Anda di halaman 1dari 38

1.

1 Latar Belakang

Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan.

Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat dilakukan melalui

peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para pemegang saham. Keberadaan

para pemegang saham dan peranan manajemen sangatlah penting dalam

menentukan besar keuntungan yang nantinya akan diperoleh. Dalam persaingan

dunia usaha kebutuhan menjadi suatu hal yang sangat penting. Untuk membangun

dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya.

Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan

mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri)

dan hutang (debt), perbandingan hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam

struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Husnan, 2004).

Besarnya struktur modal pada perusahaan tergantung dari banyaknya

sumber daya yang diperoleh dari internal perusahaan maupun pihak eksternal

perusahaan berupa modal sendiri dan hutang. Dana intern adalah dana yang

dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu saldo laba dan depresiasi.

Dana ekstern adalah dana dari para kreditor dan pemilik, peserta atau pengambil

bagian dalam perusahaan. Kebutuhan akan modal sangat penting dalam

membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung

lainnya. Modal dibutuhkan setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut

akan melakukan ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa

besarnya modal yang dibutukan untuk memenuhi atau membiayai usahanya.

1
Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan

mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri)

dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur

finansial perusahaan disebut struktur modal (Husnan, 1998).

Penentuan proporsi hutang dan modal dalam penggunaannya sebagai

sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Dalam

usaha peningkatan nilai perusahaan, hal yang tidak bisa dipisahkan adalah

bagaimana penentuan struktur modal yang dilakukan oleh manajemen dan para

pemegang saham perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan atau

perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri (Weston dan

Copeland, 1997). Untuk dapat menciptakan struktur modal yang optimal dan

memaksimalkan profit bagi perusahaan, maka perlu diketahui dan dipahami

variabel-variabel yang mempengaruhi srtuktur modal sehingga dapat dilakukan

perencanaan yang matang terhadap hal tersebut.

Ekonomi Indonesia yang telah mengalami perkembangan pesat dengan

pada tahun 2010 dan telah mengundang perhatian seluruh dunia dan tampaknya

berkontras tajam dengan ekonomi dunia yang berada dalam resesi serius. Namun

perkembangan pesat tersebut hanya bertahan sampai tahun 2012.

Pertumbuhan perekonomian Indonesia dilaporkan melambat pada triwulan

ke-2 tahun 2013. Tahun 2014 Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi

tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2013, Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di

Indonesia ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang ada dalam

perusahaan manufaktur untuk kelangsungan hidup usahanya, masalah pendanaan

2
dan investasi yang terjadi di perusahaan manufaktur di Indonesia akan dikelola

untuk kelangsungan hidup perusahaan manufaktur.

Perusahaan manufaktur sebagai perusahaan besar pun harus menjaga

keseimbangan finansialnya. Dimana keseimbangan finansial tersebut dapat

dicapai oleh perusahaan apabila jumlah dana tersedia seimbang dengan jumlah

modal yang dibutuhkan. Semakin terbukanya akses terhadap sumber dana bagi

perusahaan, selain menciptakan kemudahan juga menciptakan konsekuensi dan

dampak finansial yang berbeda pula. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan

dalam mengambil keputusan pendanaan harus mempertimbangkan secara cermat

manfaat maupun biaya dari sumber dana yang akan dipilih.

Struktur modal itu sendiri adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen

jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen

dan saham biasa (Van Horne dan Wachowicz, 1997). Sedangkan struktur modal

perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,

saham preferen, dan modal pemegang saham. Menurut Weston dan Copeland

(1996) struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya

dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari hutang

jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Jadi, struktur

modal suatu perusahaan hanya sebagian dari struktur keuangannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam penelitian ini

antara lain adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dilihat dari besarnya

kekayaan atau asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran suatu

3
perusahaan menentukan tingkat utang yang di gunakan dalam pendanaan juga

akan semakin tinggi pula antara lain untuk ekspansi (Tandelilin, 2007).

Perusahaan yang lebih besar mempunyai asymmetric information yang

lebih kecil sehingga pihak luar dapat memperoleh informasi lebih mengenai

perusahaan tersebut sehingga lebih mudah bagi perusahaan yang lebih besar

utuk mendapatkan utang dan juga karena adanya akses ke pasar modal yang

lebih mudah untuk perusahaan besar. Selain itu, kreditor lebih mudah

memberi pinjaman dengan asumsi bahwa perusahaan yang besar kemungkinan

mengalami kebangkrutan relatif kecil sehingga kreditur akan merasa lebih aman

memberi pinjaman.

Rajan dan Zingales (1995, p. 1451) dalam bauer (2004), menyatakan

bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap struktur

modal. Semakin besar ukuran suatu perusahaan akan membutuhkan proporsi

dana lebih untuk menjalankan aktivitasnya. Dana tersebut antara lain diperoleh

dari penjaman utang dari kreditor sehingga dapat dikatakan semakin tinggi pula

struktur modalnya. Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap

struktur modal antara lain dilakukan oleh Seftiani (2011), Damayanti (2013),

Lusangaji (2013) variabel SIZE berpengaruh secara signifikan terhadap struktur

modal sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2014), Hartoyo (2014)

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan atau SIZE tidak memiliki pengaruh

terhadap struktur modal.

4
Struktur Aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapatdijadikan

jaminan (collateral value of assets). Brigham and Gapenski (1996) menyatakan

bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan

lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki

jaminan. Menurut Bambang Riyanto (1995) kebanyakan perusahaan indutri

dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan

mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal

sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap.

Penelitian mengenai pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal

antara lain dilakukan oleh Damayanti (2013), Hidayat (2013) menunjukkan bahwa

struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Lusangaji (2013), Hartoyo (2014) menunjukkan bahwa struktur

aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

Pertumbuhan perusahaan yang tinggi, kecenderungan penggunaan hutang

lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah

(Halim, 2007:92). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2011:39) dalam

Lusangaji (2013) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih

aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal

ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan

pertumbuhan penjualan semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti

(2013), Lusangaji (2013), Seftiyanti (2013) menunjukkan bahwa pertumbuhan

perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan penelitian yang

5
dilakukan oleh Saputra dkk (2014) dan Wimbelda & Marlinah (2013)

menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap

struktur modal

Profitabilitas diproksikan dengan ROA. Profitabilah adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan

memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan

dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan

lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Penelitian

yang dilakukan oleh Wimbelda & Malinah (2013), Lusangaji (2013) dan Astuti

(2014) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Seftiani (2011), Hartoyo (2014)

menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek. Pengertian lain likuiditas, adalah kemampuan seseorang atau

perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayar

dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi

kewajiban lancar. Perusahaan yang mempunyai likuiditas sehat paling tidak

memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih

menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas

dengan kewajiban lancar). Likuiditas merupakan biaya yang ditanggung pemodal

jika ingin menjual sekuritasnya secara cepat. Penelitian yang dilakukan oleh

Astuti (2014) menunjukkan bahwa likuditas berpengaruh terhadapm struktur

6
modal, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wimbelda & Marlinah (2013)

menunjukkan bahwa likuditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal

Dalam penelitian perusahaan manufaktur sektor Farmasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia digunakan sebagai obyek penelitian, alasan digunakannya

perusahaan manufaktur karena perusahaan Farmasi memiliki skala produksinya

cukup besar dan membutuhkan modal yang besar pula untuk pengembangan

produk dan ekspansi pangsa pasarnya, sehingga cenderung mempunyai tingkat

hutang yang cukup tinggi.

Penelitian ini meneliti kembali penelitian yang pernah dilakukan oleh

Lusangji (2013) yang menggunakan variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas, di dalam penelitian ini dengan

menambahkan variabel likuditas dari penelitian yang dilakukan oleh Seftiyani

(2011) dan penelitian yang dilakukan oleh Wimbela dan Marlinah (2013) serta

Astuti (2013). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dimuka serta beberapa

hasil penelitian yang berbeda-beda dari beberapa peneliti diatas. maka penulis

mengambil judul penelitian sebagai berikut : “Pengaruh Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh, Profitabilitas, Risiko Bisnis Dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2012-2014”

7
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal ?

2. Bagaimanakah struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal ?

3. Bagaimanakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap struktur

modal ?

4. Bagaimanakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal ?

5. Bagaimanakah likuditas berpengaruh terhadap struktur modal?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dimuka, maka tujuan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1 Untuk menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap

struktur modal

2 Untuk menguji dan menganalisis pengaruh struktur aktiva terhadap

struktur modal

3 Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap struktur modal

4 Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur

modal

5 Untuk menguji dan menganalisis pengaruh likuditas terhadap struktur

modal.

8
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian dimuka,

manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam

penentuan struktur modal yang optimal.

2. Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap DER sehingga dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mnegenai

kebijakan strktur modal yang optimal.

3. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk

pengambilan keputsan investasi pada peruusahaan yang akan ditanamkan

dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan tersebut

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Struktur Modal

Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan

pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan

hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pendanaan yang efisien akan

terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal

yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan

biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan

memaksimalkan nilai perusahaan (Martono,2005).

9
Menurut Sartono (1994) struktur modal adalah merupakan perimbangan

jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang,

sahampreferen dan saham biasa. Sementara itu struktur keuangan merupakan

perimbangan antara total utang dengan modal. Dengan kata lain struktur modal

adalah bagian dari struktur keuangan.

Struktur modal yang ditargetkan menurut Weston dan Brigham (1989)

yaitu bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang

dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Kebijakan mengenai struktur

modal melibatkan tradeoff antara risiko dan tingkat pengembalian dan

penambahan utang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga

memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang semakin tinggi

akibat membesarnya utang cenderung menurun harga saham, tetapi meningkatkan

tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan

keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimalkan harga

saham. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan

struktur modal yaitu risiko bisnis, posisi pajak, dan fleksibilitas keuangan. Sasaran

struktur modal (Optimal Capital Structure) suatu perusahaan didefinisikan

sebagai struktur yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan tersebut.

Menurut Brigham dan Houston (2011), pengertian sasaran struktur modal

(Optimal Capital Structure) adalah kombinasi utang, saham preferen, dan ekuitas

biasa yang akan menjadi dasar penghimpunan modal oleh perusahaan. Penentuan

10
struktur modal yang akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian

yaitu :

1. Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko

yang ditanggung oleh pemegang saham.

2. Menggunakan lebih banyak utang pada umumnya akan meningkatkan

perkiraan pengembalian atas ekuitas.

3. Risiko yang semakin tinggi terkait dengan utang dalam jumlah yang lebih

besar cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi perkiraan tingkat

pengembalian yang lebih tinggi diakibatkan oleh utang yang lebih besar akan

menaikannya. Memaksimalkan harga saham dengan cara mencari strktur

modal yang menghasilkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian

Menurut Brigham dan Houston (2011), terdapat empat faktor yang mempengaruhi

struktur modal :

1 Risiko usaha. Tingkat risiko yang inheren dalam operasi perusahaan jika

perusahaan tidak mengunakan utang. Semakin besar risiko usaha

perusahaan, semakin rendah rasio utang optimalnya.

2 Posisi pajak. Salah satu alasan utama digunakannya utang adalah karena

bunga merupakan pengurangan pajak, selanjutnya menurunkan biaya

utang efektif. Akan tetapi, jika sebagian besar laba suatu perusahaan telah

dilindungi dari pajak perlindungan pajak yang berasal dari penyusutan,

maka bunga atas utang yang saat ini belum dilunasi akan menghasilkan

tariff pajak yang rendah. Akibatnya, tambahan utang tidak akan memiliki

11
keunggulan yang sama jika dibandingkan dengan perusahaan yang

memiliki tarif pajak efektif yang lebih tinggi

3 Fleksibilitas keuangan. Potensi kebutuhan akan dana di masa depan dan

konsekuensi kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal

semakin besar kemungkinan kebutuhan modal, dan makin buruk

konsekuensinya jika tidak mampu untuk mendapatkannya, maka semakin

sedikit jumlah utang yang sebaiknya ada di dalam neraca perusahaan.

4 Konservatisme atau keagresifan manajerial. Beberapa manajer lebih

agresif dibandingkan manajer lainya, sehingga mereka lebih bersedia

untuk menggunakan utang sebagai usaha untuk meningkatkan laba. Factor

ini tidak mempengaruhi struktur modal optimal yang sebenarnya, atau

struktur modal yang memaksimalkan nilai, tetapi mempengaruhi sasarn

struktur modal perusahaan.

Keempat hal diatas memiliki pengaruh besar terhadap sasaran struktur

modal, namun kondisi operasional dapat menyebabkan struktur modal aktual

berbeda dari sasaran. Sementara menurut Weston dan Brigham (1989), faktor-

faktor yang mempengaruhi struktur modal yang optimal antara lain:

1. Stabilitas Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatifstabil

mungkin akan lebih gampang memperoleh pinjaman yang mengakibatkan

biaya tagihan tetapnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan

yang penjualannya tidak stabil.

2. Struktur Aktiva, apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan

kredit, perusahaan tersebut cendeung menggunakan banyak utang.

12
3. Leverage Operasi, perusahaan leverage operasi yang lebih kecil lebih

mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena, interaksi leverage

operasi dan keuanganlah yang mempengaruhi penurunan penjualan

terhadap laba operasi dan arus kas bersih secara keseluruhan.

4. Tingkat Pertumbuhan, perusahaan yang bertumbuh dengan pesat lebih

banyak bergantung pada modal eksternal, karena perusahaan yang

bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada

perusahaan yang tumbuh secara lambat.

5. Profitabilitas, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas

investasi menggunakan utang yang relative kecil.

6. Pajak, semakin tinggi tarif pajak perusahaan, maka semakin besar

keuntungan dari penggunaan utang.

7. Pengendalian, pengaruh akibat penerbitan surat-surat utang dengan saham

terhadap posisi pengendalian manajemen bias mempengaruhi struktur

modal.

8. Sikap Manajemen, dengan tidak adanya bukti bahwa struktur modal yang

satu akan membuat harga saham lebih tinggi dari pada struktur modal

lainnya, manajemen dapat menilai sendiri struktur modal yang di anggap

tepat.

9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Perusahaan Penilai Kredibilitas Perusahaan

membicarakan struktur keuangannya dengan pemberi pinjaman dan

perusahaan penilai kredibilitas dan nasihat yang diterima lebih

diperhatikan.

13
10. Kondisi Pasar, kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan

jangka panjang dan pendek yang bisa mempunyai pengaruh penting

terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.

11. Kondisi Internal Perusahaan, kondisi internal perusahaan juga berpengaruh

terhadap struktur modal yang ditargetkannya.

12. Fleksibilitas Keuangan, perusahaan untuk mempertahankan flesibilitas

keuangan yang dari sudut pandang operasional, berarti mempertahankan

kapasitas cadangan yang memadai untuk melakukan pinjaman

1.5.1.1 Teori Struktur Modal

Menurut Martono (2005) dalam teori struktur modal di asumsikan bahwa

perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali

saham biasa atau penerbitan saham baru. Selanjutnya perlu dikaji bagaimana

pengaruh struktur modal tersebut terhadap nilai perusahaan dan apakah ada

pengaruh struktur modal terhadap harga saham perusahan sebagai pencerminan

nilai perusahaan. Apabila ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan,

pertanyaan berikutnya adalah bagaimana struktur modal yang optimal bagi

perusahaan. Dalam analisis struktur modal ini digunakan beberapa asumsi, yaitu :

1. Tidak ada pajak penghasilan

2. Tidak ada pertumbuhan laba

3. Pembayaran seluruh laba kepada pemegang saham yang berupa deviden

4. Perubahan struktur modal terjadi dengan menertbitkan obligasi dan membeli

kembali saham biasa atau dengan menerbitkan saham biasa dan menarik

obligasi.

14
Menurut Sartono (2005) ada 2 pendekatan yang dapat digunakan yaitu sebagai

berikut :

1. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach)

Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh david Durand pada tahun

1952. Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi

yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini

melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun

tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Dengan demikian, pertama

, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan. Kedua , penggunaan hutang

yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan

risiko perusahaan.

2. Pendekatan Tradisional ( Traditional Approach) Pada pendekatan tradisional

diasumsikan terjadi perubahan struktur modalyang optimal dan peningkatan

nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage.

1.5.1.2 Modigliani dan Miller Theory (MM)

Fraco Modigliani dan MH.Miller (MM) menentang pendekatan

tradisional dengan menawarkan pembenaran perilaku tingkah kapitalisasi

perusahaan yang konstan. MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh

pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami

penurunan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal

antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi.

Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan

15
risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya

berubah (Martono2005). Asumsi-asumsi yang digunakan MM adalah :

1. Pasar modal adalah sempurna, dam investor bertindak rasional

2. Nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama

3. Perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama

4. Tidak ada pajak

Pendapat MM didukung oleh adanya proses arbitrase, yaitu proses

mendapatkan dua aktiva yang pada dasarya sama dan membelinya dengan harga

yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.

1. Pendekatan MM Tanpa Pajak

Pertama kali MM memperkenalkan teori struktur modal dengan asumsi

tidak ada pajak pendapatan perusahaan. MM berpendapat bahwa nilai

perusahaan adalah tidak tergantung atautidak dipengaruhi oleh struktur

modal (Sartono,1994).

2. Pendekatan MM Apabila Ada Pajak

Modigliani dan Miller berpendapat dalam kondisi ada pajak penghasilan,

perusahaan yang memiliki leverage akan memiliki nilai lebih tinggi jika

dibandingkan dengan perusahaan tanpa leverage. Kenaikan nilai erusahaan

terjadi karena pembayaran bunga atas utang merupakan pengurangan pajak

oleh karena itu laba operasi yang mengalir kepada investor menjadi

semakin besar (Sartono, 1994).

16
1.5.1.3 Pecking Order Theory

Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf

(1984). Disebut teori pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa

perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara

ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Brealey, dkk 1991):

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi

perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang

ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden

secara drastis.

3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan

fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga,

mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi

kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain,

mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan

investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual

sekuritas yang dimiliki.

4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka

perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih

dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh

sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru

akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

17
Theori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-

urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang

profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan

karena mereka mempunyai target rasio hutang yang rendah, tetapi karena memang

mereka membutuhkan external financing yang sedikit.

Perusahaan–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai

hutang yang lebih besar karena dua alasan dana internal yang tidak mencukupi

kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.

Pendanaan internal lebih disukai karena hal tersebut memungkinkan perusahaan

untuk tidak membuka diri lagi terhadap pihak luar. Dalam pendanaan eksternal,

hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi

obligasi akan lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham. Selain itu

manajemen juga mengkhawatirkan apabila melakukan penerbitan saham baru

dipandang sebagai hal yang negatif oleh para pemodal, hal tersebut tentunya

berdampak buruk bagi harga saham (Husnan, 1996)

1.5.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan didefinisikan oleh Gibson (1998) dalam

Sambharakreshna (2010) yaitu bahwa untuk melihat perbedaan ukuran suatu

perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualannya, aktiva atau ukuran laba.

18
Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva dengan

jumlah besar dapat disebut sebagai perusahaan besar. Jadi ada petunjuk

bahwa skala perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal

perusahaan. Semakin besar perusahaan, akan semakin besar pula dana yang

dibutuhkan perusahaan tersebut dalam operasinya. Kebutuhan dana yang

besar tersebut dapat dipenuhi dengan pembiayaan modal sendiri atau

pembiayaan dengan hutang khususnya hutang jangka panjang. Ukuran

perusahaan dapat diukur dengan logaritma natural dari aktiva Ukuran

perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari

besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari

suatu perusahaan (Bambang Riyanto, 1995).

Menurut Seftianne dan Handayani (2011) ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, besar kecilnya perusahaan

dapat ditentukan dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar

kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat dilihat berdasarkan total penjualan

dan rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Menurut Mas’ud

2008 dalam Verena dan Mulyo (2013) semakin besar ukuran perusahaan yang

diindikatori oleh total asset, maka perusahaan akan menggunakan hutang

dalam jumlah yang besar pula. Semakin besar ukuran perusahaan

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva yang

semakin tinggi pula Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka

kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini

disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula

19
untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya

adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Halim,

2007).

2. Struktur Aktiva

Menurut Brigham dan Houston (2006) perusahaan yang asetnya

memadai atau aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang

lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena

aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Maka dapat

dikatakan struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar

hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh

terhadap penentuan besarnya struktrur modal.

Menurut Brigham dan Houston (2006) perusahaan yang asetnya

memadai atau aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang

lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena

aktiva tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Maka dapat

dikatakan struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar

hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh

terhadap penentuan besarnya struktrur modal. Komposisi aktiva yang dapat

dijadikan jaminan perusahaan memengaruhi pembiayaannya dan seorang

investor akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai jaminan yang

ada.

Weston dan Copeland (1997) menyatakan bahwa perusahaan yang

mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan

20
tersebut akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, dengan harapan

aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Sebaliknya,

perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan

persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat

profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak begitu tergantung pada

pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan

jangka pendek.

Teori struktur modal mengungkap adanya korelasi positif antara

tingkat hutang dan tangible asset. Perusahaan yang memiliki banyak tangible

asset memiliki jaminan yang cukup atas pinjaman mereka. Tangible asset

juga berarti bahwa perusahaan memiliki nilai likuidasi tinggi, sehingga

kreditur dapat menerima kembali dana mereka jika terjadi likuidasi

perusahaan. Dengan demikian semakin banyak tangible asset yang dimiliki

perusahaan, maka semakin tinggi motivasi kreditur menyetujui kredit tingkat

hutang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan perusahaan yang

memiliki aktiva tetap yang tinggi atas total aktiva cenderung menggunakan

hutang yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan dananya. Jadi struktur

aktiva berkorelasi positif dengan struktur modal perusahaan.

3. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan rasio yang mengukur seberapa

baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya

maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Growth menunjukkan

21
pertumbuhan asset dimana asset merupakan aset yang digunakan untuk

aktivitas operasional perusahaan. (Brigham dan Houston,2006).

Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan dari pihak internal

maupun pihak eksternal perusahaan, pertumbuhan perusahaan diharapkan

dapat memberikan sinyal positif adanya kesempatan untuk berinvestasi. Bagi

investor, prospek perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi

memberikan keuntungan karena investasi yang ditanamkan diharapkan dapat

memberikan return yang tinggi di masa yang akan datang(Brigham dan

Houston,2006)

Growth (pertumbuhan perusahaan) aset adalah aset yang digunakan

untuk aktivitas operasional suatu perusahaan. Semakin besar aset maka akan

diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan. Peningkatan aset suatu perusahaan yang diikuti dengan

peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar

terhadap suatu perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar

(kreditur) terhadap perusahaan, maka proposi hutang tersebut akan lebih

besar dari modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas

dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan dijamin oleh besarnya aset

yang dimiliki perusahaan menurut Ang (2010)

4. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan

manajemen perusahaan ( Brigham dan Gapenski, 2006) dalam (Puspita, 2012).

Dengan demikian dapat dikatakan profitabilitas perusahaan merupakan

22
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang

dilakukan pada periode akuntansi.

Profitabilitas menurut Saidi (2004) dalam (Puspita, 2012) adalah

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan

saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari

yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka

semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai

perusahaan menjadi lebih baik.

Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu cara untuk menilai

secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas

investasi. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau

menjanjikan keuntungan dimasa mendatang maka banyak investor yang akan

menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal itu tentu

saja akan mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.

5. Likuditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek. Pengertian lain likuiditas, adalah kemampuan seseorang atau

perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayar

dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi

kewajiban lancar. Perusahaan yang mempunyai likuiditas sehat paling tidak

memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih

menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas

23
(kas dengan kewajiban lancar). Likuiditas merupakan biaya yang ditanggung

pemodal jika ingin menjual sekuritasnya secara cepat.

1.6 Hubungan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian

Hubungan antar variabel dan hipotesis dalam penelitian ini diuraikan sebagai

berikut :

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal

Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap

struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana

yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002).

Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan

modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar

membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan

salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal

sendiri tidak mencukupi (Halim,2007).

Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih fleksibel dalam

mengakses sumber dana, sehingga akan meningkatkan hutangnya untuk

memaksimalkan struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Seftiani

(2011), Damayanti (2013), Lusangaji (2013) variabel SIZE berpengaruh secara

signifikan terhadap struktur modal Berdasarkan uraian dimuka maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

24
2. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang tinggi berarti memiliki

aktiva tetap yang besar. Weston dan Copeland(1997) menyatakan bahwa

perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka

perusahaan tersebut akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, dengan

harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa

piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada

kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak begitu

tergantung pada pembiayaan hutang jangkapanjang dan lebih tergantung pada

pembiayaan jangka pendek.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel struktur

aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Damayanti (2013), Hidayat

(2013) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur

modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H2 : Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal

Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi,

kecenderungan penggunaan hutang lebih besar dibandingkan dengan

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah (Halim, 2007:92). Sedangkan

menurut Brigham dan Houston (2011:39), perusahaan dengan penjualan yang

relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan

25
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan

yang penjualannya tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang

digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar. Penelitian

yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2013),

Lusangaji (2013), Seftiyanti (2013) menunjukkan pertumbuhan penjualan

berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Pengertian profitabilitas menurut Agus Sartono (2008:122) adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan

penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam

menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan

memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan

dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan

lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Wimbelda &

Malinah (2013), Lusangaji (2013) dan Astuti (2014) menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

26
1.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dalam penelitian ini dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Lusangaji (2013) Pengaruh Ukuran Perusahaan, 1. Ukuran perusahaan berpengaruh
Struktur Aktiva, Pertumbuhan signifikan terhadap struktur modal
Perusahaan, Dan Profitabilitas 2. Pertumbuhan penjualan berpengaruh
Terhadap Struktur Modal signifikan terhadap struktur modal
3. Profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal
4. Struktur aktiva tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap stuktur
modal
2 Seftiani (2011) Faktor-Faktor Yang 1. Profitabilitas tidak memiliki pengaruh
Mempengaruhi Struktur Modal terhadap struktur modal
Pada Perusahaan Public Sektor 2. Likuditas tidak memiliki pengaruh
Manufaktur terhadap struktur modal
3. Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal
4. Rrisiko bisnis tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal
5. Growth opportunity berpengaruh
terhadap struktur modal
6. Kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap struktur modal
Struktur aktiva tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal
3. Astuti (2014) Pengaruh Profitabilitas, 1. Ada pengaruh yang signifikan dan
Size, Growth Opportunity, negative antara profitabilitas
Likuiditas Dan Struktur terhadap Struktur Modal
Aktiva Terhadap Struktur 2. Tidak ada pengaruh yang signifikan
Modal Bank antara Ukuran Perusahaan (Size)
terhadap Struktur Modal
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan
antara Growth Opportunity terhadap
Struktur Modal secara parsial.
4. Ada pengaruh yang signifikan dan
negatif antara Likuiditas terhadap
Struktur Modal
Ada pengaruh yang signifikan dan
positif antara Struktur Aktiva
terhadap Struktur Modal secara
parsial.

27
4. Damayanti /2013 Pengaruh struktur aktiva, Nilai Struktur Aktiva berpengaruh
ukuran perusahaan, secara signifikan terhadap struktur
peluang bertumbuh dan modal
profitabilitas terhadap Ukuran perusahaan mempunyai
struktur modal pengaruh yang significant dengan
arah negatif terhadap struktur modal.
Peluang bertumbuh mempunyai
pengaruh yang significant dengan
arah positif terhadap struktur modal.
Profitabilitas mempunyai pengaruh
yang significant dengan arah negatif
terhadap struktur modal.

5. KT. Lanang Analisis Pertumbuhan Aset, 1. Pertumbuhan Aset tidak berpengaruh


Saputra,Edy Sujana, Risiko Bisnis, Dan signifikan terhadap struktur modal.
Nyoman Ary Surya Profitabilitas Yang 2. Risiko Bisnis berpengaruh
Darmawan Mempengaruhi Struktur signifikan terhadap struktur modal.
Modal Perusahaan Industri Profitabilitas berpengaruh signifikan
Jasa Yang Terdaftar Pada terhadap struktur modal
Bursa Efek Indonesia
6. Wimbelda dan Variabel-Variabel Yang 1. Profitabilitas berpengaruh tidak
Marlinah (2013) Mempengaruhi Struktur signifikan terhadap struktur modal
Modal Pada Perusahaan 2. Growth Opportunitiy berpengaruh
Public Sektor Non signifikan terhadap struktur modal
Keuangan 3. Tangiblility berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
4. Size berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
5. Earning volality berpengaruh positif
terhadap struktur modal
6. Dividen berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
7. Likuditas berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
8. Kepemilikan manajeral berpengaruh
negatif terhadap struktur modal
9. Klasifikasi Industri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
struktur modal

28
1.8 Kerangka Pemikiran

Dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang

berpengaruh terhadap struktur modal masih menunjukkan hasil yang berbeda

bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan hasil penelitian yang

lainnya, model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan (X1)

Struktur Aktiva (X2)

Pertumbuhan Perusahaan Struktur Modal (Y)


(X1)

Profitabilitas (X4)

Likuditas (X5)

Gambar 1.1

Model Penelitian

1.9 Metode Penelitian

1.9.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratori. Penelitian ekplanarori

adalah penelitian yang bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh

keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Penelitian

eksploratori dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga

belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti.

29
1.9.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2007:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Perusahaan

Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu

sampel dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan. Kriteria-

kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian, antara lain:

1. Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun

berturut-turut dari tahun 2012-2014.

2. Perusahaan-perusahaan yang berturut-turut menyajikan laporan keuangan

setiap periode pengamatan dari tahun 2012-2014

1.9.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara, baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data sekunder

dalam penelitian ini berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan publik

periode tahun 2012-2014, serta data perusahan yang diperoleh dari www.idx.co.id

dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

30
1.9.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengumpulkan,

mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia atau akses internet

melalui www.idx.co.id dan dilengkapi dengan informasi tambahan yang diperoleh

dari Indonesian capital Market Directory (ICMD), serta dari berbagai buku

pendukung dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan nilai

perusahaan.

1.9.5 Definisi Operasional Variabel

1.9.5.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Alimul Hidayat, 2007). Defininisi operasional variabel yang digunakan

dijelaskan pada tabel 1.2 dibawah ini

Tabel 1.2
Tabel Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Konsep Variabel Pengukuran Sumber
1 Struktur Modal Struktur modal menurut Riyanto (2001) Seftianne
(Y) adalah perimbangan atau perbandingan (2011)
antar jumlah hutang jangka panjang
Debt Total
dengan modal sendiri. Debt to Equity DER 
Ratio merupakan ratio mengukur Equity Total
kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan biaya hutang melalui
modal sendiri yang dimilikinya yang
diukur melalui total hutang dan total
modal (equity)

31
2 Ukuran Ukuran perusahaan merupakan atau Lusangaji
Perusahaan (X3) besarnya asset yang dimiliki perusahaan. (2014)
Ukuran perusahaan diukur dengan SIZE = Ln Total Asset
menggunakan logaritma natural dari nilai
buku aktiva (Soliha dan Taswan, 2002)
3. Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah perimbangan Aktiva Tetap Lusangaji
(X2) atau perbandingan antara aktiva tetap SA 
Total Aktiva (2014)
dan total aktiva (Weston dan
Copeland, 1995).
4. Pertumbuhan Pertumbuhan penjualan adalah Lusangaji
Perusahaan (X3) selisih antara jumlah penjualan (2014)
periode ini dengan periode Penjualan t - Penjualan t - 1
PP 
sebelumnya dibandingkan dengan Penjualan t - 1
penjualan periode sebelumnya.
5. Profitabilitas (X4) Profitabilitas adalah kemampuan Lusangaji
perusahaan untuk memperoleh laba dari
(2014)
kegitan bisnis yang Laba Setelah Pajak
dilakukannya. Husnan dan Pudjiastuti ROA 
(2004 dengan total asset. Total Asset

6. Likuditas (X5) Ukuran likuiditas perusahaan yang Wimbelda dan


lebih menggambarkan tingkat Marlinah (2013)
likuiditas perusahaan ditunjukkan
dengan rasio kas (kas dengan Aktiva Lancar
Quick Ratio 
kewajiban lancar). Likuiditas Hutang Lancar
merupakan biaya yang ditanggung
pemodal jika ingin menjual
sekuritasnya secara cepat.

2.1 Metode Analisis

2.1.1 Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif adalah suatu pengukuran yang digunakan dalam suatu

penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan

dalam angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data,

dan penemuan hasil (Supranto, 2000). Dalam penelitian ini, analisis data

kuantitatif yang digunakan antara lain:

2.1.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan pengujian statistik yang harus

dipenuhi terlebih dahulu dalam analisi regresi berganda atau data yang bersifat

32
ordinary least square. Setiap pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji yaitu uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji

linearitas (tidak wajib) akan dilakukan pengujian satu per satu. Secara umum uji

linearitas tidak diwajibkan digunakan. Hanya empat pengujian (uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi) saja

yang sering digunakan dalam pemenuhan syarat pengujian regresi berganda. Jika

salah satu pengujian tersebut mengalami permasalah atau tidak lolos dalam

pengujian (ex: autokorelasi), maka akan dilakukan pengobatan selanjutnya agar

memenuhi kriteria yang ditentukan dalam setiap pengujian.

Praktek pengujian empat uji asumsi klasik tersebut, biasanya yang paling

sering mengalami masalah adalah dalam pengujian atokorelasi. Jika terjadi

masalah atau tidak lolos dalam pengujian asumsi klasik maka perlu dilakukan

pengobatan uji autokorelasi tersebut. Uji asumsi klasik antara lain adalah sebagai

berikut

2.4.2.1 Uji Normalitas

Bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel

bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya

adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis

lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. Adapun cara

33
analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan grafik normal plot, dimana

(Imam Ghozali, 2011;160):

1. Jika penyebaran data mengikuti garis normal, maka data berdistribusi

normal.

2. Jika penyebaran data tidak mengikuti garis normal, maka data distribusi

tidak normal.

2.4.2.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas berarti antara variabel bebas satu dengan yang lainnya dalam

model regresi saling berkorelasi linear. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel besar sama dengan

nol. Multikollinearitas dapat dinilai salah satunya dengan melihat Variance

Inflation Factor (VIF) dari hasil perhitungan VIF variabel bebas seharusnya tidak

lebih besar dari 10, maka dalam model regresi tidak terdapat gejala

multikolinearitas (Imam Ghozali, 2011;105).

2.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas berarti variasi (varians)variabel tidak sama untuk semua

pengamatan. Pada heterokedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak),

tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau

lebih variabel bebas (Imam Ghozali, 2011;139).

34
2.4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada kolerasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.

Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan

data time series. Konsekuensi dari adanya autokolerasi dari suatu model regresi

adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih

jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir

nilai variabel tidak bebas tertentu. Untuk mendiaknosis adanya autokolerasi dalam

suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin

Watson (Imam Ghozali, 2011;110). Pengambilan keputusan ada tidaknya

autokolerasi:

1) Autokolerasi bila dalam DW terletak antara batas atas atau upper bound

(du) dan (4-du), maka koefisien sama dengan nol, berarti tidak

autokolerasi.

2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),

maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada

autokorelasi positif.

3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi

leboh kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4) Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau

DW terletak antara (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

35
2.4.3 Analisa Regresi Linier Berganda

Kebaikan daripada analisa Regresi Linier Berganda, ialah kita dapat

mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari masing-masing variabel

bebas (independen), jika pengaruh dari variabel lainnya dianggap konstan.

Analisis Regresi Linier Berganda, dapat diformulasikan sebagai berikut :

(Sudjana, 1992)

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

Y = Struktur Modal

X1 = Ukuran perusahaan

X2 = Struktur Aktiva

X3 = Pertumbuhan Perusahaan

X4 = Profitabilitas

X5 = Likuditas

a = Konstanta

b1-b5 = Koefisien regresi

e = Error

2.4.4 Pengujian Hipotesis

1. Uji t

Untuk pengujian satu sisi (one sided test) digunakan uji t dengan level

of significance (   0,05 ):

Pengujian Hipotesis :

36
Hipotesis Nihil / H0 = 0 = Tidak terdapat pengaruh dan sinfikan

antara variabel X terhadap variabel Y

Hipotesis Alternatif Ha > 0 = Terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara variabel X terhadap variabel Y

2. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa koefisien

determinasi majemuk dalam populasi, R2, sama dengan nol. Uji

signifikansi meliputi pengujian signifikansi persamaan regresi secara

keseluruhan serta koefisien regresi parsial spesifik. Uji keseluruhan

dapat dilakukan dengan menggunakan statistik F. Dalam penelitian ini

Uji F digunakan untuk mempengaruhi variabel terkait, benar-benar

berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel Y

.Pengujian Hipotesis :

Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau taraf signifikansi sebesar

5%, maka :

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, berarti masing-masing

variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat.

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, berarti masing-masing

variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat.

37
3. Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar kontribusi kepuasan nasabah yang akan

diteliti, maka digunakan koefisien determinasi atau koefisien penentu

(Imam Ghozali, 2001 ) dengan rumus :

KD = (R2) x 100%

Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan alat bantu berupa

software statistik SPSS versi 19 untuk memudahkan mendapatkan hasil

pengolahan yang akurat.

38

Anda mungkin juga menyukai