1 Latar Belakang
Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah
dunia usaha kebutuhan menjadi suatu hal yang sangat penting. Untuk membangun
Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan
mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri)
dan hutang (debt), perbandingan hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam
sumber daya yang diperoleh dari internal perusahaan maupun pihak eksternal
perusahaan berupa modal sendiri dan hutang. Dana intern adalah dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu saldo laba dan depresiasi.
Dana ekstern adalah dana dari para kreditor dan pemilik, peserta atau pengambil
akan melakukan ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa
1
Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan
mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri)
dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur
sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Dalam
usaha peningkatan nilai perusahaan, hal yang tidak bisa dipisahkan adalah
bagaimana penentuan struktur modal yang dilakukan oleh manajemen dan para
perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri (Weston dan
Copeland, 1997). Untuk dapat menciptakan struktur modal yang optimal dan
pada tahun 2010 dan telah mengundang perhatian seluruh dunia dan tampaknya
berkontras tajam dengan ekonomi dunia yang berada dalam resesi serius. Namun
ke-2 tahun 2013. Tahun 2014 Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi
tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2013, Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di
2
dan investasi yang terjadi di perusahaan manufaktur di Indonesia akan dikelola
dicapai oleh perusahaan apabila jumlah dana tersedia seimbang dengan jumlah
modal yang dibutuhkan. Semakin terbukanya akses terhadap sumber dana bagi
dampak finansial yang berbeda pula. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen
dan saham biasa (Van Horne dan Wachowicz, 1997). Sedangkan struktur modal
perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,
saham preferen, dan modal pemegang saham. Menurut Weston dan Copeland
dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Jadi, struktur
antara lain adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dilihat dari besarnya
kekayaan atau asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran suatu
3
perusahaan menentukan tingkat utang yang di gunakan dalam pendanaan juga
akan semakin tinggi pula antara lain untuk ekspansi (Tandelilin, 2007).
lebih kecil sehingga pihak luar dapat memperoleh informasi lebih mengenai
perusahaan tersebut sehingga lebih mudah bagi perusahaan yang lebih besar
utuk mendapatkan utang dan juga karena adanya akses ke pasar modal yang
lebih mudah untuk perusahaan besar. Selain itu, kreditor lebih mudah
mengalami kebangkrutan relatif kecil sehingga kreditur akan merasa lebih aman
memberi pinjaman.
dana lebih untuk menjalankan aktivitasnya. Dana tersebut antara lain diperoleh
dari penjaman utang dari kreditor sehingga dapat dikatakan semakin tinggi pula
struktur modal antara lain dilakukan oleh Seftiani (2011), Damayanti (2013),
modal sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2014), Hartoyo (2014)
4
Struktur Aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapatdijadikan
bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan
dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan
antara lain dilakukan oleh Damayanti (2013), Hidayat (2013) menunjukkan bahwa
Lusangaji (2013) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih
aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal
5
dilakukan oleh Saputra dkk (2014) dan Wimbelda & Marlinah (2013)
struktur modal
memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan
dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan
yang dilakukan oleh Wimbelda & Malinah (2013), Lusangaji (2013) dan Astuti
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayar
dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi
memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih
jika ingin menjual sekuritasnya secara cepat. Penelitian yang dilakukan oleh
6
modal, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wimbelda & Marlinah (2013)
cukup besar dan membutuhkan modal yang besar pula untuk pengembangan
(2011) dan penelitian yang dilakukan oleh Wimbela dan Marlinah (2013) serta
Astuti (2013). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dimuka serta beberapa
hasil penelitian yang berbeda-beda dari beberapa peneliti diatas. maka penulis
2012-2014”
7
1.2 Perumusan Masalah
modal ?
struktur modal
struktur modal
modal
modal.
8
1.4 Manfaat Penelitian
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pendanaan yang efisien akan
terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal
yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan
biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan
9
Menurut Sartono (1994) struktur modal adalah merupakan perimbangan
jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang,
perimbangan antara total utang dengan modal. Dengan kata lain struktur modal
yaitu bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang
struktur modal yaitu risiko bisnis, posisi pajak, dan fleksibilitas keuangan. Sasaran
(Optimal Capital Structure) adalah kombinasi utang, saham preferen, dan ekuitas
biasa yang akan menjadi dasar penghimpunan modal oleh perusahaan. Penentuan
10
struktur modal yang akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian
yaitu :
1. Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko
3. Risiko yang semakin tinggi terkait dengan utang dalam jumlah yang lebih
pengembalian yang lebih tinggi diakibatkan oleh utang yang lebih besar akan
Menurut Brigham dan Houston (2011), terdapat empat faktor yang mempengaruhi
struktur modal :
1 Risiko usaha. Tingkat risiko yang inheren dalam operasi perusahaan jika
2 Posisi pajak. Salah satu alasan utama digunakannya utang adalah karena
utang efektif. Akan tetapi, jika sebagian besar laba suatu perusahaan telah
maka bunga atas utang yang saat ini belum dilunasi akan menghasilkan
tariff pajak yang rendah. Akibatnya, tambahan utang tidak akan memiliki
11
keunggulan yang sama jika dibandingkan dengan perusahaan yang
berbeda dari sasaran. Sementara menurut Weston dan Brigham (1989), faktor-
12
3. Leverage Operasi, perusahaan leverage operasi yang lebih kecil lebih
modal.
8. Sikap Manajemen, dengan tidak adanya bukti bahwa struktur modal yang
satu akan membuat harga saham lebih tinggi dari pada struktur modal
tepat.
diperhatikan.
13
10. Kondisi Pasar, kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan
perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali
saham biasa atau penerbitan saham baru. Selanjutnya perlu dikaji bagaimana
pengaruh struktur modal tersebut terhadap nilai perusahaan dan apakah ada
nilai perusahaan. Apabila ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan,
perusahaan. Dalam analisis struktur modal ini digunakan beberapa asumsi, yaitu :
kembali saham biasa atau dengan menerbitkan saham biasa dan menarik
obligasi.
14
Menurut Sartono (2005) ada 2 pendekatan yang dapat digunakan yaitu sebagai
berikut :
Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh david Durand pada tahun
yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan
risiko perusahaan.
penurunan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal
antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi.
Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan
15
risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya
mendapatkan dua aktiva yang pada dasarya sama dan membelinya dengan harga
yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.
modal (Sartono,1994).
perusahaan yang memiliki leverage akan memiliki nilai lebih tinggi jika
oleh karena itu laba operasi yang mengalir kepada investor menjadi
16
1.5.1.3 Pecking Order Theory
Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf
(1984). Disebut teori pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara
perusahaan).
secara drastis.
17
Theori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan
karena mereka mempunyai target rasio hutang yang rendah, tetapi karena memang
hutang yang lebih besar karena dua alasan dana internal yang tidak mencukupi
kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
untuk tidak membuka diri lagi terhadap pihak luar. Dalam pendanaan eksternal,
hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi
obligasi akan lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham. Selain itu
dipandang sebagai hal yang negatif oleh para pemodal, hal tersebut tentunya
sebagai berikut :
1. Ukuran Perusahaan
perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualannya, aktiva atau ukuran laba.
18
Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva dengan
jumlah besar dapat disebut sebagai perusahaan besar. Jadi ada petunjuk
perusahaan. Semakin besar perusahaan, akan semakin besar pula dana yang
besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari
dan rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Menurut Mas’ud
2008 dalam Verena dan Mulyo (2013) semakin besar ukuran perusahaan yang
19
untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya
adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Halim,
2007).
2. Struktur Aktiva
lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena
aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Maka dapat
hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh
lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena
aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Maka dapat
hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh
investor akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai jaminan yang
ada.
20
tersebut akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, dengan harapan
perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan
jangka pendek.
tingkat hutang dan tangible asset. Perusahaan yang memiliki banyak tangible
asset memiliki jaminan yang cukup atas pinjaman mereka. Tangible asset
memiliki aktiva tetap yang tinggi atas total aktiva cenderung menggunakan
hutang yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan dananya. Jadi struktur
3. Pertumbuhan Perusahaan
21
pertumbuhan asset dimana asset merupakan aset yang digunakan untuk
Houston,2006)
untuk aktivitas operasional suatu perusahaan. Semakin besar aset maka akan
diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu
besar dari modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas
dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan dijamin oleh besarnya aset
4. Profitabilitas
22
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang
saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari
yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka
secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas
menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal itu tentu
5. Likuditas
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayar
dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi
memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih
23
(kas dengan kewajiban lancar). Likuiditas merupakan biaya yang ditanggung
Hubungan antar variabel dan hipotesis dalam penelitian ini diuraikan sebagai
berikut :
struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana
modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar
salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal
24
2. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka
modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan
25
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang
berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam
memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan
dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan
Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Wimbelda &
26
1.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Lusangaji (2013) Pengaruh Ukuran Perusahaan, 1. Ukuran perusahaan berpengaruh
Struktur Aktiva, Pertumbuhan signifikan terhadap struktur modal
Perusahaan, Dan Profitabilitas 2. Pertumbuhan penjualan berpengaruh
Terhadap Struktur Modal signifikan terhadap struktur modal
3. Profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal
4. Struktur aktiva tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap stuktur
modal
2 Seftiani (2011) Faktor-Faktor Yang 1. Profitabilitas tidak memiliki pengaruh
Mempengaruhi Struktur Modal terhadap struktur modal
Pada Perusahaan Public Sektor 2. Likuditas tidak memiliki pengaruh
Manufaktur terhadap struktur modal
3. Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal
4. Rrisiko bisnis tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal
5. Growth opportunity berpengaruh
terhadap struktur modal
6. Kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap struktur modal
Struktur aktiva tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal
3. Astuti (2014) Pengaruh Profitabilitas, 1. Ada pengaruh yang signifikan dan
Size, Growth Opportunity, negative antara profitabilitas
Likuiditas Dan Struktur terhadap Struktur Modal
Aktiva Terhadap Struktur 2. Tidak ada pengaruh yang signifikan
Modal Bank antara Ukuran Perusahaan (Size)
terhadap Struktur Modal
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan
antara Growth Opportunity terhadap
Struktur Modal secara parsial.
4. Ada pengaruh yang signifikan dan
negatif antara Likuiditas terhadap
Struktur Modal
Ada pengaruh yang signifikan dan
positif antara Struktur Aktiva
terhadap Struktur Modal secara
parsial.
27
4. Damayanti /2013 Pengaruh struktur aktiva, Nilai Struktur Aktiva berpengaruh
ukuran perusahaan, secara signifikan terhadap struktur
peluang bertumbuh dan modal
profitabilitas terhadap Ukuran perusahaan mempunyai
struktur modal pengaruh yang significant dengan
arah negatif terhadap struktur modal.
Peluang bertumbuh mempunyai
pengaruh yang significant dengan
arah positif terhadap struktur modal.
Profitabilitas mempunyai pengaruh
yang significant dengan arah negatif
terhadap struktur modal.
28
1.8 Kerangka Pemikiran
bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan hasil penelitian yang
Profitabilitas (X4)
Likuditas (X5)
Gambar 1.1
Model Penelitian
belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti.
29
1.9.2 Populasi dan Sampel
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Perusahaan
1. Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
periode tahun 2012-2014, serta data perusahan yang diperoleh dari www.idx.co.id
30
1.9.4 Metode Pengumpulan Data
mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia atau akses internet
dari Indonesian capital Market Directory (ICMD), serta dari berbagai buku
perusahaan.
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Tabel 1.2
Tabel Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Konsep Variabel Pengukuran Sumber
1 Struktur Modal Struktur modal menurut Riyanto (2001) Seftianne
(Y) adalah perimbangan atau perbandingan (2011)
antar jumlah hutang jangka panjang
Debt Total
dengan modal sendiri. Debt to Equity DER
Ratio merupakan ratio mengukur Equity Total
kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan biaya hutang melalui
modal sendiri yang dimilikinya yang
diukur melalui total hutang dan total
modal (equity)
31
2 Ukuran Ukuran perusahaan merupakan atau Lusangaji
Perusahaan (X3) besarnya asset yang dimiliki perusahaan. (2014)
Ukuran perusahaan diukur dengan SIZE = Ln Total Asset
menggunakan logaritma natural dari nilai
buku aktiva (Soliha dan Taswan, 2002)
3. Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah perimbangan Aktiva Tetap Lusangaji
(X2) atau perbandingan antara aktiva tetap SA
Total Aktiva (2014)
dan total aktiva (Weston dan
Copeland, 1995).
4. Pertumbuhan Pertumbuhan penjualan adalah Lusangaji
Perusahaan (X3) selisih antara jumlah penjualan (2014)
periode ini dengan periode Penjualan t - Penjualan t - 1
PP
sebelumnya dibandingkan dengan Penjualan t - 1
penjualan periode sebelumnya.
5. Profitabilitas (X4) Profitabilitas adalah kemampuan Lusangaji
perusahaan untuk memperoleh laba dari
(2014)
kegitan bisnis yang Laba Setelah Pajak
dilakukannya. Husnan dan Pudjiastuti ROA
(2004 dengan total asset. Total Asset
Analisis data kuantitatif adalah suatu pengukuran yang digunakan dalam suatu
penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan
dan penemuan hasil (Supranto, 2000). Dalam penelitian ini, analisis data
dipenuhi terlebih dahulu dalam analisi regresi berganda atau data yang bersifat
32
ordinary least square. Setiap pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji yaitu uji
linearitas (tidak wajib) akan dilakukan pengujian satu per satu. Secara umum uji
yang sering digunakan dalam pemenuhan syarat pengujian regresi berganda. Jika
salah satu pengujian tersebut mengalami permasalah atau tidak lolos dalam
Praktek pengujian empat uji asumsi klasik tersebut, biasanya yang paling
masalah atau tidak lolos dalam pengujian asumsi klasik maka perlu dilakukan
pengobatan uji autokorelasi tersebut. Uji asumsi klasik antara lain adalah sebagai
berikut
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel
bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang
33
analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan grafik normal plot, dimana
normal.
2. Jika penyebaran data tidak mengikuti garis normal, maka data distribusi
tidak normal.
Multikolinearitas berarti antara variabel bebas satu dengan yang lainnya dalam
model regresi saling berkorelasi linear. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel besar sama dengan
Inflation Factor (VIF) dari hasil perhitungan VIF variabel bebas seharusnya tidak
lebih besar dari 10, maka dalam model regresi tidak terdapat gejala
tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau
34
2.4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada kolerasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.
data time series. Konsekuensi dari adanya autokolerasi dari suatu model regresi
jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir
nilai variabel tidak bebas tertentu. Untuk mendiaknosis adanya autokolerasi dalam
suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin
autokolerasi:
1) Autokolerasi bila dalam DW terletak antara batas atas atau upper bound
(du) dan (4-du), maka koefisien sama dengan nol, berarti tidak
autokolerasi.
2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi
4) Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau
35
2.4.3 Analisa Regresi Linier Berganda
(Sudjana, 1992)
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Y = Struktur Modal
X1 = Ukuran perusahaan
X2 = Struktur Aktiva
X3 = Pertumbuhan Perusahaan
X4 = Profitabilitas
X5 = Likuditas
a = Konstanta
e = Error
1. Uji t
Untuk pengujian satu sisi (one sided test) digunakan uji t dengan level
of significance ( 0,05 ):
Pengujian Hipotesis :
36
Hipotesis Nihil / H0 = 0 = Tidak terdapat pengaruh dan sinfikan
2. Uji F
.Pengujian Hipotesis :
5%, maka :
37
3. Koefisien Determinasi
KD = (R2) x 100%
38