Anda di halaman 1dari 12

23

PENERAPAN PENDIDIKAN INTERPROFESI DALAM PENDIDIKAN KEBIDANAN


Ayu Nurdiyan1*, Yulizawati2, Lusiana El Sinta Bustami3, Fitrayeni4, Detty Iryani5
1Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl. Niaga No. 56, Padang 25211, Indonesia
2 Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl. Niaga No. 56, Padang 25211, Indonesia
3 Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl. Niaga No. 56, Padang 25211, Indonesia
4 Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl. Niaga No. 56, Padang 25211, Indonesia
5 Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl. Niaga No. 56, Padang 25211, Indonesia

Riwayat Artikel:
Tanggal diterima Desember 2015
Juni direvisi Mei 2016
Tanggal
Tanggal dipublikasi Juni 2016

ABSTRAK tahap profesi sedangkan dalam tahap akademik,


belum ada penerapan langsung berdasarkan
pendidikan kesehatan merupakan bagian penting kurikulum sehubungan dengan pendidikan
dalam pembangunan kesehatan. bidan adalah salah interprofesi. pendidikan profesi bidan di maastricht
satu tenaga kesehatan yang ada dalam sistem university dalam hal ini telah menerapkan
kesehatan dan memiliki posisi penting/ strategis pendidikan interprofesi sejak tahap akademik
dalam penurunan aki dan akb, serta peningkatan sampai tahap profesi. who dalam rekomendasinya
kesejahteraan. untuk menyiapkan bidan yang tentang pendidikan interprofesi dan kolaborasi
tanggap terhadap situasi terkini dan dapat mengatasi interprofesi dalam praktik menjelaskan tiga kunci
berbagai situasi kompleks yang dihadapi perempuan penting dalam melaksanakan kolaborasi interprofesi
sepanjang siklus reproduksinya, dibutuhkan bidan dalam praktik yaitu adanya dukungan institusi,
yang mampu berpikir kritis, melakukan analisis- tanggap budaya, dan adanya lingkungan yang
sintesis, advokasi dan berjiwa kepemimpinan yang mendukung. penerapan pendidikan interprofesi
hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan dalam pendidikan profesi bidan di indonesia perlu
tinggi kebidanan yang berkualitas dan mampu diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada
berkembangan sesuai kemajuan zaman. dalam hal sehingga dapat memenuhi standar pendidikan
ini, bidan harus dapat bekerja dalam tim dan profesi bidan dan standar kompetensi profesi bidan
berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain. standar indonesia.
kompetensi profesi bidan menjelaskan bahwa bidan
harus mampu menjalin kerjasama dengan tim ABSTRACT
kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
perempuan dan masyarakat. kajian ini bertujuan health education is the most important thing in
untuk menganalisis penerapan pendidikan health development. midwives are one of the health
interprofesi dalam kurikulum pendidikan profesi practitioners in health system and have an
bidan. metode yang digunakan dalam kajian ini important and strategic position for decreasing
adalah dengan melakukan analisis dan kajian maternal and newborn mortality rate, and also for
pustaka terhadap beberapa referensi yang well-being improvement. to prepare midwives who
mendukung. beberapa referensi dikutip dan dikaji sensitive about current situation and can solve many
kemudian dibuat analisisnya terkait dengan topic complex situation in women’s reproductive life, we
kajian ini. standar pendidikan profesi bidan need midwives who able to have critical thinking, do
indonesia menjelaskan bahwa institusi pendidikan and analysis – synthesis, able to advocate and have
profesi bidan (akademik-profesi) memiliki a leadership soul that can produced by high quality
kebijakan untuk melakukan kerjasama dengan of education system in midwifery that can develop
berbagai institusi lain, profesi lain yang terkait, as in accordance with the times. midwives must be
wahana praktik klinik dan komunitas, organisasi able to work in team and collaborate with the other
profesi, dan mitra kerja luar negri. program studi s1 health professionals. midwives profession
kebidanan fk – unand dalam hal ini, untuk competency standards stated that midwives must be
penerapan pendidikan interprofesi dilakukan pada able to build relationship with health professional

Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
24

team in order to improve health status of women merupakan bagian penting dalam pembangunan
and community. this review aims to analyze inter kesehatan guna menghasilkan sumber daya manusia
professional education implementation in midwives kesehatan sebagai penggerak pembangunan
kesehatan (Ikatan Bidan Indonesia, 2013).
profession education. method used in this review
Sebagai mana telah diketahui bahwa bidan
was by doing analysis and review of some adalah salah satu tenaga kesehatan yang ada dalam
references. then that references quoted and sistem kesehatan dan memiliki posisi penting/
reviewed, and then the analysis was made in strategis dalam penurunan AKI dan AKB, serta
narration that related to the topic. standard of peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
midwifery profession education program stated that perempuan dan anak. Dalam pelayanannya bidan
midwifery profession institution (academic – harus mampu menghadapi tuntutan yang terus
berubah seiring perkembangan masyarakat dan
profession) should has policy to build relationship
dinamika kemajuan pengetahuan dan teknologi.
with other institution, other health profession, Untuk menyiapkan bidan yang tanggap terhadap
clinical and community practice area, professional situasi terkini dan dapat mengatasi berbagai situasi
organization, and foreign partners. undergraduate kompleks yang dihadapi perempuan sepanjang
program of midwifery, faculty of medicine, andalas siklus reproduksinya serta bayi dan balita sehat,
university haven’t included interprofessional dibutuhkan bidan yang mampu berpikir kritis,
education directly in the curriculum we had in melakukan analisis-sintesis, advokasi dan berjiwa
kepemimpinan yang hanya dapat dihasilkan oleh
academic period. maastricht university is one of the
sistem pendidikan tinggi kebidanan yang berkualitas
examples of implementation of ipe in midwifery dan mampu berkembangan sesuai kemajuan zaman
profession curriculum in their program either in (Ikatan Bidan Indonesia, 2013).
academic period and profession period. world The State of Worlds Midwifery Tahun 2011
health organization (who) recommended three key menyebutkan bahwa seorang bidan harus dapat
points to develop interprofessional education and memungkinkan adanya kebijakan dan lingkungan
untuk memaksimalkan peran bidan sebagai tenaga
collaboration in practice that include institution
kesehatan di kebidanan komunitas. Jadi pada
support, culturally sensitive, and environment prinsipnya seorang bidan harus kreatif dalam
support. implementation of interprofessional menciptakan kebijakan yang dapat membantu dalam
education in midwives profession education in meningkatkan pelayanan kebidanan bagi ibu dan
indonesia should be integrated in existed curriculum anak sehingga adanya kekurangan dalam hal
so that fulfill the standard of midwives profession ketenagaan dapat diatasi. The State of Worlds
education and standard of midwives competency in Midwifery Tahun 2011 menyebutkan bahwa bidan
harus dapat bekerja dalam tim dan berkolaborasi
indonesia.
dengan profesi kesehatan lain, dalam hal ini bidan di
desa harusnya dapat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan di puskesmas dalam menjalankan setiap
kata kunci: pendidikan interprofesi, profesi bidan program kesehatan. Elemen dalam sistem kesehatan
ini berhubungan erat dengan menjaga motivasi
keywords: interprofessional education (ipe), bidan sendiri karena motivasi merupakan factor
penting bagi performa bidan. Beberapa bukti
midwives profession
memang telah menyebutkan bahwa kondisi kerja
yang kurang bagus, rendahnya gaji, kurangnya
PENDAHULUAN
supervisi, dan kurangnya kesempatan untuk
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya meningkatnya karir merupakan factor yang
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan menyebabkan kurangnya motivasi, tetapi adanya
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, dukungan dari rekan kerja dan tenaga kesehatan
menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya lainnya juga terbukti dapat menghilangkan
dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan hambatan ini dan meningkatkan kualitas pelayanan
yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan (The State of Worlds Midwifery, 2011). Standar
kesehatan yang menyeluruh, terarah dan kompetensi profesi Bidan menjelaskan bahwa Bidan
berkesinambungan. Pendidikan kesehatan harus mampu menjalin kerjasama dengan tim
kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
perempuan dan masyarakat sehingga penting untuk
mengkaji kembali penerapan pendidikan interprofesi

Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
25

dalam pendidikan profesi Bidan di Indonesia (Ikatan metode pembelajaran IPE dalam kurikulum tahap
Bidan Indonesia, 2014). akademik (CIHC, 2010 ; Jayadisastra, 2014).
Pengembangan SDM merupakan upaya University of Aberdeen di Scotlandia sudah
manajemen yang terencana dan dilakukan secara membuat dan menjalankan program IPE sejak tahun
berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi 2003. IPE sangat dirasakan manfaatnya oleh banyak
pekerja dan atau organisasi melalui program kalangan dari tenaga kesehatan dalam bidang
pelatihan, pendidikan dan pengembangan (Kurniati pendidikan dan perawatan sosial, sehingga pada
dan Efendi, 2012). Pelayanan kesehatan yang tahun 2008 pemerintahan Scotlandia
bermutu dan dengan biaya yang efisien dapat merekomendasikan agar pembelajaran IPE
diperoleh dengan meningkatkan kolaborasi yang diterapkan dalam proses pendidikan kesehatan
efektif antar tenaga kesehatan. Kolaborasi tenaga (Joseph, 2012).
kesehatan yang efektif berdampak positif dalam WHO (2010) mengeluarkan data tentang
penyelesaian berbagai masalah kesehatan (Keith, penerapan IPE pada tatanan universitas, bahwa dari
2008). 42 negara, sebanyak 24,6% sudah mengaplikasikan
Kesenjangan antar profesi kesehatan dalam kurikulum IPE pada tahap akademik. Sementara
mengaplikasikan kolaborasi adalah hal yang harus Indonesia belum termasuk didalamnya. Maka dari
diperbaiki. Dimana terdapat berbagai profesi itu, perlu adanya sosialisasi tentang metode
kesehatan yaitu kedokteran, kebidanan, perawatan pembelajaran IPE ini secara menyeluruh di instansi
dan pekerjaan sosial untuk menangani satu kasus pendidikan kesehatan di Indonesia, mengingat
secara bersama. Respon masing-masingnya berbeda tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin canggih
dalam menangani kasus tersebut. Oleh karena menuntut tenaga kesehatan mampu berkolaborasi
mahasiswa kedokteran dipandang lebih dengan baik untuk menyelesaikan berbagai
berkompeten dalam hal mengobati dan memberikan permasalahan kesehatan nantinya (Keith, 2008).
edukasi terhadap pasien, sehingga mahasiswa
profesi lain hanya menunggu instruksi dari
mahasiswa kedokteran dan takut mengajukan saran, METODE PENELITIAN
dikarenakan kurangnya sikap percaya diri dan sikap
saling percaya antar profesi (Buku Acuan Umum Penelitian ini merupakan kajian pustaka.
CFHC-IPE, 2014 ; Sportsman, 2013). Hal ini Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah
bertolak belakang dengan sikap yang harus ada pada melakukan analisis dan kajian pustaka terhadap
tenaga profesional dalam berkolaborasi, yaitu sikap beberapa referensi yang mendukung. Beberapa
yang saling menghormati, saling menghargai, saling referensi dikutip dan dikaji kemudian dibuat
percaya, mengambil keputusan secara bersama dan analisisnya terkait dengan topik kajian ini.
bermitra kerja secara baik agar mampu
menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal
(CIHC, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN
WHO (2010) telah merekomendasikan
Interprofessional Education (IPE) sebagai salah satu Pendidikan interprofesi terjadi ketika
upaya untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi mahasiswa dari dua atau lebih profesi belajar
praktek profesional melalui proses pendidikan. IPE tentang dari, dan dengan sesuatu untuk menerapkan
adalah suatu konsep pembelajaran inovatif dimana kolaborasi efektif dan menigkatkan luaran
terdapat dua atau lebih mahasiswa atau profesi kesehatan. Pendidikan interprofesi merupakan
kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang tahapan penting dalam menyiapkan kolaborasi
profesi, yang kemudian belajar bersama tentang, interprofesi dalam jejaring kerja tenaga kesehatan
dari dan dengan masing-masing profesi guna sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di
mengaktifkan kembali jaringan kolaborasi antar komunitas. Adanya kebijakan dan pendidikan
profesi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. kesehatan terpadu dapat mempromosikan
Interprofessional Education (IPE) pendidikan interprofesi dan kolaborasi praktik yang
merupakan proses mempersiapkan seseorang untuk efektif (WHO, 2013).
praktek kolaboratif. IPE merupakan dasar dari WHO dalam kerangka kerja nya
Interprofessional Collaboration (IPC). Sangat menjelaskan bahwa tujuan dari rekomendasi
dibutuhkan pemahaman yang jelas tentang peran kerangka kerja pendidikan interprofesi dan
dari masing-masing praktisi kesehatan dalam kolaborasi praktik ini adalah untuk menyediakan
memberikan pelayanan. Hal ini perlu untuk strategi dan ide-ide yang membantu pembuat
diinformasikan kepada pemerintah agar menerapkan kenijakan dalam mengimplementasikan masing-
masing elemen dalam kerangka kerja ini sehingga

Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
26

tujuan akhir menguatnya system kesehatan dan


meningkatkan luaran kesehatan dapat tercapai
(WHO, 2013).


Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
27

Penjelasan lebih lanjut dalam siswa di Negara maju dan 36,8% siswa di
kerangka kerja ini juga menyatakan bahwa Negara berkembang dilakukan penilaian
terdapat beberapa mekanisme yang dapat secara berkelompok dengan professional
dikembangkan contohnya mekanisme pendidik kesehatan lain (WHO, 2013).
dan mekanisme kurikulum. Mekanisme
pendidik berkaitan dengan staf akademik, Secara internasional, menyiapkan staf
dukungan institusi, komitmen manajerial, dan untuk melakukan atau memfasilitasi adanya
tujuan pembelajaran, sedangkan mekanisme pendidikan interprofesional masih merupakan
kurikulum berkaitan dengan logistik, konten hal yang tidak umum. Penyebabnya karena
program studi, prinsip pembelajaran dewasa, biasanya kegiatan yang melibatkan pendidikan
pembelajaran kontekstual, dan penilaian interprofesional dalam pembelajaran secara
(WHO, 2013). sistematis belum terintegrasi dengan baik.
Standar pendidikan profesi Bidan Sebagai tambahan, evaluasi rutin tentang
Indonesia menjelaskan bahwa Institusi dampak adanya pendidikan interprofesi pada
Pendidikan Profesi Bidan (Akademik-Profesi) hasil luaran kesehatan dan pelayanan
memiliki kebijakan untuk melakukan kesehatan masih sangat jarang. Responden
kerjasama dengan berbagai institusi lain, dari survey yang dilakukan WHO
profesi lain yang terkait, wahana praktik klinik menyebutkan beberapa hal yang menjadi
dan komunitas, organisasi profesi, dan mitra manfaat bagi institusi pendidikan setelah
kerja luar negri. Program studi S1 Kebidanan diterapkannya pendidikan interprofesi
FK – Unand dalam hal ini, untuk penerapan diantaranya mahasiswa mempunyai
pendidikan interprofesi dilakukan pada tahap pengalaman dan pandangan yang nyata
profesi sedangkan dalam tahap akademik, tentang pekerjaannya di komunitas, selain itu
belum ada penerapan langsung berdasarkan juga mahasiswa belajar tentang bagaimana
kurikulum sehubungan dengan pendidikan tenaga kesehatan lain bekerja di lapangan
interprofesi. Pendidikan profesi Bidan di (WHO, 2013).
Maastricht University dalam hal ini telah Studi kasus WHO di Malawi
menerapkan pendidikan interprofesi sejak menyebutkan bahwa model implementasi
tahap akademik sampai tahap profesi. Begitu pendidikan interprofesi dalam kurikulum
juga dengan Pendidikan S2 Ilmu Kesehatan pembelajaran terdiri dari 2 model yaitu:
Reproduksi di Kamuzu College, Malawi telah Hammick M et al pada tahun 2007
menerapkan pendidikan interprofesi dalam juga menyimpulkan bahwa pendidikan
pembelajaran teori di kelas dan pembelajaran interprofesional telah diterima dengan baik
klinis di area praktik (IBI, 2003 ; Maastricht karena dapat meningkatkan pengetahuan dan
University, 2014; WHO, 2014). Sama halnya keterampilan dalam praktik kolaboratif.
di Ryerson University, penerapan pendidikan Namun, pengembangan staf merupakan kunci
interprofesi dalam kebidanan dilakukan lebih penting dalam keefektifan pendidikan
banyak pada tahun ketiga dimana mereka interprofesi dan semua professional kesehatan
ditempatkan bersama tenaga kesehatan lain uang terlibat aktif dalam IPE dapat
baik di komunitas maupun rumah sakit memunculkan keunikan dari nilai masing-
sedangkan untuk tahapan akademik mereka masing profesi (Hammick et al, 2007.
diajar oleh tim pengajar dari berbagai disiplin Sebelumnya pada bukunya Freeth, et al juga
ilmu. Dalam hal ini penerepan pendidikan telah menjelaskan bahwa tantangan terbesar
interprofesi dalam program kebidanan di dari penerapan pendidikan interprofesi ini
Ryerson hampir sama dengan yang dilakukan adalah bagaimana mengembangkan,
di Universitas Andalas (Ryerson university, melakukan, dan mengevaluasi selama proses
2015). berlangsung sehingga dapat meningkatkan
Sebuah survey yang dilakukan WHO system pelayanan kesehatan (Freeth et al,
dari bulan Februari sampai dengan Mei 2008, 2005).
dilakukan survey terhadao 42 negara dengan Dalam ICM Triennal Congress di
jumlah responden yaitu 396 orang tentang Prague tahun 2014 ini juga dilaporkan bahwa
persepsi mereka sehubungan dengan program international confederation of midwives (ICM)
pendidikan interprofesi sebagian besar menyebutkan bahwa seorang bidan harus
(50,4%) mendukung integrasi IPE dalam dapat membentuk kebijakan global dimana
kurikulum pendidikan dan sebaganyak 46,9% tujuannya adalah untuk meningkatkan


Korespondensi penulis.
Alamat E-mail: ayu.pieter@gmail.com
28

kesadaran bidan dan memperluas pengaruh 1. Kuliah Klasikal


bidan yang bertujuan untuk mengadvokasi
adanya perubahan kebijakan sehubungan Sebagaimana sistem perkuliahan umum,
dengan pelayanan kesehatan ibu, anak, dan kuliah klasikal ini juga bisa diterapkan dalam
kesehatan reproduksi. Selain itu dalam metode pembelajaran IPE, yaitu berupa
kongres ini juga menyebutkan bahwa perlu sharing keilmuan terhadap berbagai
adanya penguatan kebidanan melalui adanya permasalahan profesi yang kemudian dibahas
kolaborasi dengan teman sejawat yang secara bersama, dengan melibatkan dosen dari
bertujuan untuk memperkuat kerja tim untuk berbagai disiplin ilmu dan juga mahasiswa
meningkatkan derajat status kesehatan berbagai profesi kesehatan. Sehingga bisa
masyarakat dan berbagi visi untuk diintegrasikan berdasarkan kewenangan
meningkatkan promosi kesehatan bagi ibu dan masing-masing profesi.
keluarga dalam memberikan dukungannya di
setiap program kesehatan (ICM, 2014). 2. Kuliah Tutorial
Terdapat 2 peran utama bagi seorang Kuliah tutorial disebut juga dengan
bidan agar terlaksananya pelayanan kebidanan Problem Based Learning (PBL), dimana
komunitas yang maksimal yaitu professional terdapat beberapa mahasiswa lintas profesi
utama dimana Bidan merencanakan, dalam satu diskusi kelompok kecil yang akan
menyediakan, melihat ulang kembali membahas berbagai permasalahan profesi.
pelayanan kebidanan bagi ibu dan sebagai Mahasiswa tersebut akan didampingi oleh satu
koordinator pelayanan dimana bidan dosen sebagai fasilitator dalam diskusi.
mengkoordinasikan segala bentuk perawatan
bagi ibu. Bidan bekerja dalam ranah fisiologis, 3. Kuliah Laboratorium
tetapi kita juga harus mampu bekerja dengan
tim dan berkolaborasi dengan tenaga Kuliah laboratorium adalah metode yang
kesehatan lainnya dan dengan pendeketan dapat dilaksanakan di laboratorium. Dimana
yang bervariasi terhadap ibu untuk modul yang digunakan adalah modul
menyediakan pelayanan yang holistik. terintegrasi dengan melibatkan mahasiswa
(Midwifery 2020 Programme, 2010) yang berasal dari berbagai profesi kesehatan.
Furber et al pada tahun 2004 juga
merekomendasikan bahwa penerapan 4. Kuliah Skills Laboratorium
pendidikkan interprofesi dalam sistem
Kuliah skills laboratorium merupakan
pembelajaran PBL merupakan situasi yang
metode yang paling bagus untuk diterapkan
mendukung mahasiswa untuk mempelajari
dalam pembelajaran IPE, karena bisa
peran masing-masing, dan menyiapkan mereka
mensimulasikan langsung penerapan IPE
tentang bagaimana bekerjasama dalam tim
dengan lebih nyata. Dimana, setiap mahasiswa
sebagai selah satu bagian dari praktik
mempraktekkan cara berkolaborasi dengan
kolaboratif yang akan mereka lakukan di
berbagai profesi kesehatan dalam memberikan
lapangan (Furber et al, 2004). WHO dalam
pelayanan kesehatan kepada pasien.
rekomendasinya tentang pendidikan
interprofesi dan kolaborasi interprofesi dalam 5. Kuliah Profesi/ Klinis Lapangan
praktik menjelaskan tiga kunci penting dalam
melaksanakan kolaborasi interprofesi dalam Kuliah profesi/ klinis lapangan ini biasa
praktik yaitu adanya dukungan institusi, juga dikenal dengan istilah pendidikan profesi,
tanggap budaya, dan adanya lingkungan yang yaitu pendidikan yang dilakukan di Rumah
mendukung. Jadi inti dari adanya kolaborasi Sakit dan di komunitas. Pendidikan profesi
antar berbagai disiplin ilmu dalam adalah pendidikan yang ditempuh oleh
menjalankan setiap program pemerintah mahasiswa yang sudah sarjana yang kemudian
adalah tetap menjadi profesionalisme dalam akan bergabung dengan komunitas di
menjalankan tugas dan menjada komunikasi lapangan. Melalui pendidikan profesi ini,
yang efektif antar individu (Midwifery 2020 mahasiswa dilatih untuk mampu berkolaborasi
programme: 2010). dengan baik dengan mahasiswa profesi lain
Terdapat berbagai macam metode dalam kurikulum IPE.
pembelajaran IPE yang bisa diterapkan (Tim
CFHC-IPE, 2014), sebagai berikut :
29

Penelitian yang dilakukan oleh Iryani baru bagi peserta didik maupun pengajar.
(2012) mengenai komponen penilaian mini Metode pembelajaran dapat berubah sewaktu-
cex, yaitu salah satu metode penilaian untuk waktu tergantung pada kebutuhan peserta
mengukur kemampuan mahasiswa tahap didik dalam menjaga perhatiannya terhadap
klinik. Dimana terdapat tujuh komponen pelajaran. Terdapat keterkaitan disetiap
penilaian, diantaranya profesionalisme, yaitu metode pembelajaran yang digunakan
kemampuan untuk menunjukkan rasa hormat, sehingga tidak bisa berdiri sendiri karena
kasih sayang, empati, membangun metode – metode pembelajaran yang ada dapat
kepercayaan pasien, memperhatikan saling memperkuat (Sedyowinarso, 2011).
kenyamanan pasien, rendah hati, menjaga
kerahasiaan informasi dan mengakui Menurut Lakehead Laurentian
keterbatasan yang dimiliki. Hal ini sejalan Medicine (2014), terdapat tiga tahap strategi
dengan outcome yang penting dari metode pembelajaran interprofesional yaitu tahap
pembelajaran IPE. pemaparan, tahap pencelupan dan penguasaan.

Berikut ini adalah kompetensi IPE (ACCP, 1. Exposure Level (Tahap pemaparan)
2009)
Pada tahap ini, mahasiswa
diperkenalkan kepada praktik kolaboratif antar
Kompetensi Komponen Kompetensi
No profesi agar bisa saling berdiskusi dan atau
IPE IPE
bertukar ide tentang peran masing-masing
1. Kompetensi Strategi Koordinasi profesi untuk memberikan pelayanan terbaik
pengetahuan Model berbagi tugas/ terhadap pasien. Dalam hal ini, mahasiswa
pengkajian situasi diharapkan mampu mengenal peran profesi
Kebiasaan karakter kesehatan lainnya sehingga mampu
bekerja dalam tim berkolaborasi dengan baik (Tim CFHC-IPE,
Pengetahuan terhadap 2013).
tujuan tim
Tanggung jawab tugas Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
spesifik tahap pemaparan ini :
2. Kompetensi Pemantauan kinerja
a. Reviewing Case Studies (Meninjau studi
keterampilan secara bersama-sama
Fleksibilitas / kasus)
penyesuaian Dalam meninjau studi kasus ini, melibatkan
Dukungan / perilaku mahasiswa berbagai profesi kesehatan adalah
saling mendukung penting karena peran masing-masing profesi
Kepemimpinan tim bermanfaat untuk mengetahui dari sudut
Pemecahan masalah pandang yang berbeda antar profesi, baik dari
Umpan balik perbedaan disiplin ilmu, perbedaan budaya
Komunikasi / pertukaran dan perbedaan persepsi. Metode yang
informasi digunakan adalah seperti tutorial, diskusi
kelompok kecil, dan atau lainnya yang
3. Kompetensi Orientasi tim (moral)
nantinya akan membahas tentang isu-isu atau
sikap Kemajuan bersama
permasalahan-permasalahan yang ada. Studi
Berbagi pendangan /
kasus dapat meningkatkan peran aktif
tujuan
mahasiswa dari profesi yang berbeda untuk
4. Kompetensi Kepaduan tim memperkenalkan pemahaman yang berbeda
kemampuan Saling percaya pula untuk terciptanya kelompok kerja dalam
tim Orientasi bersama lingkup kolaboratif ( Freeth, 2005 dalam
Kepentingan bekerja tim Sedyowinarso, 2011).

Pendekatan pembelajaran yang sudah b. Engagement in Interprofessional Rounds


ada sebelumnya akan disesuaikan dengan (Keterlibatan dalam diskusi
pendekatan pembelajaran IPE dan akan interprofesional)
dikembangkan sebagai metode pembelajaran
30

Ikut terlibat dalam diskusi interprofesional a. Applying Communication and


memungkinkan untuk mahasiswa saling Collaboration Techniques (Menerapkan
bertukar ide tentang bagaimana perawatan teknik komunikasi dan kolaborasi)
pasien yang layak sesuai dengan kompetensi
masing-masing profesi. Dimana, setiap Menerapkan teknik komunikasi dan
mahasiwa memiliki cara dan atau konsep kolaborasi adalah hal yang penting. Dalam
masing-masing dalam mendemonstrasikan teknik berkomunikasi, dimulai dengan
setiap kasus yang diangkatkan. Hal ini adalah mengatasi penggunaan akronim, yaitu
untuk menciptakan hubungan saling percaya penggunaan kata yang tidak jelas maknanya
dan saling menghargai antar profesi sebagai sehingga menimbulkan kerancuan bagi si
salah satu kompetensi kemampuan dalam tim penerima pesan. Misalnya ketika menghadapi
(ACCP, 2009). masalah pasien yang complicated sehingga
menghadapi situasi yang sulit dan akan
c. Participation in IPE Events (Berpartisipasi memicu stress. Oleh karena itu, komunikasi
dalam kegiatan-kegiatan IPE) yang baik mendorong kolaborasi dan
membantu mencegah kesalahan (O’daniel dan
Banyak cara untuk bisa terlibat dalam Rosenstein, 2008).
kegiatan-kegiatan IPE, diantaranya dengan
mengadakan lokakarya, dimana berkumpul b. Identify Conflict Resolution Styles
antar profesi untuk melakukan evaluasi (Mengidentifikasi konflik dan mencari
terhadap kegiatan-kegiatan IPE, sehingga ada solusi)
pembaharuan untuk kedepannya dengan
menyatukan aspek-aspek keilmuan antar Mahasiswa diharapkan mampu
profesi (Sedyowinarso, 2011). mengidentifikasi konflik mereka sendiri agar
bisa mendapatkan model manajemen konflik
d. Shadowing Experiences (Dilihat dari yang tepat. Hal ini merupakan salah satu
pengalaman-pengalaman) kompetensi keterampilan dalam pembelajaran
IPE (ACCP, 2009).
Melalui pengalaman, mahasiswa dapat
mengidentifikasi setiap perbedaan dari c. Developing Leadership Skills
masing-masing peran profesi dan untuk saling (Mengembangkan Keterampilan
melengkapi dalam memberikan perawatan Kepemimpinan)
kepada pasien dalam bentuk jaringan
kolaborasi. Pengembangan skill Keterampilan kepemimpinan harus
berkomunikasi adalah penting untuk dimiliki oleh mahasiswa yang terlibat aktif
dilakukan. Hal ini untuk mendemonstrasikan dalam diskusi antar profesi. Hal ini dimulai
peran agar bisa dipahami dengan baik oleh dengan pemahaman yang cukup mengenai
semua anggota diskusi. Konsep – konsep kepemimpinan itu sendiri dan menunjukkan
tersebut yang harus ditanamkan oleh dosen keterlibatan mereka dalam diskusi tersebut.
kepada mahasiswa sejak awal proses Biasanya beberapa mahasiswa berpartisipasi
pendidikan (HPEQ-Project, 2011). dalam mengintegrasikan pengalaman mereka
dengan mahasiwa lain yang memiliki latar
2. Immersion Level (Tahap pencelupan) belakang profesi yang berbeda. Dalam hal ini,
perilaku kepemimpinan sudah mulai
Sangat dibutuhkan kesadaran yang tinggi dikembangkan sedikit demi sedikit.
dari mahasiswa untuk mau berkontribusi
dalam memberikan perawatan terbaik kepada 3. Mastery Level (Tahap penguasaan)
pasien, yaitu dengan memperkenalkan tiga
kompetensi domain yaitu adanya anggota tim, Pada tahap ini mahasiswa diberi
menangani konflik dan kepemimpinan kesempatan untuk megintegrasikan antara
kolaboratif. Tujuannya adalah agar mereka pengetahuan dan keterampilan secara bersama
mau dan mampu memberikan perawatan dalam lingkup kerja masing-masing profesi
terbaik kepada pasien (CIHC, 2010). agar menjadi kompeten, dimana terdapat enam
kompetensi yang harus dikuasai. Hal ini
Hal - hal yang harus dilakukan pada tahap bertujuan agar mampu membangun jaringan
ini adalah sebagai berikut : kolaborasi dan mengambil keputusan yang
31

tepat guna untuk memberikan perawatan Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan
kepada pasien (CIHC, 2010). diterapkannya pendidikan interprofesi ini
adalah:
A. Hambatan IPE 1. Kerjasama
a. Dapat menjadi anggota tim dan
Beberapa hambatan yang mungkin muncul pimpinan tim
adalah kalender/ penanggalan akademik, b. Mengetahui hambatan dalam
peraturan akademik, struktur penghargaan kerjasama
akademik, lahan praktik klinik, masalah 2. Peran dan tanggung jawab (mengetahui
komunikasi, bagian disiplin ilmu, bagian peran masing-masing, tanggung jawab,
professional, evaluasi pengembangan, wewenang, dan karakter lain dari tenaga
pengembangan pengajar, sumber keuangan, kesehatan)
jarak geografis, kekurangan pengajar 3. Komunikasi (mengekspresikan opini
interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan secara kompeten dan mendengar opini
administrasi, tingkat persiapan peserta didik, anggota tim)
logistik, kekuatan pengaturan, promosi, 4. Refleksi belajar dan berpikir kritis
perhatian dan penghargaan, resistensi (merefleksikan pembelajaran
perubahan, beasiswa, dan komitmen terhadap interprofesional ke dalam dunia kerja)
waktu (ACCP, 2009). 5. Menjalin hubungan, dan mengenali
Terdapat beberapa hambatan-hambatan kebutuhan pasien (bekerja secara
lain, diantaranya hambatan logistik yang kolaboratif untuk kesehatan pasien)
mencakup jumlah siswa yang ikut serta dalam 6. Praktik etik (memahami pandangan
program IPE untuk berkolaborasi oleh karena stereotip tenaga kesehatan lain, dan
jadwal mereka. Selain itu, hambatan internal menyadari bahwa pandangan setiap tenaga
yang mencakup pentingnya kebutuhan untuk kesehatan lain adalah valid dan penting)
memenuhi tujuan kursus masing-masing Pendekatan pembelajaran yang sudah
siswa. Hambatan terkait yang mencakup ada sebelumnya akan disesuaikan dengan
hambatan yang ditempatkan pada program pendekatan pembelajaran IPE dan akan
oleh badan akreditasi. Misalnya, satu sekolah dikembangkan sebagai metode pembelajaran
melaporkan bahwa mereka merencanakan baru bagi peserta didik maupun pengajar.
untuk mengizinkan dua disiplin ilmu untuk Metode pembelajaran dapat berubah sewaktu-
berbagi satu laboratorium keterampilan. Badan waktu tergantung pada kebutuhan peserta
akreditasi dari salah satu disiplin yang terlibat didik dalam menjaga perhatiannya terhadap
dalam pengaturan bersama menganggap ini pelajaran. Terdapat keterkaitan disetiap
sebagai kurangnya dukungan untuk disiplin metode pembelajaran yang digunakan
mereka dan meminta sekolah tersebut untuk sehingga tidak bisa berdiri sendiri karena
menyediakan akomodasi terpisah untuk metode – metode pembelajaran yang ada dapat
pelatihan keterampilan untuk setiap disiplin. saling memperkuat (Sedyowinarso, 2011).
Hambatan lain yang diidentifikasi meliputi Menurut Lakehead Laurentian
kendala politik dan sosial, termasuk Medicine (2014), terdapat tiga tahap strategi
skeptisisme / munculnya sifat ragu, ditambah pembelajaran interprofesional yaitu tahap
dengan kurangnya bukti terhadap pelaksanaan pemaparan, tahap pencelupan dan penguasaan.
IPE (Sportsman, 2013).
4. Exposure Level (Tahap pemaparan)
Pendidikan interprofesional membutuhkan
pergeseran budaya. Pergeseran budaya Pada tahap ini, mahasiswa diperkenalkan
bukanlah hal yang mudah untuk mencapai kepada praktik kolaboratif antar profesi agar
tujuan tertentu oleh karena kerangka pikir bisa saling berdiskusi dan atau bertukar ide
yang berbeda-beda. Hal inilah yang tentang peran masing-masing profesi untuk
menyebabkan hambatan pelaksanaan IPE. memberikan pelayanan terbaik terhadap
Hambatan yang terkait IPE ini meliputi pasien. Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan
pengaturan jadwal praktik, waktu untuk mampu mengenal peran profesi kesehatan
belajar bersama, dukungan administrasi, dan lainnya sehingga mampu berkolaborasi dengan
pelatihan khusus (Denial, 2014). baik (Tim CFHC-IPE, 2013).
32

Beberapa cara yang dapat dilakukan Melalui pengalaman, mahasiswa dapat


dalam tahap pemaparan ini : mengidentifikasi setiap perbedaan dari
masing-masing peran profesi dan untuk saling
e. Reviewing Case Studies (Meninjau studi melengkapi dalam memberikan perawatan
kasus) kepada pasien dalam bentuk jaringan
kolaborasi. Pengembangan skill
Dalam meninjau studi kasus ini, melibatkan berkomunikasi adalah penting untuk
mahasiswa berbagai profesi kesehatan adalah dilakukan. Hal ini untuk mendemonstrasikan
penting karena peran masing-masing profesi peran agar bisa dipahami dengan baik oleh
bermanfaat untuk mengetahui dari sudut semua anggota diskusi. Konsep – konsep
pandang yang berbeda antar profesi, baik dari tersebut yang harus ditanamkan oleh dosen
perbedaan disiplin ilmu, perbedaan budaya kepada mahasiswa sejak awal proses
dan perbedaan persepsi. Metode yang pendidikan (HPEQ-Project, 2011).
digunakan adalah seperti tutorial, diskusi
kelompok kecil, dan atau lainnya yang 5. Immersion Level (Tahap pencelupan)
nantinya akan membahas tentang isu-isu atau
permasalahan-permasalahan yang ada. Studi Sangat dibutuhkan kesadaran yang
kasus dapat meningkatkan peran aktif tinggi dari mahasiswa untuk mau berkontribusi
mahasiswa dari profesi yang berbeda untuk dalam memberikan perawatan terbaik kepada
memperkenalkan pemahaman yang berbeda pasien, yaitu dengan memperkenalkan tiga
pula untuk terciptanya kelompok kerja dalam kompetensi domain yaitu adanya anggota tim,
lingkup kolaboratif ( Freeth, 2005 dalam menangani konflik dan kepemimpinan
Sedyowinarso, 2011). kolaboratif. Tujuannya adalah agar mereka
mau dan mampu memberikan perawatan
f. Engagement in Interprofessional Rounds terbaik kepada pasien (CIHC, 2010).
(Keterlibatan dalam diskusi
interprofesional) Hal - hal yang harus dilakukan pada tahap ini
adalah sebagai berikut :
Ikut terlibat dalam diskusi interprofesional
memungkinkan untuk mahasiswa saling d. Applying Communication and
bertukar ide tentang bagaimana perawatan Collaboration Techniques (Menerapkan
pasien yang layak sesuai dengan kompetensi teknik komunikasi dan kolaborasi)
masing-masing profesi. Dimana, setiap
mahasiwa memiliki cara dan atau konsep Menerapkan teknik komunikasi dan
masing-masing dalam mendemonstrasikan kolaborasi adalah hal yang penting. Dalam
setiap kasus yang diangkatkan. Hal ini adalah teknik berkomunikasi, dimulai dengan
untuk menciptakan hubungan saling percaya mengatasi penggunaan akronim, yaitu
dan saling menghargai antar profesi sebagai penggunaan kata yang tidak jelas maknanya
salah satu kompetensi kemampuan dalam tim sehingga menimbulkan kerancuan bagi si
(ACCP, 2009). penerima pesan. Misalnya ketika menghadapi
masalah pasien yang complicated sehingga
g. Participation in IPE Events (Berpartisipasi menghadapi situasi yang sulit dan akan
dalam kegiatan-kegiatan IPE) memicu stress. Oleh karena itu, komunikasi
yang baik mendorong kolaborasi dan
Banyak cara untuk bisa terlibat dalam membantu mencegah kesalahan (O’daniel dan
kegiatan-kegiatan IPE, diantaranya dengan Rosenstein, 2008).
mengadakan lokakarya, dimana berkumpul
antar profesi untuk melakukan evaluasi e. Identify Conflict Resolution Styles
terhadap kegiatan-kegiatan IPE, sehingga ada (Mengidentifikasi konflik dan mencari
pembaharuan untuk kedepannya dengan solusi)
menyatukan aspek-aspek keilmuan antar
profesi (Sedyowinarso, 2011). Mahasiswa diharapkan mampu
mengidentifikasi konflik mereka sendiri agar
h. Shadowing Experiences (Dilihat dari bisa mendapatkan model manajemen konflik
pengalaman-pengalaman) yang tepat. Hal ini merupakan salah satu
33

kompetensi keterampilan dalam pembelajaran memenuhi tujuan kursus masing-masing


IPE (ACCP, 2009). siswa. Hambatan terkait yang mencakup
hambatan yang ditempatkan pada program
f. Developing Leadership Skills oleh badan akreditasi. Misalnya, satu sekolah
(Mengembangkan Keterampilan melaporkan bahwa mereka merencanakan
Kepemimpinan) untuk mengizinkan dua disiplin ilmu untuk
berbagi satu laboratorium keterampilan. Badan
Keterampilan kepemimpinan harus akreditasi dari salah satu disiplin yang terlibat
dimiliki oleh mahasiswa yang terlibat aktif dalam pengaturan bersama menganggap ini
dalam diskusi antar profesi. Hal ini dimulai sebagai kurangnya dukungan untuk disiplin
dengan pemahaman yang cukup mengenai mereka dan meminta sekolah tersebut untuk
kepemimpinan itu sendiri dan menunjukkan menyediakan akomodasi terpisah untuk
keterlibatan mereka dalam diskusi tersebut. pelatihan keterampilan untuk setiap disiplin.
Biasanya beberapa mahasiswa berpartisipasi Hambatan lain yang diidentifikasi meliputi
dalam mengintegrasikan pengalaman mereka kendala politik dan sosial, termasuk
dengan mahasiwa lain yang memiliki latar skeptisisme / munculnya sifat ragu, ditambah
belakang profesi yang berbeda. Dalam hal ini, dengan kurangnya bukti terhadap pelaksanaan
perilaku kepemimpinan sudah mulai IPE (Sportsman, 2013).
dikembangkan sedikit demi sedikit.
Pendidikan interprofesional
6. Mastery Level (Tahap penguasaan) membutuhkan pergeseran budaya. Pergeseran
Pada tahap ini mahasiswa diberi budaya bukanlah hal yang mudah untuk
kesempatan untuk megintegrasikan antara mencapai tujuan tertentu oleh karena kerangka
pengetahuan dan keterampilan secara bersama pikir yang berbeda-beda. Hal inilah yang
dalam lingkup kerja masing-masing profesi menyebabkan hambatan pelaksanaan IPE.
agar menjadi kompeten, dimana terdapat enam Hambatan yang terkait IPE ini meliputi
kompetensi yang harus dikuasai. Hal ini pengaturan jadwal praktik, waktu untuk
bertujuan agar mampu membangun jaringan belajar bersama, dukungan administrasi, dan
kolaborasi dan mengambil keputusan yang pelatihan khusus (Denial, 2014).
tepat guna untuk memberikan perawatan
KESIMPULAN
kepada pasien (CIHC, 2010). Penerapan pendidikan interprofesi
B. Hambatan IPE dalam pendidikan profesi Bidan di Indonesia
perlu diintegrasikan dalam kurikulum yang
Beberapa hambatan yang mungkin sudah ada sehingga dapat memenuhi standar
muncul adalah kalender/ penanggalan nasional pendidikan Profesi Bidan dan Standar
akademik, peraturan akademik, struktur Kompetensi Bidan Indonesia.
penghargaan akademik, lahan praktik klinik,
masalah komunikasi, bagian disiplin ilmu, UCAPAN TERIMA KASIH
bagian professional, evaluasi pengembangan, Ucapan terima kasih diberikan kepada
pengembangan pengajar, sumber keuangan, Program Studi S1 Kebidanan Fakultas
jarak geografis, kekurangan pengajar Kedokteran Universitas Andalas yang selalu
interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan memberikan dukungan dan dorongan di setiap
administrasi, tingkat persiapan peserta didik, kegiatan penelitian yang dilakukan.
logistik, kekuatan pengaturan, promosi,
perhatian dan penghargaan, resistensi DAFTAR PUSTAKA
perubahan, beasiswa, dan komitmen terhadap
waktu (ACCP, 2009). Freeth D, Hammick M, Reeves S, Koppel I,
Barr H, 2005. Effective interprofessional
Terdapat beberapa hambatan-hambatan education. UK: Blackwell Publishing
lain, diantaranya hambatan logistik yang Ltd.
mencakup jumlah siswa yang ikut serta dalam
Furber C, Hickie J, Lee K, McLoughlin A,
program IPE untuk berkolaborasi oleh karena
Boggis C, Sutton A, Cooke S, Wakefield
jadwal mereka. Selain itu, hambatan internal
A. 2004. Interprofessional education in
yang mencakup pentingnya kebutuhan untuk
midwifery curriculum: the learning
34

through the exploration of the http%3A%2F%2Fwww.who.int%2Fhrh


professional task project (LEAPT). %2Fnursing_midwifery%2F13006_Inter
Elsevier Journal. Dec; 20(4): 358-66. professionalEducationCaseStudyFinal.pd
f&usg=AFQjCNF-
Hammick M, Freeth D, Koppel I, Reeves S,
OYHCHEkuqBoX3SgYEV6s7899dA&b
Barr H, 2007. A Best Evidence
vm=bv.104819420,d.dGo
Systematic Review of Interprofessional
Education Medical Teacher. US: Best
Evidence Medical Education (BEME)
Collaboration.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2014.
Standar Kompetensi Bidan Indonesia.
Jakarta: IBI
________________________________, 2013.
Standar Nasional Pendidikan Kebidanan
Indonesia. Jakarta: IBI
International Confederation of Midwives.
Triennial Report 2011 – 2014. Diunduh
tanggal 29 Agustus 2014. Tersedia dari
URL
http://www.internationalmidwives.org
Midwifery 2020 Programme. Midwifery 2020:
Delivering Expectations. Cambridge: Jill
Rogers Associates; 2010
Ryerson University, 2015. Interprofessional
education in the midwifery program.
Canada: Ryerson University. Diakses
pada tanggan 24 September 2015 melalui
URL
UNFPA. Midwifery around the world Part 1.
2011. Diunduh tanggal 22 agustus 2014.
Tersedia dari URL:
http://www.unfpa.org/sowmy/resources/d
ocs/main_report/en_SOWMR_Part1.pdf
World Health Organization. 2013. Framework
for action in interprofessional education
and collaborative practice. Geneva:
WHO Press, World Health Organization.
Diunduh pada tanggal 5 Oktober 2014.
Tersedia pada URL
http://whqlibdoc.who.int/HQ/2010/WHO
_HRH_HPN_10.3_eng.pdf
______________________.2014.
Interprofessional education case study.
Geneva: WHO Press. World Health
Organization. Diunduh pada tanggal 28
September 2015. Tersedia pada URL
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j
&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=r
ja&uact=8&ved=0CDgQFjACahUKEwj
_yN7y2rrIAhUGnJQKHYwODz4&url=

Anda mungkin juga menyukai