Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Ahmad Baiduri A (1401394)
Asyukri Arhamallah (1401457)
Mohammad Wildan (1401334)
Velya Galyani P G (1401441)
PROGRAM STUDI
S1 TEKNIK PERMINYAKAN KONSENTRASI INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2018/2019
i
3
ii
4
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .................................................................................................. 87
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat melakukan Kerja Praktek di perusahaan PT. Pertamina Drilling Service
Indonesia.
Pembangunan di Indonesia berlangsung begitu pesat disegala bidang, termasuk
industri Migas yang menggunakan teknologi canggih dan beresiko tinggi. Untuk
menunjang kelancaran operasi dengan baik. Dengan sistem pengelolaan yang baik akan
diperoleh beberapa keuntungan antara lain :
Efektifitas meningkat
Memudahkan pengoperasian
Kenyamanan
Peningkatan kecermatan
Kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik
Untuk menunjang kerja yang lebih baik
Untuk menunjang produktivitas perusahaan
Mengingat pentingnya pengetahuan dan pemahaman sistem pengolahan yang ada,
maka sangatlah perlu dan harapkan untuk melakukan Kerja Praktek (KP), agar ilmu yang
didapat dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Kerja praktek merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa dalam
menyelesaikan program studi S1 Teknik Perminyakan. Maksud dari kerja praktek ini
adalah untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja, sehingga dapat
memberikan gambaran nyata dalam dunia kerja, dan juga untuk menerapkan ilmu
yang diperoleh selama dalam perkuliahan.
3
1.4 Tabel Kegiatan
Berikut ini tabel kegiatan selama Kerja Praktek Lapangan di PT. PDSI :
Tabel 1. Rencana Kegiatan selama Kerja Praktek
Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5
Persiapan (Training) HSE Pasport +
DWOP
Kunjungan RIG PDSI#
40.4/LDW2000-E
Pengumpulan data
Pengolahan Data/Pembuatan
Presentasi
Presentasi di depan Pembimbing
Perusahaan.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA
(PDSI)
2.1 Visi dan Misi PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI)
2.1.1. Visi PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI)
Untuk menjadi pemimpin di kawasan regional dalam pemboran dan well
services dengan standar kelas dunia.
2.1.2. Misi PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI)
Memberikan solusi terpadu yag berkualitas tinggi pada pemboran, workovers,
dan well services, dengan memaksimalkan nilai tambah bagi pelanggan, pemegang
saham, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya.
2.2 Sejarah PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI)
Selama lebih dari 8 tahun PT PDSI telah berpengalaman dalam sektor eksplorasi
dan berkompeten sebagai provider yang memberikan pelayanan atas jasa pemboran dan
5
solusi terpadu. PDSI berdiri pada tahun 2008 berdasarkan akte Notaris Nomor Number 13
tanggal 13 Juni 2008 dan telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM Marianne
Vincetia Hamdani, SH No. AHU-39442.AH.01.01 pada tanggal 8 Juli 2008
Bisnis PDSI berawal sejak bergabung sebagai salah satu unit bisnis dalam
Direktorat Hulu hingga tahun 2005 kemudian bergabung dan menjadi bagian unit bisnis
Pertamina EP. Berdasarkan surat keputusan Dewan Komisaris PT. Pertamina (Persero)
pada tanggal 28 Desember 2007 dengan Nomor Surat 365/K/DK2007 dan melalui
keputusan para pemegang saham pada tanggal 13 Juni 2008 maka pada akhirnya unit bisnis
ini berdiri sendiri dengan nama PT. PDSI. Adapun sejak tahun 2008, kepemilikan saham
atas PDSI terdiri dari PT. Pertamina (Persero) sebagai pemegang terbesar yaitu 99%
kepemilikan saham dan 1% kepemilikan saham diberikan kepada PT. Pertamina Hulu
Energi. Pada 18 Juni 2010 komposisi kepemilikan saham telah berubah dengan 99.87%
dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) dan 0.13% dimiliki oleh PT. PHE.
PDSI merupakan anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero) yang telah
beroperasi selama lebih dari delapan tahun. Perusahaan ini bergerak dalam bidang
eksplorasi dan eksploitasi pengeboran minyak dan gas bumi, serta panas bumi. PDSI juga
memberikan pelayanan service pengeboran yang terintegrasi. Dalam pengoperasiannya,
PDSI telah membuktikan profesionalismenya dengan memenuhi standar internasional yang
telah ditetapkan oleh ISO 9001:2008, OHSAS 18001:2007 dan ISRS7. PDSI berkomitmen
dengan dan mengantisipasi segala bentuk resiko kerja sebagai prioritas utama.
Dalam pelaksanaan kerjanya, PDSI menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan, pemegang saham, mitra bisnis
dan pemegang saham lainnya. Penerapan tata kelola perusahaan didukung oleh perbaikan
terus menerus dari kompetensi sumber daya manusia sebagai bentuk pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam menghasilkan generasi masa depan yang unggul. PDSI
berhubungan erat dengan pengeboran minyak gas dan bisnis lain yang berkaitan dengan
masalah pengeboran dan bekerjasama dalam pemenuhan atas kebutuhan yang berkaitan
dengan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas dan panas bumi di segala area, pengeboran
di darat maupun lepas pantai.
PDSI berkomitmen untuk patuh pada ketentuan hukum dan standar etika tertinggi
dalam melakukan kegiatan bisnis dan operasionalnya. Komitmen ini terangkum dalam
Pedoman Perilaku yang bersumber pada Tata Nilai Unggulan 6C Pertamina, yakni Clean,
Competitive, Confident, Costumer Focused, Commercial, dan Capable. Misinya, PDSI
berkomitmen untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut :
1. Clean (Jujur)
Dikelola secara profesional, menghindar benturan kepentingan, tidak menoleransi
suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata
kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
6
3. Confidents (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggan bangsa.
4. Customer Focused (Prima)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan berkualitas tinggi pada pelanggan berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang
kuat.
5. Commercial (Komersil)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersil, mengambil keputusan
dengan prinsip – prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.
7
2.5 Kegiatan di PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI)
2.5.1 Product and Service
Sampai saat ini, PDSI mengoperasikan sebanyak 42 (empat puluh dua) unit own
rig onshore dengan kapasitas daya 250 – 2000HP dan 1 (satu) unit rig mitra
dengan kapasitas 1500 HP. Pada saat ini PDSI mempunyai 9 unit Cyber Rig
dengan rincian sebagai berikut: 4 unit kapasitas 1500 HP ,3 unit kapasitas 1000
HP, dan 2 unit kapasitas 1500 HP. Selain itu, sejak tahun 2016 PDSI telah
mengembangkan tidak kurang dari 24 unit usaha baru di luar bisnis rig, yang
masih terkait dengan kegiatan pengeboran. Dengan strategi ini PDSI menargetkan
dapat menjadi Total Drilling Solutions bagi customer-nya. Adapun jasa dan
layanan rig yang disediakan PDSI, antara lain:
8
2.5.2 Latest Technology
a. Cyber Rig
Cyber Rig adalah Rig yang memiliki sistem kontrol yang terintegrasi satu
sama lain yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol serta memonitor
seluruh peralatan pengeboran secara aman, efisien dan akurat
b. Walking Rig
Walking Rig adalah sebuah rig yang dilengkapi dengan sistem perpindahan 8
arah sehingga proses perpindahan menara, substruktur serta peralatan yang ada
di dalamnya ke setiap sumur dalam satu cluster lebih aman dan dapat
mengefisiensikan waktu.
c. Skidding Rig
Skidding Rig adalah sebuah rig yang dilengkapi dengan sistem perpindahan 2
arah sehingga proses perpindahan menara, substruktur serta peralatan yang ada
di dalamnya ke setiap sumur dalam satu cluster lebih aman dan dapat
mengefisiensikan waktu.
2.5.3 Subsidiary
a. Cathering Service
Jasa katering merupakan bagian penting dalam operasional
pengeboran. Tidak hanya berkualitas baik dan bergizi, makanan pun
harus terjamin kebersihan dan keamanannya. PDC berkomitmen dan
menjamin bahwa semua makanan, minuman, dan peralatan yang
disediakan telah mendapat sertifikasi halal dari MUI dan memenuhi
standar yang berlaku di bidang minyak, gas dan panas bumi dari aspek
kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan (K3LL).
b. Horizontal Directional Drilling
Horizontal Directional Drilling (HDD) merupakan teknologi yang
digunakan untuk menunjang pemasangan pipa bawah tanah dengan
cepat, ekonomis, dan efisien dibandingkan penggalian yang dilakukan
secara manual (open cut). Metode yang digunakan juga mampu
meminimalisasi dampak lingkungan, bahkan dapat menjadi solusi bila
pada saat pengeboran ditemukan hambatan, misalnya melintasi jalan,
perumahan, atau sungai, yang tidak dapat dilakukan dengan metode
open cut.
c. Heavy Transport Equipment
Untuk mendukung operasional mobilisasi/demobilisasi rig di lapangan
minyak, gas, dan panas bumi, baik antar sumur atau antar lokasi, PDC
menyediakan jasa transportasi alat angkut berat dan alat angkat berat
seperti crane, wheel loader, high bed, dan low bed. Peralatan yang
dimiliki dalam berbagai ukuran dan kapasitas yang dapat disesuaikan
kebutuhan customer.
d. Baruna
e. Merupakan salah satu usaha PT. Patra Drilling Contractor digunakan
untuk menampung pekerja migas yang bekerja di platform offshore.
Baruna-1 selain sebagai Accomodation Work Barge (AWB) juga dapat
digunakan sebagai Crane and Workbarge Services, mempunyai 3 unit
Crane, terdiri dari : 1 unit Manitowoc 4100W-150 ft Boom Length.
99
SWL 60 Tons dan 2 unit Manitowoc 4000W-110ft Boom length, SWL
40 tons dan dapat digunakan sebagai Storage barge, dengan total deck
space seluas 1.540 m2.
10
2.8 Thousand Trees for Drilling
Program Thousand Trees for Drilling merupakan wujud kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk program penanaman
pohon di bekas area pengeboran yang dilakukan PDSI. Program ini bekerja sama
dengan pelanggan PDSI selaku pemilik wilayah
yang akan ditanami. Pada tahun 2016, telah dilakukan penanaman pohon di 8
(delapan) wilayah dengan total pohon yang ditanam adalah sejumlah 2.500 pohon.
11
BAB III TEORI
DASAR
3.1. Pengertian Operasi Pengeboran
Pengeboran adalah usaha secara teknis membuat lubang dengan aman sampai
menembus lapisan formasi yang kaya akan minyak atau gas. Lubang tersebut kemudian
dilapisi dengan casing dan disemen, dengan maksud untuk menghubungkan lapisan
formasi tersebut dengan permukaan bumi yang memungkikan penambangan minyak atau
gas secara komersial. Secara umum tujuan membuat lubang bor adalah untuk:
Membuktikan bahwa adanya minyak atau gas dalam suatu reservoir yang
ditembus.
Sarana mengalirkan minyak atau gas dari reservoir ke permukaan bumi.
12
12
d. Mencari dan menentukan tempat sumber air
-Operasi pemboran memerlukan air tawar yang cukup banyak untuk : pembuatan
lumpur pemboran, penyemenan, pendinginan mesin-mesin, bersih-bersih peralatan,
fire hydrant, perkemahan dan lain-lain.
-Kebutuhan air mencapai 200 – 500 m3 / hari, sesuai dengan besar kecilnya rig.
-Sumber air dicari disekitar lokasi pemboran, biasanya sungai, rawa, waduk, danau
dan bila perlu membuat sumur bor air.
-Di tempat sumber air dipasan g pompa untuk mengirim air kelokasi melalui pipa air,
biasanya berukuran 3 – 4 inch.
e. Membuat lokasi dan jalan masuk
1. Petugas topografi melakukan pengukuran, mencari titik kordinat yang tela h
ditentukan oleh geologist atau petroleum engineer.
2. Proses pembebasan (ganti rugi ) tanah yang akan dipergunakan untuk lokasi
pemboran.
3. Lokasi pemboran harus memenuhi syarat :
- cukup luas untuk ditempati rig beserta peralatan penunjangnya.
- cukup luas untuk truck dan crane waktu merakit rig.
- cukup luas untuk kendaraan material pemboran.
- cukup luas untuk ditempati cementing unit, logging unit, swabbing unit, test
unit, gudang chemical, flare dll.
- cukup keras dan mampu menerima beban.
4. Lokasi untuk camp pekerja dibuat khusus, pada jarak aman dari titik lokasi
pemboran
f. Membuat fondasi dan cellar
- Fondasi dipergunakan untuk tempat duduknya rig pemboran, harus cukup kuat dan
mampu menerima beban berat rig ditambah berat rangkaian pemboran dan beban
tarikan lebih bila melakukan fishing job.
- Luas dan bentuk fondasi disesuaikan dengan jenis rig yang akan digunakan.
- Pada pemboran cluster, fondasi dibuat memanjang untuk memungkinkan
penggeseran rig pada waktu mengebor beberapa sumur disatu lokasi.
- Ditengah fondasi dibuat lobang persegi atau bulat yang disebut cellar, merupakan
ruangan untuk dapat memasang well head dan rangkaian blow out preventer,
sehingga ukuran lebar, panjang dan dalamnya harus diperhitungkan terhadap
ketinggian maksimal rangkaian bop dan ketinggian lantai bor.
13
13
h. Rigging up
-Rigging up adalah merakit komponen rig secara lengkap hingga siap digunakan
untuk memulai pemboran.
-Setiap rig mempunyai layout sebagai pedoman untuk mempermudah pemasangan.
-Pemasangan diawali dengan substructure, menara, tangki lumpur dan seterusnya.
-Sarana untuk melakukan pemasangan sama dengan yang digunakan untuk moving
dengan tambahan small tools, mesin las
-Bila perlu kerja malam, maka diperlukan lampu penerangan/lampu sorot.
-Setelah komponen-komponen terpasang, terutama mesin-mesin dan menara(masih
posisi tidur), dilakukan pengecekan ulang terhadap sambungan-sambungan untuk
meyakinkan dalam kondisi kuat.
-Pasang raising line dan lakukan running test mesin-mesin.
-Menegakkan menara.
-Pemasangan lantai kerja, lampu-lampu, instrument dll.
-Pembuatan kelly hole dan single hole.
-Tajak pemboran atau spudding in adalah peristiwa dimulainya pemboran, yaitu mulai
mendudukkan pahat bor diatas permukaan tanah, diputar dan disirkulasikan cairan
pemboran.
-Sebelum penajakan perlu pengecekan :
-Persiapan peralatan dilokasi, misalnya drlling bit, drilling string, chemicals, casing,
handling tools, fuels, spare part dll.
-Gantung pahat bor pada kelly, tes sirkulasi, cek kebocoran dan perbaikan bila perlu.
- Cek peralatan safety dengan mengisi safety chek list.
- Biasanya diadakan pre spud meeting antara petugas dari fungsi-fungsi yang terkait.
- Bila semua berjalan baik, maka pemboran dapat dimulai.
14
14
dipompakan kedalam pipa bor dan akan kembali lagi kepermukaan melalui
annulus (ruang antara dinding lobang bor dengan dinding luar pipa bor) sambil
membawa cutting keluar dari dalam lobang bor.
3. Perjalanan drilling mud dari pompa menuju ke pahat dan kembali lagi ke
permukaan disebut sirkulasi.
4. Laju penetrasi pemboran sangat dipengaruhi oleh parameter pemboran :
- beban pada pahat (weight on bit)
- putaran pahat (rotary speed)
- laju aliran lumpur (flow rate)
15
16
17
18
19
20
21
3.3.3 Lumpur Pemboran (Drilling Fluid)
-Lumpur pemboran adalah cairan yang dibuat khusus dan sangat penting
fungsinya dalam operasi pemboran.
-Terbuat dari bermacam chemicals khusus sehingga mempunyai spesifikasi
yang sesuai dengan kondisi batuan yang ditembus oleh pahat bor.
-Jenis-jenis lumpur pemboran :
- Water base mud
- Oil base mud
-Selama pemboran berlangsung, lumpur disirkulasikan kedasar lobang bor
menggunakan pompa khusus (mud pump).
Secara umum lumpur pemboran dapat diklasifikasikan mempunyai empat
komponen atau fasa :
a. Fasa cair (air atau minyak)
b. Reactive solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid
(clay)
c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi)
d. Fasa kimia
a. Fasa Cair
Ini dapat berupa minyak atau air. Air dapat pula dibagi dua, tawar dan asin. Tujuh
puluh lima persen lumpur pemboran menggunakan air. Sedang pada air dapat pula
dibagi menjadi air asin tak jenuh dan jenuh. Istilah oil-base digunakan bila
minyaknya lebih dari 95% . Invert emulsions mempunyai komposisi minyak 50-
70% (sebagai fasa kontinu) dan air 30 - 50% (sebagai fasa terdispersi).
b. Reactive Solids
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloidal. Dalam hal
ini clay air tawar seperti bentonite mengisap (absorp) air tawar dan membentuk
lumpur. Istilah "yield" digunakan untuk menyatakan jumlah barrel lumpur yang
dapat dihasilkan dari satu to clay agar viskositas lumpurnya 15 cp.
Untuk bentonite, yieldnya kira-kira 100 bbl/ton. Dalam hal ini bentonite
mengabsorp air tawar pada permukaan partikel-partikelnya, hingga kenaikan
volumenya sampai 10 kali atau lebih, yang disebut "swelling" atau "hidrasi".
Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik diair tawar atau di air
asin dan karenanya digunakan untuk pemboran dengan "salt water muds". Baik
bentonite ataupun attapulgite akan memberi kenaikan viskositas pada lumpur.
Untuk oil base mud, viskositas dinaikkan dengan penaikan kadar air dan
penggunaan asphalt.
c. Inert Solids
Biasanya berupa barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan densitas lumpur,
ataupun galena atau bijih besi. Inert solids dapat pula berasal dari formasi-formasi
yang dibor dan terbawa lumpur seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, dan
padatan-padatan seperti ini bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan
perlu dibuang secepat mungkin (bisa menyebabkan abrasi, kerusakan pompa dll).
d. Fasa Kimia.
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat -
sifat lumpur, misalnya dalam dispersion (menyebarnya paritkel-partikel clay) atau
flocculation (berkumpulnya partikel-partikel clay). Efeknya terutama tertuju pada
peng"koloid"an clay yang bersangkutan. Banyak sekali zat kimia yang digunakan
untuk menurunkan viskositas, mengurangi water loss , dan mengontrol fasa koloid
22
(disebut surface active agent). Zat-zat kimia yang mendisperse (dengan ini disebut
thinner = menurunkan viskositas, mengencerkan ) misalnya :
Quebracho (dispersant)
Phosphate
Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)
Lignosulfonates (bermacam-macam kayu pulp)
Lignites
Surfactant (surface active agents)
Sedang zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas misalnya adalah :
C.M.C
Starch
Beberapa senyawa polimer
Zat-zat kimia bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur tersebut
misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay, menyebabkan dispersion
dan lain-lain.
23
2. Sistem-sistem utama di unit pemboran adalah :
- Sistem pengangkat (hoisting system)
- Sistem pemutar (rotating system)
- Sistem sirkulasi (circulating system)
- Sistem daya gerak (power system)
- Sistem pencegah semburan (blow out preventer system).
3. Instrumentasi pemboran
- Substructure
- Derrick Floor
- Derrick / Mast
- Draw Works
- Crown Block
- Travelling Block
- Drilling Line
- Hook
- Link
- Elevator
24
sistem pemutar adalah :
- Swivel
- Kelly
- Rotary Drive
- Rotary Table
- Drill Pipe
- Drill Collar
- Bit
- Top Drive
25
Komponen rig yang tergabung didalam sistem sirkulasi adalah :
26
transmisinya untuk menjalankan seluruh komponen rig yang memerlukan tenaga
penggerak. Komponen rig yang tergabung di dalam sistem tenaga adalah :
27
1. Anular Blowout Preventer terdiri dari :
Anular (spherical preventer)
Ram preventer
Pipe
Variable bore
Blind
Shear
Drilling spools
Casing head
Diverter bags
Rotating head
Choke dan Kill lines
28
- Mud volume indicator, penunjuk apakah terjadi mud loss.
29
BAB IV KEGIATAN-
KEGIATAN
30
-Rig Database for Asset Integrit
e. Security for All :-Penguatan Pam Non-fisik
-Implementasi SMP
2. Drilling & Work Over Practices (DWOP) :-Pengantar Operasi Pemboran
-Basic Drilling, Well Completion, Well
Head
-Tubular Good, Tubular Tong
-Rig Equipment, Rotating Head
-Well Control
-Slush Pump, Solid Control
Program ini merupakan garis besar dari prosedur pemboran sumur yang akan
dilakukan selama pelaksanaan operasional. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk
mendapatkan kinerja pemboran yang maksimum dengan pelaksanaan operasional
yang lancar, efisien dan dengan biaya yang optimum dan memastikan kesalamatan
personel, lingkungan dan properti perusahaan.
Data Sumur
1. No AFE : 17-190-003-OO
2. Nama Lokasi : Pondok Arjuna
3. Nama Sumur : XXYYZZ
4. Daerah / Region : Pondok Arjuna – Bekasi, Jawa Barat
5. Klasifikasi Sumur : Pemboran Sumur Eksplorasi (Sumur WildCat)
6. Jenis Sumur : Tegak / Vertical
7. Koordinat : WGS1984 UTM 48S
Permukaan E : 733,481.135 N : 9,317,110.36
Target E : 733,481.135 N : 9,317,110.36
8. Elevasi/Ground Level (GL) : 4.323 di atas permukaan laut.
9. Tinggi Lantai Bor : 10.33 m dari GL / 14.653 m di atas permukaan
laut.
10. KOP dan BUR : -
11. Inklinasi Maksimum : 0o / -
/ Azimuth
12. Horizontal Displacement : -
13. Rig / Drilling Kontraktor : DS-9-CTE2000 / PDSI
14. Tujuan Pemboran : Untuk pembuktian cadangan minyak dan gas di
Pre-
Parigi, Cibulakan, Baturaja, Talang Akar dan
Basement
15. Rencana Kedalaman Akhir : 4119 mMD / 4100 mTVDSS
16. Perkiraan Hari Kerja : 140.38 hari
Hari Kerja Bor : 81.52 hari (dry hole basis)
Perkiraan Hari Komplesi : 58.86 hari (completion basis)
17. Rencana Waktu Tajak : Agustus 2017
31
32
4.1 RENCANA WELL PROFILE
33
4.2 WELL OPERATION SUMMARY
34
4.3 PROGRAM KERJA
Program kerja pemboran ini merupakan garis besar dari prosedur umum operasi pemboran
sumur Eksplorasi XXYYZZ. Program kerja dibagi berdasarkan pelaksanaan operasional per
trayek pahat yang dimulai dari 36” sampai dengan komplesi. Prosedur lebih detail akan
diberikan kemudian pada operasi yang membutuhkan penanganan khusus sesuai dengan
kondisi sumur.
35
TRAYEK LUBANG 36” – OPS BOR & MASUK-SEMEN CSG 30
Kedalaman akhir trayek : ± 50 meter
Interval bor : 50 m (0 – 50 meter)
Formasi : Top Soil
Drilling Hazard : Gumbo, Bit balling
BOP : N/A
Bit : Wing bit 36”
BHA : Wing bit 36” + Bit Sub (Float sub dan Totco ring) + DC
8”-10”
Survey : Totco
Parameter : WOB 5-10 Klbs, 100-120 RPM
Casing : 30” Welded : 0 – 50 m
Lumpur : Gel Water / Spud Mud sg 1.02 – 1.018
1. Lanjut Function tes peralatan rig, bor formasi dengan Bit 26” + Wing 36” sampai 50 m
Gunakan WOB rendah dan RPM tinggi untuk menjaga lubang selurus mungkin.
2. Sirkulasi bersih di dasar.
3. Lakukan round trip (cabut masuk tambahan) untuk kondisikan lubang.
4. Sirkulasi bersih di dasar minimal dua kali bottoms up, Sweep dengan Hivis mud.
5. Cabut rangkaian Bit 26” + Wing 36”. L/D Bit.
Tidak ada logging pada interval ini.
6. Masuk & las casing 30” c/w tubing 2-3/8” pada kedua sisi casing (posisikan tubing +/-
1m di atas shoe casing 30”) sampai dengan 50 m. Sirkulasi bersih, swept out Hi Vis Mud.
7. Penyemenan Casing 30” sampai permukaan.
8. N/U Temporary Bottom Flange 29-1/2”+Annular-Diverter 29-1/2”x500 psi, dan saluran
permukaan. Pasang penyangga berupa 4 buah potongan tubing 2-7/8” di tiap sudut cellar
yang dilaskan pada casing 30” untuk meredam getaran pada saat pemboran.
9. Fungsional test Annular-Diverter 29-1/2”x500 psi.
Catatan : Bor trayek 36” akan masuk dalam kegiatan Rig Up Rig. Tes & Yakinkan Jet
Cellar berfungsi dengan baik.
36
4.3.2 TRAYEK LUBANG 26”
Kedalaman akhir trayek : ± 350 meter
Interval bor : 300 m (50 – 350 meter)
Formasi : Fm. Cisubuh
KOP : -
Drilling Hazard : Gumbo, Bit balling
BOP : Diverter 29-1/2” x 500 psi.
Bit : TCB 26” IADC 1.1.7
BHA : As per Directional Drilling Plan
Survey : MWD
Parameter : As per directional driller program
Casing : 20” K-55, 94 ppf, BTC, R-3 : 0 – 350 m
(Collapse 520 psi, Burst 2110 psi, tension rate 1480 klbs)
Lumpur : KCl Polymer Sg 1.10 – 1.22
MW PV YP K+ FL
1.10-1.24 10-32 23-40 30-50K 6-9
Hidrolika :
OPERASI PEMBORAN
1. Pastikan Lumpur telah siap di tangki lumpur, sesuai dengan program.
2. Bor formasi dengan Bit 26” + BHA DD sampai 350 m.
Pastikan Hidrolika terpenuhi dan pengangkatan cutting baik. Sweeps hi-vis untuk
membersihkan lubang apabila lubang dipenuhi cutting, perhatikan hidrolika pada
lampiran.
Lakukan dilution jika nilai MBT lebih dari 17.
Perhatikan torsi dan tekanan pompa, lakukan validasi friction factor jika diperlukan.
3. Sirkulasi bersih di dasar, sweep dengan hi vis mud.
4. Cabut bit 26” + BHA DD sampai permukaan.
5. Lakukan round trip (cabut masuk tambahan) dengan BHA rotary untuk kondisikan
lubang.
Ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot).
6. Sirkulasi bersih di dasar minimal dua kali bottoms up, sweep dengan Hivis mud.
7. Cabut Bit 26” BHA Rotary.
Tidak ada logging pada interval ini.
8. Persiapan dan masuk casing 20”.
37
4.3.3 TRAYEK LUBANG 20”
Kedalaman akhir trayek : ± 876 mMD / 857 mTVDSS.
Interval bor : 526 m (350 – 876 mMD / 857 mTVDSS).
Formasi : Fm. Cisubuh
Drilling Hazard : Clay Problem
BOP : BOP Grup 20-3/4” x 3M
Bit : PDC Bit 17 ½” soft to medium, TFA sesuai BAB 9.2
8” Bullnose + Under Reamer 17 ½” x 20”
BHA : PDC Bit 17 ½” + MM + MWD – Directional BHA as per
directional engineer proposed
8” Bullnose + Under Reamer 17 ½” x 20” – Hole Opener
BHA as per Under Reamer Engineer proposed
Survey : MWD per stand (± 30 m)
Estimasi Maksimum Torsi : lihat BAB 7.2
Casing : 16” K-55, 84 ppf, BTC, R-3 : 250 – 876 mMD / 857
mTVDSS (Collapse 1410 psi, Burst 2980 psi, tension
1,326
Klbs)
Lumpur : KCL Polymer, SG 1.20 – 1.29
MW PV YP K+ FL
1.20-1.29 25-35 28-40 35-50K <6
Hidrolika : min flow rate, lihat di BAB 9.2
OPERASI PEMBORAN
1. M/U BHA Rotary + PDC 17-½”.
Sebelum masuk BHA, pastikan float shoe 20” PDC Drillable.
2. Masuk rangkaian BHA Rotary + PDC 17-½” sampai dengan puncak semen (TOC).
3. Sirkulasi Bersih, tes casing 1000 psi /5 menit harus baik.
4. Bor semen, float shoe & formasi sampai 352 mMD lakukan MOT dengan Eq sg 1.55.
5. Cabut PDC 17 ½” + BHA Rotary sampai permukaan.
6. M/U dan PDC Bit 17 ½” + MM + MWD sampai 352 mMD, bor formasi sampai 876
mMD atau Top Parigi (as rekomendasi wellsite geologis).
Survey dengan MWD setiap 30 m atau 1 stand.
Pastikan Hidrolika terpenuhi dan pengangkatan cutting baik. Perhatikan ukuran dan
density cutting, Yp dan lakukan diskusi dengan office mengenai hal ini.
Perhatikan drag dan torsi selama drilling, lakukan validasi nilai friction factor (FF)
jika nilai pembacaan torsi lebih tinggi dari perhitungan.
7. Sirkulasi bersih di dasar, sweep dengan hi Vis mud.
8. Cabut & L/D PDC Bit 17 ½” + MM + MWD sampai permukaan.
9. Masuk 8” Bull Nose + Under Reamer 17 ½” x 20” + BHA trip sampai dasar.
Ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot).
10. Sirkulasi bersih di dasar.
11. Cabut 8” Bull Nose + Under Reamer 17 ½” x 20” + BHA trip sampai permukaan.
12. Tidak ada open hole logging pada trayek ini.
13. Masuk dan semen liner casing 16”, K-55, BTC, 84 ppf.
38
4.3.4 TRAYEK LUBANG 17 ½”
Kedalaman akhir trayek : ± 1357 mMD / 1338 mTVDSS.
Interval bor : 481 m (876 – 1357 mMD / 1338 mTVDSS).
Formasi : Fm. Parigi
Drilling Hazard : Subnormal Pressure (Loss)
BOP : BOP Grup 20-3/4” x 3 M & RBOP 18-3/4” x 5M
Bit : Bladed Junk Mill 14-7/8”
PDC Bit 14 ¾”.
PDC Bit 14 ¾” + Under Reamer bit 14 ¾” x 17 ½”
BHA : Bladed Junk Mill 14-7/8” + BHA as per Fishing Engineer
Proposed
PDC Bit 14 ¾” + Under Reamer 14 ¾” x 17 ½” + MM +
MWD – Directional BHA as per directional engineer
proposed
Survey : MWD per stand (± 30 m)
Estimasi Maksimum Torsi : lihat di BAB 7.3
Casing : 13-3/8” K-55, 68 ppf, BTC, R-3 : 0 – 1357 mMD /
1338 mTVDSS
13-3/8”, 68 ppf (Collapse 1950 psi, Burst 3454 psi,
tension 1,069 Klbs)
Lumpur : KCL Polymer, SG 1.15 – 1.28
MW PV YP K+ FL
1.15-1.28 20 - 30 28 - 40 40 - 60K <6
Hidrolika : min flow rate
OPERASI PEMBORAN
1. M/U bladed junk mill 14-7/8” + BHA as per fishing engineer proposed
2. Masuk rangkaian bladed junk mil 14-7/8” s/d top semen, Bor semen & DPOB sampai
blong.
3. Lanjut masuk rangkaian bladed junk mill 14-7/8” + BHA rotary sampai TOC. Sirkulasi
bersih, Tes casing 1000 psi/5 menit harus baik.
4. Bor semen, landing collar, semen di shoe track sampai dengan 5 m di atas shoe, sirkulasi
bersih tes casing 1000 psi/5menit harus baik. Lanjut bor sisa semen shoe track dan float
shoe sampai 876 mMD.
5. Sirkulasi bersih.
6. Cabut rangkaian bladed junk mill 14-7/8” sampai permukaan, L/D bladed junk mil+BHA.
7. M/U PDC Bit 14 ¾” + Under Reamer 14 ¾” x 17 ½”+ BHA as per Under Reamer
Engineer proposed.
8. Masuk rangkaian PDC 14-3/4” sampai dasar.
9. Bor formasi sampai dengan 883 mMD.
10. Sirkulasi bersih, cabut rangkaian sampai dengan shoe, Lakukan MOT SG equ 1.60 sg
11. Masuk kembali rangkaian Bit 14 ¾” + Under Reamer 14 ¾” x 17 ½” sampai dasar, drop
ball, aktivasi Under Reamer 14 ¾” x 17 ½”, Lanjut bor formasi sampai 1357 mMD.
Survey dengan MWD setiap 30 m atau 1 stand.
Pastikan Hidrolika terpenuhi dan pengangkatan cutting baik. Perhatikan ukuran dan
density cutting, Yp dan lakukan diskusi dengan office mengenai hal ini.
Perhatikan drag dan torsi selama drilling, lakukan validasi nilai friction factor (FF)
jika nilai pembacaan torsi lebih tinggi dari perhitungan.
39
Ada potensi loss selama pemboran formasi parigi, siapkan 50 bbl LCM (CaCO3 F/M
konsentrasi 40 ppb).
Jika terjadi loss ikuti prosedur penanganan loss
12. Sirkulasi bersih di dasar, sweep dengan hi Vis mud.
13. Cabut PDC Bit 14 ¾” + Under Reamer 14 ¾” x 17 ½” + BHA DD sampai permukaan,
L/D PDC Bit, Under Reamer & BHA.
14. Lakukan Open Hole Logging.
15. Masuk under reamer 14 ¾” x 17 ½” + BHA trip (MWD) sampai dasar.
Ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot).
Survey dengan MWD setiap 30 m atau 1 stand.
16. Sirkulasi bersih di dasar.
17. Cabut under reamer 14 ¾” x 17 ½” + BHA trip sampai permukaan.
18. Masuk dan semen casing 13-3/8”, K-55, BTC, 68 ppf.
40
4.3.5 TRAYEK LUBANG 12¼”
Kedalaman akhir trayek : ± 2863 mMD / 2844 mTVDSS
Interval bor : 1506 m (1357 – 2863 mMD / 2844 mTVDSS)
Formasi : Fm. Cibulakan Atas dan Baturaja.
Drilling Hazard : Potensi Reactive Shale & Coal
BOP : 1 x 13-5/8” x 10M Annular, 1x doubleRam 13-5/8” x 10M
(BR + PR), 1x Single Ram 13-5/8” x 10M (1 PR)
Bit : PDC 12-¼” soft to medium
BHA : PDC 12-¼” + Mud motor + MWD – Directional BHA as
per directional engineer proposed (lihat BAB 7.4)
Survey : MWD setiap 30 m (1 stand)
Parameter : as per directional driller proposed
Estimasi Torque : lihat BAB 7.4
Casing : 9-5/8”, N-80, 43.5 ppf, BTC, R-3 : 0 – 3292 mMD
(N-80 Collapse 3086 psi, Burst 5746 psi)
Lumpur : KCl Polymer, SG 1.10-1.18
MW PV YP K+ FL
1.10-1.18 20-30 28-40 40-60K <6
Hidrolika : estimasi flow rate BAB 9.4
OPERASI PEMBORAN
1. M/U BHA Rotary + PDC12-1/4”.
Sebelum masuk BHA, pastikan DSCC, float collar & reamer shoe 13-3/8” PDC
Drillable.
2. Masuk rangkaian BHA Rotary + PDC 12-1/4” sampai dengan puncak semen (TOC) /
DSCC.
3. Sirkulasi.
4. Bor semen, DSCC, float collar, semen shoe track & shoe 13-3/8”, dan formasi sampai ±
2385 mMD (2 meter di bawah casing shoe 13-3/8” atau 2 m formasi baru).
Lakukan pengamatan cuttings untuk memastikan telah dibor formasi baru. Apabila 2
m dibawah casing shoe belum dijumpai formasi baru lanjut bor sampai dengan
dijumpai formasi.
Lakukan sirkulasi bersih & Tes Casing 2000 psi/5 menit, sebelum bor DSCC, float
collar dan 5 m diatas shoe.
5. Sirkulasi bersih di shoe dan kondisikan lumpur (SG Lumpur masuk = keluar) sebelum
LOT. Cabut rangkaian sampai lebih kurang 5 m di atas shoe 13-3/8”.
6. Lakukan LOT (Leak Off Test) dengan menggunakan pompa Cementing Unit.
7. Cabut PDC 12-1/4” + BHA Rotary sampai permukaan.
8. M/U BHA (RSS) + MWD + PDC 12-1/4”.
Lakukan surface test di permukaan untuk mengecek kondisi Mud Motor (Shallow
Test).
BHA dan drilling parameter ditentukan oleh Directional Engineer.
9. Masuk rangkaian BHA DD (RSS) + PDC 12-1/4” sampai dasar.
10. Lanjut bor formasi dan arahkan lubang setegak mungkin sampai kedalaman 2863 mMD /
2844 mTVDSS atau Top Cibulakan Bawah / Eqi Talang Akar (sesuai rekomendasi
Wellsite Geologis)
Survey dengan MWD setiap 30 m atau 1 stand.
Pastikan Hidrolika terpenuhi dan pengangkatan cutting baik. Sweeps hi-vis untuk
membersihkan lubang apabila diperlukan.
41
Potential problem : Reactive shale & Coal.
Lakukan trip tiap kemajuan 400 m
11. Sirkulasi bersih di dasar, sweep dengan hi vis mud.
12. Cabut rangkaian pahat PDC 12-¼” + BHA DD sampai permukaan.
13. Masuk rangkaian pahat PDC 12-¼” + BHA Trip dan lakukan trip kondisikan lubang,
ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot). Kondisikan MW sesuai dengan
ECD. Diskusikan dengan office mengenai nilai ECD.
14. OH Logging sesuai plan team subsurface.
15. Masuk rangkaian pahat PDC 12-¼” + BHA Trip dan lakukan trip kondisikan lubang,
ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot).
16. Sirkulasi bersih di dasar sebelum masuk casing 9-5/8” minimal dua kali bottom up.
Sweep dengan Hivis mud.
17. Cabut rangkaian pahat PDC 12-¼”.
18. Masuk casing 9- 5/8”.
Catatan :
Pemboran pada trayek ini sampai top formasi Talang Akar.
42
4.3.6 TRAYEK LUBANG 8 ½”
Kedalaman akhir trayek : ± 4119 mMD / 4100 mTVDSS (tergantung contoh cutting
dan pelaksanaan pemboran)
Interval bor : 1256 m (2863 – 4119 mMD / 4100 mTVDSS)
Formasi : Fm. Talang Akar & Jatibarang
Drilling Hazard : Subnormal Pressure, Coal & High Temperature (Est ±
400 deg F)
BOP : 1 x 13-5/8” x 10M Annular, 1x DoubleRam 13-5/8” x
10M (PR + BR), 1x Single Ram 13-5/8” x 10M (1 PR),
RCD type 7100
Bit : PDC 8 ½” 613FT
TCB 8 ½” 637 metal to metal seal
BHA : PDC 8 ½” 613FT + Mud motor + MWD – Directional
BHA as per directional engineer proposed atau Lock
Assembly.
Survey : MWD setiap 30 m (1 stand)
Parameter : as per directional engineer proposed
Estimasi Max Torque at TD : Lihat BAB 7.5
Casing : Liner 7”, N-80, 23 & 26 ppf, BTC, R-3 : 2863 – 4119
mMD
7”, 23 ppf (Collapse 3830 psi, Burst 6340 psi, tension 532
Klbs)
7”, 26 ppf (Collapse 5410 psi, Burst 7240 psi, tension 604
Klbs)
Lumpur : HT-WBM, Sg 1.25-1.60
(akan menggunakan MPD System & Mud Cooler)
MW PV YP K+ FL
1.25-1.60 33-43 34-50 24-30K <5
Hidrolika : min Flow rate lihat BAB 9.5
OPERASI PEMBORAN
1. M/U BHA Rotary + PDC 8-1/2”.
Sebelum masuk BHA, pastikan DSCC, float collar & float shoe 9-5/8” PDC Drillable.
2. Masuk rangkaian BHA Rotary + PDC 8-1/2” sampai dengan puncak semen (TOC).
Bila pada penyemenan casing tidak diperoleh “bumping pressure”, uji tekan casing
dengan tekanan 1000 psi / 5 menit.
3. Bor Semen, Plug, DSCC, plug, Float Collar, semen, shoe casing 9-5/8” dan formasi
sampai ± 2865 mMD (2 meter di bawah casing shoe 9-5/8” atau 2 m formasi baru).
Lakukan pengamatan cuttings untuk memastikan telah dibor formasi baru. Apabila 2
m dibawah casing shoe belum dijumpai formasi baru lanjut bor sampai dengan
dijumpai formasi.
Lakukan sirkulasi bersih & Tes Casing 3500 psi/5 menit, sebelum bor DSCC, float
collar dan 5 m diatas shoe.
4. Sirkulasi bersih di shoe dan kondisikan Lumpur (SG Lumpur masuk = keluar) sebelum
LOT. Cabut rangkaian sampai lebih kurang 5 m di atas shoe 9-5/8”.
5. Lakukan LOT (Leak Off Test) dengan menggunakan pompa Cementing Unit.
Hasil test harus terekam dan dibuat Berita Acara
43
6. Cabut PDC 8-1/2” + BHA Rotary sampai permukaan.
7. M/U Directional BHA (Mud Motor + MWD) + PDC 8 ½” 613FT.
Lakukan 44urface test di permukaan untuk mengecek kondisi Mud Motor dan MWD
(Shallow Test).
BHA dan drilling parameter ditentukan oleh Directional Engineer.
8. Masuk rangkaian BHA DD + PDC 8-1/2” sampai dasar.
9. Lanjut bor formasi dengan mempertahankan sumur setegak mungkin sampai kedalaman
4119 mMD (Rencana Total Depth) atau tergantung contoh cutting dan pelaksanaan
pemboran.
Potential problem : lost circulation (Subnormal pressure) dan Hi Temp.
Survey dengan MWD setiap 30 m atau 1 stand.
Lakukan Wiper Trip apabila diperlukan (drag atau torsi tinggi)
Sweep hi-vis untuk membersihkan lubang.
Jika loss terjadi maka lanjut bor dengan melakukan adjustment di backpressure pada
system MPD.
MW dimulai dengan density serendah mungkin dengan mengutamakan hanya fungsi
cutting transport dan hole cleaning.
Manage Pressure Drilling (MPD) akan membuat adjustment di permukaan dengan
menggunakan scenario terakhir.
10. Sirkulasi bersih di dasar, sweep dengan hi vis mud.
11. Cabut rangkaian BHA DD + pahat PDC 8-1/2” sampai permukaan.
Dull Grade dan ukur Gauge Pahat PDC dan stabilizer
12. Masuk rangkaian BHA Trip + pahat PDC 8-1/2” dan lakukan trip kondisikan lubang,
ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot).
13. Sirkulasi bersih di dasar sebelum masuk liner 7” minimal dua kali bottom up. Sweep
dengan Hivis mud.
14. Cabut rangkaian pahat PDC 8-½” + BHA trip sampai permukaan.
15. OH Logging sesuai plan team subsurface.
16. Masuk rangkaian BHA Trip + pahat PDC 8-1/2” dan lakukan trip kondisikan lubang,
ream dan wash down setiap ada sangkutan (tight spot).
17. Cabut rangkaian pahat PDC 8-½” + BHA trip sampai permukaan.
44
4.3.7 DST (Drill Stem Test)
Pada saat penulis melakukan kerja praktek di lapangan XXYYZZ, Rig DS-9-CTE2000
ini sedang melakukan pengerjaan well test (uji sumur), dengan metode DST (Drill Stem Test)
atau biasa disebut uji kandungan lapisan.
Drillstem test atau sering disebut DST merupakan suatu prosedur mengenai produktivitas
formasi dimana memisahkan dan menguji dari permeabilitas, tekanan, dan kemampuan
produksi dari formasi geologi selama proses pemboran berlangsung. DST membutuhkan
waktu yang singkat agar dapat diketahui dampak dari fluida pemboran yang mempengaruhi
formasi. Uji DST sangat penting untuk mengukur tekanan pada drill stem dan sangat beguna
untuk mendapatkan informasi mengenai fluida formasi. Selain itu, DST juga berfungsi
sebagai penentuan kandungan reservoir hidrokarbon, serta karakteristik dari reservoir tersebut
seperti permeabilitas, demage ratio dan faktor skin. Program ini merupakan garis besar dari
prosedur penyelesaian sumur yang dilakukan apabila setelah intepretasi log dan data-data
lainnya mendapatkan zona interest pada sumur Eksplorasi XXYYZZ.
Adapun DST yang telah dilakukan pada sumur XXYYZZ sebagai berikut :
1. DST Pertama dilakukan pada kedalaman 3592 mKu
2. DST Kedua dilakukan pada kedalaman 3542 mKu (50 m diatas dst 1)
3. DST Ketiga dilakukan pada kedalaman 3142 mKu (400 m diatas dst 2)
Pada saat penulis melakukan kerja praktek di lapangan XXYYZZ tersebut sedang
dilaksanakan DST yang ke-3 dari 5 DST yg di rencanakan apabila terdapat aliran
hidrokarbon. Pada kedalaman yg akan dilakukan DST ketiga ini, reservoir berada pada
formasi cibulakan atau sandstone. Dengan porositas batuan sebesar 8% dan Saturasi airnya
sebesar 91%. Tekana reservoirnya berdasarkan DST 2 adalah 5480 psi, dan temperaturnya
adalah 326° F.
Metode yang digunakan pada dst ini adalah metode displacement yaitu menggantikan
fluida komplesi dengan nitrogen (N2). Dengan harapan apabila telah dilakukan perforasi,
fluida formasi langsung mengalir. Nitrogen (N2) yang di injeksikan bertekanan sebesar 3000
psi untuk menggatikan 53 bbl fluida komplesi.
Peralatan DST antara lain
1. Perforator : Alat yang digunakan untuk perforasi, berupa gun untuk menembak
formasi agar fluida formasi mengalir ke sumur.
2. Shock Absorber : Alat yang berfungsi sebagai peredam rangkaian pipa pemboran
dari ledakan perforasi
45
3. Packer : Alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi atau menyekat
kedalaman tertentu dari lubang sumur agar dapat menahan tekanan sumur
4. Safety Joint : Merupakan peralatan safety yang digunakan apabila packer stuck
atau tidak bias di release
5. Jar : Sebagai alat pengejut/penumbuk semacam piston pada rangkaian pemboran
yg digunakan untuk mengejutkan pada saat rangkaian stuck
6. By Pass : Sebagai tempat mengalirnya sirkulasi.
7. Ext Gauge Carrier : Alat seperti sensor yg merekam segala aktivitas serta kondisi
yang ada pada reservoir
8. DC (Drill Collar) : Sebagai pemberat rangkaian pemboran
9. DP (Drill Pipe) : Pipa bor
Adapun pelaksanaan operasioanal DST setelah function test adalah RIH DST
Tool :
Make Up flow head (Flow head di lengkapi dengan ESD), set packer, pressure test
packer (500 psi/5 menit), pasang line up stream ke manifold, pressure test down
stream (1000 psi/5 menit), pressure test up stream (3000 psi/10 menit).
RIH DST+TCP, isi water cushion tiap 1 (satu) stand tubing/DP (dari hasil
perhitungan), ketinggian water cushion digunakan sebagai puncak
menetapkan slip joint, sehingga slip joint dapat untuk dilakukan pressure test
(BHA DST test dengan tekanan 3000 psi/10 menit), setelah dilakukan cek
kebocoran dan hasil bagus dilanjutkan dengan pemasangan DC + tubing/DP
dari permukaan sampai kedelaman tertentu.
Rig Up wire line logging, lakukan korelasi I(pertama) menggunakan GR dan
CCL dengan patokan RA sub (Pipe tag) (pastikan perbedaan kedalaman
dengan zona perforasi <50 cm).
Tarik wireline logging di setengah dari kedalaman, naikkan pressure di
annulus (1500 psi) untuk membuka ball valve (LPRN/PCT), turunkan
Logging untuk tag ball valve (make sure bola benar-benar terbuka)
46
4.3.8 PENGUJIAN SUMUR
1. L/D sebagian DP 5”, Ganti Pipe Ram 5” menjadi Pipe Ram 3-1/2”
2. M/U BHA (lengkap dengan totco ring) DC 4-3/4” dan DP 3-1/2” (joint per joint) +
Scraper 9.5/8” + scraper 7” + TCB 6”.
3. M/U BHA (lengkap dengan totco ring) DC 4-3/4” dan DP 3-1/2” + Scraper 9.5/8” +
scraper 7” + TCB 6”.mud
4. Masuk BHA Scraper 9.⅝”+scraper 7” + Pahat 6”.
5. Sirkulasi, ganti lumpur dengan Completion Fluid
Completion Fluid akan ditentukan kemudian
6. Cabut rangkaian Scraper + TCB 6” sampai ke permukaan dan L/D Scraper 7” & DP 5”.
7. Flexing job.
8. Logging CBL-VDL-CET-CCL-GR & VSP Log
Lakukan perbaikan bonding dengan squeeze cementing apabila bonding semen tidak
baik.
9. DST Job, program akan disampaikan kemudian.
10. P&A
PERFORASI
Perforasi merupakan suatu kegiatan pembuatan lubang ketika sumur minyak atau gas
siap untuk diproduksikan.mengguakan bahan peledak sehingga fluida dapat mengalir .
Bahan peledak (perforator) merupakan bagian terpenting dari kegiatan tersebut. Untuk
melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas bullet atau gun perforator
dan shape charge . Gun dihubungkan dengan wire line sampai kedalaman yang di ingikan
dalam sumur, lalu gun ditembakan pada lapisan yang akan diproduksikan . Adapun metode
lain yang bisa digunakan yaitu dengan menembakan gun pada saat. Detonator atau proyektil
harus di handling secara hati-hati dan di lakukan dengan procedure yang sesuai. Prosedur
pelaksanaan kegiatan perforasi yaitu:
Melakukan pengecekan sumur melalui trip tank
Memasang wire line BOP di rig floor
47
Memasang wire line sheave pada elevator DP dan pastikan sling dan shackle (tipe 4
pcs) terpasang dengan aman
Memasang sheave kedua di atas rig floor.
Memastikan Wire line harus terhubung di antara kedua sheave
Note : Pastikan wire line yang terpsang memilki panjang yang cukup saat melepas
wire dari drum tanpa harus melepas dari winch.
Menutup shear ram
Make up perforasi gun di rotary table dengan menggunakan peraltan logging
Note : Air hoist dan liftng cup dapat digunaan untuk membantu make up dan running
gun
Procedure Continued
Sebelum head control disambungkan dengan perforasi gun , head sudah terhubung
dengan BOP
Make up control head dan tarik rangkaian gun / perforasi dari lubang dan pastiakn di
area rotary table aman
Mengangkat dan pasang shooting nipple di rotary table.
Memasukkan rangkaian gun dan tembakkan nipple pada lubang pada kedalaman
yang diingkan
Note : Berhenti seblum menyentuh shear rams
Saat control head melewati daerah shooting nipple , berhenti turunkan guns
Menurunkan wire line BOP dan pasang di daerah shooting nipple.
Menutup wire line BOP dan tutup annular preventer , dan lalukan tes wire line BOP
Bleed off tekanan. Buka annular dan shear ram, buka wire line BOP
Running rangkaian perforasi guns
Procedure for firing the Guns:
See Installing and testing Shooting Nipple.
48
PERSIAPAN FLUIDA KOMPLESI
Fluida komplesi adalah fluida yang digunakan untuk sirkulasi pada saat
melakukan komplesi sumur, dimana fluida yang digunakan harus didasarkan pada
pertimbangan karakteristik pembentukan untuk sumur tertentu. fluida komplesi
yang baik dapat mengurangi kadar solid, tidak adanya clay, solulable asam, larut
dalam air dan digunakan untuk operasi seperti perforasi, membersihkan sumur
dan well control.
Agar fluida komplesi dapat berfungsi dengan baik, maka fluida tersebut harus
selalu dikontrol sifat-sifat fisiknya. Pada lapangan XXYYZZ ini CF (Completion
Fluid) yang dipakai adalah campuran antara NaCl2 dan Caustic Soda.
49
C. PERALATAN PEMBORAN RIG DS-9-CTE2000
Adapun peralatan pengeboran yang terdapat pada Rig DS-9-CTE2000 antara lain:
1. Power System
Power system (Sistem tenaga) adalah sistem yang terdiri dari seperangat peralatan
rig berfungsi untuk menghasilkan, mendistribusikan, dan meneruskan daya, baik
berupa daya mekanis maupaun daya elektrik.
Adapun system tenaga yang ada pada Rig DS-9-CTE2000 :
50
Hydraulic Power Unit (HPU)
Adalah sistem daya untuk beberapa peralatan yang menggunakan
tenaga hidrolik. Pada Rig DS-9-CTE2000 , HPU digunakan untuk
meggerakkan :
-HPU Hydraulic Catwalk Hercules Model
-IRON ROUGHNECK MODEL ST-80C, NOV
-Rig Skid
-Raise Mast & Lower Mast
51
2. Hoisting System
Sistem pengangkat dalam pemboran memegang peranan yang sangat
penting,mengingat bahwa sistem pengangkat ini adalah sistem yang mendapat
beban,baik beban vertikal maupun horizontal.
Kegiatan utama dan rutin yang dilakukan pada saat proses pemboran yang
melibatkan sistem pengangkat yaitu :
1. Melaksanakan penyambungan pipa pemboran yaitu penambahan drill
pipe.
2. Melaksanakan trip yaitu pelepasan / pencabutan rangkaian pipa pemboran
dari dalam sumur.
1.Sruktur Penyangga
a. Substructure
Substruktur merupakan konstruksi baja yang besar yang
dibangun untuk menjadi dasar dan menunjang menara yang
tingginya ditentukan oleh kebutuhan BOP stack. Substrukture
harus mampu menahan beban yang diberikan oleh berat pipa
pada block ditambah sebagian dari drilpipe yang disandarkan
pada derrick.. Pada Rig
DS-9-CTE2000 sendiri memiliki kapasitas substructure sebagai
berikut :
52
MAKE / TYPE : HMR III 2000 Model 27604
RIG FLOOR DIMENSIONS : 44 ft x 48 ft
HEIGHT : 34.48 ft (drill floor)
: 28.87 ft (rotary beam to
ground)
ROTARY LOAD : 500 Tons
SETBACK LOAD : 300 Tons
53
c. Menara Pemboran (Derick)
Menara pemboran (derick) merupakan struktur vertikal yang
berbentuk menara yang memberikan ruang kerja vertikal yang
cukup untuk menaikkan dan menurunkan drill string kedalam
lubang bor selama pemboran berlangsung serta operasi
pemboran yang lain.oleh karena itu,tinggi dan kekuatan menara
harus dipertimbangkan sesuai dengan keperluan. Ketinggian
Derick yang ada pada Rig DS-9-CTE2000 adalah 147ft atau
44m.
54
Peralatan pengangkatan yang terdapat pada suatu operasi pemboran terdiri
dari drawwork,overhead tools dan drilling line.
a. Drawwork
Drawwork adalah suatu peralatan mekanik yang merupakan
otak dari derrick. Fungsi dari drawwork yaitu :
1. Merupakan pusat pengontrol bagi driller yang menjalankan operasi
pemboran.
2. Merupakan rumah dari gulungan drilling line.
3. Meneruskan daya dari prime mover ke drill string ke rotary drive
sprocket, ke catheads. Drawwork menyediakan daya untuk
mengangkat dan menurunkan beban yang berat.
Berikut adalah kapasitas drawwork yang ada pada Rig DS-9-CTE2000
:
55
3.Overhead Tools (alat-alat bagian atas)
Overhead tools (alat-alat bagian atas) merupakan mata rantai
penghubung didalam sistem pengangkat.alat-alat ini
menghubungkan rangka pendukung dengan drawwork untuk
menaikkan dan menurunkan rangkaian pipa bor dari lubang
bor.overhead tools terdiri dari crown block, travelling block,
hook dan elevator.
1. Crown Blok : Suatu unit roda-roda katrol-katrol
(sheaves/puli) yang terletak dirangka atas puncak
menara.drilling line dililitkan pada sheaves atas yang ada
pada crown block dan pada sheaves bawah yang ada pada
travelling block.jumlah sheaves pada travelling block.crown
block menghubung kan drawork menujub travelling
block.Pada RIG DS-9-CTE2000 digunakan crown block jenis
SHEAVES CROWN BLOCK 1.3/8" WIRE LINE
2. Travelling block : merupakan suatu susunan puli-puli (roda-
roda katrol) dimana tali baja dililitkan.hal ini memungkin
kan.hal ini memungkinkan travelling block dapat bergerak
naik dan turun bergantung dibawah crown block sampai
diatas lantai bor. Pada RIG DS-9-CTE2000 digunakan
Travelling Block MFR.AMERICAN BLOCK B60F500,
CAP. 500 / 1,000,000 LBS
56
3. Hook : Peralatan berbentuk kait yang besar yang terletak di
bawah traveling block untuk menggantungkan swifel dan drill
steam selama proses pemboran berlangsung. Pada RIG DS-9-
CTE2000 digunakan Hook MFR. AMERICAN BLOCK
57
5. Drilling line : Tali kawat baja yang berfungsi
menghubungkan semua komponen dalam hoisting system.
Tali ini dililitkan secara bergantian melalui katrol pada crown
block dan traveling block kemudian digulung pada rotating
drawwork drum . Drilling line menghubungkan drawwork
dan dead line anchor.
6. Dead Line Anchor : digunakan untuk menambatkan drilling
line. Pada RIG DS-9-CTE2000 digunakan DEADLINE
ANCHOR, MFR. LEE C MOORE MODEL LEG
MOUNTED.
58
3. Rotating System
Fungsi utama sistem pemutar adalah untuk memutar rangkaian pipa bor dan
memberikan beban (berat) pada bagian atas dari pahat selama operasi
pemboran,yaitu peralatan putar (rotary assembly),rangkaian pipa bor,mata bor
atau pahat (pit).Peralatan putar yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 ada
dua jenis yaitu dengan menggunakan meja putar (rotary table) dan menggunakan
top drive. Peralatan putar yang digunakan saat operasi berlangsung adalah top
drive karena penggunaan Top Drive lebih efisien dibandingkan dengan meja
putar (rotary table).
1. Peralatan Putar
a.Meja Putar (Rotary Table)
Meja putar merupakan peralatan untuk memutar pipa pemboran yang
terletak di lantai rig.meja putar (rotary table)berfungsi untuk :
1. Meneruskan gaya putar dari drawwork ke rangkaian pipa bor
melalui kelly bushing dan kelly.
2. Menahan pipa bor dalam lubang pada saat penyambung atau
perlepasan pipa bor dilakukan.
Meja putar pada Rig DS-9-CTE2000 sendiri memiliki kapasitas load 800
ton, lubang meja 37-1/2” dan digerakkan dengan motor listrik berkekuatan
1.150 Hp.
b.Rotary Slip
Rotary Slip merupakan perlatan untuk menahan rangkaian pipa bor ketika
akan dilakukan pemasangan atau pencabutan rangkaian pipa pengeboran.
Rotary slip mempunyai kontruksi bagian dalam memiliki gigi dan bentuk
silinder dengan ukuran tertentu sesuai ukuran pipa yang akan ditahan. Ada
dua macam rotary slip yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 :
59
• Manual slip, : SLIP SPIDER C/W DP SLIP 5"
ROTARI SLIP FOR DC 6 1/4" TYPE LDC MFR.DENCON
ROTARI SLIP FOR DC 8" TYPE LDC MFR.DENCON
ROTARI SLIP FOR DC 8" TYPE LDC MFR.DENCON
ROTARI SLIP FOR DP 3 1/2" TYPE SDML
ROTARI SLIP FOR DP 3 1/2" TYPE SDXL MFR.DENCON
ROTARY SLIP CASING 7"
ROTARY SLIP DC 8" TYPE LDC MFR. DENCOM
ROTARY SLIP DP 3 1/2 SN.148190 TYPE SDM
ROTARY SLIP DP 3 1/2 SN.148190 TYPE SDXL
ROTARY SLIP FOR CASING 13 3/8"
ROTARY SLIP FOR CASING 20"
ROTARY SLIP FOR DC 4 3/4"
ROTARY SLIP FOR DC 6 1/4"
ROTARY SLIP FOR DC 6 1/4"
ROTARY SLIP FOR DC 6 1/4"
ROTARY SLIP FOR DC 8"
ROTARY SLIP FOR DP 3 1/2 MFR. DENCON
ROTARY SLIP FOR DP 5"
60
• Power slip , menggunakan tenaga hidrolik dalam penggunaannya,
sehingga lebih efisien dalam operasi pemasangan/pencabutan rangkaian
DP. Power slip yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 merupakan
rakitan crew rig.
c.Safety Clamp
Safety Clamp berfungsi untuk membantu menahan rangkaian
pemboran yang berdiameter kecil dan juga sebagai pengaman untuk rotary slip
saat melakukan make-up dan make-out string. Safety Clamp dipasang di atas
rotary slip. Safety Clamp yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 yaitu:
SAFETY CLAMP 6 1/4"
d. Rotary Tong
Adalah kunci-kunci besar yang digantung diatas lantai rig dekat
meja pemutar. Alat ini dipasang pada tool joint dari batang bor,
berfungsi untuk menyambung dan melepas sambungan pipa bor. Pada
Rig DS-9-CTE2000 digunakan beberapa macam rotary tong yaitu:
61
- POWER TONG CASING 20'
62
2. Top Drive
Top drive berfungsi seperti screwdriver besar dan memberikan rotasi dan
torsi langsung dibawah travelling block,sistem ini tidak memerlukan
fungsi kelly dan rotary table.rotary table sudah tidak berfungsi
memberikan daya rotasi namun masih diperlukan sebagai segel drilling
fluid dan sebagai penahan drill string ketika melakukan koneksi.
Dengan menggunakan top drive kemungkinan rangkaian bor terjepit lebih
kecil jika dibandingkan dengan menggunakan rotary table. Adapun Top
drive yg digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 merupakan tipe Nov
TDS11-SA dengan kapasitas load 500 ton dengan torsi 3700ft-lbs 800 hp.
Bagian-bagian Top Drive Nov TDS11-SA :
-Wash pipe : Pipa yang berfungsi mengalirkan fluida atau lumpur dari rotary
hose/goose neck
-Quil : Alat Pemutar pada top drive, terdapat 3 bagian yaitu :
a. Upper Ibop : Valve Penggerak hidrolik (6 5/8 R pin x 6 5/8
Box)
b. Lower Ibop : Valve Penggerak manual (6 5/8 R pin x 6 5/8
Box)
c. Saver sub : Penyambung ke string (6 5/8 R x 4 ½ if)
-Motor : Sebagai sumber tenaga penggerak
a. Motor Elektrik sebagai penggerak listrik, terdapat 2 motor
masing-masing berkekuatan 400 hp
b. Motor HPU (Hidraulic Power Unit), sebagai penggerak semua
fungsi hidrolik
-Disc Brake : Berfungsi sebagai pengerem pada saat string berputar
-Motor puter body : Memutar topdrive 360° (Penggerak elektrik)
Top drive Nov TDS11-SA ini menggunakan sumber tenaga sebesar 600 V
AC
63
OD(in Max. Bottom, Bottom
)
3. Rangkaian Pemboran OD Stem)
(Drill Type/ Gender/
/ID (in) Top Top
a.Drill Pipe
Drill Pipe yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 yaitu:
-DP 5” 19.50 G-105
64
(in) Type Gender
5” 19.50 4.928 6.62 NC50 Pin
9.50
DP G-105 4.276 5 NC50 Box
b.Drill Collar
Pipa baja penyambung berdinding tebal yang terletak di bagian bawah
drill stem di atas bit. Fungsi utamanya untuk menambah beban yang terpusat
pada bit. Drill Collar yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 yaitu:
-DC Spiral 8”
65
c.Heavy Weight Drill Pipe (HWDP)
Kegunaan penggunaan heavy weight drill pipe adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi kerusakan pipa dengan adanya zona transisi.
b. Mengurangi penggunaan drill collar.
c. Menghemat biaya directional drilling, mengurangi torque dan
kecenderungan perubahan kemiringan.
Heavy Weught Drill Pipe yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 yaitu
FN OD
OD(in Bottom, Bottom
Max. (in)/
) Type/ Gender/ Length
Desc. OD FN
/ID Top Top (m)
(in) Length
(in) Type Gender
(m)
5.000 6.62 Reg Pin 8000
5” HWDP 0.69
3.000 5 Reg Box 2.36
66
d. Bottom Hole Assembly (BHA)
STABILIZER
67
CROSS OVER CROSS
OVER SHOT 3 1/2 IF X 4 1/2 IF P/B CROSS
OVER SHOT 3 1/2 IF X 4 1/2 IF P/B CROSS
OVER SUB 4 3/4 P/B - 2 3/8 EU X 3 1/2 IF CROSS
OVER SUB 4 3/4 P/B - 3 1/2 IF X 2 7/8 EU CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 3 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 3 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/B - 3 1/2 IF X 4 1/2 IF CROSS
OVER SUB 6 1/4 P/P - 4 1/2 IF X 4 1/2 IF
CROSS OVER SUB 6 1/4 P/P - 4 1/2 IF X 4 1/2 REG
CROSS OVER SUB 6 1/4 P/P - 4 1/2 IF X 4 1/2 REG
CROSS OVER SUB 6 1/4 P/P - 6 5/8 REG X COUPLING
CIRCULATING 2"
CROSS OVER SUB 6 1/4 P/P - 4 1/2 IF X 4 1/2 REG
CROSS OVER SUB 6 1/4 P/P - 4 1/2 IF X 4 1/2 REG
CROSS OVER SUB 8" P/B - 6 5/8 IF X 4 IF
CROSS OVER SUB 8" P/B - 6 5/8 IF X 4 1/2 IF
CROSS OVER SUB 8" P/B - 6 5/8 REG X 4 1/2 IF
CROSS OVER SUB 8" P/P - 6 5/8 REG X 6 5/8 REG
CROSS OVER SUB 8" P/P - 6 5/8 REG X 6 5/8 REG
CROSS OVER SUB 9" P/B - 7 5/8 REG X 6 5/8 REG
68
4. Circulating System
Sistem sirkulasi merupakan salah satu bagian dari sistem rig yang amat
penting.tugasnya untuk membantu sistem pemutar didalam kegiatan suatu
pemboran sumur,dengan menyadiakan perlengkapan peralatan yang sesuai untuk
mengatur bahan-bahan lumpur serta merawat sehingga pengganti penyadiaan
fluida pemboran.
Sistem sirkulasi pada dasrnya terdiri dari empat komponen,yaitu lumpur
pemboran, tempat penampungan, peralatan sirkulasi dan conditionong area.
1. Drilling mud
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat
menetukan dalam mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran.
Lumpur bor operasi di Rig DS-9-CTE2000 menggunakan 2 jenis
lumpur yaitu:
a. Water based mud : Komposisi lumpur ini terdiri dari air tawar, clay
dan chemical additives.
b. Oil based mud : Komposisi lumpur ini terdiri dari solar, clay dan
chemical additives.
2. Mud tank
Merupakan tempat penampungan lumpur sebelum dan sesudah lumpur
mengalami proses sirkulasi. tangki lumpur yg terdapat pada Rig DS-9-
CTE2000 terdiri dari :
a. Tangki aktif : sebagai tempat pencampuran atau mixing
lumpur serta tempat menampung lumpur yang akan di
sirkulasikan maupun yg sudah disirkulasikan yg berasal
dari sumur.
Terdapat 5 tangki aktif yg ada pada Rig DS-9-CTE2000 dengan
maksimal kapasitas tangki masing-masing 230 bbl
b. Tangki slug : sebagai tempat mixing dan menampung
lumpur pemboran yang digunakan pada saat memerlukan
lumpur pemboran dalam jumlah yang sedikit khususnya
lumpur dengan viskositas besar. Tangki slug mempunyai
kapasitas 100 bbl
69
c. Tanki Premic : sebagai cadangan tempat lumpur pemboran
jika memerlukan lumpur pemboran dalam jumlah yang
banyak. Terdapat 6 tangki premik yang masing-masing
memiliki kapasitas 190 barell
Setiap bagian tangki memiliki katup suction dan katup outlet yang
berfungsi untuk mentrasfer lumpur antar tanki. Dan juga memiliki
sensor volume tanki pada masing-masing tangki.
70
3. Peralatan Sirkulasi
Peralatan sirkulasi merupakan komponen utama dalam sistem sirkulasi yang
terdiri dari mud pump, stand pipe dan rotary hose.
a.Pompa lumpur ( mud pump) : merupakan jantung dari unit intalasi sirkulasi
sistem pemboran. Pompa pada Rig DS-9-CTE2000 adalah jenis pompa triplex
dengan model LeTourneauWH16121002, max rate 1600 HP AC ,
b.Stand pipe : merupakan pipa bertekanan tinggi yang terletek disisi menara
berfungsi untuk mengalirkan lumpur menuju rotary hose. Stand pipe yang
digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 yaitu STAND PIPE 5" , 5000 PSI
71
c.Rotary hose : Merupakan selang yang terbuat dari karet yang bertulang anyaman
baja yang lemas sehingga dapat mengikuti gerak naik turun saat proses pemboran
dan mampu menahan lebih kurang dari stand pipe menuju gose neck pada top
drive. Rotary Hose yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000 memiliki panjang
83ft.
4. Conditioning area
Conditioning area merupakan serangkaian peralatan yang berfungsi untuk
membersihkan lumpur setelah memasuki lubang sumur. Lumpur yang telah
terkontaminasi oleh cutting harus segera dipisahkan agar tidak
mempengaruhi kualitas dari lumpur tersebut. Peralatan untuk penyaringan
cutting yaitu terdiri dari sebagai berikut :
a. Gumbo Box : Merupakan peralatan yg berfungsi untuk menyaring
lumpur pemboran yang mempunyai cutting yang berukuran besar.
72
b. Shale shaker : Merupakan peralatan ayakan mekanis bergetar,
yang mempunyai tugas menyaring padatan (solid) dari dalam
lumpur yang pertama kali keluar dari sumur pengeboran. Adapun
peralatan shale shaker yang digunakan pada Rig DS-9-CTE2000
:
SHALE SHAKER DERRICK FLO-503, BRANDT NO.1
SHALE SHAKER DERRICK FLO-503, BRANDT NO.2
SHALE SHAKER DERRICK FLO-503, BRANDT NO.3
SHALE SHAKER DERRICK FLO-503, BRANDT NO.4
73
d.
74
5. BOP (Blow Out Preventer) System
Fungsi utama dari system semburan liar adalah untuk menutup lobang bor
ketika terjadi “kick” .blow out terjadi lkarena masuknya aliran fluida formasi
yang tak terkendali kepermukaan. Rangkaian peralatan sistem pencegahan
semburan liar terdiri dari tiga sub komponen utama yaitu rangkaian BOP
stack,accumulator,dan peralatanm penunjang.
75
Bop Annular : 1x T3 type 7012 20-3/4” 30k psi
1x T3 type 7082 13-5/8” 10k psi
76
Choke Manifold : T3 Energy type FC 2-1/16” 5,000 psi
Kill Manifold : T3 Energy type FC 3-1/8” 5,000 psi
77
D. INSPEKSI PERALATAN RIG
Inspeksi peralatan pemboran adalah pemeriksaan berkala menyeluruh, baik itu
kondisi fisik peralatan, dokumentasi serta sistem yang diterapkan berkaitan dengan
keselamatan kerja dan mengacu pada peraturan pemerintah dan standar industri
yang berlaku. Inspeksi pada Rig DS-9-CTE2000 meliputi inspeksi Electric
Equipment, Rotating Equipment, Well Control, High Pressure Equipment,
Circulating Equipment, Hoisting Equipment, Equipment Support, Handling Tools,
Tubular Good.
KONDISI
NO PERALATAN TIDA KETERANGAN
BAIK K
BAIK
I ELECTRIC EQUIPMENT
1 Generator
1.1
Cek kondisi rumah Generator dari kerusakan/korosif
Pastikan kondisi rumah Generator terlindung dari hujan
1.2 dan deb u
1.3 Periksa earthing/grounding
1.4 Cek kondisi panel listrik
Cek kondisi blower dan aliran udara untuk pendingin
1.5 udara
1.6 Cek kondisi kabel-kabel dan junction box
Cek check list kondisi mesin penggerak oleh mechanic
yang meliputi
- panel mesin, indikator temperatur, tekanan oli,
pencatat running hours, emergency bottom
1.7 - kondisi saringan udara dan saringan oli
- Saluran pembuangan gas dan saluran pemasukan
udara terhadap korosi,
kebocoran dan pelindung panas
- kondisi tubing bahan bakar
2 Panel Control
2.1
Periksa kondisi Pendingin udara dari kebocoran
Periksa kondisi suhu udara di dalam panel control
dengan
2.2
suhu udara luar (Jangan terlalu dingin) untuk
menghindari terjadinya kondensasi
2.3 Cek kondisi lantai karet dari indikasi rusak/robek
2.4 Cek kabel-kabel listrik dan terminalnya
2.5 Cek Isolator pembungkus kabel
2.6 Cek adanya indikasi overheating dari kabel-kabel
2.7 Cek adanya indikasi sambungan kabel yang longgar
2.8 Pastikan tidak ada kabel yang telanjang
78
2.9 Pastikan kabel grounding terpasang dengan benar
Pastikan indikator-indikator yang terdapat di panel
2.1 control berfungsi dengan baik
2.11 Periksa kondisi circuit board dan module
2.12 Periksa kondisi cable tray
Pastikan tidak ada kabel-kabel diluar yang berada
2.13 dibawah air
3 Elmot
Periksa apakah kipas pendingin berfungsi dengan baik
3.1 serta dari
indikasi patah atau rusak dan kipas tertutup oleh
pelindung
Periksa apakah terminal box dapat menutup dengan baik
3.2
sehingga kedap air dan udara (type explosion proof)
Periksa kondisi kabel dari indakasi kerusakan pada
3.3 isalatornya
Buka terminal box, periksa konektornya terhadap
3.4 indikasi overheating
Pada saat mesin nyala, cek apakah ada suara-suara asing
3.5 yang
mengindikasikan kerusakan
II ROTATING EQUIPMENT
1 Rotary Table
Periksa grease lubrikasi point dan pastikan sudah cukup
1.1
lubrikasinya
dan tidak ada indikasi kebocoran
2 Top Drive
2.1
Amati kondisi hidraulic hoses dari indikasi kerusakan
Amati kondisi sambungan hidraulic hoses ke manifold
2.2 terhadap
indikasi improper alignment
Amati apakah ada indikasi kebocoran grease dan
2.3
hydraulic oil
Dengarkan suara-suara terlalu bising yang
2.4 mengindikasikan
kerusakan pada bearing dan roda gigi
Perikas kondisi Unit Hydraulic Power Pack ;
- Kondisi indikator-indikator tekanan, temperatur dan
- lampu-lampu peringatan serta switches dari kerusakan
- Amati kondisi selang-selang hidrolik terhadap indikasi
2.5 kerusakan atau aging
- Amati apakah terjadi kebocoran hydraulic oil atau
overheated
- Dengarkan suara-suara terlalu bising yang
mengindikasikan
- kerusakan pada pompa-pompa hydraulicnya
3 Swivel/Power Swivel
4 Kelly Spinner
79
5 Rotary Swivel
III WELL CONTROL
1 BOP stack
1.1 Pastikan kondisi anchor dari choke line dan kill line pada
kondisi aman
1.2 Pastikan sambungan baut minimal tampak 3 ulir
2 BOP control system/accumulator
system
Pastikan pressure gauge untuk tekanan accumulator,
2.1 tekanan regulator manifold,
tekanan annular dan tekanan supply udara berfungsi
dengan baik
Pastikan tanda "open" "close" dan "netral" serta
2.2 peletakannya
sesuai dengan posisi valve
Pastikan choke line hydraulic valve harus pada posisi
2.3 tertutup
pada saat operasi normal
IV HIGH PRESSURE EQUIPMENT
Periksa kondisi dari vibration hose,apakah kedua ujung
1
dari
vibration hose tersebut disambungkan ke safety lines
Periksa kondisi rotary hose,apakah kedua ujung dari
2 rotary hose
tersebut disambungkan ke safety lines
Pastikan hose tidak bersentuhan dengan babian-bagian
peralatan yang tajam
3
Apabila digunakan sambungan ulir pada pipa bertekanan
tinggi,
Pastikan bahwa rating dari pasangan ulir tersebut
4 memadai
dan menggunakan pasangannya
V CIRCULATING SYSTEM
1 Shale Shaker
Periksa kondisi umum shale shaker terhadap
1.1
kemungkinan
adanya kerusakan atau korosi
1.2 Periksa kondisi pulley dan belt
Periksa kondisi vibration spring dari kerusakan dan
1.3 pastikan bahwa
vibration spring tersebut tidak bergeser dari posisinya
Pastikan bagian-bagian yang bergerak/ berputar harus
1.4
dipasang pelindung
Amati suara dari motor penggerak,jika terlalu bising
mengindikasikan adanya
1.5
kerusakan / keausan yang berlebihan baik pada bearing
maupun alignmentnya
1.6 Periksa kondisi screen terhadap indikasi kerusakan
80
2 Desander & Desilter
2.1 Amati keluaran dari hydroclone bersifat spray atau rope
untuk mencegah terjadinya penyumbatan
Amati kesesuaian tekanan pipa masuk pada pressure
2.2 gauge dengan
yang direkomendasi oleh pabrik pembuat
3 Tanki Lumpur
Periksa integritas dari Walk Ways, Pagar-pagar
3.1 pengaman,
Tangga-tangga dan pastikan toe boards tidak terlalu
longgar
Periksa kondisi lantai kerja terhadap kemungkinan
3.2 bahaya yang dapat
menyebabkan manusia jatuh kedalam tangki
4 Pompa Lumpur
Pastikan dampener terdapat pressure gauge dan
4.1 berfungsi dengan baik untuk
memantau tekanan dan rentang tekanan sesuai dengan
pressure ratingnya
4.2 Periksa kondisi relieve valve pada return pipe
Periksa kondisi suction pipe terhadap korosi dan
4.3
flange sealnya terhadap kebocoran
Pastikan dudukan motor dan pompa pada charging
4.4 pump stabil,kuat dan
tidak ada baut dudukan yang hilang atau kendur
4.5 Periksa indikasi kebocoran pada stuffing box pompa
Pastikan bagian kopling antara Elmot dengan pompa
4.6 sentrifugal
tertutup oleh pelindung
4.7 Periksa apakah ada suara yang bisik dan getaran yang
terlalu berlebihan pada centrifugal pump
VI HOISTING SYSTEM
1 Menara & Substructure
1.1
Pastikan Name Plate Menara dan Substructure tersedia
Periksa kondisi leg dan bracing dari deformasi plastis dan
1.2
korosi
1.3 Periksa kondisi Crown block beam dari deformasi plastis
Periksa kondisi pin di pad eyes apakah terpasang dengan
1.4 baik dan
dilengkapi dengan safety pin
Pastikan kondisi ladder dan tangga dari deformasi dan
korosi,
1.5
serta pastikan koneksi sambungan dan engsel tidak
longgar dan goyang
1.6 Pastikan tidak ada lubang yang terbuka pada lantai kerja
1.7 Pastikan safety line terpasang pada lampu penerangan
1.8 Pastikan kondisi Guardrail dari korosi,semua engsel dan
81
kondisi sambungan tidak longgar dan goyang
Periksa sirkuit hidraulik terhadap kebocoran dari raising
1.9 ram dan
Pastikan kecukupan dari supply oli hydraulik
Periksa renggangan dari toe board yang dapat
1.10
menggakibatkan benda jatuh
Periksa kondisi kaki kaki dari substructure dari deformasi
1.11
plastis dan korosi
Periksa kondisi rotary table beam dari deformasi plastis
1.12
dan korosi
Periksa kondisi set back beams dari deformasi plastis dan
1.13
korosi
Periksa kondisi pin di pad eyes apakah terpasang dengan
1.14 baik dan dilengkapi
dengan safety pin di substructure
Tambahan untuk Rig Carrier
Periksa level oli mesin, oli hydraulik, engine crankcase,
1.15 defferensial box dan
controling oil tank periksa dari kemungkinan bocor
Periksa kondisi Jack Carrier,Raising Ram dan Telescopic
1.16
Ram dari kebocoran
Periksa kondisi cabin dan kelistrikan misalnya lampu dan
1.17
gauge, batteray
1.18 Periksa kondisi roda dan baut roda
1.19 Periksa kekencangan baut suspensi depan dan belakang
2 Dead Line Anchor
2.1
Pastikan name plate Deadline Anchor tersedia
Amati kondisi body dan dudukan Deadline Anchor secara
2.2 keseluruhan apakah
ada baut-baut yang longgar atau terlepas
2.3 Compensator
3 Travelling Block
3.1 Pastikan Name plate Travelling block tersedia dan
Ratingnya tidak terhapus
3.2 Sheave and bearing
3.3 Hook dan connector link adapter
4 Drawwork
4.1 Periksa kondisi Drawwork dari indikasi kebocoran
5 Crown block
Pastikan Crown Block bumper tersedia pada tempatnya
5.1
dan
masih dilengkapi dengan pelindung
5.2 Sheave and bearing
VII EQUIPMENT SUPPORT
1 Drilling Console
Periksa apakah label-label pada tiap indikator dan tuas-
1.1
tuas pengendali
tidak ada yang hilang dan dalam keadaan mudah terbaca
82
Periksa apakah ada indikasi kebocoran minyak hidrolik
1.2
pada selang-selang / tubing
Amati kondisi dari indikator-indikator (pressure gauge)
yang ada,
1.3
katup-katup pengendali dan lampu indikator serta
switches dari kerusakan
Pastikan bahwa katup-katup pengendali dapat bekerja
1.4
semestinya
2 Man Raider
Periksa kondisi dudukannya,apakah ada baut yang
2.1
longgar atau terlepas
2.2 Periksa lilitan kabelnya,apakah masih rapi
2.3 Jika jenis hydraulic, periksa indikasi kebocoran oli
2.4 Periksa kondisi bodi secara keseluruhan
2.5 Pastikan SWL marker jelas terlihat
3 Air Winch/Tugger
Periksa kondisi dudukannya,apakah ada baut yang
3.1
longgar atau terlepas
3.2 Periksa lilitan kabelnya
3.3 Periksa kondisi bodi secara keseluruhan
3.4 Jika jenis hydraulic, periksa indikasi kebocoran oli
3.5 Periksa kondisi safety guardnya
3.6 Pastikan SWL marker jelas terlihat
4 Engine
Periksa kondisi engine secara keseluruhan dari indikasi
4.1 kebocoran dan
korosi serta bagian-bagian yang hilang
Periksa dudukan Engine terhadap kerusakan dan bagian-
4.2 bagian
yang hilang (apakah dilengkapi dengan vibration free)
4.3 Amati kondisi warna yang keluar dari exaust engine
4.4 Periksa grounding dari engine
4.5 Periksa kondisi thermo cloth nya
Pastikan safety guard pada engine terpasang dengan
4.6 baik
(terutama bagian-bagian yang berputar)
5 Drilling Instrument
Weight Indicator, Mud Pump stroke indicator,mud pump
pressure,
Tong torque meter,Rotary tachometer, Rotary torque
indicator,drilling recorder
5.1 Periksa kondisinya dari kebocoran
5.2 Pastikan kondisi indikator dapat terbaca dengan jelas
VIII HANDLING TOOLS
1 Tong
Periksa kondisi wire rope sling sebagai back up safety
1.1
line
83
Pastikan bahwa tong safety pin ada pada tempatnya,
1.2
bukan baut dan Pin mengikat jaws ke body
Periksa apakah dies tong dalam kondisi bagus dan
1.3
terpasang dengan benar
1.4 Pastikan counterweight tong dalam kondisi aman
1.5 Pastikan tidak meggunakan kaki mast sebagai support
2 Link Elevator
3 Power Sub
4 Spider
5 Elevator
6 Slip
IX Tubular Good
1
Periksa jam jalan tubular apakah selalu di record
Pada tempat penyimpanannya pastikan DP tidak terletak
2 ditanah
untuk menghindari kelembaban
Jika DP diletakkan bertumpuk,pastikan ada potongan
3 kayu
diantara lapisan tumpukan
4 Pastikan tool joint DP dilindungi oleh Thread protector
Pastikan tidak menggunakan pelindung ulir dari karet
5
karena dapat menyebabkan korosi
Pastikan paling sedikit 3 titik tumpuan dan diletakkan
6
sedemikian rupa supaya tidak terjadi bending pada DP
84
BAB V
KESIMPULAN
1. PT. PDSI merupakan anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero) yang bergerak
dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi, work over minyak, gas dan geothermal serta
solusi pengeboran terpadu .
2. Terdapat 3 teknologi rig yang ada di PDSI, yaitu cyber rig, walking rig dan skidding
rig.
3. Cyber rig adalah Rig yang memiliki sistem kontrol yang terintegrasi satu sama lain
yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol serta memonitor seluruh peralatan
pengeboran secara aman, efisien dan akurat
4. Walking rig adalah rig yang dilengkapi dengan sistem perpindahan 8 arah sehingga
proses perpindahan menara, substruktur serta peralatan yang ada di dalamnya ke
setiap sumur dalam satu cluster lebih aman dan dapat
5. Skidding rig adalah rig yang dilengkapi dengan sistem perpindahan 2 arah sehingga
proses perpindahan menara, substruktur serta peralatan yang ada di dalamnya ke
setiap sumur dalam satu cluster lebih aman dan dapat mengefisiensikan waktu.
6. Tahap-tahap kegiatan pemboran yaitu pekerjaan sebelum tajak, pelaksanaan
pemboran,
Pekerjaan penyelesaian sumur, pekerjaan pasca penyelesaian sumur.
7. Pengeboran adalah usaha secara teknis membuat lubang dengan aman sampai
menembus lapisan formasi yang kaya akan minyak atau gas
8. Jenis-jenis penngeboran menurut fungsi sumurnya dibedakan atas sumur
penyelidikan, sumur pengembangan, sumur injeksi, sumur relief.
9. Estimasi waktu kumulatif operasi pengeboran sumur penyelidikan di lapangan
Pondok Arjuna, Bekasi-Jawa Barat adalah 140 hari.
10. HSE Passport bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh personil yang akan bekerja
di rig telah mendapatkan pembekalan terkait dengan pengetahuan aspek HSE dan
telah juga dipastikan fit to work sesuai dengan hasil Medical Check Up oleh dokter
perusahaan.
11. Program kerja pemboran adalah garis besar dari prosedur pemboran sumur yang akan
dilakukan selama pelaksanaan operasional.
12. Peralatan pengeboran yang terdapat di Rig DS-9-CTE2000 terbagi dalam 5 sistem
yaitu: Sistem Daya (Power System), Sistem Angkat (Hoisting System), Sistem Putar
(Rotating System), Sistem Sirkulasi (Circulating System), Sistem Pencegah Semburan
Liar (BOP System)
13. Inspeksi peralatan pemboran adalah pemeriksaan berkala menyeluruh, baik itu
kondisi fisik peralatan, dokumentasi serta sistem yang diterapkan berkaitan dengan
keselamatan kerja dan mengacu pada peraturan pemerintah dan standar industri yang
berlaku.
14. Inspeksi I dan II Rig DS-9-CTE2000 merupakan inspeksi berkala terhadap peralatan
seperti Electric Equipment, Rotating Equipment, Well Control, High Pressure
Equipment, Circulating Equipment, Hoisting Equipment, Equipment Support,
Handling Tools, Tubular Good.
85
DAFTAR PUSTAKA
3. .Moore P.L., "Drilling Practices Manual", Penn Well Publishing Company, Second
timur.
86
LAMPIRAN
87