3 28 2 PB PDF
3 28 2 PB PDF
Riwayat Artikel:
Tanggal diterima Desember 2015
Juni direvisi Mei 2016
Tanggal
Tanggal dipublikasi Juni 2016
team in order to improve health status of women merupakan bagian penting dalam pembangunan
and community. this review aims to analyze inter kesehatan guna menghasilkan sumber daya manusia
professional education implementation in midwives kesehatan sebagai penggerak pembangunan
kesehatan (Ikatan Bidan Indonesia, 2013).
profession education. method used in this review
Sebagai mana telah diketahui bahwa bidan
was by doing analysis and review of some adalah salah satu tenaga kesehatan yang ada dalam
references. then that references quoted and sistem kesehatan dan memiliki posisi penting/
reviewed, and then the analysis was made in strategis dalam penurunan AKI dan AKB, serta
narration that related to the topic. standard of peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
midwifery profession education program stated that perempuan dan anak. Dalam pelayanannya bidan
midwifery profession institution (academic – harus mampu menghadapi tuntutan yang terus
berubah seiring perkembangan masyarakat dan
profession) should has policy to build relationship
dinamika kemajuan pengetahuan dan teknologi.
with other institution, other health profession, Untuk menyiapkan bidan yang tanggap terhadap
clinical and community practice area, professional situasi terkini dan dapat mengatasi berbagai situasi
organization, and foreign partners. undergraduate kompleks yang dihadapi perempuan sepanjang
program of midwifery, faculty of medicine, andalas siklus reproduksinya serta bayi dan balita sehat,
university haven’t included interprofessional dibutuhkan bidan yang mampu berpikir kritis,
education directly in the curriculum we had in melakukan analisis-sintesis, advokasi dan berjiwa
kepemimpinan yang hanya dapat dihasilkan oleh
academic period. maastricht university is one of the
sistem pendidikan tinggi kebidanan yang berkualitas
examples of implementation of ipe in midwifery dan mampu berkembangan sesuai kemajuan zaman
profession curriculum in their program either in (Ikatan Bidan Indonesia, 2013).
academic period and profession period. world The State of Worlds Midwifery Tahun 2011
health organization (who) recommended three key menyebutkan bahwa seorang bidan harus dapat
points to develop interprofessional education and memungkinkan adanya kebijakan dan lingkungan
untuk memaksimalkan peran bidan sebagai tenaga
collaboration in practice that include institution
kesehatan di kebidanan komunitas. Jadi pada
support, culturally sensitive, and environment prinsipnya seorang bidan harus kreatif dalam
support. implementation of interprofessional menciptakan kebijakan yang dapat membantu dalam
education in midwives profession education in meningkatkan pelayanan kebidanan bagi ibu dan
indonesia should be integrated in existed curriculum anak sehingga adanya kekurangan dalam hal
so that fulfill the standard of midwives profession ketenagaan dapat diatasi. The State of Worlds
education and standard of midwives competency in Midwifery Tahun 2011 menyebutkan bahwa bidan
harus dapat bekerja dalam tim dan berkolaborasi
indonesia.
dengan profesi kesehatan lain, dalam hal ini bidan di
desa harusnya dapat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan di puskesmas dalam menjalankan setiap
kata kunci: pendidikan interprofesi, profesi bidan program kesehatan. Elemen dalam sistem kesehatan
ini berhubungan erat dengan menjaga motivasi
keywords: interprofessional education (ipe), bidan sendiri karena motivasi merupakan factor
penting bagi performa bidan. Beberapa bukti
midwives profession
memang telah menyebutkan bahwa kondisi kerja
yang kurang bagus, rendahnya gaji, kurangnya
PENDAHULUAN
supervisi, dan kurangnya kesempatan untuk
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya meningkatnya karir merupakan factor yang
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan menyebabkan kurangnya motivasi, tetapi adanya
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, dukungan dari rekan kerja dan tenaga kesehatan
menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya lainnya juga terbukti dapat menghilangkan
dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan hambatan ini dan meningkatkan kualitas pelayanan
yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan (The State of Worlds Midwifery, 2011). Standar
kesehatan yang menyeluruh, terarah dan kompetensi profesi Bidan menjelaskan bahwa Bidan
berkesinambungan. Pendidikan kesehatan harus mampu menjalin kerjasama dengan tim
kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
perempuan dan masyarakat sehingga penting untuk
mengkaji kembali penerapan pendidikan interprofesi
Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
25
dalam pendidikan profesi Bidan di Indonesia (Ikatan metode pembelajaran IPE dalam kurikulum tahap
Bidan Indonesia, 2014). akademik (CIHC, 2010 ; Jayadisastra, 2014).
Pengembangan SDM merupakan upaya University of Aberdeen di Scotlandia sudah
manajemen yang terencana dan dilakukan secara membuat dan menjalankan program IPE sejak tahun
berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi 2003. IPE sangat dirasakan manfaatnya oleh banyak
pekerja dan atau organisasi melalui program kalangan dari tenaga kesehatan dalam bidang
pelatihan, pendidikan dan pengembangan (Kurniati pendidikan dan perawatan sosial, sehingga pada
dan Efendi, 2012). Pelayanan kesehatan yang tahun 2008 pemerintahan Scotlandia
bermutu dan dengan biaya yang efisien dapat merekomendasikan agar pembelajaran IPE
diperoleh dengan meningkatkan kolaborasi yang diterapkan dalam proses pendidikan kesehatan
efektif antar tenaga kesehatan. Kolaborasi tenaga (Joseph, 2012).
kesehatan yang efektif berdampak positif dalam WHO (2010) mengeluarkan data tentang
penyelesaian berbagai masalah kesehatan (Keith, penerapan IPE pada tatanan universitas, bahwa dari
2008). 42 negara, sebanyak 24,6% sudah mengaplikasikan
Kesenjangan antar profesi kesehatan dalam kurikulum IPE pada tahap akademik. Sementara
mengaplikasikan kolaborasi adalah hal yang harus Indonesia belum termasuk didalamnya. Maka dari
diperbaiki. Dimana terdapat berbagai profesi itu, perlu adanya sosialisasi tentang metode
kesehatan yaitu kedokteran, kebidanan, perawatan pembelajaran IPE ini secara menyeluruh di instansi
dan pekerjaan sosial untuk menangani satu kasus pendidikan kesehatan di Indonesia, mengingat
secara bersama. Respon masing-masingnya berbeda tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin canggih
dalam menangani kasus tersebut. Oleh karena menuntut tenaga kesehatan mampu berkolaborasi
mahasiswa kedokteran dipandang lebih dengan baik untuk menyelesaikan berbagai
berkompeten dalam hal mengobati dan memberikan permasalahan kesehatan nantinya (Keith, 2008).
edukasi terhadap pasien, sehingga mahasiswa
profesi lain hanya menunggu instruksi dari
mahasiswa kedokteran dan takut mengajukan saran, METODE PENELITIAN
dikarenakan kurangnya sikap percaya diri dan sikap
saling percaya antar profesi (Buku Acuan Umum Penelitian ini merupakan kajian pustaka.
CFHC-IPE, 2014 ; Sportsman, 2013). Hal ini Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah
bertolak belakang dengan sikap yang harus ada pada melakukan analisis dan kajian pustaka terhadap
tenaga profesional dalam berkolaborasi, yaitu sikap beberapa referensi yang mendukung. Beberapa
yang saling menghormati, saling menghargai, saling referensi dikutip dan dikaji kemudian dibuat
percaya, mengambil keputusan secara bersama dan analisisnya terkait dengan topik kajian ini.
bermitra kerja secara baik agar mampu
menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal
(CIHC, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN
WHO (2010) telah merekomendasikan
Interprofessional Education (IPE) sebagai salah satu Pendidikan interprofesi terjadi ketika
upaya untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi mahasiswa dari dua atau lebih profesi belajar
praktek profesional melalui proses pendidikan. IPE tentang dari, dan dengan sesuatu untuk menerapkan
adalah suatu konsep pembelajaran inovatif dimana kolaborasi efektif dan menigkatkan luaran
terdapat dua atau lebih mahasiswa atau profesi kesehatan. Pendidikan interprofesi merupakan
kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang tahapan penting dalam menyiapkan kolaborasi
profesi, yang kemudian belajar bersama tentang, interprofesi dalam jejaring kerja tenaga kesehatan
dari dan dengan masing-masing profesi guna sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di
mengaktifkan kembali jaringan kolaborasi antar komunitas. Adanya kebijakan dan pendidikan
profesi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. kesehatan terpadu dapat mempromosikan
Interprofessional Education (IPE) pendidikan interprofesi dan kolaborasi praktik yang
merupakan proses mempersiapkan seseorang untuk efektif (WHO, 2013).
praktek kolaboratif. IPE merupakan dasar dari WHO dalam kerangka kerja nya
Interprofessional Collaboration (IPC). Sangat menjelaskan bahwa tujuan dari rekomendasi
dibutuhkan pemahaman yang jelas tentang peran kerangka kerja pendidikan interprofesi dan
dari masing-masing praktisi kesehatan dalam kolaborasi praktik ini adalah untuk menyediakan
memberikan pelayanan. Hal ini perlu untuk strategi dan ide-ide yang membantu pembuat
diinformasikan kepada pemerintah agar menerapkan kenijakan dalam mengimplementasikan masing-
masing elemen dalam kerangka kerja ini sehingga
Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
26
Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
27
Penjelasan lebih lanjut dalam siswa di Negara maju dan 36,8% siswa di
kerangka kerja ini juga menyatakan bahwa Negara berkembang dilakukan penilaian
terdapat beberapa mekanisme yang dapat secara berkelompok dengan professional
dikembangkan contohnya mekanisme pendidik kesehatan lain (WHO, 2013).
dan mekanisme kurikulum. Mekanisme
pendidik berkaitan dengan staf akademik, Secara internasional, menyiapkan staf
dukungan institusi, komitmen manajerial, dan untuk melakukan atau memfasilitasi adanya
tujuan pembelajaran, sedangkan mekanisme pendidikan interprofesional masih merupakan
kurikulum berkaitan dengan logistik, konten hal yang tidak umum. Penyebabnya karena
program studi, prinsip pembelajaran dewasa, biasanya kegiatan yang melibatkan pendidikan
pembelajaran kontekstual, dan penilaian interprofesional dalam pembelajaran secara
(WHO, 2013). sistematis belum terintegrasi dengan baik.
Standar pendidikan profesi Bidan Sebagai tambahan, evaluasi rutin tentang
Indonesia menjelaskan bahwa Institusi dampak adanya pendidikan interprofesi pada
Pendidikan Profesi Bidan (Akademik-Profesi) hasil luaran kesehatan dan pelayanan
memiliki kebijakan untuk melakukan kesehatan masih sangat jarang. Responden
kerjasama dengan berbagai institusi lain, dari survey yang dilakukan WHO
profesi lain yang terkait, wahana praktik klinik menyebutkan beberapa hal yang menjadi
dan komunitas, organisasi profesi, dan mitra manfaat bagi institusi pendidikan setelah
kerja luar negri. Program studi S1 Kebidanan diterapkannya pendidikan interprofesi
FK – Unand dalam hal ini, untuk penerapan diantaranya mahasiswa mempunyai
pendidikan interprofesi dilakukan pada tahap pengalaman dan pandangan yang nyata
profesi sedangkan dalam tahap akademik, tentang pekerjaannya di komunitas, selain itu
belum ada penerapan langsung berdasarkan juga mahasiswa belajar tentang bagaimana
kurikulum sehubungan dengan pendidikan tenaga kesehatan lain bekerja di lapangan
interprofesi. Pendidikan profesi Bidan di (WHO, 2013).
Maastricht University dalam hal ini telah Studi kasus WHO di Malawi
menerapkan pendidikan interprofesi sejak menyebutkan bahwa model implementasi
tahap akademik sampai tahap profesi. Begitu pendidikan interprofesi dalam kurikulum
juga dengan Pendidikan S2 Ilmu Kesehatan pembelajaran terdiri dari 2 model yaitu:
Reproduksi di Kamuzu College, Malawi telah Hammick M et al pada tahun 2007
menerapkan pendidikan interprofesi dalam juga menyimpulkan bahwa pendidikan
pembelajaran teori di kelas dan pembelajaran interprofesional telah diterima dengan baik
klinis di area praktik (IBI, 2003 ; Maastricht karena dapat meningkatkan pengetahuan dan
University, 2014; WHO, 2014). Sama halnya keterampilan dalam praktik kolaboratif.
di Ryerson University, penerapan pendidikan Namun, pengembangan staf merupakan kunci
interprofesi dalam kebidanan dilakukan lebih penting dalam keefektifan pendidikan
banyak pada tahun ketiga dimana mereka interprofesi dan semua professional kesehatan
ditempatkan bersama tenaga kesehatan lain uang terlibat aktif dalam IPE dapat
baik di komunitas maupun rumah sakit memunculkan keunikan dari nilai masing-
sedangkan untuk tahapan akademik mereka masing profesi (Hammick et al, 2007.
diajar oleh tim pengajar dari berbagai disiplin Sebelumnya pada bukunya Freeth, et al juga
ilmu. Dalam hal ini penerepan pendidikan telah menjelaskan bahwa tantangan terbesar
interprofesi dalam program kebidanan di dari penerapan pendidikan interprofesi ini
Ryerson hampir sama dengan yang dilakukan adalah bagaimana mengembangkan,
di Universitas Andalas (Ryerson university, melakukan, dan mengevaluasi selama proses
2015). berlangsung sehingga dapat meningkatkan
Sebuah survey yang dilakukan WHO system pelayanan kesehatan (Freeth et al,
dari bulan Februari sampai dengan Mei 2008, 2005).
dilakukan survey terhadao 42 negara dengan Dalam ICM Triennal Congress di
jumlah responden yaitu 396 orang tentang Prague tahun 2014 ini juga dilaporkan bahwa
persepsi mereka sehubungan dengan program international confederation of midwives (ICM)
pendidikan interprofesi sebagian besar menyebutkan bahwa seorang bidan harus
(50,4%) mendukung integrasi IPE dalam dapat membentuk kebijakan global dimana
kurikulum pendidikan dan sebaganyak 46,9% tujuannya adalah untuk meningkatkan
Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
28
Penelitian yang dilakukan oleh Iryani baru bagi peserta didik maupun pengajar.
(2012) mengenai komponen penilaian mini Metode pembelajaran dapat berubah sewaktu-
cex, yaitu salah satu metode penilaian untuk waktu tergantung pada kebutuhan peserta
mengukur kemampuan mahasiswa tahap didik dalam menjaga perhatiannya terhadap
klinik. Dimana terdapat tujuh komponen pelajaran. Terdapat keterkaitan disetiap
penilaian, diantaranya profesionalisme, yaitu metode pembelajaran yang digunakan
kemampuan untuk menunjukkan rasa hormat, sehingga tidak bisa berdiri sendiri karena
kasih sayang, empati, membangun metode – metode pembelajaran yang ada dapat
kepercayaan pasien, memperhatikan saling memperkuat (Sedyowinarso, 2011).
kenyamanan pasien, rendah hati, menjaga
kerahasiaan informasi dan mengakui Menurut Lakehead Laurentian
keterbatasan yang dimiliki. Hal ini sejalan Medicine (2014), terdapat tiga tahap strategi
dengan outcome yang penting dari metode pembelajaran interprofesional yaitu tahap
pembelajaran IPE. pemaparan, tahap pencelupan dan penguasaan.
Berikut ini adalah kompetensi IPE (ACCP, 1. Exposure Level (Tahap pemaparan)
2009)
Pada tahap ini, mahasiswa
diperkenalkan kepada praktik kolaboratif antar
Kompetensi Komponen Kompetensi
No profesi agar bisa saling berdiskusi dan atau
IPE IPE
bertukar ide tentang peran masing-masing
1. Kompetensi Strategi Koordinasi profesi untuk memberikan pelayanan terbaik
pengetahuan Model berbagi tugas/ terhadap pasien. Dalam hal ini, mahasiswa
pengkajian situasi diharapkan mampu mengenal peran profesi
Kebiasaan karakter kesehatan lainnya sehingga mampu
bekerja dalam tim berkolaborasi dengan baik (Tim CFHC-IPE,
Pengetahuan terhadap 2013).
tujuan tim
Tanggung jawab tugas Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
spesifik tahap pemaparan ini :
2. Kompetensi Pemantauan kinerja
a. Reviewing Case Studies (Meninjau studi
keterampilan secara bersama-sama
Fleksibilitas / kasus)
penyesuaian Dalam meninjau studi kasus ini, melibatkan
Dukungan / perilaku mahasiswa berbagai profesi kesehatan adalah
saling mendukung penting karena peran masing-masing profesi
Kepemimpinan tim bermanfaat untuk mengetahui dari sudut
Pemecahan masalah pandang yang berbeda antar profesi, baik dari
Umpan balik perbedaan disiplin ilmu, perbedaan budaya
Komunikasi / pertukaran dan perbedaan persepsi. Metode yang
informasi digunakan adalah seperti tutorial, diskusi
kelompok kecil, dan atau lainnya yang
3. Kompetensi Orientasi tim (moral)
nantinya akan membahas tentang isu-isu atau
sikap Kemajuan bersama
permasalahan-permasalahan yang ada. Studi
Berbagi pendangan /
kasus dapat meningkatkan peran aktif
tujuan
mahasiswa dari profesi yang berbeda untuk
4. Kompetensi Kepaduan tim memperkenalkan pemahaman yang berbeda
kemampuan Saling percaya pula untuk terciptanya kelompok kerja dalam
tim Orientasi bersama lingkup kolaboratif ( Freeth, 2005 dalam
Kepentingan bekerja tim Sedyowinarso, 2011).
tepat guna untuk memberikan perawatan Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan
kepada pasien (CIHC, 2010). diterapkannya pendidikan interprofesi ini
adalah:
A. Hambatan IPE 1. Kerjasama
a. Dapat menjadi anggota tim dan
Beberapa hambatan yang mungkin muncul pimpinan tim
adalah kalender/ penanggalan akademik, b. Mengetahui hambatan dalam
peraturan akademik, struktur penghargaan kerjasama
akademik, lahan praktik klinik, masalah 2. Peran dan tanggung jawab (mengetahui
komunikasi, bagian disiplin ilmu, bagian peran masing-masing, tanggung jawab,
professional, evaluasi pengembangan, wewenang, dan karakter lain dari tenaga
pengembangan pengajar, sumber keuangan, kesehatan)
jarak geografis, kekurangan pengajar 3. Komunikasi (mengekspresikan opini
interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan secara kompeten dan mendengar opini
administrasi, tingkat persiapan peserta didik, anggota tim)
logistik, kekuatan pengaturan, promosi, 4. Refleksi belajar dan berpikir kritis
perhatian dan penghargaan, resistensi (merefleksikan pembelajaran
perubahan, beasiswa, dan komitmen terhadap interprofesional ke dalam dunia kerja)
waktu (ACCP, 2009). 5. Menjalin hubungan, dan mengenali
Terdapat beberapa hambatan-hambatan kebutuhan pasien (bekerja secara
lain, diantaranya hambatan logistik yang kolaboratif untuk kesehatan pasien)
mencakup jumlah siswa yang ikut serta dalam 6. Praktik etik (memahami pandangan
program IPE untuk berkolaborasi oleh karena stereotip tenaga kesehatan lain, dan
jadwal mereka. Selain itu, hambatan internal menyadari bahwa pandangan setiap tenaga
yang mencakup pentingnya kebutuhan untuk kesehatan lain adalah valid dan penting)
memenuhi tujuan kursus masing-masing Pendekatan pembelajaran yang sudah
siswa. Hambatan terkait yang mencakup ada sebelumnya akan disesuaikan dengan
hambatan yang ditempatkan pada program pendekatan pembelajaran IPE dan akan
oleh badan akreditasi. Misalnya, satu sekolah dikembangkan sebagai metode pembelajaran
melaporkan bahwa mereka merencanakan baru bagi peserta didik maupun pengajar.
untuk mengizinkan dua disiplin ilmu untuk Metode pembelajaran dapat berubah sewaktu-
berbagi satu laboratorium keterampilan. Badan waktu tergantung pada kebutuhan peserta
akreditasi dari salah satu disiplin yang terlibat didik dalam menjaga perhatiannya terhadap
dalam pengaturan bersama menganggap ini pelajaran. Terdapat keterkaitan disetiap
sebagai kurangnya dukungan untuk disiplin metode pembelajaran yang digunakan
mereka dan meminta sekolah tersebut untuk sehingga tidak bisa berdiri sendiri karena
menyediakan akomodasi terpisah untuk metode – metode pembelajaran yang ada dapat
pelatihan keterampilan untuk setiap disiplin. saling memperkuat (Sedyowinarso, 2011).
Hambatan lain yang diidentifikasi meliputi Menurut Lakehead Laurentian
kendala politik dan sosial, termasuk Medicine (2014), terdapat tiga tahap strategi
skeptisisme / munculnya sifat ragu, ditambah pembelajaran interprofesional yaitu tahap
dengan kurangnya bukti terhadap pelaksanaan pemaparan, tahap pencelupan dan penguasaan.
IPE (Sportsman, 2013).
4. Exposure Level (Tahap pemaparan)
Pendidikan interprofesional membutuhkan
pergeseran budaya. Pergeseran budaya Pada tahap ini, mahasiswa diperkenalkan
bukanlah hal yang mudah untuk mencapai kepada praktik kolaboratif antar profesi agar
tujuan tertentu oleh karena kerangka pikir bisa saling berdiskusi dan atau bertukar ide
yang berbeda-beda. Hal inilah yang tentang peran masing-masing profesi untuk
menyebabkan hambatan pelaksanaan IPE. memberikan pelayanan terbaik terhadap
Hambatan yang terkait IPE ini meliputi pasien. Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan
pengaturan jadwal praktik, waktu untuk mampu mengenal peran profesi kesehatan
belajar bersama, dukungan administrasi, dan lainnya sehingga mampu berkolaborasi dengan
pelatihan khusus (Denial, 2014). baik (Tim CFHC-IPE, 2013).
32