salah satu penerimaan terbesar dalam negeri. Oleh karena itu jika pengeluaran

pembiayaan besar dalam pembangunan maka juga harus diimbangi dengan

1
penerimaan pendapatan yang besar khususnya dalam sektor pajak. Sehingga tidak

berdampak pada perekonomian Negara. Salah satu yang berperan penting dalam

penerimaan pendapatan dalam sektor pajak adalah Pemerintah khususnya Dirjen

pajak yang mempunyai tugas meningkatkan penerimaan pajak dengan berbagai cara

yang sesuai undang-undang dan tidak lupa didukung oleh masyarakat sebagai wajib

pajak yang sangat berperan penting dalam pepajakan. Diberlakukannya dalam

undang- undang otonomi daerah yang mengtur tentang penerimaan dan pendapatan

pajak daerah. Realisasi penerimaan pendapatan pada tahun 2016 mengalami

penurunan 2,3 % dari target. Menurur Ken Dwijugiasteadi terkait realisasi APBN

2016 di gedung Dirjen pajak, Jakarta, Jumat (10/6/2016), Realisasi pendapatan

Negara akhir bulan Mei 2016 mencapai Rp 496,6 triliun atau sebesar 27,2% dari

target APBN 2016 sebesar Rp 1.822,7 triliun, sedangkan realisasi belanja Negara

mencapai Rp 685,8 triliun atau sebesar 32,7 % dari pagu APBN 2016 sebesar Rp

2.095,7 triliun. Hal itu dibandingkan periode sama pada bulan Mei 2015 sebesar Rp

377,028 triliun atau 29,1 %. Turun 2,3 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Naik turunnya penerimaan pendapatan banyak di pengaruhi berbagai faktor salah

satunya kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Wajib pajak merupakan warga negara yang mempunyai keharusan membayar

pajak yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah demi kepentingan

dan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjadi salah satu warga Negara yang baik

adalah warga Negara yang terdaftar sebagai wajib pajak dengan bukti menempunyai

2
kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan setiap wajib pajak diwajibkan

menghitung, menyetor, serta melaporkan pajaknya kepada kantor pelayanan pajak

Mukharoroh (2014). Tetapi banyak warga Negara enggan mendaftarkan dirinya

sebagai wajib pajak. Keengganan mereka mendaftar dirinya sebagai wajib pajak

dikarenakan kurangnya kesadaran, pemahaman, diskriminasi, pandangan mereka

serta meremehkan akan petingnya pajak bagi negara. Wajib pajak didalam

melaporkan melaksanakan kewajibannya dipengaruhi oleh berbagai faktor salah

satunya niat untuk patuh atau tidaknya seorang wajib pajak untuk melakukan

pembayaran perpajakan. Seperti dalam theory of planned Behavior (TPB) adalah

salah satu model yang sering digunakan untuk meramalkan niat individu Meiliana

Kurniawati dan Agus Arianto Tolly (2014). Di dalam teori tersebut Azjen (1991)

menjelaskan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh niat individu Meiliana

Kurniawati

Pemahaman dan pengetahuan tentang tata cara pembayaran pajak, serta

aturan-aturan perpajakan merupakan dasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak.

Pemahaman dapat mempengaruhi wajib pajak terhadap kepatuhan pembayaran pajak

dan terjadinya penggelapan pajak . Seperti yang dikemukakan oleh Sumarnisasi

(2012) bahwa sistem perpajakan yang kurang optimal dan pemahaman wajib pajak

yang masih rendah akan peraturan perpajakan yang berlaku merupakan salah satu

faktor yang dapat memicu bagi wajib pajak melakukan penggelapan pajak dalam

Wahyu Rahmadi (2014). Kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, banyak wajib

3
pajak yang tidak paham dan mengetahui tentang tata cara serta peraturan dalam

perpajakan. Fenomena tersebut merupakan salah satu tugas bagi pemerintah untuk

melakukan sosialisasi tentang perpajakan kepada masyarakat. Sehinggga wajib pajak

sadar dan mengetahui jika pajak merupakan pendapatan Negara yang dapat di

gunakan untuk pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Pemahaman Wajib pajak terhadap peraturan undang – undang perpajakan

sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam perpajakan maka pada akhirnya

perilaku tersebut mempengaruhi keberhasilan dalam perpajakan Solichah (2005)

dalam Muhamad Ary Wicaksono (2014). Kelalaian juga dapat mengurangi

keberhasilan dalam perpajakan. Salah satu terjadinya kelalaian karena disebabkan

ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya

kententuan peraturan dalam perundang – undangan tersebut Zain (2008) dalam

Muhammad Ary Wicaksono (2014). Keberhasilan dalam perpajakan cerminan bagi

wajib pajak yang sadar akan pentingnya pajak. Keberhasilan juga salah satu wujud

kerja sama yang baik dalam pemerintah yang berkecimbung dalam perpajakan

bersama wajib pajak sehingga dapat meningkatkan pendapatan Negara dan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Dan juga salah satu bukti berkurangnya

penggelapan pajak.

Diskriminan merupakan suatu tindakan yang melanggar undang-undang

Negara dan juga suatu contoh penggelapan pajak. Terjadinya diskriminasi di

kalangan wajib pajak membuat wajib pajak merasa dibeda-bedakan karena tidak

4
adanya keseimbangan diantara orang yang mempunyai kedudukan dengan wajib

pajak yang berasal dari kalangan masyarakat biasa. Tindakan diskriminan sangat

berpenaruh juga dalam dunia perpajakan. Dengan adanya tindakan diskriminan

mengakibatkan kerugian dalam perpajakan. Diskriminan juga terjadi dalam kalangan

pemerintahan. Menurut Nickerson et al (2009) pemerintah dikatakan diskriminasi

apabila kebijakan yang diterapkan hanya menguntungkan pihak tertentu saja dan

disisi lain ada pihak-pihak yang dirugikan, dengan adanya diskriminasi yang

dilakukan pemerintah akan mendorong masyarakat untuk tidak setuju atas kebijakan

yang berlaku, salah satunya kebijakan yang ada didalam perpajakan dalam Devi Nur

Cahaya Ningsih dan Devy Puspo Sari (2014).

Pandangan sosial wajib pajak yang berbeda terhadap pemerintah juga

merupakan salah satu faktor dapat terjadinya penggelapan pajak. Pemerintah

mempunyai pandangan bahwa pajak merupakan salah satu pendapatan nasional

terbesar yang dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan nasional dan

mensejahterakan masyarakat, sedangkan masyarakat sebagai wajib pajak lebih

berpandangan jika pajak merupakan beban bagi masyarakat karena masyarakat

beranggapan dengan membayar pajak dapat mengurangi penghasilan dan

menguntungkan pegawai pajak, anggapan itu dikuatkan karena banyaknya

penyelewengan dan diskriminasi yang dilakukan pegawai pajak . Tetapi dengan

adanya peraturan-peranturan pemerintah yang memaksa bagi seluruh wajib pajak

untuk membayar pajak, mau tidak mau wajib pajak harus membayar pajak, karena

5
pemerintah pasti memberikan sanksi pada wajib pajak jika diketahui tidak mau

membayar pajak. Oleh karena itu banyak wajib pajak yang mencari ide untuk

meminimalkan pembayaran, pelaporan pajak. Pembayaran serta perlaporan dengan

cara melanggar undang- undang atau ketentuan yang berlaku demi keuntungan

mereka.

Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan usaha aktif wajib pajak dalam hal

mengurangi, menghapuskan, memanipulasi secara ilegal terhadap hutang pajak atau

meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah terutang

menurut aturan perundang-undangan Menurut Rahayu (2010) dalam Melliana

Kurniawati (2014). Dengan adanya penggelapan pajak sangat mempengaruhi

pendapatan Negara dan mengakibatkan pendapatan Negara berkurang sehingga

kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional tidak tercapai sesuai dengan

tujuan.Penggelapan pajak merupakan perbuatan yang melanggar undang-undang

dalam perpajakan, dan wajib pajak melaporkan surat pemberitahuan tahunan (SPT)

jumlah penghasilan yang lebih rendah dari pada penghasilan yang sebenarnya

(understatement of income), sering kali pihak yang bersangkutan melaporkan biaya

yang lebih tinggi sehingga pembayaran pajak diperkecil Irma Suryani Rahman

(2013). Penggelapan pajak yang lebih parah dilakukan apabila seorang wajib pajak

tidak sama sekali melaporkan pajak terutangnya.

Direktorat Jendral (Ditjen) pajak, merupakan suatu instansi pemerintah yang

dibawah naungan Departement keuangan yang bertugas sebagai pengelola sistem

6
perpajakan di Indonesia, instansi yang harus berusaha melakukan tugas pokoknya

yaitu meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasikan pelaksanaan sistem

perpajakan menjadi lebih modern Rachmadi (2014). Dengan adanya instansi

pemerintah yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan aturan-

aturan yang sudah ditetapkan dan tidak melakukan penyelewengan maka sangat

mempengaruhi atas penerimaan pajak, sehingga pajak dapat terealisasi sesuai dengan

sasaran dan tujuan. Terealisasinya pajak penggelapan pajak dapat teminimalisasi.

Adanya beberapa kasus penggelapan pajak di Indonesia seperti kasus Gayus

Halomoan Tambunan (2009) pada PT Mega Cipta Jaya Garmindo, PT Metropolitan

Retailermart, PT Megah Citra Raya, PT Surya Alam, kasus Suwir Laut (2011) pada

PT Asian Agri Goup, kasus jhon basuki (2012) pada PT Mutiara Virgo (MV) dan

lain sebagainya merupakan bukti penggelapan pajak di Indonesia sering terjadi

bahkan dari kalangan petugas pajak maupun wajib pajak. Seharusnya petugas pajak

itu tahu kalau perbuatan penyelewengan atau penggelapan pajak itu perbutan yang

melanggar peratuaran dan undang-undang. Maka dari itu perbuatan tersebut

menggambarkan minimnya etika dan tanggung jawab yang dimiliki. Petugas pajak

hanya mementingkan kepentingan diri di banding kesejahteraan dan kebutuhan

masyarakat.

Penelitian ini dilakukan karena peneliti tertarik dari penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad Ridwan 2014 di KPP Surakarta yang meneliti tentang sensitivitas etika

wajib pajak terhadap tax evasion bahwa gender tidak berpengaruh pada sensitivitas

7
etis atas tax evasion sedangkan usia dan tingkat pendidikan memadahai untuk

memepengaruhi sensitivitas atas tax evasion. Berdasarkan penelitian dari Wahyu

Sumanirasi dan Supriyadi (2012) bahwa diskriminasi berpengaruh negatif terhadap

persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak, keadilan positif serta system

perpajakan berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika

penggelapan pajak. Penelitian dari Maria Angelina Sutiono dan Yenni Mangoting

(2014) semakin tinggi pandangan sosial terhadap penggelapan pajak maka semakin

tinggi pula kemungkinan seorang wajip pajak untuk melakukan penggelapan,

sedangkan semakin tua usia wajib pajak dan semakin tinggi tingkat kepercayaan

seseorang wajib pajak terhadap pemerintah maka semakin rendah seseorang wajib

pajak untuk melakukan penggelapan. Penelitian dari Meliana Kurniawati dan Agus

Arianto Toly (2014) menunjukkan bahwa keadilan berpengaruh positif Signifikan,

biaya kepatuhan berpengaruh positif signifikan, tarif pajak berpengaruh positif

signifikan, dan keadilan, biaya kepatuhan dan tarif pajak secara bersama sama

berpengaruh terhadap persepsi penggelapan pajak.

Penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu terdapat pembeda pada

objeknya, variabel, serta lokasi observasinya. Yang mana objek pada penelitian

terdahulu meneliti wajib pajak yang bekerja diintansi sedangkan penelitian sekarang

objeknya wajib pajak pribadi yang terdaftar pada KPP berdasarkan penelitian Ahmad

Ridwan (2014). Pada variabelnya pada penelitian sekarang gabungan dari beberapa

variabel penelitian terdahulu berdasarkan penelitian Suminarsasi, dkk (2012),

8
Melliana dkk (2014). Sedangkan lokasi penelitian sekarang wajib pajak yang terdaftar

pada KPP Demak, Penelitian terdahulu pada wajib pajak di Surabaya berdasarkan

penelitian Maria dkk (2014). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil

judul PENGARUH ETIKA WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN, DISKRIMINAN,

DAN PANDANGAN SOSIAL TERHADAP TAX EVASION (Penggelapan Pajak).

1.2 Rumusan Masalah

Penggelapan pajak pada akhir-akhir ini marak terjadi di Indonesia. Hal itu

dapat dilihat dari berbagai media massa, yang palakunya banyak dilakukan dari

kalangan wajib pajak maupun petugas pajak. Penggelapan pajak biasanya dilakukan

dengan berbagai variasi dan dengan jumlah uang yang relative banyak. Penggelapan

pajak sering dipengaruhi dengan berbagai aspek misalnya wajib pajak yang kurang

tahu tentang etika atau cara pembayaran pajak, pemahaman tentang pajak yang

kurang, deskriminasi pajak, serta peluang terjadinya penggelapan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah

1) Bagaimana etika wajib pajak berpengaruh terhadap penggelapan pajak?

2) Bagaimana pemahaman, diskriminan dan pandangan sosial berpengaruh

terhadap penggelapan pajak?

9
3) Variabel independen (etika wajib pajak, pemahaman, diskriminan,

pandanagan sosial) manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap

tax evasion.

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis pengaruh etika wajib pajak terhadap penggelapan pajak.

2) Untuk menganalisis pengaruh pemahaman,diskriminan dan pandangan sosial

terhadap penggelapan pajak.

3) Untuk menganalisis variabel yang paling dominan memepengaruhi terhadap

tax evasion .

1.4 Manfaat Penelitian

1) Menambah referensi dan juga wawasan bagi penelitian yang akan datang,

sehingga mampu menjadi pembanding tentang penelitian yang berhubungan

dengan penggelapan pajak (tax evasion)

2) Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingya kesadaran didalam

perpajakan dan kegunaan dari pajak.

3) Memberikan informasi tentang beberapa faktor yang mempengaruhi tentang

penggelapan pajak, sehingga masyarakat mampu menekan serendah mungkin

terjadinya penggelapan pajak.

10
4) Meberikan acuan bagi pemerintah atau kantor KPP tentang faktor yang

mempengaruhi penggelapan pajak dan mampu memberikan penyuluhan

kepada wajib pajak sehingga penggelapan pajak dapat terminimalisir.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Penggelapan pajak (Tax Evasion)

Penggelapan pajak merupakan salah satu tindak pidana dalam melakukan

penyelewengan pajak atau meminimalisir pajak yang terhutang dengan cara yang

melanggar aturan- aturan atau undang- undang dalam perpajakan. Penggelapan pajak

yang demikian biasanya terjadi karena beberapa hal diantaranya: kurangnya etika

wajib pajak, kurangnya pemahaman tentang pajak oleh wajib pajak, adanya

diskriminasi pajak, serta pengaruh pandangan masyarakat yang terjadi dalam

kehidupan sosial, dan lain sebagainya.

2.1.1 Pengertian Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Tax evasion diartikan sebagai suatu skema mempekecil pajak yang terutang

dengan cara melanggar ketentuan pajak yang terutang dengan cara melanggar

ketentuan perpajakan. Menurut M. Zain (2008) dalam Kurniawati dan Toly (2014),

upaya penggelapan pajak adalah:

1) Tidak memenuhi pengisian surat pemberitahuan tepat waktu;

2) Tidak memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya secara lengkap

dan benar;

3) Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat waktu;

12
4) Tidak memenuhi kewajiban memelihara pembukuan;

5) Tidak memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan yang dipotong

dan dipungut;

6) Tidak memenuhi kewajiban membayar taksiran pajak terutang;

7) Tidak memenuhi permintaan fikus akan informasi pihak ketiga; dan

8) Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan atau tindakan administrasi

lainnya.

Menurut Mardiasmo (2009) penggelapan pajak (tax evasion) adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara

melanggar undang-undang. Karena pelanggar pajak yang dilakukan dengan cara

ilegal, maka wajib pajak mengabaikan etika, norma-norma serta ketentuan yang telah

ditentukan dalam perpajakan. Hal itu dapat dilakukan dengan memalsukan dokumen,

mengisi data yang tidak sesuai dan tidak lengkap Irma Suryani Rahman (2013).

Menurut Rahayu (2010) penggelapan pajak adalah usaha aktif wajib pajak dalam hal

mengurangi, menghapuskan, memanipulasi, secara ilegal terhadap hutang pajak atau

meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagai mana yang telah terutang

menurut aturan undang - undang Meliana Kurniawati dan Agus toly (2014).

Tax evasion adalah skema memeperkecil pajak yang terutang dengan cara

melanggar ketentuan perpajakan seperti dengan cara tidak melaporkan sebagian

penjualan atau memeperbesar biaya dengan cara fiktif. Cara-cara itu biasanya lakukan

untuk menambah keuntungan pribadi. Sehingga dapat merugikan Negara dan

13
berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lainnya Saundy (2011)

dalam Ahmad Rachmadi (2014).

Menurut Wallschutzki beberapa alasan yang menjadi pertimbangan wajib

pajak untuk melakukan penghindaran pajak Nurmantu (2004) dalam Irma Suryani

Rahman (2013) yaitu:

1) Adanya peluang dalam melakukan penghindaran pajak karena ketemtuan

perpajakn yang ada belum mengatur secara jelas mengenai ketentuan-

ketentuan tertentu

2) Kemungkinan dalam pembuatanya diketahui relative kecil

3) Sanksi dalam perpajakn yang tidak terlalu berat

4) Ketentuan perpajakan tidak berlaku sama terhadap seluruh wajib pajak

5) Pelaksanaan didalam penegak hokum yang bervariasi.

2.1.2 Dampak Terjadinya Penggelapan Pajak

Menurut Siahaan, (2010) dalam Irma Suryani Rahman (2013) bahwa

penggelapan pajak membawa akibat pada perekonomian secara makro. Dengan

adanya penggelapan pajak dapat berdampak pada berbagai bidang yaitu:

1) Penggelapan pajak dalam bidang keuangan

Dengan terjadinya penggelapan pajak sangat berpengaruh pada bidang

keuangan karena dapat menjadikan ketidak seimbangan anggaran antara

14
pendapatan dan pengeluaran. Sehingga menjadikan inflasi tarif pajak yang

meningkat dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan dalam pemungutan pajak

biasanya menggunakan falsafah sebagai berikut: “wajib pajak yang mengelakkan

pajak mungkin mengira bahwa Negara mengambil sejumlah yang sudah ada

dikantungnya. Pada hakikatnya dialah yang mengambil uang dari warga-warga

yang oleh Negara harus diminta pengorbanan lain (untuk mengimbangi

kekurangan yang timbul oleh wajib pajak yang tidak menunaikan kewajibannya

itu)” Irma Suryani Rahman (2013).

2) Penggelapan Pajak Dalam Bidang Ekonomi

Menurut Siahaan (2010) dalam Irma Suryani Rahman (2013) Penggelapan

pajak dalam ekonomi berdampak pada:

(1) Penggelapan pajak sangat berpengaruh terhadap persaingan sehat antar

pengusaha, karena pengusaha yang melakukan penggelapan pajak dengan cara

meninggikan biaya-biaya nya sehingga, dapat menguntungkan di banding

pengusaha yang tidak melakukan hal tersebut.

(2) Penggelapan pajak tersebut merupakan stagnasi perputaran roda ekonomi jika

perusahaan yang bersangkutan berusaha mencapai tambahan dengan

melakukan penggelapan pajak.

Oleh karena itu dengan adanya penggelapan pajak berpengaruh besar

terhadap perekonomian Indonesia, karena dapat merugikan banyak orang, baik pelaku

15
ekonomi dari kalangan penanam modal, investor, pengusaha dan lain sebagainya

maupun pelaku ekonomi dari kalangan masyarakat, padahal hanya mementingkan

kepentingan sepihak saja, akan tetapi sangat berpengaruh besar terhadap

kelangsungan perekonomian.

3) Penggelapan pajak dalam bidang psikologis

Dengan adanya penggelapan pajak dapat membiasakan diri untuk melakukan

penipuan yang seharusnya membayar kewajibannya sebagai wajib pajak tapi wajip

pajak enggan membayar , dan apabila hal itu dapat terungkap oleh pihak- pihak

terkait maka wajip pajak akan mendapatkan sanksi maupun denda yang berlipat

sehingga dapat mengganggu psikologisnya.

Dari paenjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa penggelapan pajak dapat

berdampak besar khususnya dalam bidang keuangan, ekonomi, dan juga psikologi.

Dengan adanya penggelapan pajak anggaran-angaran yang sudah direncanakan tidak

dapat terlaksana, perekonomian tidak setabil serta banyaknya wajib pajak yang

mengalami tekanan psikologis yang terbiasa melakukan suatu tindakan yang tidak

sesuai aturan.

2.2 Wajib Pajak

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang

perubahan yang baru atas undang- Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang disebut dengan Wajib Pajak adalah orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

16
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan

pajak atau pemotiong pajak tertentu Sumanirsasi (2012).

Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-89/PJ/2009 ditegaskan

bahwa agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang dapat menyulitkan

administrasi pajak hanya mengenal istilah-istilah wajib pajak efektif dan wajib pajak

non efektif dengan pengertian sebagai berikut:

(1) Wajib Pajak Efektif Adalah Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban

perpajaknnya berupa memenuhi kewajiban menyampaikan surat

pemberitahuan (SPT) Massa dan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

sebagaimana mestinya.

(2) Wajib pajak non efektif adalah wajib pajak yang tidak melakukan

pemenuhan kewajiban perpajakannya baik berupa pembayaran maupun

penyampaian SPT massa atau SPT tahunan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakn yang nantinya bisa di aktifkan

kembali Mukharoroh (2014)

Dan Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam surat edaran Direktorat Jendral

Pajak Nomor SE-89/PJ/2009, dan wajib pajak non aktif Mukharoroh (2014) sebagai

berikut:

(1) Selama tiga tahun berturut-turut tidak pernah melakukan pemenuhan

kewajiban perpajakanbaik berupa pembayaran pajak atupun penyampaian

SPT Massa atau SPT Tahunan.

17
(2) Wajib Pajak yang sudah meninggal dunia atau bubar tetapi belunm ada

surat keterangan resminya.

(3) Tidak diketahui dan ditemukan lagi alamtnya

(4) Wajib pajak secara nyata tidak mennjiukkan kegiatan usahanya.

2.3 Etika Wajib Pajak

2.3.1 Pengertian Etika

Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang

berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custo). Etika berkaitan dengan moral

yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “mos” yang dalam bentuk melakukan

perbuatan baik dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk Irma Suryani Rahman

(2013).

Etika dapat dipahami sebagai gambaran dari prinsip-prrinsip moral atau nilai-

nilai individu berdasarkan keyakinan (belief) serta sikap (attitudes) yang sudah

terinternalisasi Grosh dan Crain (1996) dalam Nur Cahyono, Dwi Ratmono, Faisal

(2012). Song dan Yarbrough (1978) mendefinisikan etika pajak sebagai norma –

norma yang mengatur perilaku warga Negara sebagai pembayar pajak dalam

hubungannya dengan pemerintah Nur Cahyono, Dwi Ratmono, Faisal (2012)

Etika adalah peraturan dalam lingkup dimana orang per orang atau kelompok

orang yang menjalani kehidupan dalam lingkup perpajakan, bagaimana mereka

melaksanakan kewajiban perpajakanya, apakah sudah benar, salah, baik ataukah jahat

18
Sumanirsasi (2011). Dalam pengertian diatas etika dapat disimpulkan merupakan

suatu tindakan yang dilakukan seseorang didalam melaksanakan perpajakan untuk

memenuhi kewajiban dengan baik dan benar.

2.3.2 Jenis –jenis etika

Menurut Beterns etika dibedakan menjadi dua yaitu; Syopiansyah (2009)

dalam Irma Suryani Rahman (2013).

1) Etika sebagai praktis

(1) Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh yang dipraktekan atau

justru tidak di praktikkan walaupun seharusnya di praktekkan

(2) Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sejauh dengan nilai dan

norma moral

2) Etika sebagai refleksi

(1) Pemikiran moral berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya

tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan

(2) Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku seseorang

(3) Berbicara tentang etika sebagai praktis atau mengambil praktis etik

sebagai objeknya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (1998) etika dapat diartikan sebagai berikut:

19
1) Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak

dan kewajiban moral (akhlak).

2) Sebagai kumpulan asa atau nilai yang berkaitan dengan akhlak.

3) Nilai tentang benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau

masyarakat.

Menurut Sidik (2007) dalam Irma suryani Rahman (2013) etika dapat

dikelompakkan menjadi dua yaitu:

1) Etika merupakan karakter individu, maksudnya orang yang beretika adalah

orang yang mempunyai perilaku baik.

2) Etika merupkan hukum sosial, sifat dasar etika adalah sifat kritis, etika

bertugas.

Dalam perilaku penggelapan pajak (tax evasion), Murni, Tarjo, dan

Muhammad (2013) dalam Wahyu Rachmadi (2014) menyatakan dari pengalaman-

pengalaman wajib pajak dapat menimbulkan kepatuhan atau ketidakpatuhan didalam

melaksanakan ketentuan dalam parpajakan, tentang perilaku etis juga berpenguh

terhadap tindakan dalam perpajakan. Oleh karena penggelapan pajak merupakan

suatu tindakan yang tidak etis. Maka dari itu orang yang mempunyai perilaku beretika

maka seorang wajib pajak biasanya menghindari perbuatan tersebut. Etika juga

merupakan suatu perbuatan yang moral yang bersifat normatif dalam kehidupan dan

seseorang dapat dikatakan bersifat baik atau buruk.

20
Menurut Bosco dan Mittone (1997) yang meneliti penggelapan pajak dalam

perusahaan dianggap tidak mempunyai etika lebih berdasarkan oeh moral

dibandingan dengan budaya Sri Hutami (2014). Moral sering dianggap oleh manusia

merasa berdosa jika tidak menjalankan kewajibannya berbeda dengan Budaya. Bosco

lebih menyoroti teori tentang pandangan etika dalam dua teori yaitu Teori Kant dan

Altruistic Approach.

Dalam Sri Hutami (2014) Penggelapan pajak dipandang dari Teori etika

adalah

1. Teori Egoisme

Teori egoism, dalam teori ini penggelapan pajak tidak dapat dianggap sebagai

suatu tindakan yang dikategorikan melanggar. Sebab tindakan mementingkan diri

sendiri bukan merupakan pelanggaran etika. Maka, suatu pegawai dikategorikan

suatu tindakan mementingkan diri sendiri.

2. Teori hak dan kewajiban (Emanuel Kant)

Teori etika yang dikemukakan oleh kant adalah teori hak dan kewajiban.hal

tersebut sangat tepat dikaitkan dengan penggelapan pajak. Karena seorang wajib

pajak mempunyai kewajiban dalam membayar pajak kepada Negara. Dan Negara

mempunyai kewajiban juga dalam memberikan fasilitas kepada warga negaranya.

Hak seorang wajib pajak menikmati fasilitas yang disediakan oleh Negara. Hak

Negara menerima pendapatan untuk pembiayaan pembangunan. Penggelapan pajak

dapat diartikan bahwa wajib pajak tidak membayarkan iuran sesuai dengan ketentuan

21
perundangan atau tidak melaporkan yang seharusnya menjadi kewajibannya.

Sedangkan wajib pajak menikmati fasilitas yang sudah di berikan hal tersebut dapat

dikatakan suatu penggelapan dalam perpajakan.

3. Teori Etika altruistic

Altruistic approach Bosco (1997) adalah suatu tindakan yang peduli pada

orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mementingkan

kepentingan diri sendiri . wajib pajak seharusnya membayarkan pajaknya untuk

kepentingan umum. Tetapi dengan tidak membayarkan iuran pajak untuk kepentingan

sendiri di bandingkan kepentingan orang banyak. Penggelapan pajak terjadi jika dana

yang seharusnya digunakan untuk kepentingan bersama namun di gunakan untuk

kepentingan oleh opnum tertentu.

4. Teori Utilitarianisme

Dalam teori ini mengorbankan prisip keadilan dan hak individu demi

kemanfaatan orang banyak adalah diperbolehkan.misalnya pemerintah berhak

menekan perusahaan untuk membayar pajak karena dana yang digunakan untuk

kesejahteraan masyarakat yang lebih banyak.

5. Teori Tindakan Utama

Sifat yang harus ada dalam diri seseorang itu harus jujur, dapat dipercaya,

benar, beretika serta sosial. Penggelapan pajak adalah tindakan yang tidak jujur,

melanggar kepercayaan, dan bukan perbuatan yang wajar baik yang dilakukan wajib

22
pajak maupun aparat pajaknya. Oleh karena ketidak sesuaian itu bisa dikategorikan

pelanggaran etika.

6. Teori Etika Teonom

Penggelapan pajak merupakan suatu tindakan yang melanggar agama, karena

agama dianjurkan untuk memeberi suatu yang kita miliki dan digunakan memebantu

sesame. McGee (1997) menjelaskan bahwa dalam berbagai agama (Islam, Kristen,

Katolik) pembayaran pajak dianjurkan dan di perbolehkan. Berarti apabila tidak

membayar pajak sesuai dengan peraturan maka wajib pajak melakukan pelanggaran

beretika dan bertentangan dengan agama.

2.1.4 Teori Pemahaman perpajakan

Didalam perpajakaan pemahaman tentang tata cara pembayaran itu sangat erat

kaitannya dalam melakukan dalam melakukan pembayaran pajak. Menurut Resmi

(2009) dalam Wahyu Rachmadi (2014) mengatakan pengetahuan dan pamahaman

akan peraturan perpajakan adalah seorang wajib pajak yang memahami tentang

perpajakan dan menerapkan dalam pembayaran sehingga pajak dapat dibayarkan

sesuai dengan aturan- aturan yang berlaku. Pengetahuan dan pemahaman didalam

perpajakan sangat erat kaitannya dengan terjadinya penggelapan pajak. Dengan

adanya pemahaman wajib pajak maka resiko penggelapan pajak akan semakin

berkurang.

23
Pemahaman peraturan perpajakan adalah merupakan suatu proses wajib pajak

memahami dan mengetahui tentang peraturan dan undang-undang dan juga tata cara

perpajakan. Maka Wajib pajak mampu menerapkan dalam kegiatan perpajakan;

seperti: membayar pajak, melaporkan SPT dan lainnya Nirawan (2013). Ketika

seseorang memahami dan mengetahui perpajakan. Hal tersebut dapat meningkatkan

wawasan bagi wajib pajak tentang perpajakan dan secara tidak langsung mampu

menumbuhkan sifat dan kesadaran untuk membayar pajak.

Syarat-syarat dalam pembayaran pajak Resmi (2009) dalam Waluyo

Rachmadi (2014) yaitu

1) Wajib pajak harus mempunyai NPWP

2) Wajib pajak harus melaporkan SPT

Dua syarat diatas dapat menjadi indikator kemauan membayar pajak yang

dilakukan oleh wajib pajak, oleh karena wajib pajak baru yang akan membayar pajak

harus mendaftarkan dirinya dahulu agar mendapatkan NPWP. Selanjutnya orang

yang sudah memepuyai NPWP harus memperbaruhi kepemilikan tersebut agar dapat

membayar pajak secara berkelanjutan. Kedua kepemilikan NPWP selanjutnya harus

di tindak lanjuti dengan melaporkan SPT oleh wajib pajak waluyo (2007) dalam

Wahyu Rahmadi, (2014)

Biasanya wajib pajak yang melakukan penggelapan pajak, bahwa ia sadar

jika perbuatanya itu tidak sesuai dengan undang-undang. Karena kurangnya

24
pemahaman dan ketidaktahuan dengan tata cara melakukan pembayaran pajak,

rendahnya kesadaran pentinya pajak , sehingga wajib pajak memilih melakukan

penggelapan pajak atau memilih tidak membayarkan pajak.

2.1.5 Teori Diskriminasi

Diskriminasi itu berasal dari kata discrinmination yang mempunyai arti

“perbedaan perlakuan”. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Suharto

dan Tata, pengertian Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan kepada sesama warga

Negara (berdasarkan warna kulit, agama dst) Mukharoroh (2014)

Berdasarkan undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang hak asasi Manusia

Pasal 1 ayat (3), UU tersebut menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap

pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung

didasarkan perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras , etnik, kelompok,

golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik,

yang berakibat pengangguran, penyimpanan dan penghapusan pengakuan,

pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam

kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,

sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya Irma Suryani Rahman (2013)

Menurut Theodorson (1979) dalam Danandjaja (2003) diskriminasi adalah

perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok berdasarkan

sesuatu, biasanya, bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas seperti berdasarkan

25
ras, kesukubangsaan agama atau keanggotaan kelas-kelas sosial Suminarsasi (2014).

Dan Diskriminan menurut perserikatan bangsa-bangsa (PBB) adalah mencangkup

perilaku apa saja, yang berdasarkan perbedaan yang dibuat berdasarkan alamiah atau

pengkatagorian masyarakat yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan

individu atau jasanya Suminarsasi (2014).

Dari pengertian diatas diskriminan dapat terjadi dimanapun baik secara

langsung maupun tidak langsung dan sangat berpengaruh terhadap agama,suku,sosial

serta nilai-nilai yang ada dan berdampak buruk terhadap hak asasi manusia.

Diskriminasi juga merupakan suatu kecenderungan manusia untuk membeda bedakan

berdasrkan faktor- faktor tertentu

2.1.6 Teori Pandangan Sosial

Penggelapan pajak merupakan hal yang biasa di kalangan masyarakat yang

tidak memahami tentang pentingnya perpajakan bagi Negara. Mereka beranggapan

jika pajak itu suatu hal yang merugikan atau bahkan menjadi beban bagi masyaraka.

Minimnya pengetahuan dan sosialisasi dari pemerintah dapat menjadikan suatu yang

melekat dalam nurani jika penggelapan pajak itu suatu hal yang biasa tanpa ada rasa

bersalah jika wajib pajak telah melakukan tindakan penggelapan pajak.

Sadmo (2005) mengungkapkan bahwa pandangan teman, keluarga, serta

rekan kerja dari WP cenderung mempengaruhi seseorang WP dalam melakukan

penggelapan pajak. Hal itu beralaskan bahwa masyarakat Indonesia merupakan tipe

26
penduduk yang sangat sosial, dimana norma dan anggapan sosial seringkali

menentukan keputusan yang akan diambil oleh individu khususnya dalam

perpajakan. Penggelapan pajak dianggap hal yang biasa jika diantara wajib pajak

yang satu dengan yang lainnya ada teman yang tidak membayar atau melaporkan

perpajakannya Maria Angelina Sutiono dan Yenni Mangoting (2014).

Menurut Cowel (1900) dalam Sutiono dan Mangoting (2014) berpendapat

bahwa adanya parameter lain untuk menjelaskan penggelapan pajak sebagai fenomina

sosial, ada dua teori yang menjelaskan hal tersebut:

1) Model A-S dikembangkan oleh Alligham dan Sadmo, 1972 menyatakan

bahwa profitabilitas untuk terditeksi meningkat seiring jumlah pelaku

penggelapan pajak meningkat. Dan dengan demikian wajib pajak juga

melakukan pengamtan sendiri pada tingkat profitabilitas pada tetangga

disekitarnya, yang melakukan penggelapan pajak lolos dengan begitu saja

tanpa adanya sanksi maka pandangan wajib pajak yang lain akan cenderung

melakukan perbuatan taersebut.

2) Model A-S yang di kembangkan lagi oleh Traxer, 2006 dan didukung teori

kerjasama. Dan saat pelaku penggelapan pajak meningkat dalam suatu

populasi, sanksi sosial terkait dalam suatu penggelapan berkurang, sehingga

dapat membuat secara psikologis itu “murah” bagi membayar pajak lain untuk

menghindari pajak (bahkan saat tingkat audit dan hukuman tetap sama).

27
Maka dari itu kepatuhan pajak dalam melakukan pembayaran yang dilakukan

oleh wajib pajak saling bergantung pada orang lain.

Kedua teori tersebut didukaung oleh penelitian Kalinsky, et al, 2004 yang

menyatakan bahwa tidak maksimalnya penerimaan pajak di Amerika serikat di

sebabkan oleh pandangan wajib pajak Amerika Serikat kalau penggelapan pajak

bukan merupakan hal yang serius Sutiono dan Mangoting (2014)

Table 1.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti, Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1 Wahyu Suminarsasi Pengaruh Keadilan Hasil penelitian bahwa
dan Supriyadi, 2012 Sistem Perpajakan dan keadilan berpengaruh positif,
Diskriminasi Terhadap system perpajakan
Persepsi Wajib Pajak berpengaruh positif ,
Mengenai Etika diskriminasi berpengaruh
Penggelapan pajak (Tax negatif terhadap persepsi
Evasion) wajib pajak mengenai etika
penggelapan penggelapan
pajak.

2 Irma Suryani Pengaruh keadilan Hasil analisis keadilan dan


Rahman, 2013 Sistem Perpajakan diskiminan berpengaru positif
Diskriminasi dan signifikan,system perpajakan
Penaruh dan kemungkinan terjadi
Kecenderungan kecurangan berpengaruh
Personal Terhadap negative sinifikan terhadap
Persepsi Wajib Pajak persepsi wajib pajak
Mengenai Etika mengenai etika penggelapan
Penggelapan Pajak, pajak.
2013
3 Ahmad Ridwan, Sensitivitas Etika Wajib Bahwa gender tidak
2014 Pajak Atas Tax Evasion berpengaruh pada sensitivitas
etis atas tax evasion,namun

28
usia dan tingkat pendidikan
memadai untuk
mempengaruhi sensitivitas
terhadap etika atas tax
evasion.

4 Meiliana Kurnia Analisis Keadilan Pajak Hasil analisis kedilan pajak


Wati dan Agus Biaya Kepatuhan Dan berpengaruh signifikan, biaya
Arianto Toly, 2014 Tarif Pajak Terhadap kepatuhan berpengaruh
Persepsi Wajib Pajak positif signifikan, tariff pajak
Mengenai Penggelapan berpengaruh positif
Pajak Di Surabaya signifikan,dan keadilan
Barat pajak,biaya kepatuhan, tariff
pajak secara bersama-sam
berpengaruh terhadap
persepsi penggelapan pajak.

5 Anisa’ul Handayani Faktor-Faktor Yang Keadilan, Sistem perpajakan,


M dan Nur Mempengaruhi Persepsi Kepatuhan berpengaruh
Cahyonowati, 2014 Wajib Pajak Mengenai positif terhadap persepsi
Penggelapan Pajak wajib pajak mengenai
penggelapan pajak. Dan
Norma, kepatuhan
berpengaruh negative
terhadap persepsi wajib pajak
mengenai penggelapan pajak.

6 Maria Angilina Pengaruh Pandangan Ketiga variabel dan secara


Sutiono dan Yenni Sosial Usia Dan simultan mempengaruhi
Mangoting, 2014 Kepercayaan Kepada praktek penggelapan pajak di
Pemerintah Terhadap Surabaya.
Praktik Penggelapan
Pajak Di Surabaya

2.2 Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang penggelapan pajak

(Tax Evasion) merupakan suatu tindakan yang tidak etis untuk dilakukan oleh wajib

29
pajak yang mempunyai etika. Variabel penggelapan pajak dalam penelitian ini

dipengaruhi oleh empat variabel independent yaitu etika wajib pajak, pemahaman,

diskriminan dan juga pandangan sosial dalam perpajakan. Adapun kerangka

pemikiran dapat di gambarkan sebagai berikut

Etika Wajib Pajak


(H1)

Pemahaman wajib
pajak (H2) Penggelapan Pajak
(Tax Evasion)

Diskriminasi (H3)

Pandangan Sosial
(H4)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3 Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Etika Wajib Pajak atas Penggelapan Pajak

Etika didalam perpajakan suatu hal yang penting, jika seorang wajib pajak

tidak mempunyai etika serta tidak memahami etika tata cara pembayaran pajak,

seorang akan cenderung enggan membayar pajak. Etika biasanya itu ada dalam diri

30
wajib pajak jika seorang wajib pajak mempunyai sifat – sifat yang tidak etis dalam

kehidupan sehari- hari maupun lingkungan. Etika merupakan suatu gambaran dalam

prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai berdasarkan keyakinan dan sikap yang telah

terinternalisasi Gosh dan Crain (1996) dalam Nur Cahyonowati,Dwi Ratmono dan

Faisal (2012). Etika pajak juga sebagai norma-norma dalam mengatur dalam

perpajakan yang berhubungan dengan pemerintah. Dengan adanya isu-isu yang

beredar dalam kalangan masyarakat bahwa, pembayaran pajak dapat dipandang

sebagai suatu transfer yang mana bagian daya beli dari seorang individu di tukarkan

dengan jasa-jasa publik yang dapat diberikan oleh pemerintah dari dana pajak yang di

dapat dari pembayaran pajak Gosh dan Crain (1996) dalam Nur Cahyonowati, Dwi

Ratmono, Faisal (2012). Oleh karena itu peneliti mengambil hipotesis:

H1 : Etika wajib pajak berpengaruh positif atas tax evasion (Penggelapan pajak).

2.3.2 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas Tax Evasion (penggelapan pajak).

Pemahaman yang dimiliki oleh wajib pajak sangat berpengaruh dalam

perpajakan. Sehingga dengan adanya pemahaman wajib pajak di dalam perpajakan

wajib pajak mampu mengembangkan seberapa besar pemahaman dapat di pahami

tentang perpajakan , mengerti tentang paerpajakan dan di patuhi aturan yang ada dan

kemudian dilaksanakan apa yang menjadi kewajiban dan tugas sebagai wajib pajak.

Hardiningsih (2011) dalam wahyu Racmadhi (2014) mengatakan wajib pajak

yang tidak mengetahui peraturan perpajakan secara jelas tentang parpajakan maka

31
cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. oleh karena itu wajib pajak akan

beranggapan jika pajak itu hal yang baik jika seorang wajib pajak mempunyai

pengetahuan dan pemahaman yang baik. Dari kesimpulan diatas peneliti mengambil

hipitosis tentang pemahaman terhadap penggelapan pajak.

H2 =Pemahaman wajib pajak berpengaruh positif atas tax evasion (penggelapan

pajak)

2.3.3 Pengaruh Diskriminasi atas penggelapan pajak (Tax Evasion)

Diskriminasi merupakan suatu hal membeda bedakan seseorang baik dari

agama, ras, sosial budaya yang sering terjadi didalam masyarakat. Dalam perpajakan

sering terjadi juga antar orang yang mempunyai tingkat sosial tinggi dan tingkat

sosial yang rendah, hal itu dapat menjadikan wajib pajak enggan membayar pajak

jika terjadi tingkat diskriminan yang tinggi. Maka hipotesis yang ketiga dari

penelitian ini adalah

H3: Diskriminasi berpengaruh positif terhadap penggelapan pajak (tax evasion)

2.3.4 Pengaruh pandangan Sosial atas Penggelapan pajak (Tax Evasion)

Penelitian dari Klinsky, et al,2004 mengatakan bahwa tidak maksimalnya

penerimaan pajak di Amerika Serikat disebabkan oleh pandangan wajib pajak

masyarakat Amerika Serikat bahwa penggelapan pajak bukanlah masalah yang serius

32
Wahyu Racmadi (2014) dari penelitian tersebut peneliti ingin mengambil hipotesis

yang keempat tentang pengaruh pandangan sosial terhadap penggelapan pajak.

H4= Pandangan Sosial Berpengaruh Positif atas Tax Evasion (penggelapan pajak)

2.3.5 Pengaruh Simultan variabel independen atas tax evasion (penggelapan pajak)

Dalam pengaruh simultan hipotesis ini menguji secara bersama-sama antara

variabel etika wajib pajak, variabel pemahamn, variabel diskriminan, dan variabel

pandangan masyarakat terhadap variabel dependentnya, oleh karena ituhipotesis yang

diajukan adalah:

H5= etika wajib pajak, pemahaman, diskriminan, dan pandangan masyarakat

berpengaruh positif atas tax evasion (penggelpan pajak)

33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Explanatory Research dimana

penelitian untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel dengan melakukan

pengujian hiporesis. Explanatory Research adalah salah satu metode penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan pemehaaman suatu fenomena yang sudah diketahui

what, who, hownya menurut Wiwit Wijayanti (2015) . Suatu fenomena yang sudah

terjadi dan memiliki deskripsi untuk dilakukan penelitian sehingga, dapat diketahui

hasilnya. Oleh karena itu Penelitian ini mencari penyebab serta alasan dibalik suatu

fenomena yang berhubungan dengan paparan menurut Efferi, Darmaji dan Tan

(2004) dalam wiwit Wijayanti (2015). Penelitian ini untuk menguji pengaruh etika

wajib pajak, pemahaman, diskriminan, dan pandangan sosial terhadap penggelapan

pajak (tax evasion) di kabupaten Demak

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Didalam penelitian ini populasi dan sampel merupakan suatu yang di perlukan

untuk mendapatkan data yang digunakan untuk menunjang dalam penelitian ini.

Sehingga tujuan didalam penelitian ini dapat tercapai. Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memepunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari dan selanjutnya

34
ditarik kesimpulan Sugiyono (2011). Dan sampel menurut Sugiyono (2011) adalah

bagian atau jumlah serta krakteristik yang mewakili populasi tersebut. Oleh karena itu

Populasi dari penelitian ini adalah wajib pajak pribadi yang terdaftar pada kantor

pelayanan pajak kabupaten Demak. Sampel dari penelitian ini adalah wajib pajak dari

empat kecamatan yang mempunyai NPWP yang terdaftar di KPP Demak.

pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode convenience

sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan

memperoleh data yang dibutuhkan atau unit sample yang ditarik mudah untuk

diukurnya dan bersifat koorperatif Hamid, (2010) dalam Irma suryani Rahman

(2013). Tehnik dalam pemilihan sampel ini karena pertimbangan lokasi yang mudah

untuk dijangkau dan dapat mempermudah peneliti dalam mengumpulkan sampel

yang digunakan didalam penelitian ini Irma Suryani Rahman, (2013). Teknik tersebut

dilakukan untuk mengetahui pengaruh tentang penggelapan pajak.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari objeknya yang diteliti mengenai data-data yang

berhubungan langsung dari sumbernya. Dan data yang diperoleh dengan cara

menyebarkan kuisoner kepada wajib pajak secara langsung yang terdapat di empat

kecamatan terdaftar di KPP Demak.

35
3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuisoner.

Kuisoner personal (Personal Administrated Questionnares ) yaitu proses

pengumpulan data dengan menggunakan pertayaan tertulis yang ditunjukkan kepada

responden yang berada didalam unit observasi Indrianto dan Supomo (1999) dalam

Muhammad Ary (2014). Pengumpulan data primer dapat diperoleh dengan cara

membagikan kuisoner kepada responden wajib pajak yang terdaftar didalam KPP

Demak. Responden tersebut yang ditunjuk sebagai sampel dalam penelitian ini.

Selanjutnya Responden mengisi kuisoner sesuai dengan pendapat dan persepsinya.

Kuisoner dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala Likert Wiwit

Wijayanti (2015).

3.5 Identivikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut untuk ditarik kesimpulan Sugiono (2009) dalam wiwit Wijayanti (2015).

Variabel dependen adalah merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah

penggelapan pajak (Tax Evasion). Variabel independen merupakan variabel bebas

berpengaruh terhadap tehadap variabel yang terikat didalam penelitian yang

36
dilakukan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah etika

wajib pajak, pemahaman, diskriminan dan pandangan sosial.

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

N Variabel Definisi konsep Pengukur Sumber


o
1 Penggelapan Penggelapan Pajak 1. Penggelapan pajak Mardiasmo
Pajak (Tax (Tax Evasion) adalah suatu dianggap etis jika uang (2009)
Evasion) usaha yang dilakukan oleh pajak tidak digunakan Suandy
wajib pajak untuk untuk membiayai (2011)
meringankan beban pajak pengeluaran umum
dengan cara melanggar Negara.
undang- undang. 2. Penggelapan pajak
Penggelapan Pajak dianggap etis, jika saya
(Tax Evasion) dapat tidak merasakan manfaat
diartikan suatu skema uang pajak yang
memperkecil pajak dibayarkan
terutang dengan cara 3. Penggelapan pajak
melanggar ketentuan dilakukan karena hukum
perpajakan seperti dengan yang ada lemah
cara tidak melaporkan 4. Penggelapan pjak
sebagian penjualan atau dianggap etis, jika
memperbesar biaya pemerintahnya korupsi.
dengan fiktif. 5. Penggelapan pajak
dianggap etis, jika
pemerintah tidak
transparan terhadap
penggunaan uang pajak
2 Etika Wajib Etika pajak sebagai 1.lebih penting jadi orang Songdan
Pajak norma-norma yang yang kaya hati dan jujur Yarbrough
mengatur perilaku warga dari pada orang yang (1973)
Negara sebagai pembayar penting tidak jujur Sumanirsasi
pajak dalam hubungannya 2. Kejujuran adalah cara (2011)
dengan pemerintah. terbaik menyelesaikan
Etika adalah peraturan masalah

37
dalam lingkup dimana 3. Banyak orang yang
orang per orang atau berkembang karirnya
kelompok yang menjalani tanpa adanya jalan pintas
kehidupan dalam lingkup 4. Apapun alasannya
perpajakan, bagaimana berbohong bukan alasan
mereka melakukan yang dibenarkan.
kewajiban perpajakn
apakah sudah benar,
sesuai, baik atau salah.
3 Pemahaman Pemahaman dan 1. Wajib pajak harus Resmi
Pengetahuan dalam mempunyai NPWP (2009)
Perpajakan adalah seorang 2. Wajib pajak Harus dalam
wajib pajak yang mengetahui Kewajiban wahyu
memahami tentang sebagai wajib pajak rahmadi
perpajakan dan 3. Wajib pajak pajak harus (2014)
menerapkan dalam tahu tentang hak sebagai
pembayaran sehingga wajib pajak.
pajak dapat dibayarkan 4. Wajib pajak harus
sesuai dengan aturan- memahami peraturan
aturan yang berlaku. dalam perpajakan.

4 Diskriminanan Diskriminan adalah 1.Perbedaan perlakuan Danandjaja


perlakuan yang tidak didasrkan agama, ras dan (2003:18)
seimbang terhadap kebudayaan.
perorangan, atau Perbedaan perlakuan
kelompok berdasarkan akibat pendapat politik
sesuatu, biasanya bersifat
kategorikal, bersifat
atribut-atribut khas seperti
berdasarkan ras,
kesukubangsaan, agama,
keanggotaan kelas-kelas
sosial.
5 Pandanagn Pandangan keluarga, 1. lingkungan sosial Sadmo
Sosial tema atau rekan kerja WP mempengaruhi dalam (2005)
cenderung mempengaruhi melaporkan pajak terutang dalam
seseorang menggelapkan yang sudah menjadi Maria
atau tindak penggelapan kewajiban Angelina
pajak. Alasannya adalah 2.kebutuhan ekonomi yang Sutiono dan
rakyat Indonesia tinggi menjadi wajib pajak Yenni
merupakan tipe penduduk enggan melakukan Mangoting
yang sangat sosial, dimana pembayaran pajak. (2014)

38
norma dan anggapan sosial 3. Wajib pajak cenderung
seringkali menentukan enggan membayar pajak
keputusan yang akan karena lingkungan sosial
diambil oleh individu pada tidak membayar
tersebut. pajak.
3.7 Pengukuran

Kuisoner dibagikan oleh peneliti kepada responden yang berisikan kalimat

pertanyaan-pertanyaan. Responden di minta memberikan tanggapan sesuai dengan

keadaan wajib pajak tanpa ada paksaan. Jawaban dari responden bersifat kualitatif

kemudian di kuantitatifkan dengan menggunakan skala Likert. Dalam Wiwit

Wijayanti (2015) menurut Kinner dalam penentuan skor pada masing-masing item

pertanyaan terhadap masalah diukur menggunakan skala Likert yaitu skala yang

berhubungan dengan pertanyaan sikap seseorang terhadap sesuatu. Variabel tersebut

diukur dengan menggunakan lima rincian skala Likert yaitu 1 = sangat tidak

setuju(STS), 2 = tidak setuju (TS), 3 = netral (N), 4 = setuju (S), 5 = sanagt setuju

(SS).

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk

membahas, menjabarkan dan menyimpulkan data yang diperoleh sehingga mampu

menjawab permasalahan yang dibahas. Dalam peneilian ini metode analisis yang

digunakan adalah statistik dekriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji

hipotesis.

3.9 Statistik Dekriptif

39
Statistik dekriptif digunakan untuk mengukur konsistensi dan akurasi pada

sampel penelitian. Statistik dekriptif dapat memberikan gambaran atau dekripsi suatu

data yang dilihat dari rata-rata,stndar deviasi,varian maksimum,minimum, sum,

range,kurtosisdan skeweness ghozali (2011)

3.10 Uji kualitas data

Data yang digunakan dalam penelitian harus berkualitas, oleh karena itu

dilakukan pengujian data untuk mengukur kualitas data scara valid dan reiabel

dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauhmana dapat mengukur suatu

kuisoner atau yang harus di ukur bisa dikatakan valid atau tidaknya. Sedangkan

penelitian yang baik jika data atau kuisoner itu valid. Kuisoner bisa dikatakan Valid

jika kuisoner yang disebarkan mampu menghasilkan data yang sesuai dengan

pertanyaan yang ada dalam kuisoner. Uji yang digunakan dengan mengukur dua sisi

taraf yang signifikan. Kriteria yang digunakan dalam pengujian:

1) Jika r hitung > r table, maka item pertanyaan dikatakan valid.

2) Jika r hitung < r table, maka item pertanyaan dikatakan tidak valid (gugur).

2. Uji Reliabilitas

40
Uji reliabilitas adalah uji yang dapat digunakan untuk mengukur indikator

dari variabel dan konstruk. Reliabilitas merupakan instrument cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

Irma Suryani Rahman (2013). kuisoner dikatakan reliabel jika jawaban dari seseorang

atas peretayaan itu konsisten atau stabil dari waktu kewaktu ghozali (2011). Uji

reliabilitas ini digunakan untuk mengukur dalam jangka waktu tertentu yang artinya

data tersebut dapat terpecaya dan diandalkan. Dan untuk mengukur keandalan maka

menggunakan rumus koefisien alpha cronbach, yaitu:

1) Jika variabel nilai reliabilitasnya (alpha cronbach) > 0,6 dikatakan reliable

2) Jika variabel nilai reliabilitasnya (alpha cronbach) < 0,6 dikatakan tidak

reliable Suharsimi Artikhunto (2002)

3.11 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yaitu merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linier berganda Ghozali (2007). Uji asumsi klasik dilakukan

untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bisa dengan varian yang minimum

(Best Linier Unbiased Estimator = BLUE) yang berarti model regresi tidak

mengandung masalah Wiwit Wijayanti (2015). Tidak ada ketentuan tertentu yang harus

dipenuhi dalam urutan yang diuji terlebih dahualu. Ada empat uji asumsi klasik , yaitu: uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

41
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model variabel dependen dan

independent mempunyai konstribusi atau tidak Ghozali (2011). Regresi yang baik

adalah data distribusi normal atau mendekati normal, untuk mendekati normal dapat

melihat pendekatan dengan penyebaran titik pada sumbu diagonal grafik Irma

Suryani Rahman (2013). Dalam menguji normalitas pada penelitian ini

menggunakan uji normal propability plot, yaitu dengan membandingkan dari

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal dapat dilihat dengan

garis lurus yang sama dengan diagonalnya. Data distribusi normal adalah

mengambarkan garis yang dekat dengan garis diagonalnya.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan uji untuk mengetahui model regresi terdapat

adanya korelasi antar variabel independen. Dalam pengujian multikolinearitas dapat

diketahui dengan nilai tolerance dan besaran VIP (variance inflasion factor).

Tolerance adalah untuk mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak

dijelaskan oleh idependen lainya Irma Suryani Rahman (2013). Jika nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance Wiwit Wijayanti

(2015). Dan untuk melihat variabel independen yang saling berkorelasi yaitu dengan

menggunakan metode menganalisis matrik korelasi antar variabel independen.

Korelasi yang kurang dari 0,95 membuktikan bahwa antar variabel independen tidak

terdapat variabel yang serius Gozali (2007) dalam Wiwit Wijayanti (2015)

42
3. Uji heterokedasitas

Uji heterokedasitas digunakan untuk menguji model regresi terdapat

ketidaksamaan residual dengan pengamat satu dan pengamat lainnya. Jika variance

residual satu dengan pengamat lain tidak ada perbedaan atau tetap maka disebut

homokadastisitas jika terjadi perbedaan atau berubah maka disebut heterokedasitas

Irma Suryani Rahman (2013). Untuk menditeksi ada tidaknya heterokedasitas dengan

melihat grafik plot (secatterplot) antara variabel terikat (ZPRED) dan residual

(SRESIT). Model regresi yang baik adalah homokedastisitas dan tidak terjadinya

heterokedatisitas Ghozali (2011) dalam Irma Suryani Rahman (2013). Terjadinya

hetorokedatisitas adalah jika grafik plot menyebar belgelombang dan titik titik tidak

terdapat pada atas maupun bawah pada titk 0 dan sumbu Y Ghozali (2011).

3.12 Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Uji ini menggukan uji regresi linier berganda yaitu uji yang bertujuan

menganalisis hubungan lebih dari satu variabel independen terhadap variabel

dependen. Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah:

Y = α+ β1 X1+β2 X2 +β3 X3 +β4 X4 + ε

Keterangan :

Y = Tax Evasion (penggelapan pajak).

α = Bilangan Konstanta (harga Y, Bila X=0).

43
X1 = Etika Wajib Pajak.

X2 = Pemahaman.

X3 = Diskriminan.

X4 = Pandangan Sosial.

ε = Error yang ditolerir (5%)

3.13 Uji Statestik T

Uji t dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel dependen

mempangruhi variabel independen secara parsial. Untuk mengetahui pengaruh

variabel independen dalam penelitian ini yaitu etika wajib pajak, pemahaman,

diskriminan dan pandangan sosial atas variabel dependen yaitu penggelapan pajak

,maka uji t dapat dilihat dengan ketentuan:

1) Jika sig t >0,05 maka Ho diterima

2) Jika sig t < 0,05 maka Ha di tolak.

Jika Ho di tolak maka ada hubungan signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen Ghozali (2011).

44

Anda mungkin juga menyukai